• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.8 Formulasi Sediaan Setengah Padat

Lanolin hidrat atau disebut juga adeps lanae cum aqua (PhEur) dideskripsikan sebagai campuran dari adeps lanae dan 25-30% b/b air suling. Lanolin hidrat berfungsi sebagai agen pengemulsi dan basis salep. Lanolin hidrat berwarna kuning pucat, dengan bau khas lemah. Lanolin hidrat biasanya digunakan pada pembuatan sediaan salep dan krim tipe air dalam minyak (a/m). Ketika meleleh oleh pemanasan dengan penangas air, lanolin akan terpisah menjadi lapisan minyak jernih dan lapisan air jernih. Lanolin hidrat melebur pada suhu 38-44°C, praktis tidak larut dalam kloroform, eter dan air. Hanya komponen lemak dari lanolin hidrat yang larut dalam pelarut organik. Lanolin hidrat harus disimpan dalam wadah tertutup baik, tertutup rapat dan terlindung dari cahaya, kelembaban dan di tempat kering. Penyimpanan normal bertahan sampai 2 tahun. Lanolin hidrat dapat mengandung pro-oksidan yang mungkin mempengaruhi stabilitas beberapa zat aktif (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.2 Setil Alkohol

Nama lain dari setil alkohol adalah alcohol cetylicus dan crodacol. Penggunaan setil alkohol pada sediaan farmasi sangat luas, diantaranya coating agent; emulsifying agent (2-5%); stiffening agent (2-10%). Setil alkohol merupakan serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, rasa lemah. Setil alkohol memiliki titik lebur 45-52°C, larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu, praktis tidak larut dalam air. Mudah larut ketika dilebur bersama dengan lemak, paraffin padat atau cair, dan isopropil miristat. Setil alkohol tetap stabil meskipun terdapat asam, basa, cahaya dan udara tidak menjadi tengik. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk. Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.3 Vaselin Album

Vaselin album berwarna kuning pucat, transparan, massa lembut, sedikit berbau dan sedikit berasa. Fungsi vaselin album adalah sebagai emolien, dan basis salep. Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95% panas atau dingin, gliserin, dan air, larut dalam benzen, karbon disulfida, kloroform, eter, heksan dan minyak lemak dan menguap. Pada paparan sinar, kemurnian dari vaselin album menurun akibat berubah warna dan teroksidasi serta menghasilkan bau yang tidak diinginkan. Oksidasi dapat dicegah dengan penambahan antioksidan yang cocok seperti BHT, BHA dan tokoferol. Vaselin album dapat disterilisasi dengan pemanasan kering. Meskipun vaselin album dapat disterilisasi dengan iradiasi gamma, tetapi proses tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dari vaselin album seperti mengembang, berubah warna, bau dan sifat rheologi. Vaselin album harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya di tempat sejuk dan kering. Vaselin album merupakan bahan inert dengan sedikit inkompatibilitas (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.4 Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam

heksadekanoat, C16H32O2(Ditjen POM, 1979).

Pemerian asam stearat yaitu zat padat; putih atau kuning pucat; beberapa terlihat mengkilap, padatan kristal atau serbuk putih atau putih kekuningan. Bau khas kuat dan rasanya mirip lemak. Asam stearat memiliki titik lebur ≥ 54°C. Kelarutannya mudah larut dalam benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dan eter. Larut dalam etanol 95%, heksan dan propilen glikol, praktis tidak larut dalam air. Penggunaannya adalah sebagai basis krim dan saleb juga sebagai lubrikan tablet (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Asam stearat merupakan bahan yang stabil, penambahan antioksidan dapat dilakukan untuk menjaga kestabilannya. Asam stearat harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk dan kering. Asam stearat inkompatibel dengan banyak logam hidroksida dan agen pengoksida (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.5 Isopropil Miristat

Isopropil miristat merupakan cairan tidak berwarna dan praktis tidak berbau. Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, etil asetat, praktis tidak larut dalam gliserin, glikol dan air. Isopropil miristat tidak kompatibel dengan parafin padat karena akan menghasilkan campuran butiran, tetapi isopropil miristat kompatibel dengan oksidator kuat. Isopropil miristat tahan terhadap oksidasi dan hidrolisis, dan tidak menjadi tengik. Bahan ini harus disimpan dalam wadah yang tertutup di tempat yang sejuk dan kering serta terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.6 Minyak Zaitun

Minyak zaitun disebut juga olive oil merupakan minyak lemak dari buah Olea europaea. Minyak zaitun merupakan cairan minyak yang jernih, berwarna kuning kehijauan atau hampir tidak berwarna. Sangat larut dalam etanol 96%,

Minyak zaitun sering digunakan sebagai fase minyak dalam berbagai sediaan farmasi, diantranya salep, linimen, enema, sabun, dan dapat juga sebagai pembawa injeksi minyak. Ketika didinginkan, minyak zaitun akan berkabut pada kisaran suhu 10ºC dan akan seperti masa butter pada suhu 0ºC. Minyak zaitun harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering dalam wadah yang tertutup rapat terhindar dari sinar matahari. Minyak zaitun dapat tersaponifikasi oleh alkali hidroksida. Minyak zaitun mudah teroksidasi dan inkompatibel dengan agen pengoksida (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.7 Vitamin E

Vitamin E dengan nama lain alfa tokoferol merupakan produk natural dan dideskripsikan sebagai cairan minyak yang jernih, kuning kecoklatan atau hampir tidak berwarna, dan kental. Penggunaannya sebagai agen terapetik atau antioksidan dalam sediaan dengan kandungan bahan yang mudah teroksidasi. Titik didih vitamin E mencapai 235°C. Vitamin E praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, etanol, eter dan minyak sayur. Vitamin E teroksidasi perlahan oleh oksigen atmosfir dan sangat cepat oleh besi dan garam perak. Vitamin E harus disimpan di bawah gas inert dalam wadah kedap udara di tempat sejuk, kering dan terlindungi dari cahaya. Vitamin E inkompatibel dengan peroksida dan ion logam seperti besi, tembaga, perak. Vitamin E mungkin terabsorbsi ke dalam plastik (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.8 Karbopol 940

Karbopol merupakan polimer sintetis dengan BM tinggi dari asam akrilat yang di campurkan dengan alil sukrosa lain atau eter alil dari penta eritrol. Karbopol mengandung antara 56%-68% dari asam karboksilat (COOH) terhitung dengan basis kering. Karbopol berwarna putih, halus, bersifat asam, higroskopis, serbuk dengan bau sedikit khas. Larut dalam air dan setelah dinetralisasi dapat larut dalam etanol 95% dan gliserin. Meskipun dinyatakan terlarut dalam air, tetapi karbopol tidak terdisolusi tetapi hanya mengembang. Fungsi karbopol adalah sebagai agen bioadhesif, agen pengemulsi, agen pelepasan termodifikasi,

agen pensuspensi, pengikat tablet dan agen peningkat viskositas (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Karbopol memiliki pH yang sangat asam yaitu 2,7-3,5 dalam 0,5% b/v dispersi dalam air dan 2,5-3,0 dalam 1 b/v bagian air, oleh karena itu pada tahap pembuatannya sebagai basis gel seringkali ditambahkan dengan NaOH atau golongan amin untuk menyesuaikan pH sediaan mendekati pH kulit. Titik leleh dari karbopol cukup tinggi, tetapi dapat terdekomposisi pada suhu 260ºC selama 30 menit. Karbopol merupakan senyawa yang stabil, bersifat higroskopis yang memungkinkan untuk dipanaskan dibawah suhu 104°C sampai 2 jam tanpa mempengaruhi efisiensinya. Bagaimanapun paparan temperatur yang sangat tinggi dapat menyebabkan perubahan warna dan penurunan stabilitas. Bentuk serbuk kering dari karbopol tidak mendukung pertumbuhan dari mikroba dan fungi. Sebaliknya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik dalam dispersi dalam air tanpa pengawet, namun pengawet antimikroba seperti 0,1% b/v klorokresol, 0,18% b/v metil paraben-0,02 % b/v propil paraben atau 0,1% b/v timerosal dapat ditambahkan (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Pada temperatur ruangan dispersi karbopol dapat terjaga viskositasnya selama penyimpanan dalam periode berkepanjangan. Demikian pula, viskositas dispersi terjaga atau hanya sedikit terjadi penurunan pada suhu penyimpanan tinggi jika terdapat antioksidan didalamnya atau jika dispersi tersebut disimpan terlindungi dari cahaya. Paparan sinar menyebabkan oksidasi yang memungkinkan terjadinya penurunan viskositas dispersi. Serbuk karbopol harus disimpan dalam wadah kedap udara, wadah resistensi korosi, di tempat kering. Penggunaan dari gelas, plastik, atau wadah resin direkomendasikan untuk menyimpan formula dengan kandungan karbopol. Karbopol berubah warna oleh resorsinol dan inkompatibel dengan fenol, polimer-polimer kationik, asam kuat, dan elektrolit level tinggi (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.9 Natrium Metabisulfit

Natrium metabisulfit memiliki rumus empiris Na2S2O5 dengan bobot

seperti garam. Penggunaan natrium metabisulfit adalah sebagai antioksidan tetapi dapat pula digunakan sebagai pengawet pada beberapa sediaan farmasi. Natrium metabisulfit larut dalam etanol 95%, sangat larut dalam gliserin, larut 1 bagian dalam 1,9 bagian air dan larut 1 bagian dalam 1,2 bagian air mendidih 100°C. Titik lebur dan dekomposisi natrium metabisulfit kurang dari 150°C.

Pada paparan udara dan kelembaban, natrium metabisulfit perlahan teroksidasi menjadi natrium sulfat dengan disintegrasi kristal. Penambahan asam kuat membebaskan sulfur dioksida. Larutan berair natrium metabisulfit juga terurai di udara, terutama pada pemanasan. Larutan yang akan disterilkan dengan autoklaf harus diisi ke dalam wadah di mana udara telah diganti dengan gas inert, seperti nitrogen. Bahan massal harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Natrium metabisulfit bereaksi dengan simpatomimetik dan obat derivat alkohol lainnya. Obat-obatan dapat terinaktivasi adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya. Selain itu, natrium metabisulfit tidak kompatibel dengan kloramfenikol karena reaksi yang lebih kompleks, juga menginaktivasi cisplatin dalam larutan. Natrium metabisulfit tidak cocok dengan fenil merkuri asetat saat diautoklaf dalam preparasi sediaan tetes mata. Natrium metabisulfit dapat bereaksi dengan tutup karet botol dosis ganda (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.10 Metil Paraben dan Propil Paraben

Metil paraben dengan nama lain nipagin, merupakan serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95% dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin. Larutan berair dari metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada 120°C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan

larutan air pada pH 8 atau di atas tunduk pada hidrolisis yang cepat (10% atau lebih setelah sekitar 60 hari penyimpanan pada suhu kamar) (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Propil paraben dengan nama lain nipasol merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa. Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%, dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Propil paraben berubah warna dengan adanya besi dan dihidrolisis oleh alkali lemah dan asam kuat. Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.11 Trietanolamin

Trietanolamin biasa disingkat TEA merupakan cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik. TEA mudah larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform. Trietanolamin akan bereaksi dengan asam mineral membentuk garam kristal dan ester. Trietanolamin juga akan bereaksi dengan tembaga untuk membentuk garam kompleks. Trietanolamin dapat berubah coklat pada paparan udara dan cahaya. 85% trietanolamin cenderung stratifikasi di bawah 15°C, dapat homogen dengan pemanasan kembali sebelum digunakan untuk pencampuran. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

2.8.12 Propilen Glikol

Propilen glikol merupakan cairan berwarna, kental, praktis berbau dengan rasa sedikit manis pedas mirip gliserin. Larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin, dan air; larut pada 1 dari 6 bagian dari eter, tidak larut dengan minyak mineral ringan atau minyak tetap, tetapi akan memisah pada beberapa minyak esensial. Penggunaan propilen glikol dibidang farmasi diantaranya sebagai pengawet antimikroba, desinfektan, humektan, plasticizer, pelarut,

digunakan sebagai agen peningkat penetrasi pada konsentrasi 1-10% (William Barry, 2004 dalam Sany, 2009). Pada suhu dingin, propilen glikol stabil di wadah tertutup, tetapi pada temperatur tinggi, di tempat terbuka, cenderung mudah teroksidasi, menghasilkan produk seperti propionaldehid, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol stabil bila dicampur dengan etanol 95%, gliserin, atau air. Larutan mengandung air dapat disterilkan dengan cara autoklaf. Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium permanganat. Propilen glikol higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering. (Rowe, Sheskey, Owen, 2006)

2.8.13 Alkohol 96%

Alkohol 96% atau disebut juga etanol memiliki rumus empiris C2H6O dan bobot molekul 46,07. Alkohol 96% memiliki fungsi sebagai pengawet antimikroba, disinfektan, agen penetrasi kulit, dan pelarut. Penggunaannya sebagai pelarut dalam sediaan topikal sebanyak 60-90%, sedangkan sebagai pengawet penggunaannya ≥ 10%. Efek peningkat penetrasi alkohol 96% tergantung dari konsentrasi yang digunakaan (William dan Barry, 2004 dalam Sany, 2009). Alkohol jernih, tidak berwarna, dapat bergerak dan cairan yang menguap perlahan, bau khas dan rasa terbakar. Etanol 96% memiliki titik didih 78,15°C. Larut dalam kloroform, eter, gliserin dan air (dengan rise temperature dan kontraksi volume). Larutan etanol dapat disterilisasi dengan metode autoklaf atau penyaringan dan harus disimpan dalam wadah kedap udara dan ditempat sejuk. Pada kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi keras dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan jumlah sisa aldehida. Garam organik atau akasia dapat diendapkan dari larutan berair atau dispersi. Larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat (Rowe, Sheskey, Owen, 2006).

Dokumen terkait