• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan

• Pedoman 13 – Membuat Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif; • Pedoman 17 – Memfasilitasi penilaian kinerja usaha;

• Pedoman 18 – Analisis SWOT;

• Pedoman 19 – Menganalisis perubahan dan mempersiapkan hal berikutnya;

• Pedoman 20 – Formulir tindak lanjut untuk tahap awal; • Pedoman 21 – Formulir tindak lanjut yang digunakan;

• Pedoman 22 – Tindak lanjuti usaha yang digunakan selama fase dan operasi awal.

Memfasilitasi sesi:

1. Aturlah sebuah diskusi dengan pelaku usaha atau perwakilan dari kelompok pelaku usaha untuk menetapkan sistem monitor:

Jelaskan bahwa memonitor usaha mencakup penilaian awal kinerja sebuah usaha untuk membuat tujuan yang realistis dan menghadapi masalah potensial di tahun mendatang. 2. Penilaian kinerja

Pelaku usaha perlu melihat kembali operasi di tahun sebelumnya. Dari sini, mereka akan belajar apa saja yang berjalan sesuai rencana dan apa yang tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai seorang fasilitator, peran Anda adalah untuk membuat mereka mengerti: • Apa yang perlu dinilai;

• Pertanyaan apa yang perlu ditanyakan;

• Dimana dan bagaimana hasil informasi harus dicatat.

Penilaian ini harus dilakukan setidaknya setahun sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan per semester karena akan membantu pelaku usaha untuk mengambil keputusan dengan informasi yang lebih baik.

Mengaculah pada Pedoman 17 – Memfasilitasi penilaian kinerja usaha, untuk memfasilitasi sesi ini.

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha Belajar

Memonitor Aktivitas Usaha dan Mengevaluasi

Setelah analisis singkat tentang kinerja usaha mereka, pelaku usaha mungkin menyadari bahwa mereka tidak mampu untuk memenuhi beberapa target mereka atau bahwa mereka menghadapi kendala-kendala akibat perubahan di lingkungan pasar. Hasilnya, mereka mungkin menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat menentukan rencana yang realistis jika mereka tidak menilai

lingkungan pasar mereka secara teratur.

3. Penilaian lingkungan bisnis perlu mengenali masalah dan menghadapi perubahan

Pelaku usaha harus memantau lingkungan pasar mereka karena mereka perlu menyadari adanya perubahan dan bagaimana perubahan itu mungkin mempengaruhi usaha mereka. Hal ini akan dibahas dalam sesi kedua lokakarya.

Bersama-sama dengan pelaku usaha, Anda akan:

• Meninjau kembali informasi dasar di lingkungan bisnis yang digunakan di Fase 3 untuk mempersiapkan RPU.

• Mengembangkan sistem untuk mengumpulkan informasi secara teratur di lingkungan bisnis. • Meninjau bagaimana cara menganalisis informasi tersebut setidaknya secara tahunan untuk

mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi usaha.

• Membuat target yang realistis untuk rencana usaha di siklus selanjutnya.

Lingkungan bisnis sebuah usaha tidak hanya tentang pasar. Ini juga mencakup seluruh bidang pengembangan usaha. Untuk sukses, usaha perlu beradaptasi dengan perundang-undangan baru dan perubahan sosial, ekologis atau teknis.

Untuk meningkatkan kesadaran para pelaku usaha, Anda akan:

• Mengatur sebuah studi lapangan dari lingkungan bisnis saat ini (seperti di Fase 2, tapi kurang mendalam). Jenis informasi yang dikumpulkan akan sama dengan yang dikumpulkan saat mempersiapkan rencana penjualan untuk RPU (lihat Fase 3, Langkah 1 dan 2);

• Memfasilitasi diskusi hasil studi. Lakukan sebuah analisis SWOT (lihat Pedoman 18);

• Mendiskusikan kemungkinan cara untuk mengumpulkan informasi. Jelaskan bahwa membuat sebuah Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif adalah salah satu metode yang paling berguna. Merujuk kepada Pedoman 13 – Membuat sebuah Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif; • Mendiskusikan bagaimana cara menganalisis informasi baru secara rutin menggunakan

Pedoman 19 – Menganalisis perubahan dan mempersiapkan rencana berikutnya dengan sesuai.

4. Menindak lanjuti usaha

Anda mungkin perlu menggunakan alat yang berbeda untuk merangkum informasi yang berkaitan dengan kemajuan usaha secara berkala. Contoh alat-alat yang dikembangkan oleh beberapa proyek dimuat dalam Pedoman 20 sampai 22.

Pedoman untuk

melakukan fasilitasi

1 Peralatan harus disesuaikan dengan konteks lokal, bahasa dan kebutuhan-kebutuhan khusus pada proyek

“Dengan merangkak, seorang anak belajar berdiri”

Pedoman 1: Prinsip Dasar untuk Membentuk

Kelompok Simpan Pinjam, Peraturan dan

Ketentuannya

Prinsip utama dibalik sebuah KSP

• Sebuah KSP adalah sekelompok individu yang dipilih sendiri yang memutuskan untuk

mengumpulkan tabungan mereka dan menyimpannya di tempat yang aman untuk waktu tertentu yang telah disepakati dengan tujuan untuk membuat pinjaman kepada anggotanya.

• Kelompok membuat peraturan mereka sendiri dengan cara yang demokratis dan kooperatif. • Kelompok bertemu secara rutin untuk kegiatan mengumpulkan simpanan dan mengelola

pinjaman.

• Kelompok mempunyai kapasitas untuk menyimpan dan kebutuhan untuk mengakses pinjaman. • Pada akhir siklus, dana didistribusikan kembali atau membuat siklus baru.

• Nilai dana simpanan meningkat seiring waktu berkat biaya jasa yang dibayar pada pinjaman. • Setiap anggota mempunyai hak suara yang sama terlepas jumlah kontribusi mereka.

• Anggota kelompok dapat menggunakan dana untuk keadaan darurat dan/ atau untuk mendanai kegiatan komunitas melalui Dana Darurat/ Sosial.

• Sampai modal didistribusikan kembali, dana dimiliki oleh kelompok secara komunal.

• Setiap siklus didukung penuh dengan komite manajemennya sendiri yang dipilih oleh semua anggota kelompok.

KSP dibentuk untuk meningkatkan modal kerja usaha

Kelompok Simpan Pinjam biasanya dibentuk untuk mengelola uang secara kolektif dengan tujuan optimalisasi modal yang tersedia. Kelompok akan mengajarkan anggotanya praktek menyimpan dan mengelola dan, dalam jangka panjang akan meningkatkan akses mereka terhadap pinjaman. Ketika KSP dibentuk untuk mendukung pembuatan usaha, tujuan mereka adalah untuk mengumpulkan modal kerja.

Ini berarti bahwa:

• Anggota kelompok yang telah menabung untuk tujuan lain sekarang akan menabung untuk kegiatan pengembangan usaha, dan mungkin tidak bersedia mengambil risiko yang berkaitan dengan memberikan pinjaman;

• Anggota kelompok mungkin ingin menetapkan aturan tentang batas jasa simpanan dan pinjaman untuk individu, karena tujuan utama adalah untuk melayani usaha kelompok;

• Anggota kelompok mungkin ingin memasukkan tanggung jawab dan kewajiban simpanan dan pinjaman kepada anggota sebagai bagian dari aturan usaha kelompok.

KSP juga dapat digunakan untuk manajemen risiko

Manajemen risiko mungkin adalah alasan yang paling menggiurkan untuk membentuk kelompok simpan pinjam dan, jika demikian, tujuan ini harus dijelaskan di Konstitusi (lihat petunjuk dalam kegiatan simpan pinjam untuk penjelasan lebih lanjut).

Peraturan simpanan dan pinjaman

Kelompok memerlukan modal kerja

Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan ketika membentuk sebuah KSP:

• Biaya produksi per unit, dengan mempertimbangkan masalah-masalah seperti waktu sebelum hasil finansial diperoleh, volume arus kas, kecenderungan usaha, asal sumber daya untuk membuat produk dan jangka waktu pengolahan;

• Jenis kegiatan yang dilakukan dan hasil produk yang dibuat.

• Kebutuhan finansial dari usaha kecil berbasis hutan yang berpusat pada produk hasil tanaman dan kayu biasanya investasi modal tetap di tahun-tahun awal dan investasi modal kerja jangka panjang;

• Kebutuhan finansial dari usaha kecil berbasis hutan berpusat pada produk non-kayu biasanya investasi modal tetap rendah (sebagian besar untuk pengolahan) dan investasi modal kerja jangka pendek.

Kegiatan-kegiatan yang memenuhi syarat untuk pinjaman

Karena diversifikasi sumber pendapatan adalah sebuah nilai tambah. Tindakan membatasi kegiatan yang layak untuk mendapatkan pinjaman dapat menjadi suatu kesalahan. Selain itu, kegiatan rumah tangga dan produktif adalah kegiatan yang sangat saling tergantung dalam kebanyakan usaha skala kecil, jadi membatasi kegiatan yang layak untuk mendapatkan pinjaman bisa menjadi tidak realistis. Berdasarkan hal ini, pelaku usaha harus membuat peraturan mereka sendiri untuk mengakses pinjaman.

Biaya jasa

Pelaku usaha harus mempertimbangkan dua kriteria utama untuk menetapkan biaya jasa mereka: suku bunga pasar dan pendapatan dari kegiatan yang sudah diperhitungkan.

Jumlah simpanan wajib

Simpanan wajib harus diputuskan berdasarkan jumlah realistis yang dapat ditabung setiap anggota kelompok.

Kelompok memerlukan alat manajemen risiko

Tabel dibawah ini merangkum berbagai faktor yang harus dipertimbangkan ketika membentuk sebuah KSP dengan tujuan mengelola risiko usaha.

JANGKA WAKTU

KSP bukan bank KSP dapat dianggap sebagai sebuah langkah dalam proses evolusi keuangan bagi kelompok pelaku usaha. Pada waktunya, SLG seharusnya memungkinkan kelompok untuk mencapai lembaga keuangan formal. KSP TIDAK seharusnya menjadi lembaga perbankan permanen.

KSP tidak seharusnya dibentuk ketika sudah ada lembaga keuangan formal yang bersedia melayani segmen populasi yang sama.

JANGKA WAKTU

Pengalaman umum terkait siklus

Umumnya, kebanyakan pelaku usaha kecil tidak dapat menabung dalam jumlah yang besar. Disarankan untuk mengatur siklus pertama antara 9 – 12 bulan dengan tujuan untuk menghasilkan kegiatan simpan pinjam yang cukup untuk meningkatkan modal kelompok. Pada saat yang sama, perlu dihindari perebutan kewenangan dalam kelompok dan masalah tata kelola yang dapat terjadi selama siklus yang lebih panjang.

Diharapkan agar dapat mengatur periode siklus sedemikian rupa yang akan selesai selama periode ntahun berjalan dimana anggota kelompok biasanya membutuhkan uang, seperti saat susana hari raya, dll.

Masa siklus juga harus ditentukan berdasarkan kegiatan produktif usaha kelompok.

TATA KELOLA

Kepentingan Karena mengelola modal merupakan isu yang mendasar ketika mendirikan sebuah usaha, ada implikasi serius terhadap tata kelola ketika membentuk kelompok simpan pinjam dan kelompok pelaku usaha.

Tugas dan tanggung jawab

Usaha kelompok dan kelompok simpan pinjam akan terjadi pada waktu yang sama, jadi tugas dan tanggung jawab harus didistribusikan dengan baik untuk menghindari tumpang tinding pembagian peran dan tanggung jawab. Anggota komite manajemen kelompok simpan pinjam seharusnya tidak mengemban tugas lain dalam kelompok pelaku usaha. Hindari duplikasi pekerjaan, sebagai contoh seorang bendahara usaha kelompok juga menjadi bendahara usaha kelompok simpan pinjam.

Metode demokrasi dan partisipatif

KSP dan usaha kelompok harus diatur dengan cara yang demokratis dan partisipatif, sehingga setiap anggota sadar akan peraturan dan berpartisipasi dalam keputusan menyangkut kegiatan umum. Waktu dan beban

kerja

Sangat penting untuk mendistribusikan beban kerja KSP dan usaha kelompok diantara semua anggota kelompok secara adil untuk menghindari konflik dan kelalaian.

KEANGGOTAAN

Anggota: dari luar usaha?

Dalam banyak kasus, usaha kelompok dan kelompok simpan pinjam akan berjalan bersamaan dalam hal keanggotaan, sehingga aturan keanggotaan tidak akan terlalu rumit.

Namun, pemberian akses ke KSP kepada individu yang bukan anggota usaha kelompok yang sama, dapat menjadi bagian dari strategi manajemen risiko. Misalnya, memiliki anggota kelompok yang berdedikasi untuk beragam kegiatan produktif dapat saling melengkapi.

Pada saat yang sama, menghindari kelompok yang terlalu heterogen, terutama dalam hal latar belakang ekonomi dan sosial adalah hal yang bijaksana karena perbedaan-perbedaan tersebut dapat mengancam ikatan kepercayaan yang perlu dibentuk agar kelompok bisa bekerja dengan baik. Jika ada anggota baru yang masuk ke dalam kelompok, dinamika dan integrasi kelompok perlu diperhatikan.

Kesetaraan gender Pada akhir siklus pertama, aturan keanggotaan dapat dimodifikasi. Dianjurkan untuk menghindari adanya anggota keluarga dalam kelompok yang sama, meskipun kebanyakan usaha kecil biasanya berbasis rumah tangga.

Karena adanya ketidakseimbangan gender dalam akses untuk jasa keuangan, sudah lazim jika kelompok simpan pinjam dibagi berdasarkan gender, yaitu kelompok dengan anggota semua perempuan atau semua laki-laki. Dalam hal ini, karena usaha kelompok dapat dicampur dalam hal partisipasi gender, kelompok simpan pinjam harus berhati-hati dalam menghormati kesetaraan gender. 

Pedoman 2: Pengelolaan Dana Bergulir

Ciri-ciri dana bergulir

• Sebuah lembaga memutuskan untuk mengalokasikan dana sebagai hibah kepada sekelompok pelaku usaha.

• Kelompok pelaku usaha memutuskan untuk menggunakan dana tersebut untuk memberikan pinjaman kepada anggotanya.

• Lembaga menentukan kriteria untuk memilih kelompok pelaku usaha untuk dibiayai.

• Lembaga dapat memutuskan untuk menyediakan fasilitator dalam rangka menjaga hubungan dengan kelompok atau menunjuk satu anggota kelompok untuk mewakili kelompok tersebut.

Tujuan penyediaan dana bergulir

• Untuk memastikan akses modal bagi usaha kecil yang dikelola oleh orang-orang yang tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan formal untuk mendukung kegiatan produktif; • Untuk memastikan bahwa dana digunakan dengan bijak;

• Untuk menciptakan modal awal bagi usaha kecil.

Bagaimana cara kerja dana bergulir?

• Saat kelompok pelaku usaha membayar kembali pinjaman, dana bergulir bertumbuh dan dapat digunakan untuk pinjaman tambahan atau sebagai modal investasi untuk usaha kecil.

• Kelompok harus bisa mengelola dana ini secara bijak dengan mengikuti seluruh aturan secara ketat.

Bagaimana model KSP dapat disesuaikan dengan dana bergulir?

Dana bergulir dapat dikelola sebagai deposit yang ada di kas usaha kelompok. Kelompok tersebut harus mencari cara untuk memberikan pinjaman dan bagaimana mendapatkan dana tambahan dari masing-masing anggota.

Dalam rangka mengelola dana bergulir secara benar, kelompok harus menganggap uang yang ada sebagai uang mereka sendiri, bukan sebagai “hadiah” dari orang lain. Rasa kepemilikan sangat penting untuk memastikan tingkat pembayaran kembali yang baik.

Setelah siklus pertama, ketika semua orang di dalam kelompok telah mengakses dan melunasi pinjaman, kelompok harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan dana tersebut.

Dana pinjaman bergulir; modal yang seluruhnya disuplai dari sumber eksternal telah terbukti menjadi mekanisme keuangan yang berisiko yang dapat mencegah keberhasilan usaha kelompok karena proses manajemen internal yang kurang baik.

Mengingat tingkat kegagalan dana bergulir yang tinggi, maka menambah komponen tabungan ke dalam dana yang ada mungkin akan dapat membantu, dengan tujuan untuk menghindari tingkah laku buruk dalam hal pengelolaan keuangan (tingkat pembayaran kembali yang rendah, kurangnya pengelolaan dana secara profesional, dll.).

Fasilitator akan menyadari bahwa penambahan tabungan kelompok ke dalam dana bergulir dapat membantu meningkatkan sebagian tingkat keberhasilan mereka. Faktanya, mengajak pelaku usaha berbagi “risiko” dana pinjaman dengan tabungan mereka sendiri dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap dana tersebut. Meskipun demikian, ada benarnya bahwa meminta pelaku usaha menanggung utang pada awal aktivitas kewirausahaan mereka merupakan operasi yang berisiko, terutama jika mereka tidak terbiasa dengan pinjaman dan tidak dapat menabung dengan jumlah yang signifikan.

Pedoman 3: Pengelolaan Rekening Tabungan

di Bank

Manfaat rekening tabungan

• Keamanan dana;

• Membangun hubungan yang stabil yang dapat membawa kepada akses yang lebih baik ke jasa-jasa perbankan lainnya di kemudian hari;

• Meningkatnya kelayakan kredit kelompok (membangun sejarah kredit);

• Berpotensi untuk mengakses lebih banyak layanan bank (pinjaman, jasa pembayaran, dll.); • Berpotensi untuk menggunakan peraturan simpan pinjam sebagai peraturan internal kelompok; • Prosedur relatif lebih sederhana;

• Setiap anggota terlibat dalam mengelola hubungan (rotasi), jadi lebih sedikit pekerjaan untuk setiap anggota kelompok.

Bagaimana deposit bank berhubungan dengan KSP?

• Untuk mengelola rekening tabungan dengan baik, sebuah kelompok harus melalui proses pelatihan.

• Lihat syarat-syarat spesifik dari lembaga keuangan formal.

• Membuka sebuah rekening di lembaga keuangan formal memerlukan biaya, jadi pastikan bahwa semua anggota kelompok sadar akan biaya tersebut.

Pilihan ini mungkin menarik untuk KSP yang sudah lama dibentuk yang ingin menyimpan dana mereka di lembaga keuangan formal daripada menyimpannya di kotak kas mereka sendiri. Dalam hal ini, tidak perlu melakukan pelatihan apapun karena kelompok sudah mampu mengelola dana mereka secara mandiri.

Menurut pengalaman dari beberapa kelompok simpan pinjam yang paling sukses (contohnya kelompok-kelompok swadaya di India), ada kasus di mana kebutuhan kelompok tidak dapat dipenuhi oleh aktivitas pinjaman internal dan tabungan kelompok saja. Misalnya, anggota kelompok mungkin membutuhkan pinjaman yang lebih besar dan percaya bahwa lembaga-lembaga keuangan formal seperti serikat, bank, lembaga keuangan mikro, dll. dapat memberikan bantuan yang lebih besar. Harus disadari bahwa kelompok simpan pinjam adalah kegiatan kerja yang intensif, dan bahwa produk dan jasa yang lebih canggih hanya dapat disediakan oleh lembaga keuangan formal (layanan pembayaran, transfer, pengiriman uang, penyewaan dll).

Bagaimana model KSP disesuaikan dengan deposito bank?

• Rekening anggota akan dikelola oleh komite manajemen yang dipilih oleh kelompok;

• Prosedur pengumpulan tabungan akan sama dengan KSP seperti yang dijelaskan di Peralatan 1, kecuali bila dana didepositokan di rekening tabungans.

Pedoman 4: Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Tujuan dari latihan ini adalah untuk membangun sebuah daftar komprehensif kebutuhan pelatihan dan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mendukung pelaku usaha.

Menentukan konteks:

• Analisis RPU menekankan bahwa pelaku usaha memerlukan pelatihan di berbagai bidang;

• Kesenjangan pengetahuan dan keterampilan mereka telah didiskusikan dengan pelaku usaha dan sesi pelatihan perlu diatur sesuai keperluan;

• Proyek mencari cara terbaik untuk menyediakan narasumber dalam penjualan dengan tarif terjangkau.

Berbagai pilihan untuk mengenali penyedia pelatihan:

• Minta pelaku usaha sukses (dari dalam atau luar kelompok) untuk menjelaskan strategi penjualan mereka kepada pelaku usaha baru.

• Undang perwakilan dari pusat pengembangan bisnis lokal untuk menjelaskan jasa yang mereka sediakan.

• Undang (calon) konsumen ke produk pelaku usaha Anda untuk menjelaskan syarat-syarat yang mereka terapkan terkait mutu produk, kuantitas, jadwal pengiriman, pengemasan, harga, dll. • Undang pembicara dari lembaga penelitian dan pengembangan untuk menjelaskan

perkembangan terbaru dalam teknologi produksi.

• Kirim perwakilan dari kelompokpelaku usaha ke dalam studi tur ke lembaga, firma, atau pemasok peralatan dengan tujuan untuk belajar tentang teknologi terbaru.

• Kirim perwakilan dari kelompok pelaku usaha untuk kursus penjualan dengan kesepakatan bahwa mereka akan berbagi kemampuan yang baru mereka dapatkan denganpelaku usaha lainnya. • Undang ahli dari perwakilan pelaku usaha untuk mengunjungi sebuah badan promosi ekspor,

kamar dagang, atau federasi unit usaha untuk membantu mereka mengeksplorasi pasar baru. • Buat kontrak dengan sebuah asosiasi, lembaga pemerintahan atau lembaga penyedia jasa bisnis

untuk memberikan pelatihan dan tindak lanjut.

• Berhubungan dengan organisasi pelatihan swasta atau pemerintahan dan juga berbagai program bantuan yang dibuat oleh donatur proyek dan LSM yang dapat memberikan pelatihan teknis. Contohnya, Organisasi Buruh Internasional sering memberikan layanan bersubsidi untuk mengembangkan keterampilan bisnis.

• Jasa-jasa yang disediakan oleh pembeli dapat menjadi cara untuk mengembangkan keterampilan pelaku usaha. Pembeli biasanya tidak akan meminta biaya untuk layanan ini karena mereka dapat membeli produk yang lebih berkualitas. Misalnya, sebuah pabrik yang mengolah furnitur rotan dapat memberikan pelatihan dalam mutu produksi batang rotan atau anyaman rotan.

Pedoman 5: Contoh Daftar Kebutuhan Pelatihan

Bentuk pelatihan Institusi atau organisasi Kontak person/ narasumber Alamat, nomor telepon, alamat email Deskripsi singkat Keuangan dan pengelolaan usaha dasar Pengarsipan Perhitungan dasar Organisasi KSP Pelatihan teknis Produksi sabun

herbal Perawatan lebah Produksi selai beri Metode penyimpanan HHBK Metode pengawetan makanan Pelatihan pemasaran Negosiasi kontrak Sistem Informasi Pasar Rencana bisnis Pembentukan dan pengelolaan kelompok Pengelolaan sumber daya Perencanaan pengelolaan sumber daya Perawatan dan penanaman pohon atau HHBK tertentu Teknik panen yang sesuai

Pedoman 6: Negosiasi Ketentuan Layanan

Pelatihan

Saat mencoba menegosiasikan ketentuan pelatihan dengan sebuah lembaga, organisasi atau individu, Anda harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

Pendekatan pelatihan Teori dibandingkan dengan praktek (on-the-job) Lokasi Di lokasi proyek atau di pusat pelatihan

Durasi • Setengah hari, beberapa hari berturut-turut atau beberapa sesi yang terbagi ke dalam beberapa waktu

• Pelatihan satu kali dibandingkan dengan pelatihan awal dan tindak lanjut

Jumlah peserta Materi pelatihan

Jumlah maksimal/minimal peserta per pelatihan

• Memberikan peralatan teknis dasar jika diperlukan dan atau materi dasar tertulis dalam bahasa yang sederhana / mudah dimengerti

Bahasa Pelatih/ peserta dapat menyesuaikan dengan bahasa daerah yang berbeda-beda

Biaya pelatihan Paket pelatihan sekaligus atau program pelatihan terpisah dengan biaya tergantung pada:

• Jumlah peserta; • Durasi pelatihan; • Biaya pelatihan harian; • Uang saku harian; • Biaya transportasi; • Biaya praktek lapang.

Program pelatihan dengan ciri-ciri berikut biasanya lebih cocok untuk pendekatan APP:

• dirancang khusus untuk proyek dan yang akan memenuhi kebutuhan spesifik pelaku usaha; • pelatihan sambil bekerja (on-the-job training) dengan teori terbatas;

• pelatihan dilakukan di lokasi proyek (konteks dan realitas spesifik);

• Sesi pelatihan tersusun secara sistematis sesuai tujuan pelatihan yang hendak dicapai; • jumlah peserta yang sesuai (tidak terlalu banyak sehingga individu tidak dapat sepenuhnya

berpartisipasi, tidak terlalu sedikit agar mengurangi biaya); • pelatih yang dapat berbicara bahasa lokal;

Pedoman 7: Pengenalan Pendampingan Periode

Awal

Menguji strategi dan mempersiapkan kelompok pelaku usaha

Menyelenggarakan pelatihan dengan pelaku usaha dalam rangka menentukan prosedur masa uji coba dan modalitas bantuan yang diberikan oleh proyek.

Selama pelatihan ini, pelaku usaha akan:

• mendiskusikan manfaat dari periode uji coba dan juga mempertimbangkan risiko apabila tidak melalui masa uji coba;

• memperbarui rencana kerja awal yang mereka buat di akhir tahap perumusan RPU, menggunakan Peralatan 8 – Jadwal yang disarankan untuk merencanakan masa uji coba.

Pada tahap ini semua pelaku usaha harus telah menyelesaikan rencana kerja terperinci sebelum melanjutkan lebih jauh.

Hasil akhir dari latihan peninjauan ini adalah jadwal dengan daftar kegiatan (lihat Pedoman 8). • Refleksikan kendala yang mungkin terjadi selama masa uji coba:

» Dalam kelompok kecil, pertimbangkan langkah-langkah yang mungkin untuk mencegah kesalahan dan mengatasi kendala;

» Gunakan Pedoman 9 - Kesalahan dan kendala yang mungkin timbul selama masa uji coba dan hasil langkah perbaikan yang sesuai.

Peran Anda sebagai fasilitator adalah:

• Menjelaskan bahwa peserta harus mencatat apa yang terjadi selama awal produksi, pengolahan

Dokumen terkait