• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. KEGIATAN BELAJAR

4. Tes Formatif 3

I. Pilihlah A, bila pernyataan-pernyataan 1, 2, dan 3 benar

B, bila pernyataan-pernyataan 1 dan 3 benar C, bila pernyataan-pernyataan 2 dan 4 benar D, bila semua pernyataan benar

1. Prinsip yang menuntut agar seorang pejabat publik dalam birokrasi untuk bertindak yang dapat menjaga nama baik serta tidak mudah dikendalikan oleh pihak lain dikenal sebagai:

1. Integritas moral 2. Profesionalisme 3. Prinsip moral PNS 4. Etika PNS

2. Beberapa karakteristik organisasi yang ideal menurut Max Weber di antaranya:

1. Tingkatan berjenjang

2. Hubungan yang bersifat impersonal 3. Pengangkatan dan promosi

4. Pembagian kekuasaan

3. Prinsip-prinsip Good Governance menurut UNDP 1997 adalah: 1. Efektivitas dan efisiensi

2. Bervisi strategis 3. Transparansi 4. Berkesinambungan

4. Dimensi etika organisasi pemerintah antara lain mencakup: 1. Etika dalam pemerintahan

2. Etika dalam jabatan 3. Good governance 4. Etika dalam kantor

5. Etika dalam jabatan diterapkan melalui: 1. Tidak melakukan KKN

2. Pasal 5 UU No. 28 tahun 1999 3. Pasal 7 UU no. 28 tahun 1999

4. Bersedia menjadi saksi dalam perkara KKN

II. Untuk setiap nomor pernyataan di bawah ini, pilihlah satu jawaban

yang Saudara anggap paling benar dari beberapa kemungkinan jawaban berikut.

6. Sebelum memangku jabatannya seorang PNS diwajibkan untuk mengangkat sumpah/janji sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sumpah/janji ini menjadi:

a. Kesepakatan dan komitmen terhadap nilai-nilai dan standar-standar sebagai kode etik jabatan

b. Dasar untuk dibuatkan Surat Keputusan Pengangkatan PNS c. Menjamin tertib administrasi dan tertib aturan

d. Menjadi pegangan hidup bagi PNS yang bersangkutan

7. Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat Majelis Kode Etik adalah:

a. Lembaga struktural pada instansi pemerintah b. Lembaga non struktural pada instansi pemerintah

c. Bertugas melakukan penuntutan hukum terhadap PNS yang melanggar d. Melaporkan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Pegawai Negeri

Sipil.

8. Birokrasi memiliki karakteristik di antaranya adalah sebagai berikut, kecuali: a. Spesialisasi atau pembagian pekerjaan;

b. Tingkat berjenjang (hirarki);

c. Berdasarkan aturan dan prosedur kerja; d. Hubungan yang bersifat personal;

9. Beberapa peraturan penting mengenai etika salah satunya adalah mengatur tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yaitu:

a. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VI/MPR/2001

b. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 d. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004

10. Asas-asas umum pemerintahan mencakup hal-hal berikut kecuali: a. Asas Kepastian Hukum;

b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, c. Asas Transparansi

d. Asas Kepentingan Umum

5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban yang telah disediakan. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi pada kegiatan belajar ini. Perhatikan dan cocokkan hasil jawaban Anda dengan kualifikasi hasil belajar yang telah terinci sebagaimana rumus di bawah ini.

TP = Jumlah Jawaban Yang Benar X 100%

Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman (TP) Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai: 91% s.d 100% 81% s.d. 90,00% 71% s.d. 80,99% 61% s.d. 70,99% 0% s.d. 60% : : : : : Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Bila hasil perhitungan Anda telah mencapai 81 % atau lebih, maka Anda telah menguasai materi kegiatan belajar 1 ini dengan baik. Untuk selanjutnya Anda dapat melanjutkan kegiatan belajar berikutnya.

Kode Etik di Lingkungan Kementerian Keuangan

1. Uraian dan Contoh

a. Latar Belakang Penyusunan Kode Etik di Lingkungan Kementerian Keuangan

Peningkatan disiplin pegawai untuk Kementerian Keuangan sebenarnya telah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS, Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 15/KMK.01/UP.6/1985 tentang Ketentuan Penegakkan Disiplin Kerja Dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada Pegawai dalam Lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor SE-99/SJ/2000 tentang Penegakkan Disiplin Kerja dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tersebut merupakan aturan kode etik yang mengatur segala bentuk tingkah laku dari aparatur pemerintah dengan segala sanksi yang mengikat. Dalam perkembangannya peraturan tersebut memang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan organisasi Kementerian Keuangan yang semakin berkembang akan meningkatnya batasan etis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari. Selain itu, PP 30 berisi aturan yang

Kegiatan Belajar 4

INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah mempelajari Kegiatan Belajar ini diharapkan peserta mampu:

 Menjelaskan tentang latar belakang penyusunan kode etik di tiap unit eselon I Kementerian Keuangan;

 Menyebutkan prinsip dasar penyusuna kode etik;  Membedakan bentuk sanksi pelanggaran kode etik;  Mengapresiasi peraturan tentang kode etikdi tiap

unit eselon I Kementerian Keuangan;

 Membedakan lembaga pengawas pelaksanaan kode etik di tiap unit eselon I.

bersifat komprehensif dan belum menjangkau keunikan di tiap unit organisasi Kementerian Keuangan.

Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan dengan sasaran terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Peningkatan Pelayanan Publik telah melahirkan budaya kerja baru di unit organisasi ini. Dalam kerangka penegakan disiplin sehubungan dengan proses reformasi yang berjalan maka ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 71/PMK.01/2007 tentang Kewajiban setiap unit Eselon I Departemen Keuangan menyusun kode etik PNS yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing unit. PMK ini sesungguhnya dilandasi oleh pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dimana organisasi profesi di lingkungan Pegawai Negeri Sipil diperkenankan untuk menetapkan kode etiknya masing-masing sesuai dengan karakteristik instansi dan organisasi profesi.

Peraturan kode etik unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang pada umumnya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) merupakan aturan pelaksanaan dari peraturan peningkatan disiplin aparatur pemerintah yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, yaitu PP 30 tahun 1980. Hal-hal yang diatur di dalam peraturan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan itu bukan merupakan hal baru, hanya saja untuk hal tertentu belum diatur dalam peraturan disiplin PP 30 tahun 1980. Bentuk sanksi yang digunakan dalam peraturan kode etik ini pun tetap mengacu pada sanksi-sanksi sebagaimana diatur dalam PP 30, yaitu sanksi berupa hukuman disiplin. Sementara untuk pelanggaran terhadap hal-hal yang tidak diatur dalam PP 30 – tetapi diatur dalam aturan kode etik - dijatuhkan sanksi berupa sanksi moral atau sanksi lainnya sesuai tingkat pelanggaran.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan menurut PMK Nomor 29 tahun 2007 didefinisikan sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta pergaulan hidup sehari-hari pada setiap unit eselon I. Unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang berjumlah 12 unit diwajibkan untuk

menyusun kode etik masing-masing dimana pimpinan unit eselon I atas nama Menteri Keuangan akan menetapkan kode etik dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.

Penyusunan kode etik di lingkungan Kementerian Keuangan menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:

1) tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil;

2) disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat; dan

3) dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit eselon I.

Hingga Desember 2007 kode etik unit yang telah ditetapkan sesuai dengan PMK Nomor 29 tahun 2007 tersebut adalah kode etik Sekretariat Jenderal (SETJEN), Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK), Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Sementara itu, peraturan kode etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang disesuaikan dengan PMK 29 tahun 2007 menyusul ditetapkan pada pertengahan tahun 2008, meskipun sebenarnya instansi Bea Cukai sendiri sudah memiliki aturan kode etik sejak tahun 2002. Sedangkan untuk unit Inspektorat Jenderal (ITJEN), mereka saat ini sebenarnya telah memiliki aturan kode etik tetapi belum disesuaikan dengan PMK 29 dan PMK 72 tahun 2007.

Sesuai ketentuan pada PMK 29/2007, di dalam aturan kode etik sekurang-kurangnya memuat 1) tujuan; 2) kewajiban dan larangan; dan 3) sanksi.

Tujuan meliputi:

1) meningkatkan disiplin Pegawai Negeri Sipil; 2) menjamin terpeliharanya tata tertib;

3) menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; 4) menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional;

5) meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil. Kewajiban sekurang-kurangnya memuat:

1) Kepatuhan terhadap aturan mengenai tatalaksana tugas unit Eselon I;

2) Kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor dan pemanfaatan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

3) Hubungan antar Pegawai Negeri Sipil baik vertikal maupun horisontal;

4) Hubungan Pegawai Negeri Sipil dengan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan secara kedinasan; dan

5) Kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata. Larangan sekurang-kurangnya memuat:

1) larangan bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; 2) larangan menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik; 3) larangan menyalahgunakan wewenang;

4) larangan menerima segala pemberian yang berkaitan dengan jabatan dan kewenangannya;

5) larangan membocorkan informasi yang bersifat rahasia;

6) larangan melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan; dan

7) larangan melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik Kementerian Keuangan.

Tabel berikut ini akan menunjukkan perbandingan kode etik yang telah ditetapkan di unit eselon I Kementerian Keuangan. Hal-hal yang dibandingkan pada tabel di bawah ini meliputi tujuan, jumlah item kode etik yang dituangkan sebagai kewajiban dan larangan.

Tabel 4.1. Perbandingan Kode Etik antar unit Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan

No Unit Peraturan Tujuan Nilai Dasar Kewajiban Larangan Aturan lainnya 1 DJP PMK Nomor 1/

PM.3/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 Tidak mencantumkan nilai dasar 9 kewajiban 8 larangan

Dirjen Pajak membuat panduan pelaksanaan kode etik sebagai penjabaran, penjelasan, atau penegasan atas butir-butir kewajiban dan larangan tersebut melalui Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-33/PJ/2007

2 DJBC PMK Nomor 01/ PM.4/2008

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 11 norma dasar pribadi dan 7 prinsip-prinsip standar perilaku organisasi. 9 kewajiban 7 larangan

Bila tidak mematuhi norma dasar pribadi dan prinsip-prinsip standar perilaku dijatuhi sanksi atau hukuman 3 DJA PMK Nomor 01/

PM.2/2007

Menjaga citra dan kredibilitas DJA melalui penciptaan tata kerja yang jujur dan transparan sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja serta keharmonisan hubungan antar pribadi baik di dalam maupun di luar lingkungan DJA

6 nilai dasar kode etik. 10 kewajiban 10 larangan Dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik diperoleh dari Pengaduan tertulis, hotmail DJA, dan temuan atasan

4 DJPB PMK Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007

Nomor 48/ PM.5/2007

9 nilai dasar kode etik. 19 kewajiban 12 larangan - 5 BPPK PMK Nomor 220/ PMK.01/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 6 nilai dasar pribadi. 10 kewajiban 13 larangan

Tujuan, nilai dasar pribadi, kewajiban dan larangan dimasukkan dalam Lampiran PMK

6 BKF PMK Nomor 219/ PMK.01/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007.

7 nilai-nilai dasar. 14 kewajiban

16 larangan

Nilai-nilai dasar, kewajiban, dan larangan dimasukkan dalam Lampiran PMK 7 DJPK PMK Nomor 01/

PM.7/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 8 prinsip dasar 20 kewajiban 10 larangan - 8 DJPU PMK Nomor 01/ PM.8/2007 dan diubah dengan PMK Nomor 02/ PM.8/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 Tidak mencantumkan nilai dasar 19 kewajiban 21 larangan -

9 Itjen Keputusan Irjen Nomor 23/IJ/2004

Dimaksudkan untuk menegakkan dan memelihara standar aturan tingkah laku profesional yang tinggi sebagai pedoman atau kerangka acuan bagi para pegawai di lingkungan Itjen. Tujuannya adalah agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang sehat dan terlaksananya pengendalian pekerjaan, baik pekerjaan audit maupun non audit, sehingga dapat terwujud kinerja yang tinggi dalam pelaksanaan tugas pokok Itjen. 9 Nilai-nilai dasar pribadi 17 kewajiban 11 larangan

Terbagi atas 4 bagian yaitu Pendahuluan, 9 Nilai-nilai dasar pribadi, 5 Standar Perilaku, dan 4 Standar Pelaksanaan

10 Setjen PMK Nomor 481/ PM.1/2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 Tidak mencantumkan nilai dasar 16 kewajiban 10 larangan

Kewajiban dan Larangan dimasukkan dalam Lampiran PMK

11 Bapepam-LK

PMK Nomor 01/ PM.10/ 2007

Ditetapkan 5 tujuan sesuai dengan PMK No. 29/2007 Tidak mencantumkan nilai dasar 15 kewajiban 17 larangan - 12 DJKN PMK Nomor 001/ PM.06/2007

Memberikan landasan bagi seluruh pegawai DJKN dalam memelihara integritas moral, harkat, kewibawaan, dalam rangka:

a. mewujudkan aparat pemerintah yang bersih dan berwibawa

b. meningkatkan profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, dan integritas pegawai di lingkungan DJKN

Tidak mencantumkan nilai dasar 18 kewajiban 8 larangan

Kewajiban dan Larangan dimasukkan dalam lampiran PMK yang langsung dikaitkan dengan sanksinya

b. Majelis Kode Etik

Penyusunan pedoman peningkatan disiplin dan kode etik untuk setiap unit kerja eselon I dilakukan demi menjamin terpeliharanya integritas, akuntabilitas, dan nilai-nilai moral SDM Kementerian Keuangan yang profesional. Berkaitan dengan itu, upaya penegakan disiplin di unit eselon I Kementerian Keuangan juga dilakukan secara simultan melalui penataan kelembagaan seperti pembentukan Inspektorat Bidang Investigasi di Inspektorat Jenderal, Direktorat Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya Aparatur di Direktorat Jenderal Pajak, Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai, serta Biro Kepatuhan Internal di Bapepam-LK.

Sementara itu, dalam rangka pengawasan pelaksanaan kode etik dibentuk Majelis Kode Etik, sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 72/PMK.01/2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Majelis Kode Etik di lingkungan Departemen Keuangan.

Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil yang disebut juga Majelis Kode Etik menurut PMK 72 adalah lembaga non struktural yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan serta penyelesaian pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh PNS Kementerian Keuangan. Majelis kode etik ini dibentuk hanya apabila terjadi pelanggaran kode etik. Dalam pelaksanaannya, Majelis akan mengambil keputusan setelah memeriksa dan memberi kesempatan membela diri kepada pegawai yang diduga melanggar kode etik Di antara unit eselon I Kementerian Keuangan ada perbedaan dalam penamaan lembaga ini. Sebagian besar unit eselon I secara umum tetap menggunakan istilah Majelis Kode Etik. Berbeda dengan yang lain, pada Ditjen Bea dan Cukai, lembaga pengawasan pelaksanaan kode etik ini diberi nama Komisi Kode Etik.

Majelis Kode Etik dibentuk di tingkat Kementerian Keuangan dan unit eselon I. Menteri Keuangan menetapkan pembentukan Majelis di tingkat Kementerian Keuangan untuk memeriksa para pegawai yang memangku jabatan struktural eselon I dan eselon II atau yang setingkat. Sementara pimpinan unit eselon I menetapkan pembentukan Majelis untuk memeriksa para pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon III, Eselon IV, Eselon V atau yang setingkat dan pelaksana di lingkungannya masing-masing. Pimpinan unit Eselon I dapat mendelegasikan

wewenangnya untuk membentuk Majelis di lingkungannya masing-masing kepada serendah-rendahnya Pejabat Eselon II.

c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Seluruh Pegawai Negeri Sipil maupun Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Keuangan wajib mematuhi dan berpedoman pada kode etik. Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran kode etik sesuai PMK Nomor 29/PMK.01/2007 sebagaimana telah diubah dengan PMK Nomor 71/ PMK.01/2007, akan dijatuhi sanksi. Sanksi sebagaimana dimaksud berupa:

1) sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau pernyataan penyesalan; dan/atau

2) hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 dalam hal terjadi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Kode etik dibuat untuk menuntun pegawai dalam bersikap dan berperilaku. Pegawai dapat dikenakan sanksi moral apabila melanggar kode etik yang penyampaiannya dilakukan secara tertutup atau terbuka. Untuk itu telah ditetapkan KMK Nomor 293/KMK.01/2007 tentang Pendelegasian Wewenang kepada Para Pejabat di Lingkungan Departemen Keuangan untuk Memberikan Sanksi Moral atas Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Keuangan. Khusus untuk penyampaian sanksi moral secara terbuka dapat disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk melalui: 1) Forum pertemuan resmi Pegawai Negeri Sipil; 2) Upacara bendera; 3) Papan pengumuman; 4) Media massa; atau 5) Forum lain yang dipandang sesuai untuk itu. Selain sanksi moral, hukuman disiplin dapat dijatuhkan bagi para pelanggar aturan kode etik yang telah dijatuhi sanksi moral namun tidak bersedia mengajukan permohonan maaf secara lisan dan/atau tertulis atau membuat pernyataan penyesalan. Hukuman disiplin yang dijatuhkan kepada pegawai kategori tersebut berupa hukuman disiplin ringan. Hukuman disiplin juga dapat langsung diberikan terhadap tindakan indisipliner yang dilakukan oleh pegawai Kementerian Keuangan bila ternyata tindakannya termasuk dalam kategori pelanggaran disiplin sesuai PP 30 tahun 1980. Bentuk hukuman yang dijatuhkan disesuaikan dengan tingkat

pelanggaran, mulai dari pemberian surat peringatan I sampai dengan III, penundaan kenaikan gaji berkala, penurunan gaji, penundaan kenaikan pangkat, penurunan pangkat, pembebasan dari jabatan, pemberhentian sementara dari jabatan Negeri, pemberhentian dengan atau tidak dengan hormat CPNS, sampai dengan pemberhentian dengan atau tidak hormat sebagai PNS.

Tabel 4.2. Perbandingan Sanksi Pelanggaran dan Lembaga yang Bertugas Memeriksa Pelanggaran Kode Etik dalam Aturan Kode Etik tiap Unit Eselon I

No Unit Sanksi Pelanggaran Yang bertugas memeriksa Pelanggaran Kode Etik 1 DJP Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis kode etik yang diatur dalam PMK Nomor

72/PMK.01/2007

2 DJBC Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Komisi Kode Etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dibentuk menurut Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai NomorP-08/BC/2008 tentang Pembentukan, Susunan, Dan Tata Kerja Komisi Kode EtikDirektorat Jenderal Bea dan Cukai

3 DJA Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis kode etik 4 DJPB Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis Kode Etik 5 BPPK Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis Kode Etik 6 BKF Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis Kode Etik 7 DJPK Sanksi peringatan tertulis sesuai KMK

No.15/KMK.01/UP.06/1985 dan hukuman disiplin

Majelis Kode Etik yang diatur dalam PMK Nomor 72/PMK.01/2007

8 DJPU Sanksi dan/atau hukuman berupa hukuman ringan, hukuman sedang, hukuman berat sesuai PP 30 dan pemotongan TKPKN.

Majelis Kode Etik yang diatur dalam PMK Nomor 02/ PM.8/2007 tentang perubahan atas PMK Nomor 01/PM.8/2007

9 Itjen Sanksi profesi dan hukuman disiplin Belum disesuaikan dengan PMK 72

10 Setjen Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis Kode Etik yang diatur dalam PMK Nomor 72/PMK.01/2007

11 Bapepam-LK

Sanksi moral dan/atau hukuman disiplin Majelis kode etik yang diatur dalam PMK Nomor 72/PMK.01/2007

12 DJKN Sanksi dan hukuman sesuai tingkat pelanggaran. Semua pelanggaran adalah pelanggaran disiplin dan pelanggaran hukum lainnya

Majelis Kode Etik yang susunan, tugas, dan wewenangnya ditetapkan dengan Keputusan Dirjen KN

Disarikan dari berbagai sumber.

Dokumen terkait