• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 4. Tahap Awal Pelaksanaan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL 4. Tahap Awal Pelaksanaan Usaha. Panduan Fasilitator Lapangan: Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

3

MODUL 4

Tahap Awal Pelaksanaan Usaha

Panduan Fasilitator Lapangan:

Analisis dan Pengembangan Pasar

(APP)

4

Pengembangan wirausaha kehutanan berbasis masyarakat

(2)

MODUL 4

Diterjemahkan dan diadaptasi oleh:

(3)

ini sebagai bagian dari program Kehutanan Multi Pihak 3 (Multistakeholder Forestry Program 3) yang didanai oleh Pemerintah Inggris.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Rizki Pandu Permana (Sector Leader Agriculture)

SNV Indonesia

Jl. Kemang Timur Raya No.66 Jakarta Selatan 12730, Indonesia rpermana@snv.org | www.snv.org T +62 (0) 21 719 9900

Gabriella Lisa (Training Coordinator Indonesia Program)

RECOFTC – The Center for People and Forests Pusdiklat Kehutanan Jalan Gunung Batu Kotak Pos 141 Bogor 16118, Indonesia gabriella.lissa@recoftc.org | www.recoftc.org T +62 (0) 251 833 8444

(4)

Kata Pengantar ... v

Simbol-Simbol yang Digunakan dalam dalam Panduan Fasilitator Lapangan ...vi

Fase 4 Tahap Awal Pelaksanaan Usaha...1

Langkah 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) ...3

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU)” ...4

Langkah 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha ...7

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha Memperoleh Pelatihan yang dibutuhkan untuk Memulai Usaha” ...8

Langkah 3 Pelaku Usaha Memulai Aktivitias Usaha ... 10

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha Memulai Aktivitas Usaha” ... 11

Langkah 4 Pelaku Usaha Belajar Memonitor Aktivitas Usaha dan Mengevaluasi Hasil Usaha ... 13

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha Belajar Memonitor Aktivitas Usaha dan Mengevaluasi Hasil Usaha” ... 14

Pedoman untuk melakukan fasilitasi Pedoman 1: Prinsip Dasar untuk Membentuk Kelompok Simpan Pinjam, Peraturan dan Ketentuannya ... 17

Pedoman 2: Pengelolaan Dana Bergulir ... 20

Pedoman 3: Pengelolaan Rekening Tabungan di Bank ... 22

Pedoman 4: Identifikasi Kebutuhan Pelatihan ... 23

(5)

Pedoman 6: Negosiasi Ketentuan Layanan Pelatihan ... 25

Pedoman 7: Pengenalan Pendampingan Periode Awal ... 26

Pedoman 8: Jadwal yang Disarankan untuk Perencanaan Periode Awal ... 27

Pedoman 9: Kesalahan dan Kendala yang Mungkin Terjadi Selama Masa Uji Coba dan Tindakan Korektif yang Sesuai ... 28

Pedoman 10: Mendukung Produksi Awal ... 29

Pedoman 11: Mendukung Awal Masuk Pasar ... 30

Pedoman 12: Mendorong Pelaku Usaha untuk Membuat Kelompok yang Berorientasi Bisnis ... 31

Pedoman 13: Membuat Sistem Informasi Pasar Partisipatif ... 32

Pedoman 14: Peraturan Usaha dan Sikap Pelaku Usaha yang Baik ... 34

Pedoman 15: Pembuatan Kontrak ... 36

Pedoman 16: Mengembangkan Kemampuan Negosiasi Pelaku Usaha ... 38

Pedoman 17: Memfasilitasi Penilaian Kinerja Usaha ... 40

Pedoman 18: Analisis SWOT ... 43

Pedoman 19: Menganalisis Perubahan dan Mempersiapkan Tahap Selanjutnya ... 44

Pedoman 20: Formulir Tindak Lanjut untuk Tahap Awal Usaha ... 46

Pedoman 21: Formulir Tindak Lanjut yang digunakan di Mali ... 50

(6)

Kata Pengantar

Pembangunan lingkungan dan kehutanan yang berkelanjutan dan berkeadilan memerlukan peran serta yang aktif dan signifikan dari segenap pemangku kepentingan, seperti pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan para profesional. Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai skema yang mampu meningkatkan kesejahteraan, di antaranya melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilah dalam menganalisis dan mengembangkan pasar yang potensial di wilayah mereka.

Modul-modul Analisis dan Pengembangan Pasar (APP) telah dikembangkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian/Food and Agirculture OrganIzation pada tahun 2011, yang telah diterjemahkan dan diadaptasi oleh SNV (Stichting Nederlandse Vrijwilligers/Netherlands Development Organization) Indonesia dan the Center for People and Forests. Modul APP terdiri dari empat modul, yaitu Modul Pengantar, Modul 1 (Penilaian Situasi Saat Ini), Modul 2 (Survei Pemilihan Produk), dan Modul 3 (Mempersiapkan Rencana Pengembangan Usaha).

Modul-modul tersebut di atas telah diuji-coba untuk pelatihan para fasiltator di KPH Benakat (Sumatera Selatan), KPH Banjar (Kalimantan Selatan), KPH Alor (Nusa Tenggara Timur dan KPH Poigar (Sulawesi Utara). Selain itu, Modul-modul ini juga telah didiskusikan/dibahas di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumberdaya Manusia Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang keseluruhannya difasilitasi oteh Multi-stakeholder Forestry Programme 3 (MFP-3), proyek kerjasama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Inggris.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada MFP-3, dalam memfasilitasi penerjemahan/ adaptasi dan penerbitan Modul-modul ini. Akhir kata, semoga Modul-modul ini bermanfaat.

Jakarta, Mei 2017

Direktur Jenderal

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari

(7)

Simbol-Simbol yang Digunakan

dalam dalam Panduan Fasilitator

Lapangan

Informasi kunci: pelatih harus memahami secara mendalam sebelum memfasilitasi sesi latihan

Petunjuk rinci tentang pengaturan sesi pelatihan

Tujuan pembelajaran

Materi pelatihan yang diperlukan untuk sesi tersebut (dipersiapkan dan diadaptasikan dari alat pelatihan)

Pedoman pelatihan yang tersedia dari bab pedoman pelatihan dalam Panduan Fasilitator Lapangan dan diperlukan pada sesi tersebut

(8)

Informasi atau saran yang bermanfaat

Lihat Panduan bagi Fasilitator Lapangan

Lihat manual Analisis dan Pengembangan Pasar (APP)

Blanko catatan lapangan untuk digunakan oleh pelaku usahan dan dijelaskan selama pertemuan

Pedoman yang digunakan oleh fasilitator selama pertemuan

Informasi teoritis pada topik yang dibahas saat pertemuan

(9)
(10)

FASE 4

Tahap Awal Pelaksanaan Usaha

Pengantar

Pada tahap ini, beberapa pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha sudah dikenali dan RPU mereka telah diterima. Tim manajemen proyek dan pelaku usaha memiliki pemahaman tentang pelatihan dan kebutuhan bimbingan, yang umumnya meliputi:

• Memulai kontak dengan penyedia keuangan; • Memulai persiapan teknis;

• Menghubungkan dengan penyedia jasa;

• Mengembangkan kapasitas untuk memantau kinerja usaha.

Tujuan Fase 4

Tujuan dari Fase 4 adalah untuk membantu fasilitator mengenalicara untuk mendukung pelaku usaha selama fase awal usaha mereka.

Fase 4 akan difokuskan untuk membantu usaha baru bergerak maju dengan menyediakan dukungan untuk mengatasi kendala seperti:

• Kurangnya minat lembaga keuangan terhadap usaha mikro; • Kurangnya keterampilan teknis;

• Kurangnya informasi pasar;

• Kurang pengetahuan akan layanan pendukung yang tersedia.

Bersamaan dengan upaya mendukung pelaku usaha / kelompok pelaku usaha, tim manajemen proyek dan fasilitator akan terus bertindak dengan cara yang netral, yaitu lebih menekankan kegiatan fasilitasi proses dibandingkan mengimplementasikannya untuk kepentingan pelaku usaha. Pelaku usaha tetap menjadi pengambil keputusan dan pelaku utama dalam usaha mereka, sedangkan fasilitator dan tim proyek

memberikan bimbingan dan dukungan agar pelaku usaha dapat berhasil merealisasikan RPU mereka. Peran ini sangat penting sehingga disarankan untuk membawa penyedia layanan eksternal jika fasilitator dan tim proyek tidak memiliki keterampilan untuk memberikan dukungan yang diperlukan.

(11)

FASE 4: TAHAP AWAL PENGEMBANGAN USAHA LANGKAH 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) LANGKAH 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha LANGKAH 3 Pelaku usaha memulai aktivitas usaha LANGKAH 4 Pelaku usaha belajar memonitor aktivitas usaha dan mengevaluasi hasil usaha KELUARAN FASE 4

1. Pelaku usaha memobilisasi pendampingan yang mereka perlukan untuk memulai usaha mereka 2. Pelaku usaha memulai aktivitas usaha (dengan dukungan dari fasilitator)

3. Pelaku usaha terbiasa dengan metode-metode untuk memonitor aktivitas usaha dan dapat mengevaluasi hasil usaha mereka

(12)

Langkah 1

Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang

direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU)

FASE 4: TAHAP AWAL PENGEMBANGAN USAHA

LANGKAH 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) LANGKAH 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha LANGKAH 3 Pelaku usaha memulai aktivitas usaha LANGKAH 4 Pelaku usaha belajar memonitor aktivitas usaha dan mengevaluasi hasil usaha

Saat melakukan survei selama Fase 2, pelaku usaha mengumpulkan informasi tentang kemungkinan sumber pendanaan untuk usaha mereka (PFL 2, Pedoman 6). Mereka juga mempelajari pentingnya kredit dan mengetahui pilihan yang tersedia untuk membiayai usaha mereka setelah terlibat dalam kegiatan “Mengelola Uang, Mengelola Kelompok” (PFL 3, Pedoman 6).

Selama Fase 3, pelaku usaha mengevaluasi potensi laba usaha mereka dan menunjukkan berapa banyak dana yang akan dibutuhkan di dalam RPU untuk memulai usaha mereka dan memenuhi kebutuhan finansial jangka pendek serta bagaimana dana tersebut akan diperoleh.

Sebagai fasilitator, Anda juga harus sadar akan pelaku usaha (atau kelompok pelaku usaha) yang: • Mengajukan hibah;

• Menginvestasikan dana usaha pribadi untuk usaha mereka; • Membuat simpanan dan kelompok kredit;

• Mengajukan pinjaman jangka pendek; • Mengajukan pinjaman jangka panjang.

Anda juga harus tahu berapa banyak dana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha untuk setiap jenis kegiatan dan kapan dana tersebut akan dibutuhkan.

(13)

Waktu • Proses membantu pelaku usaha untuk mendapatkan sumber dana mungkin akan berlangsung selama seminggu sampai sebulan (atau lebih), tergantung jenis kredit dan banyaknya pelaku usaha yang terlibat.

• Kegiatan tindak lanjut setelah usaha mulai beroperasi akan

membutuhkan dukungan rutin selama tahun pertama, kemungkinan memerlukan beberapa hari kerja tambahan.

Tujuan Pembelajaran

• Pada akhir sesi, fasilitator akan dapat membuat daftar kegiatan yang dibutuhkan untuk membantu pelaku usaha dalam mendapatkan sumber dana yang diperlukan untuk mengawali operasi usaha mereka.

Materi pembelajaran

• Peta proses APP;

• Keluaran dari fase 3 dimuat dalam sebuah kertas presentasi; • Hasil utama dari analisis RPU.

Pedoman Pelatihan

• Pedoman 1 – Prinsip dasar untuk membentuk Kelompok Simpan Pinjam (KSP) aturan dan ketentuan;

• Pedoman 2 – Mengelola dana bergulir;

• Pedoman 3 – Mengelola rekening simpanan di bank

Memfasilitasi sesi: Pada tingkat proyek

Meninjau kebijakan finansial proyek untuk mengkomunikasikan harapan yang realistis kepada pelaku usaha. Anda perlu memahami sejauh mana lembaga memimpin bersedia untuk

mendukung pelaku usaha. Apakah lembaga tersebut bersedia untuk berkontribusi kepada kredit inventaris (sebagian dari hasil digunakan sebagai jaminan) atau untuk berkomitmen menyisihkan dana ke rekening simpanan wajib yang diperlukan untuk mengakses pinjaman?

Simpulkan hasil analisis kebutuhan finansial dalam RPU:

• Buatlah daftar usaha/ kelompok usaha yang membutuhkan bantuan finansial;

• Buatlah daftar status hukum yang berbeda dan jumlah usaha untuk untuk masing-masing jenis status hukum;

• Hitunglah jumlah usaha untuk setiap produk;

• Merekapitulasi total volume dan pendapatan penjualan yang diproyeksikan untuk musim, bulan dan tahun pertama;

• Buatlah daftar segmen pasar utama dan lokasi geografi mereka.

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku usaha

memperoleh sumber pembiayaan seperti yang

direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha

(RPU)”

(14)

Dengan penyedia jasa finansial

Berhubungan dengan penyedia jasa finansial yang potensial dengan tujuan:

• Menggali informasi tentang jasa finansial yang tersedia, persyaratan dan kriteria kelayakannya; • Memperkenalkan pelaku usaha dan kebutuhan finansial mereka. Anda akan menegaskan

bahwa para pelaku usaha tersebut telah melalui proses perencanaan terperinci dan bahwa tim proyek akan terus membantu pelaku usaha selama tahap awal usaha mereka;

• Negosiasikan kondisi yang menguntungkan terkait pelaku usaha dalam bentuk kelompok karena mereka dapat lebih sering mewakili pasar yang lebih besar daripada pelaku usaha perseorangan;

• Yakinkan mereka untuk mengunjungi beberapa pelaku usaha.

Berhubungan dengan penyedia finansial lain yang potensial seperti proyek / program, donatur yang menawarkan pinjaman lunak atau hibah dan berikan mereka informasi yang sama.

Dengan kelompok pelaku usaha

Ketika Anda siap, selenggarakan rapat dengan perwakilan dari kelompok pelaku usaha. Dalam rapat ini, Anda akan:

• Memperkenalkan tujuan, langkah-langkah dan hasil dari Fase 4; • Membagikan hasil analisis RPU;

• Menjelaskan komponen utama dalam strategi bantuan seperti: » Menghubungkan pelaku usaha dengan jasa finansial; » Mengatur kursus pelatihan teknis dan manajerial; » Menghubungkan dengan penyedia jasa.

• Menggambarkan prinsip dan cara memberikan bantuan:

» Tim proyek tidak hanya akan memberikan bantuan langsung yang terbatas tetapi juga akan membantu menghubungkan pelaku usaha dengan jasa yang mereka butuhkan untuk memulai usaha.

• Menjawab keraguan dan pertanyaan untuk menghindari harapan yang tidak tepat. • Menjelaskan bahwa Anda akan bekerja dengan setiap kelompok pelaku usaha untuk

merencanakan pelatihan dan kegiatan bimbingan, dimulai dengan jasa finansial.

Perhatikan bahwa pada Fase 3, Anda dapat memutuskan untuk melakukan diskusi / asistensi perorangan untuk setiap kelompok pelaku usaha yang berurusan dengan produk yang sama atau membentuk kelompok-kelompok kecil dari mereka yang mengerjakan produk yang sama dalam sebuah pertemuan tunggal.

Siapkan masing-masing kelompok untuk mengakses jasa finansial sesuai dengan status dan kebutuhan mereka

Fasilitator sering terlalu menekankan pentingnya sumber kredit eksternal, yang kemungkinan dapat menunda kegiatan kewirausahaan. Selain itu, pelaku usaha juga sering menunggu dana sebelum memulai kegiatan mereka. Memperoleh sumber keuangan dapat menghabiskan waktu yang lama, dan pelaku usaha mungkin sudah banyak lupa akan keterampilan APP mereka pada saat dana telah tersedia. Di lokasi di mana kredit eksternal sulit diperoleh, Anda harus menekankan alternatif seperti Kelompok Simpan Pinjam (KSP)

Selama persiapan RPU (Fase 3), telah dijelaskan bahwa pelaku usaha dapat memulai kegiatan mereka dengan modal terbatas, menginvestasikan keuntungan mereka secara bertahap dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas usaha mereka. Sebagai contoh, dibandingkan memilih untuk segera membangun gudang atau ruang pengolahan, mereka dapat memilih untuk menyewa gudang atau ruang pengolahan di tahap awal.

(15)

1. Untuk kelompok yang memerlukan kredit internal:

• Tinjau kemungkinan menyiapkan SLG dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman dalam manajemen finansial pada awal usaha. Lembaga finansial lebih bersedia untuk memberikan kredit kepada kelompok yang telah berpengalaman dalam manajemen kredit. • KSP sering kali menjadi solusi terbaik untuk usaha dimana jasa finansial formal sulit diakses. • KSP umumnya dibuat ketika ada kebutuhan untuk mengelola uang secara kolektif dengan

tujuan untuk mendapatkan hasil terbaik dari modal yang ada.

Catatan: Umumnya, intervensi dan bantuan keuangan mikro diberikan oleh organisasi non-pemerintah, yang telah memiliki jaringan dan staff proyek. Ketika layanan tersebut tersedia, disarankan untuk berkolaborasi dengan mereka daripada proyek mencoba untuk membentuk SLG baru. Sebagai fasilitator, Anda akan memerlukan beberapa latar belakang pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar untuk membentuk SLG. Untuk ini, lihat Peralatan 1, Prinsip untuk membentuk SLG, aturan dan ketentuan.

2. Untuk kelompok yang mendapat dana bergulir:

• Pastikan bahwa pelaku usaha yang memperoleh keuntungan dari dana bergulir mendapat pelatihan yang tepat untuk menggunakan dana tersebut.

• Lihat Pedoman 2; Mengelola dana bergulir, untuk detil lebih lanjut. 3. Untuk kelompok yang mencari kredit eksternal dari lembaga finansial:

• Gambarkan secara detil kriteria yang harus dipenuhi pelaku usaha agar mendapat kredit dari lembaga finansial.

• Berdasarkan kriteria-kriteria ini, Anda akan membantu pelaku usaha untuk:

• Menyesuaikan RPU mereka untuk memastikan bahwa semua informasi yang dibutuhkan telah dimasukkan;

• Rumuskan proposal pengajuan pinjaman mereka dan penuhi seluruh persyaratan yang diperlukan.

• Jelaskan dasar pengelolaan deposito bank menggunakan Peralatan 3, Mengelola rekening simpanan di bank.

4. Untuk kelompok yang mempunyai calon donatur yang bersedia memberikan pinjaman lunak atau hibah:

• Tinjau secara rinci proses yang harus dilalui pelaku usaha untuk mengajukan hibah dan bantu mereka untuk melengkapi formulir aplikasi dan buat RPU mereka sesuai dengan spesifikasi donatur.

5. Untuk semua kelompok terlepas dari tipe kredit yang dipilih: • Tekankan bahwa semua dana perlu dikelola dengan benar.

• Berikan pelatihan dalam manajemen finansial dasar, termasuk pembukuan dan hubungan dengan lembaga finansial.

Memberikan dukungan selama operasi awal usaha:

Kadang ketika pelaku usaha menerima pendapatan pertama mereka, mereka lupa menyimpan uang untuk biaya operasional atau pembayaran pinjaman. Walaupun perilaku ini cukup normal, kurangnya dana untuk menutupi biaya operasional dapat menyebabkan kegagalan bisnis, oleh karena itu penting untuk tetap mendampingi pelaku usaha selama fase awal operasi mereka. Hadirlah ketika mereka melakukan penjualan pertama mereka dan sarankan mereka agar segera menyisihkan dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha dan membayar hutang mereka.

(16)

Langkah 2

Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk

memulai usaha

FASE 4: TAHAP AWAL PENGEMBANGAN USAHA

LANGKAH 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) LANGKAH 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha LANGKAH 3 Pelaku usaha memulai aktivitas usaha LANGKAH 4 Pelaku usaha belajar memonitor aktivitas usaha dan mengevaluasi hasil usaha

Pada tahap ini, pelaku usaha seharusnya telah membeli peralatan dan bahan baku yang mereka butuhkan untuk memulai operasional usaha mereka. Bahkan jika beberapa pelaku usaha belum memiliki semua dana yang mereka butuhkan untuk pembelian tersebut, tetap maju ke Langkah 2 agar mereka dapat terus bergerak maju dengan kegiatan mereka.

Saat mengembangkan RPU mereka, beberapa pelaku usaha mungkin telah mengenali beberapa kesenjangan tertentu dalam pengetahuan dan keterampilan mereka. Pelatihan perlu diberikan untuk mengatasi kesenjangan ini sebelum mereka memulai usahanya. Langkah 2 adalah tentang membantu pelaku usaha untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan tersebut.

Catatan: Terkadang sulit untuk membedakan kegiatan pelatihan Langkah 2 dan 3. Kegiatan pelatihan yang disajikan pada Langkah 2 sangat penting bagi pelaku usaha sebelum melaksanakan usaha mereka. Aktivitas yang disajikan pada Langkah 3 dapat dilakukan kemudian dan setelah usaha tersebut beroperasi.

(17)

Waktu • Proses membimbing pelaku usaha untuk mendapatkan keterampilan

yang mereka butuhkan untuk mendirikan usaha mereka mungkin akan memakan waktu selama seminggu sampai sebulan (atau lebih), tergantung kebutuhan pelatihan, banyaknya pelaku usaha, logistik dan sumber dana yang tersedia untuk bantuan.

Tujuan Pembelajaran

• Pada akhir sesi, fasilitator akan dapat membuat daftar kegiatan yang dibutuhkan mereka untuk membimbing dalam rangka membantu pelaku usaha dalam mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan untuk mendirikan operasi mereka.

Materi pembelajaran

• Peta proses APP;

• Keluaran Fase 3 yang dimuat dalam sebuah kertas presentasi; • Hasil utama dari analisis RPU;

• Tabel yang berisikan daftar penyedia jasa lokal, regional, dan nasional per topik sebagaimana yang telah ditentukan selama Langkah 2.

Pedoman Pelatihan

• Pedoman 1 – Mengenali penyedia pelatihan; • Pedoman 2 – Contoh daftar penyedia pelatihan; • Pedoman 3 – Merundingkan ketentuan jasa pelatihan.

Memfasilitasi sesi: Pada tingkat proyek

• Rangkum hasil dari analisis RPU yang berhubungan dengan bantuan pelatihan: » Buat daftar topik untuk kebutuhan pelatihan yang telah dikenali.

» Perkirakan jumlah pelaku usaha atau kelompok usaha yang membutuhkan pelatihan. » Evaluasi jumlah pelaku usaha yang mungkin memiliki kebutuhan pelatihan yang sama

meskipun mereka tidak menyebutkannya dalam RPU mereka.

• Tinjau penyedia pelatihan yang layak dengan menggunakan Pedoman 4, Mengenali penyedia pelatihan.

• Merujuk kembali ke tabel yang berisi penyedia jasa lokal, regional, dan nasional per topik pelatihan seperti yang diatur dalam Langkah 2. (PFL 2, lihat Daftar isian 4, Pedoman 13 dan dalam Daftar isian 6, Pedoman 16).

• Lengkapi tabel menggunakan Pedoman 5 – Contoh daftar penyedia pelatihan.

Dengan kelompok pelaku usaha

Siapkan setiap kelompok untuk menerima pelatihan sesuai kebutuhan mereka dengan: • Meninjau dan memperbaharui daftar kebutuhan pelatihan yang dikenali dalam RPU. • Mendiskusikan isu-isu praktis tentang pelatihan dengan pelaku usaha untuk menetapkan:

» Ketersediaan peserta; » Jumlah peserta per pelatihan;

» Kendala-kendala seperti bahasa, materi pelatihan, dll.

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha

Memperoleh Pelatihan yang dibutuhkan untuk

Memulai Usaha”

(18)

Dengan penyedia pelatihan

1. Pertimbangkan pilihan-pilihan untuk pelatihan dalam lima bidang pengembangan usaha: • Penjualan: Pelatihan dapat berisi topik seperti pengertian-pengertian yang berhubungan

dengan usaha, penganggaran belanja, pembukuan, pengelolaan dana koperasi dan simpanan, pengaturan inventaris dan persediaan, hubungan dengan pelanggan, pengembangan produk, pengendalian mutu, pengelolaan produk, atau identifikasi peluang pasar.

• Pengelolaan sumber daya: Pelatihan dapat berisi topik seperti pemanenan, penanaman, mekanisme masyarakat untuk mengatur sumber daya, pengelolaan sumber daya milik umum, penggunaan hak kekayaan sumber daya dan produk lokal atau perencanaan pengelolaan sumber daya.

• Perkembangan sosial: Pelatihan dapat berisi topik seperti pembentukan, penguatan, dan pendampingan kelompok.

• Kelembagaan: Pelatihan dapat berisi topik seperti resolusi konflik untuk pengelolaan sumber daya atau advokasi dalam politik, hukum dan undang-undang yang terkait dengan produk hasil tanaman dan hasil hutan.

• Teknologi: Pelatihan dapat berisi topik seperti teknologi pengolahan dan penyimpanan yang berhubungan dengan produk usaha.

Beberapa metode dapat digunakan untuk membangun kapasitas diantara pelaku usaha. Tinjauan dari metode ini dimuat dalam Peralatan 6, Merundingkan ketentuan jasa pelatihan.

2. Hubungi ahli yang dapat memberikan pelatihan untuk proyek Anda dengan tujuan: • Memperoleh gambaran program pelatihan dan syarat-syaratnya;

• Menjelaskan kebutuhan pelatihan proyek Anda dan jenis pelatihan yang dibutuhkan • (sebuah daftar berisi poin-poin sebagai bahan pertimbangan saat bernegosiasi dengan

penyedia pelatihan ada di Peralatan 6 – Merundingkan ketentuan jasa pelatihan); • Menjelaskan manfaat nyata pelatihan untuk kelompok pelaku usaha;

• Meyakinkan mereka untuk mengunjungi kelompok pelaku usaha untuk menyelesaikan penilaian kebutuhan pelatihan.

Kiat-Kiat Fasilitasi • Penilaian kebutuhan pelatihan diselesaikan sebelum pelaku usaha melaksanakan usaha mereka dan harus diulangi ketika keterampilan mereka dinilai tidak cukup untuk menjalankan usaha dengan baik. Contohnya, pelatihan teknis dibutuhkan ketika mengadopsi proses produksi baru dan harus diulang ketika sebuah teknologi baru muncul. Pelatihan teknis tambahan dan pelatihan pembukuan atau manajemen dapat dilakukan sebelum atau setelah masa percontohan (Fase 3, Langkah 3).

• Akses terhadap pelatihan adalah masalah yang penting bagi wanita. Pastikan bahwa wanita dapat menghadiri pelatihan, misalnya dengan mengadakannya di dekat rumah mereka dan pada saat yang memungkinkan mereka untuk hadir. Penitipan anak juga dapat disediakan.

(19)

Langkah 3

Pelaku Usaha Memulai Aktivitias Usaha

FASE 4: TAHAP AWAL PENGEMBANGAN USAHA

LANGKAH 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) LANGKAH 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha LANGKAH 3 Pelaku usaha memulai aktivitas usaha LANGKAH 4 Pelaku usaha belajar memonitor aktivitas usaha dan mengevaluasi hasil usaha

Pelaku usaha sekarang telah mendapatkan sumber dana dan menerima pelatihan. Mereka sekarang siap untuk memulai kegiatan mereka. Walaupun demikian, mereka lebih baik memulai usaha produksi dan pemasaran pada skala kecil selama periode percontohan awal sebelum memproduksi dan menjual pada skala yang lebih besar.

Sebagai fasilitator, peran Anda selama masa uji coba adalah membantu pelaku usaha untuk menguji strategi yang dikembangkan sebelumnya. Ini juga akan memungkinkan Anda untuk mengenali pelaku usaha yang benar-benar serius dan berkomitmen. Sebagai tambahan, Anda akan mendorong pelaku usaha untuk saling berhubungan dan membentuk kelompok yang berorientasi bisnis. Sebagai fasilitator, peran Anda adalah untuk memperkuat kelompok-kelompok ini dengan memberikan saran-saran untuk mengembangkan bisnis dan menghubungkan mereka dengan penyedia jasa yang tepat.

(20)

Waktu

• Selama periode percontohan, fasilitator akan mengunjungi kelompok-kelompok pelaku usaha secara berkala. Langkah ini dapat berlangsung selama 3 – 9 bulan, tergantung dengan kelender produksi dan penjualan usaha.

Tujuan Pembelajaran

Pada akhir sesi, pelaku usaha akan:

• Menguji produksi mereka, manajemen dan strategi pasar dengan dukungan dari fasilitator;

• Membentuk jaringan atau kelompok pelaku usaha;

• Mengerti bagaimana mereka dapat menjadi lebih kuat di pasar mereka.

Materi pembelajaran

• Peta proses APP;

• RPU dan rencana kerja untuk periode percontohan.

Pedoman Pelatihan

• Pedoman 7 – Pendampingan pengenalan masa uji coba;

• Pedoman 8 – Jadwal yang disarankan untuk merencanakan masa uji coba.;

• Pedoman 9 – Kesalahan dan kendala yang mungkin muncul selama periode percontohan dan tindakan perbaikan yang sesuai;

• Pedoman 10 – Mendukung produksi awal; • Pedoman 11 – Mendukung awal masuk ke pasar;

• Pedoman 12 – Mendorong pelaku usaha untuk membuat kelompok yang berorientasi bisnis;

• Pedoman 13 – Membuat sebuah Sistem Informasi Pasar (SIP) yang partisipatif;

• Pedoman 14 – Peraturan bisnis dan tingkah laku yang sesuai; • Pedoman 15 – Membuat kontrak;

• Pedoman 16 – Mengembangkan kemampuan negosiasi pelaku usaha.

Memfasilitasi sesi: Masa uji coba

Selama tahap awal perngembangan usaha, pelaku usaha tidak akan tahu apakah target yang mereka tetapkan realistis dan akan memberikan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk bekerja sama dengan mereka dan, apabila memungkinkan, sering membuat diskusi pendek.

Selama periode ini, peran Anda adalah untuk:

• Meninjau dan memperbaiki proses produksi seperlunya dengan tujuan untuk memproduksi produk angkatan pertama untuk uji coba pasar;

• Pastikan bahwa produksi angkatan pertama dijual di pasar dengan tujuan memeriksa mutu produk dan mendapatkan umpan balik dari pelanggan;

• Integrasikan umpan balik dari uji coba pasar ke perkembangan usaha (sesuaikan mutu produk, dapatkan kontrak, tinjau kembali strategi harga, desain metode pengiklanan, dll.);

• Identifikasi studi dan pelatihan tambahan yang dibutuhkan sebelum berpindah ke skala produksi yang ebih besar.

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha

Memulai Aktivitas Usaha”

(21)

Aturlah sebuah lokakarya dengan pelaku usaha untuk menetapkan prosedur-prosedur selama masa uji coba ini dan juga pendampingan pengenalan masa uji coba.

Selama masa uji coba

1. Tentukan bantuan yang dibutuhkan

Bantuan Anda mungkin diperlukan di lima bidang pengembangan usaha. Apabila kemampuan Anda tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha, peran Anda adalah menjadi penghubung pelaku usaha dengan penyedia jasa pengembangan bisnis komersial (BDS) seperti pelaku usaha yang berpengalaman, pemasok peralatan, LSM atau lembaga pendampingan, dll.

2. Produksi

Lihat Pedoman 10 – Mendukung produksi awal. 3. Membawa produk ke pasar

Peran Anda adalah untuk menghubungkan pelaku usaha dengan mitra dan konsumen komersial. Lihat Pedoman 11 – Mendukung awal masuk ke pasar.

4. Contoh dukungan bisnis untuk membantu pelaku usaha selama tahap awal usaha mereka Ada banyak kegiatan pendukung bisnis yang dapat membantu pelaku usaha selama tahap uji coba. Salah satu yang dimuat di pedoman ini terutama relevan untuk pelaku usaha kecil hutan dan pohon dan termasuk:

• Mendorong pelaku usaha untuk membuat kelompok yang berorientasi bisnis (lihat Pedoman 12);

• Mendorong kelompok pelaku usaha untuk:

» Mengembangkan SIP partisipatif sederhana (Pedoman 13); » Menetapkan dan menghargai peraturan bisnis (Pedoman 14);

» Menegosiasikan kontrak dengan pemasok dan atau penjual (Pedoman 15); » Memperkuat posisi mereka di pasar (Pedoman 16).

Kiat-Kiat Fasilitasi • Kunjungi pelaku usaha secara teratur untuk mengevaluasi kemajuan mereka dan menghindarkan mereka membuat kesalahan yang tidak bisa diperbaiki.

• Pelaku usaha mungkin merasa sulit untuk mengambil keputusan sendiri dan akan membutuhkan bantuan Anda untuk tahapan selanjutnya.

(22)

Langkah 4

Pelaku Usaha Belajar Memonitor Aktivitas Usaha dan

Mengevaluasi Hasil Usaha

FASE 4: TAHAP AWAL PENGEMBANGAN USAHA

LANGKAH 1 Pelaku usaha memperoleh sumber pembiayaan seperti yang direncanakan dalam Rencana Pengembangan Usaha (RPU) LANGKAH 2 Pelaku usaha memperoleh pelatihan yang dibutuhkan untuk memulai usaha LANGKAH 3 Pelaku usaha memulai aktivitas usaha LANGKAH 4 Pelaku usaha belajar memonitor aktivitas usaha dan mengevaluasi hasil usaha

Pelaku usaha belajar untuk memantau kegiatan mereka dan mengevaluasi hasilnya.

Untuk menciptakan kemandirian usaha di masa mendatang, pelaku usaha perlu untuk bisa memantau usaha mereka dan bereaksi terhadap perubahan yang pasti akan memengaruhi lingkungan pasar. Dalam langkah ini, peran Anda adalah untuk membantu pelaku usaha membuat sistem monitor sederhana untuk usaha mereka.

(23)

Waktu

• Fasilitator akan secara rutin mengunjungi pelaku usaha selama periode percontohan. Ini mungkin akan berlangsung selama 3 – 9 bulan, tergantung dengan kalender produksi dan penjualan usaha.

Tujuan Pembelajaran

Pada akhir sesi, pelaku usaha akan:

• Memilih alat dan metode untuk memantau dan menilai kegiatan-kegiatan mereka.

Materi pembelajaran

• Peta proses APP;

• RPU dan rencana kerja untuk periode percontohan; • Buku operasi dan perhitungan keuangan usaha.

Pedoman Pelatihan

• Pedoman 13 – Membuat Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif; • Pedoman 17 – Memfasilitasi penilaian kinerja usaha;

• Pedoman 18 – Analisis SWOT;

• Pedoman 19 – Menganalisis perubahan dan mempersiapkan hal berikutnya;

• Pedoman 20 – Formulir tindak lanjut untuk tahap awal; • Pedoman 21 – Formulir tindak lanjut yang digunakan;

• Pedoman 22 – Tindak lanjuti usaha yang digunakan selama fase dan operasi awal.

Memfasilitasi sesi:

1. Aturlah sebuah diskusi dengan pelaku usaha atau perwakilan dari kelompok pelaku usaha untuk menetapkan sistem monitor:

Jelaskan bahwa memonitor usaha mencakup penilaian awal kinerja sebuah usaha untuk membuat tujuan yang realistis dan menghadapi masalah potensial di tahun mendatang. 2. Penilaian kinerja

Pelaku usaha perlu melihat kembali operasi di tahun sebelumnya. Dari sini, mereka akan belajar apa saja yang berjalan sesuai rencana dan apa yang tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai seorang fasilitator, peran Anda adalah untuk membuat mereka mengerti: • Apa yang perlu dinilai;

• Pertanyaan apa yang perlu ditanyakan;

• Dimana dan bagaimana hasil informasi harus dicatat.

Penilaian ini harus dilakukan setidaknya setahun sekali, tetapi akan lebih baik dilakukan per semester karena akan membantu pelaku usaha untuk mengambil keputusan dengan informasi yang lebih baik.

Mengaculah pada Pedoman 17 – Memfasilitasi penilaian kinerja usaha, untuk memfasilitasi sesi ini.

Melaksanakan Sesi Pelatihan “Pelaku Usaha Belajar

Memonitor Aktivitas Usaha dan Mengevaluasi

(24)

Setelah analisis singkat tentang kinerja usaha mereka, pelaku usaha mungkin menyadari bahwa mereka tidak mampu untuk memenuhi beberapa target mereka atau bahwa mereka menghadapi kendala-kendala akibat perubahan di lingkungan pasar. Hasilnya, mereka mungkin menyimpulkan bahwa mereka tidak dapat menentukan rencana yang realistis jika mereka tidak menilai

lingkungan pasar mereka secara teratur.

3. Penilaian lingkungan bisnis perlu mengenali masalah dan menghadapi perubahan

Pelaku usaha harus memantau lingkungan pasar mereka karena mereka perlu menyadari adanya perubahan dan bagaimana perubahan itu mungkin mempengaruhi usaha mereka. Hal ini akan dibahas dalam sesi kedua lokakarya.

Bersama-sama dengan pelaku usaha, Anda akan:

• Meninjau kembali informasi dasar di lingkungan bisnis yang digunakan di Fase 3 untuk mempersiapkan RPU.

• Mengembangkan sistem untuk mengumpulkan informasi secara teratur di lingkungan bisnis. • Meninjau bagaimana cara menganalisis informasi tersebut setidaknya secara tahunan untuk

mendeteksi perubahan yang dapat mempengaruhi usaha.

• Membuat target yang realistis untuk rencana usaha di siklus selanjutnya.

Lingkungan bisnis sebuah usaha tidak hanya tentang pasar. Ini juga mencakup seluruh bidang pengembangan usaha. Untuk sukses, usaha perlu beradaptasi dengan perundang-undangan baru dan perubahan sosial, ekologis atau teknis.

Untuk meningkatkan kesadaran para pelaku usaha, Anda akan:

• Mengatur sebuah studi lapangan dari lingkungan bisnis saat ini (seperti di Fase 2, tapi kurang mendalam). Jenis informasi yang dikumpulkan akan sama dengan yang dikumpulkan saat mempersiapkan rencana penjualan untuk RPU (lihat Fase 3, Langkah 1 dan 2);

• Memfasilitasi diskusi hasil studi. Lakukan sebuah analisis SWOT (lihat Pedoman 18);

• Mendiskusikan kemungkinan cara untuk mengumpulkan informasi. Jelaskan bahwa membuat sebuah Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif adalah salah satu metode yang paling berguna. Merujuk kepada Pedoman 13 – Membuat sebuah Sistem Informasi Pasar (SIP) partisipatif; • Mendiskusikan bagaimana cara menganalisis informasi baru secara rutin menggunakan

Pedoman 19 – Menganalisis perubahan dan mempersiapkan rencana berikutnya dengan sesuai.

4. Menindak lanjuti usaha

Anda mungkin perlu menggunakan alat yang berbeda untuk merangkum informasi yang berkaitan dengan kemajuan usaha secara berkala. Contoh alat-alat yang dikembangkan oleh beberapa proyek dimuat dalam Pedoman 20 sampai 22.

(25)

Pedoman untuk

melakukan fasilitasi

1 Peralatan harus disesuaikan dengan konteks lokal, bahasa dan kebutuhan-kebutuhan khusus pada proyek

“Dengan merangkak, seorang anak belajar berdiri”

(26)

Pedoman 1: Prinsip Dasar untuk Membentuk

Kelompok Simpan Pinjam, Peraturan dan

Ketentuannya

Prinsip utama dibalik sebuah KSP

• Sebuah KSP adalah sekelompok individu yang dipilih sendiri yang memutuskan untuk

mengumpulkan tabungan mereka dan menyimpannya di tempat yang aman untuk waktu tertentu yang telah disepakati dengan tujuan untuk membuat pinjaman kepada anggotanya.

• Kelompok membuat peraturan mereka sendiri dengan cara yang demokratis dan kooperatif. • Kelompok bertemu secara rutin untuk kegiatan mengumpulkan simpanan dan mengelola

pinjaman.

• Kelompok mempunyai kapasitas untuk menyimpan dan kebutuhan untuk mengakses pinjaman. • Pada akhir siklus, dana didistribusikan kembali atau membuat siklus baru.

• Nilai dana simpanan meningkat seiring waktu berkat biaya jasa yang dibayar pada pinjaman. • Setiap anggota mempunyai hak suara yang sama terlepas jumlah kontribusi mereka.

• Anggota kelompok dapat menggunakan dana untuk keadaan darurat dan/ atau untuk mendanai kegiatan komunitas melalui Dana Darurat/ Sosial.

• Sampai modal didistribusikan kembali, dana dimiliki oleh kelompok secara komunal.

• Setiap siklus didukung penuh dengan komite manajemennya sendiri yang dipilih oleh semua anggota kelompok.

KSP dibentuk untuk meningkatkan modal kerja usaha

Kelompok Simpan Pinjam biasanya dibentuk untuk mengelola uang secara kolektif dengan tujuan optimalisasi modal yang tersedia. Kelompok akan mengajarkan anggotanya praktek menyimpan dan mengelola dan, dalam jangka panjang akan meningkatkan akses mereka terhadap pinjaman. Ketika KSP dibentuk untuk mendukung pembuatan usaha, tujuan mereka adalah untuk mengumpulkan modal kerja.

Ini berarti bahwa:

• Anggota kelompok yang telah menabung untuk tujuan lain sekarang akan menabung untuk kegiatan pengembangan usaha, dan mungkin tidak bersedia mengambil risiko yang berkaitan dengan memberikan pinjaman;

• Anggota kelompok mungkin ingin menetapkan aturan tentang batas jasa simpanan dan pinjaman untuk individu, karena tujuan utama adalah untuk melayani usaha kelompok;

• Anggota kelompok mungkin ingin memasukkan tanggung jawab dan kewajiban simpanan dan pinjaman kepada anggota sebagai bagian dari aturan usaha kelompok.

KSP juga dapat digunakan untuk manajemen risiko

Manajemen risiko mungkin adalah alasan yang paling menggiurkan untuk membentuk kelompok simpan pinjam dan, jika demikian, tujuan ini harus dijelaskan di Konstitusi (lihat petunjuk dalam kegiatan simpan pinjam untuk penjelasan lebih lanjut).

Peraturan simpanan dan pinjaman

Kelompok memerlukan modal kerja

Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan ketika membentuk sebuah KSP:

• Biaya produksi per unit, dengan mempertimbangkan masalah-masalah seperti waktu sebelum hasil finansial diperoleh, volume arus kas, kecenderungan usaha, asal sumber daya untuk membuat produk dan jangka waktu pengolahan;

• Jenis kegiatan yang dilakukan dan hasil produk yang dibuat.

• Kebutuhan finansial dari usaha kecil berbasis hutan yang berpusat pada produk hasil tanaman dan kayu biasanya investasi modal tetap di tahun-tahun awal dan investasi modal kerja jangka panjang;

• Kebutuhan finansial dari usaha kecil berbasis hutan berpusat pada produk non-kayu biasanya investasi modal tetap rendah (sebagian besar untuk pengolahan) dan investasi modal kerja jangka pendek.

(27)

Kegiatan-kegiatan yang memenuhi syarat untuk pinjaman

Karena diversifikasi sumber pendapatan adalah sebuah nilai tambah. Tindakan membatasi kegiatan yang layak untuk mendapatkan pinjaman dapat menjadi suatu kesalahan. Selain itu, kegiatan rumah tangga dan produktif adalah kegiatan yang sangat saling tergantung dalam kebanyakan usaha skala kecil, jadi membatasi kegiatan yang layak untuk mendapatkan pinjaman bisa menjadi tidak realistis. Berdasarkan hal ini, pelaku usaha harus membuat peraturan mereka sendiri untuk mengakses pinjaman.

Biaya jasa

Pelaku usaha harus mempertimbangkan dua kriteria utama untuk menetapkan biaya jasa mereka: suku bunga pasar dan pendapatan dari kegiatan yang sudah diperhitungkan.

Jumlah simpanan wajib

Simpanan wajib harus diputuskan berdasarkan jumlah realistis yang dapat ditabung setiap anggota kelompok.

Kelompok memerlukan alat manajemen risiko

Tabel dibawah ini merangkum berbagai faktor yang harus dipertimbangkan ketika membentuk sebuah KSP dengan tujuan mengelola risiko usaha.

JANGKA WAKTU

KSP bukan bank KSP dapat dianggap sebagai sebuah langkah dalam proses evolusi keuangan bagi kelompok pelaku usaha. Pada waktunya, SLG seharusnya memungkinkan kelompok untuk mencapai lembaga keuangan formal. KSP TIDAK seharusnya menjadi lembaga perbankan permanen.

KSP tidak seharusnya dibentuk ketika sudah ada lembaga keuangan formal yang bersedia melayani segmen populasi yang sama.

JANGKA WAKTU

Pengalaman umum terkait siklus

Umumnya, kebanyakan pelaku usaha kecil tidak dapat menabung dalam jumlah yang besar. Disarankan untuk mengatur siklus pertama antara 9 – 12 bulan dengan tujuan untuk menghasilkan kegiatan simpan pinjam yang cukup untuk meningkatkan modal kelompok. Pada saat yang sama, perlu dihindari perebutan kewenangan dalam kelompok dan masalah tata kelola yang dapat terjadi selama siklus yang lebih panjang.

Diharapkan agar dapat mengatur periode siklus sedemikian rupa yang akan selesai selama periode ntahun berjalan dimana anggota kelompok biasanya membutuhkan uang, seperti saat susana hari raya, dll.

Masa siklus juga harus ditentukan berdasarkan kegiatan produktif usaha kelompok.

(28)

TATA KELOLA

Kepentingan Karena mengelola modal merupakan isu yang mendasar ketika mendirikan sebuah usaha, ada implikasi serius terhadap tata kelola ketika membentuk kelompok simpan pinjam dan kelompok pelaku usaha.

Tugas dan tanggung jawab

Usaha kelompok dan kelompok simpan pinjam akan terjadi pada waktu yang sama, jadi tugas dan tanggung jawab harus didistribusikan dengan baik untuk menghindari tumpang tinding pembagian peran dan tanggung jawab. Anggota komite manajemen kelompok simpan pinjam seharusnya tidak mengemban tugas lain dalam kelompok pelaku usaha. Hindari duplikasi pekerjaan, sebagai contoh seorang bendahara usaha kelompok juga menjadi bendahara usaha kelompok simpan pinjam.

Metode demokrasi dan partisipatif

KSP dan usaha kelompok harus diatur dengan cara yang demokratis dan partisipatif, sehingga setiap anggota sadar akan peraturan dan berpartisipasi dalam keputusan menyangkut kegiatan umum. Waktu dan beban

kerja

Sangat penting untuk mendistribusikan beban kerja KSP dan usaha kelompok diantara semua anggota kelompok secara adil untuk menghindari konflik dan kelalaian.

KEANGGOTAAN

Anggota: dari luar usaha?

Dalam banyak kasus, usaha kelompok dan kelompok simpan pinjam akan berjalan bersamaan dalam hal keanggotaan, sehingga aturan keanggotaan tidak akan terlalu rumit.

Namun, pemberian akses ke KSP kepada individu yang bukan anggota usaha kelompok yang sama, dapat menjadi bagian dari strategi manajemen risiko. Misalnya, memiliki anggota kelompok yang berdedikasi untuk beragam kegiatan produktif dapat saling melengkapi.

Pada saat yang sama, menghindari kelompok yang terlalu heterogen, terutama dalam hal latar belakang ekonomi dan sosial adalah hal yang bijaksana karena perbedaan-perbedaan tersebut dapat mengancam ikatan kepercayaan yang perlu dibentuk agar kelompok bisa bekerja dengan baik. Jika ada anggota baru yang masuk ke dalam kelompok, dinamika dan integrasi kelompok perlu diperhatikan.

Kesetaraan gender Pada akhir siklus pertama, aturan keanggotaan dapat dimodifikasi. Dianjurkan untuk menghindari adanya anggota keluarga dalam kelompok yang sama, meskipun kebanyakan usaha kecil biasanya berbasis rumah tangga.

Karena adanya ketidakseimbangan gender dalam akses untuk jasa keuangan, sudah lazim jika kelompok simpan pinjam dibagi berdasarkan gender, yaitu kelompok dengan anggota semua perempuan atau semua laki-laki. Dalam hal ini, karena usaha kelompok dapat dicampur dalam hal partisipasi gender, kelompok simpan pinjam harus berhati-hati dalam menghormati kesetaraan gender. 

(29)

Pedoman 2: Pengelolaan Dana Bergulir

Ciri-ciri dana bergulir

• Sebuah lembaga memutuskan untuk mengalokasikan dana sebagai hibah kepada sekelompok pelaku usaha.

• Kelompok pelaku usaha memutuskan untuk menggunakan dana tersebut untuk memberikan pinjaman kepada anggotanya.

• Lembaga menentukan kriteria untuk memilih kelompok pelaku usaha untuk dibiayai.

• Lembaga dapat memutuskan untuk menyediakan fasilitator dalam rangka menjaga hubungan dengan kelompok atau menunjuk satu anggota kelompok untuk mewakili kelompok tersebut.

Tujuan penyediaan dana bergulir

• Untuk memastikan akses modal bagi usaha kecil yang dikelola oleh orang-orang yang tidak mempunyai akses ke lembaga keuangan formal untuk mendukung kegiatan produktif; • Untuk memastikan bahwa dana digunakan dengan bijak;

• Untuk menciptakan modal awal bagi usaha kecil.

Bagaimana cara kerja dana bergulir?

• Saat kelompok pelaku usaha membayar kembali pinjaman, dana bergulir bertumbuh dan dapat digunakan untuk pinjaman tambahan atau sebagai modal investasi untuk usaha kecil.

• Kelompok harus bisa mengelola dana ini secara bijak dengan mengikuti seluruh aturan secara ketat.

Bagaimana model KSP dapat disesuaikan dengan dana bergulir?

Dana bergulir dapat dikelola sebagai deposit yang ada di kas usaha kelompok. Kelompok tersebut harus mencari cara untuk memberikan pinjaman dan bagaimana mendapatkan dana tambahan dari masing-masing anggota.

Dalam rangka mengelola dana bergulir secara benar, kelompok harus menganggap uang yang ada sebagai uang mereka sendiri, bukan sebagai “hadiah” dari orang lain. Rasa kepemilikan sangat penting untuk memastikan tingkat pembayaran kembali yang baik.

Setelah siklus pertama, ketika semua orang di dalam kelompok telah mengakses dan melunasi pinjaman, kelompok harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan dana tersebut.

Dana pinjaman bergulir; modal yang seluruhnya disuplai dari sumber eksternal telah terbukti menjadi mekanisme keuangan yang berisiko yang dapat mencegah keberhasilan usaha kelompok karena proses manajemen internal yang kurang baik.

Mengingat tingkat kegagalan dana bergulir yang tinggi, maka menambah komponen tabungan ke dalam dana yang ada mungkin akan dapat membantu, dengan tujuan untuk menghindari tingkah laku buruk dalam hal pengelolaan keuangan (tingkat pembayaran kembali yang rendah, kurangnya pengelolaan dana secara profesional, dll.).

(30)

Fasilitator akan menyadari bahwa penambahan tabungan kelompok ke dalam dana bergulir dapat membantu meningkatkan sebagian tingkat keberhasilan mereka. Faktanya, mengajak pelaku usaha berbagi “risiko” dana pinjaman dengan tabungan mereka sendiri dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap dana tersebut. Meskipun demikian, ada benarnya bahwa meminta pelaku usaha menanggung utang pada awal aktivitas kewirausahaan mereka merupakan operasi yang berisiko, terutama jika mereka tidak terbiasa dengan pinjaman dan tidak dapat menabung dengan jumlah yang signifikan.

(31)

Pedoman 3: Pengelolaan Rekening Tabungan

di Bank

Manfaat rekening tabungan

• Keamanan dana;

• Membangun hubungan yang stabil yang dapat membawa kepada akses yang lebih baik ke jasa-jasa perbankan lainnya di kemudian hari;

• Meningkatnya kelayakan kredit kelompok (membangun sejarah kredit);

• Berpotensi untuk mengakses lebih banyak layanan bank (pinjaman, jasa pembayaran, dll.); • Berpotensi untuk menggunakan peraturan simpan pinjam sebagai peraturan internal kelompok; • Prosedur relatif lebih sederhana;

• Setiap anggota terlibat dalam mengelola hubungan (rotasi), jadi lebih sedikit pekerjaan untuk setiap anggota kelompok.

Bagaimana deposit bank berhubungan dengan KSP?

• Untuk mengelola rekening tabungan dengan baik, sebuah kelompok harus melalui proses pelatihan.

• Lihat syarat-syarat spesifik dari lembaga keuangan formal.

• Membuka sebuah rekening di lembaga keuangan formal memerlukan biaya, jadi pastikan bahwa semua anggota kelompok sadar akan biaya tersebut.

Pilihan ini mungkin menarik untuk KSP yang sudah lama dibentuk yang ingin menyimpan dana mereka di lembaga keuangan formal daripada menyimpannya di kotak kas mereka sendiri. Dalam hal ini, tidak perlu melakukan pelatihan apapun karena kelompok sudah mampu mengelola dana mereka secara mandiri.

Menurut pengalaman dari beberapa kelompok simpan pinjam yang paling sukses (contohnya kelompok-kelompok swadaya di India), ada kasus di mana kebutuhan kelompok tidak dapat dipenuhi oleh aktivitas pinjaman internal dan tabungan kelompok saja. Misalnya, anggota kelompok mungkin membutuhkan pinjaman yang lebih besar dan percaya bahwa lembaga-lembaga keuangan formal seperti serikat, bank, lembaga keuangan mikro, dll. dapat memberikan bantuan yang lebih besar. Harus disadari bahwa kelompok simpan pinjam adalah kegiatan kerja yang intensif, dan bahwa produk dan jasa yang lebih canggih hanya dapat disediakan oleh lembaga keuangan formal (layanan pembayaran, transfer, pengiriman uang, penyewaan dll).

Bagaimana model KSP disesuaikan dengan deposito bank?

• Rekening anggota akan dikelola oleh komite manajemen yang dipilih oleh kelompok;

• Prosedur pengumpulan tabungan akan sama dengan KSP seperti yang dijelaskan di Peralatan 1, kecuali bila dana didepositokan di rekening tabungans.

(32)

Pedoman 4: Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Tujuan dari latihan ini adalah untuk membangun sebuah daftar komprehensif kebutuhan pelatihan dan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mendukung pelaku usaha.

Menentukan konteks:

• Analisis RPU menekankan bahwa pelaku usaha memerlukan pelatihan di berbagai bidang;

• Kesenjangan pengetahuan dan keterampilan mereka telah didiskusikan dengan pelaku usaha dan sesi pelatihan perlu diatur sesuai keperluan;

• Proyek mencari cara terbaik untuk menyediakan narasumber dalam penjualan dengan tarif terjangkau.

Berbagai pilihan untuk mengenali penyedia pelatihan:

• Minta pelaku usaha sukses (dari dalam atau luar kelompok) untuk menjelaskan strategi penjualan mereka kepada pelaku usaha baru.

• Undang perwakilan dari pusat pengembangan bisnis lokal untuk menjelaskan jasa yang mereka sediakan.

• Undang (calon) konsumen ke produk pelaku usaha Anda untuk menjelaskan syarat-syarat yang mereka terapkan terkait mutu produk, kuantitas, jadwal pengiriman, pengemasan, harga, dll. • Undang pembicara dari lembaga penelitian dan pengembangan untuk menjelaskan

perkembangan terbaru dalam teknologi produksi.

• Kirim perwakilan dari kelompokpelaku usaha ke dalam studi tur ke lembaga, firma, atau pemasok peralatan dengan tujuan untuk belajar tentang teknologi terbaru.

• Kirim perwakilan dari kelompok pelaku usaha untuk kursus penjualan dengan kesepakatan bahwa mereka akan berbagi kemampuan yang baru mereka dapatkan denganpelaku usaha lainnya. • Undang ahli dari perwakilan pelaku usaha untuk mengunjungi sebuah badan promosi ekspor,

kamar dagang, atau federasi unit usaha untuk membantu mereka mengeksplorasi pasar baru. • Buat kontrak dengan sebuah asosiasi, lembaga pemerintahan atau lembaga penyedia jasa bisnis

untuk memberikan pelatihan dan tindak lanjut.

• Berhubungan dengan organisasi pelatihan swasta atau pemerintahan dan juga berbagai program bantuan yang dibuat oleh donatur proyek dan LSM yang dapat memberikan pelatihan teknis. Contohnya, Organisasi Buruh Internasional sering memberikan layanan bersubsidi untuk mengembangkan keterampilan bisnis.

• Jasa-jasa yang disediakan oleh pembeli dapat menjadi cara untuk mengembangkan keterampilan pelaku usaha. Pembeli biasanya tidak akan meminta biaya untuk layanan ini karena mereka dapat membeli produk yang lebih berkualitas. Misalnya, sebuah pabrik yang mengolah furnitur rotan dapat memberikan pelatihan dalam mutu produksi batang rotan atau anyaman rotan.

(33)

Pedoman 5: Contoh Daftar Kebutuhan Pelatihan

Bentuk pelatihan Institusi atau organisasi Kontak person/ narasumber Alamat, nomor telepon, alamat email Deskripsi singkat Keuangan dan pengelolaan usaha dasar Pengarsipan Perhitungan dasar Organisasi KSP Pelatihan teknis Produksi sabun

herbal Perawatan lebah Produksi selai beri Metode penyimpanan HHBK Metode pengawetan makanan Pelatihan pemasaran Negosiasi kontrak Sistem Informasi Pasar Rencana bisnis Pembentukan dan pengelolaan kelompok Pengelolaan sumber daya Perencanaan pengelolaan sumber daya Perawatan dan penanaman pohon atau HHBK tertentu Teknik panen yang sesuai

(34)

Pedoman 6: Negosiasi Ketentuan Layanan

Pelatihan

Saat mencoba menegosiasikan ketentuan pelatihan dengan sebuah lembaga, organisasi atau individu, Anda harus mempertimbangkan hal-hal berikut:

Pendekatan pelatihan Teori dibandingkan dengan praktek (on-the-job) Lokasi Di lokasi proyek atau di pusat pelatihan

Durasi • Setengah hari, beberapa hari berturut-turut atau beberapa sesi yang terbagi ke dalam beberapa waktu

• Pelatihan satu kali dibandingkan dengan pelatihan awal dan tindak lanjut

Jumlah peserta Materi pelatihan

Jumlah maksimal/minimal peserta per pelatihan

• Memberikan peralatan teknis dasar jika diperlukan dan atau materi dasar tertulis dalam bahasa yang sederhana / mudah dimengerti

Bahasa Pelatih/ peserta dapat menyesuaikan dengan bahasa daerah yang berbeda-beda

Biaya pelatihan Paket pelatihan sekaligus atau program pelatihan terpisah dengan biaya tergantung pada:

• Jumlah peserta; • Durasi pelatihan; • Biaya pelatihan harian; • Uang saku harian; • Biaya transportasi; • Biaya praktek lapang.

Program pelatihan dengan ciri-ciri berikut biasanya lebih cocok untuk pendekatan APP:

• dirancang khusus untuk proyek dan yang akan memenuhi kebutuhan spesifik pelaku usaha; • pelatihan sambil bekerja (on-the-job training) dengan teori terbatas;

• pelatihan dilakukan di lokasi proyek (konteks dan realitas spesifik);

• Sesi pelatihan tersusun secara sistematis sesuai tujuan pelatihan yang hendak dicapai; • jumlah peserta yang sesuai (tidak terlalu banyak sehingga individu tidak dapat sepenuhnya

berpartisipasi, tidak terlalu sedikit agar mengurangi biaya); • pelatih yang dapat berbicara bahasa lokal;

(35)

Pedoman 7: Pengenalan Pendampingan Periode

Awal

Menguji strategi dan mempersiapkan kelompok pelaku usaha

Menyelenggarakan pelatihan dengan pelaku usaha dalam rangka menentukan prosedur masa uji coba dan modalitas bantuan yang diberikan oleh proyek.

Selama pelatihan ini, pelaku usaha akan:

• mendiskusikan manfaat dari periode uji coba dan juga mempertimbangkan risiko apabila tidak melalui masa uji coba;

• memperbarui rencana kerja awal yang mereka buat di akhir tahap perumusan RPU, menggunakan Peralatan 8 – Jadwal yang disarankan untuk merencanakan masa uji coba.

Pada tahap ini semua pelaku usaha harus telah menyelesaikan rencana kerja terperinci sebelum melanjutkan lebih jauh.

Hasil akhir dari latihan peninjauan ini adalah jadwal dengan daftar kegiatan (lihat Pedoman 8). • Refleksikan kendala yang mungkin terjadi selama masa uji coba:

» Dalam kelompok kecil, pertimbangkan langkah-langkah yang mungkin untuk mencegah kesalahan dan mengatasi kendala;

» Gunakan Pedoman 9 - Kesalahan dan kendala yang mungkin timbul selama masa uji coba dan hasil langkah perbaikan yang sesuai.

Peran Anda sebagai fasilitator adalah:

• Menjelaskan bahwa peserta harus mencatat apa yang terjadi selama awal produksi, pengolahan dan proses pemasaran (kuantitas, nilai pasar, umpan balik pelanggan, dll).

• Menyelenggarakan lokakarya pada akhir masa uji coba untuk meninjau hasil dan mempersiapkan rencana kerja untuk tahun pertama dengan kapasitas produksi optimal.

• Menyediakan konsultasi sederhana sesuai kemampuan fasilitator. Untuk layanan yang lebih kompleks, peran Anda adalah menghubungkan pelaku usaha dengan penyedia BDS komersial (seperti pelaku usaha berpengalaman, pemasok peralatan, LSM atau lembaga fasilitasi, dll). • Menjelaskan bahwa kontak dengan pihak berwenang setempat (untuk mendapatkan izin,

lisensi dll), lembaga keuangan atau penyedia jasa lain harus dilakukan oleh pelaku usaha sendiri meskipun fasilitator dapat menemani mereka.

(36)

Pedoman 8: Jadwal yang Disarankan untuk

Perencanaan Periode Awal

Jadwal ini akan menunjukkan kapan kehadiran fasilitator dibutuhkan (sebagai contoh pengiriman pertama produk kepada pembeli, perancangan kontrak bisnis, dll)

Kegiatan Penanggung jawab

Kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan Mitra yang terlibat Tanggal dan (jangka waktu yang dibutuhkan) Kebutuhan pendampingan dari fasilitator.

(37)

Pedoman 9: Kesalahan dan Kendala yang Mungkin

Terjadi Selama Masa Uji Coba dan Tindakan

Korektif yang Sesuai

KESALAHAN DAN KENDALA YANG MUNGKIN TERJADI

TINDAKAN ATAU PERBAIKAN YANG MUNGKIN DIAMBIL

Peralatan produksi tidak sepenuhnya digunakan.

Periksa apakah mungkin untuk menyewa peralatan serupa dari pelaku usaha lain selama masa uji coba.

Izin terkait dampak sosial dan lingkungan (AMDAL, HO, dll) belum diperoleh.

Periksa apakah mungkin untuk mendapatkan izin sementara untuk memproduksi jumlah terbatas selama masa uji coba.

Kuantitas bahan baku tidak tersedia secara memadai.

Periksa apakah mungkin untuk membeli bahan baku tambahan dari pemasok lain, walaupun dengan harga yang lebih tinggi.

Pekerja tidak sepenuhnya terlatih dalam menggunakan teknologi baru.

Periksa apakah pelaku usaha yang lebih berpengalaman dapat membantu dalam memproduksi barang-barang contoh produksi. Barang yang dihasilkan tidak memiliki

permintaan yang tinggi di pasar.

Harus ada perubahan rencana usaha kendati harus menunda awal operasi.

Bahan kemasan masih belum siap. Periksa apakah mungkin untuk meminjam/ membeli dari usaha atau pemasok lain (walaupun dengan biaya yang lebih tinggi). Produk hanya akan siap setelah musim

permintaan tinggi telah berakhir.

Tunggu musim selanjutnya; kalau tidak umpan balik pasar tidak akan realistis. Produk tidak dapat dikirimkan

tepat waktu.

Periksa apakah mungkin untuk mengirim sedikit tertunda. Periksa apakah produk dapat dibeli dari pelaku usaha lain (dengan harga lebih tinggi)?

(38)

Pedoman 10: Mendukung Produksi Awal

Pelaku usaha harus memproduksi produk awal dengan mutu yang memuaskan untuk menguji pasar dan mengetahui apakah pelanggan akan membeli produk mereka.

Selama fase ini, peran Anda sebagai fasilitator adalah:

• Mengunjungi pelaku usaha yang siap untuk memulai produksi untuk meninjau kemungkinan adanya masalah dan mendiskusikan solusi atau tindakan korektif;

• Mengunjungi pelaku usaha yang kurang berpengalaman sesaat setelah mereka memulai produksi untuk mengenali kemungkinan masalah. Diskusikan solusi atau tindakan koreksi yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha.

Sebagai fasilitator, Anda tidak diharapkan untuk menjadi seorang ahli di semua jenis usaha yang Anda bantu. Namun, kebanyakan usaha pedesaan menggunakan metode dan peralatan pengolahan yang sederhana dan kunjungan ke pelaku usaha yang berpengalaman dapat memberikan Anda pemahaman tentang proses tersebut. Dalam kasus lain, Anda harus mengupayakan bantuan dari nara sumber / tenaga profesional.

(39)

Pedoman 11: Mendukung Awal Masuk Pasar

Dalam pendekatan APP, intervensi tidak hanya difokuskan pada pelaku usaha tetapi juga melibatkan pelaku langsung (contohnya mitra usaha) yang akan berhubungan dengan pelaku usaha.

Peran Anda sebagai fasilitator meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut.

Pada tingkat konsumen

Kunjungi calon konsumen untuk membantu pelaku usaha menemukan pasar untuk produk mereka dan mempersiapkan pengiriman perdana. Selama kunjungan ini, Anda akan membahas jumlah produk yang akan dijual, persyaratan mutu, jadwal pengiriman dan potensi pengembangan penjualan. Anda juga harus mengeksplorasi kemungkinan kontrak komersial jika konsumen puas setelah uji coba produksi.

Pada tingkat pelaku usaha

Sebelum penjualan

• Tinjau rencana pemasaran pelaku usaha untuk memastikan bahwa mereka telah memilih segmen pasar yang paling mudah dan paling menguntungkan untuk melakukan tes pasar.

• Bekerja dengan pelaku usaha untuk memastikan bahwa mereka tahu persyaratan mutu, waktu pengiriman, dan kuantitas produk yang diharuskan.

Pelaku usaha sering gagal karena mereka tidak memahami persyaratan dari pelanggan mereka, kurang disiplin, atau lupa aturan dasar berbisnis (kurangnya kejujuran pada mutu atau kuantitas, tidak menepati waktu pengiriman dll.).

Selama penjualan

Hadir sebelum dan selama pengiriman perdana untuk memastikan bahwa persyaratan konsumen dihormati. Kembali secara teratur untuk memastikan bahwa pelaku usaha menghormati syarat dan ketentuan kontrak mereka.

Setelah penjualan

Mengatur pertemuan dengan pelaku usaha dengan tujuan: • Menilai hasil pengujian pasar:

» Hasil penjualan perdana dalam hal waktu, mutu, kuantitas, dll.; » Reaksi konsumen terhadap produk dan proses pengiriman;

» Umpan balik konsumen terhadap produk dan metode penjualan dibandingkan para pesaing. • Merefleksikan bagaimana produk dan metode penjualan mungkin perlu disesuaikan agar menjadi

lebih kuat di pasar.

• Meninjau tingkat keuntungan penjualan perdana dengan membukukan pendapatan, biaya dan keuntungan saat ini.

Tujuan utama dari tes pasar adalah untuk melatih pelaku usaha untuk menghormati aturan bisnis dan melihat reaksi konsumen terhadap produk, bukan untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi. Pelaku usaha bahkan mungkin kehilangan pendapatan karena rendahnya volume produksi.

• Merevisi strategi pelaku usaha (revisi harga, menargetkan konsumen tambahan atau konsumen yang lebih besar, mengirim lebih banyak tenaga penjualan selama pengiriman, memasang lebih banyak iklan, dll.) dan membantu menyesuaikan rencana kerja mereka untuk musim atau tahun pertama berjalannya usaha.

(40)

Pedoman 12: Mendorong Pelaku Usaha untuk

Membuat Kelompok yang Berorientasi Bisnis

Pelaku usaha mungkin berlokasi di tempat yang jauh dari calon pelanggan mereka, dan, sebagai akibatnya mereka tidak saling kenal dan mengetahui kebutuhan pelanggan. Pendekatan APP mendorong jaringan antar pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha. Dengan bergabung bersama-sama, pelaku usaha kecil dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka dengan lebih baik, sambil mengontrol akses ke sumber daya dan memastikan manajemen berkelanjutan mereka.

Memfasilitasi jaringan antar pelaku usaha

Pengalaman menunjukkan bahwa asosiasi wirausaha kecil sering gagal karena kurangnya pasar dan informasi terkait hukum, buruknya manajemen, konflik sosial atau ketika asosiasi itu malah digunakan untuk melayani kepentingan pribadi.

Pendampingan yang cermat diperlukan untuk membangun jaringan yang sukses. Jaringan dapat bersifat berbeda-beda: asosiasi produsen, asosiasi pedagang, organisasi pabrik, dll. dan dapat melibatkan berbagai bentuk hukum sesuai dengan konteks, tujuan dan preferensi dari para pelaku usaha sendiri (lihat PFL 2, Langkah 3).

Awalnya, pelaku usaha pedesaan cenderung mendukung kelompok-kelompok yang mereka bentuk sendiri untuk sumber daya atau produk tertentu. Ini biasanya terbukti menjadi tempat yang baik untuk memulai karena mendorong dinamika kelompok dan hubungan sosial (keduanya terus disebutkan sebagai keuntungan kunci dalam penggunaan metodologi APP).

Namun, tujuan akhir pelaku usaha adalah untuk berhasil di pasar dan untuk itu mereka perlu jaringan dengan kelompok lain dalam rangka mencapai produksi di tingkat yang lebih tinggi, memperoleh harga yang lebih baik untuk produk mereka atau menegosiasikan harga dan kondisi yang lebih baik dengan pemasok. Asosiasi/kelompok sebaiknya cukup besar untuk memastikan kapasitas produksi yang memadai.

Meningkatkan kapasitas kelompok pelaku usaha untuk mengakses informasi

pasar

Pelaku usaha mempelajari keterampilan untuk mengumpulkan informasi selama tahap kedua APP dan mereka perlu terus mengumpulkan informasi untuk tetap berada di atas perubahan pasar dan menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Peran Anda sebagai fasilitator adalah untuk mendorong mereka untuk mengumpulkan informasi pasar tambahan, terutama di tingkat nasional.

Untuk tujuan ini, Anda harus mendorong para pelaku usaha untuk mengembangkan Sistem Informasi Pasar partisipatif sederhana. Lihat penjelasan lebih lanjut dalam Peralatan 13 – Membuat Sistem Informasi Pasar partisipatif.

(41)

Pedoman 13: Membuat Sistem Informasi Pasar

(SIP) Partisipatif

Alat ini menjelaskan cara membuat SIP tetapi tidak cukup untuk benar-benar memfasilitasi pembuatan SIP.

Seperti dijelaskan sebelumnya, pengembangan jaringan pasar dan meningkatkan komunikasi antara produsen dengan pemain pasar adalah kunci sukses dalam pendekatan APP. Salah satu jalan ke depan adalah dengan membuat Sistem Informasi Pasar partisipatif.

SIP merupakan prosedur yang terorganisir untuk mengumpulkan, menganalisis dan mendistribusikan jenis-jenis informasi pemasaran yang telah ditentukan untuk pengambilan keputusan yang

terinformasi dan meningkatkan daya tawar. Ada berbagai macam sistem informasi atau layanan pasar, termasuk dari SIP partisipatif lokal sampai sistem tingkat nasional. Beberapa proyek telah menunjukkan dampak potensial dari informasi internet. Pengenalan kios atau kafe internet yang menyediakan informasi harga grosir telah meningkatkan fungsi pasar pedesaan dengan

meningkatkan daya saing pedagang lokal. Studi juga telah menunjukkan dampak teknologi informasi dalam mengurangi variasi harga di pasar.

Secara umum, sebuah SIP akan mengumpulkan informasi yang berhubungan

dengan:

• harga produk (perbedaan antara harga eceran, grosir, atau tingkat petani); • penjelasan untuk perubahan harga atau permintaan;

• nama dan lokasi pedagang;

• persyaratan volume, mutu dan kemasan dari berbagai pasar dan pedagang untuk produk yang berbeda;

• variasi harga produk oleh pasar;

• penjualan alternatif dan saluran pemasaran alternatif (penjualan langsung, tengkulak, koperasi, pedagang grosir, pengecer, badan pemasaran);

• berbagai saluran distribusi yang tersedia (alternatif transportasi, fasilitas penyimpanan); • peluang promosi (pameran produk, iklan, insentif, kemasan);

• alternatif pembayaran (barter, kredit, uang tunai, tenaga kerja).

Prosedur untuk mengembangkan SIP partisipatif meliputi:

• Desain SIP yang mencakup:

» Tujuan dan sasaran SIP;

» Penerima manfaat dari informasi tersebut; » Jenis data yang dikumpulkan;

» Sumber informasi;

» Pemangku kepentingan yang menganalisis informasi tersebut; » Proses untuk berbagi informasi;

» Kebutuhan pelatihan bagi pelaku usaha yang bersangkutan.

Memastikan partisipasi pelaku usaha dalam desain SIP akan memastikan bahwa informasi yang dikumpulkan dan metode pengumpulan sesuai dengan keadaan proyek. Ini juga akan meningkatkan kepemilikan SIP dan komitmen untuk operasi berkelanjutannya.

• Pelaksanaan SIP terdiri dari:

» Mengorganisir pengumpulan dan analisis data » Menetapkan proses pemantauan dan evaluasi;

» Merancang pelatihan untuk memungkinkan pengguna untuk menganalisis dan menggunakan SIP.

(42)

• Tindak lanjut SIP terdiri dari:

» Pertemuan rutin dengan para pelaku usaha untuk menilai SIP, mengukur dampaknya terhadap praktek bisnis dan mengevaluasi kepercayaan diri pengguna untuk dapat mengelolanya secara mandiri.

Perubahan berikut dapat diharapkan dari SIP

• Pelaku usaha telah meningkatkan kemampuan dan kemauan untuk bekerja sama.

• Diskusi SIP memberikan kesempatan untuk membahas usaha, dan menyoroti manfaat dari kolaborasi dalam pembelian bahan baku atau penjualan barang. Diskusi ini biasanya memperkuat keputusan pelaku usaha untuk membuat kelompok atau asosiasi.

• Peningkatan daya tanggap terhadap kepentingan konsumen:

» Pelaku usaha memahami kebutuhan pelanggan dan dapat menyesuaikan produk mereka. » Pelaku usaha merasa lebih nyaman dalam menanyakan pelanggan tentang produk lain, warna,

bentuk atau ukuran dari produk yang mereka inginkan.

» Pelaku usaha mengamati bagaimana produk mereka digunakan dan kemampuan penyesuaiannya.

» Pelaku usaha dapat mengestimasi tingkat produksi yang lebih baik. • Peningkatan kemampuan untuk menargetkan segmen pasar:

» Pelaku usaha dapat menargetkan pelanggan dengan daya beli yang lebih tinggi. • Dasar untuk menetapkan harga:

» Pelaku usaha memiliki akses ke lebih banyak informasi untuk menentukan harga mereka.

Mengelola SIP

Pengalaman menunjukkan bahwa kelompok-kelompok wirausaha pedesaan biasanya dapat mengatur pengumpulan dan penyebaran data di antara mereka sendiri. Namun mereka memiliki kesulitan untuk menyesuaikan SIP.

Akibatnya, untuk memastikan bahwa sebuah kelompok pelaku usaha mampu menggunakan dan mengelola SIP secara mandiri, tindakan berikut harus diambil selama berlangsungnya proyek: • Membantu kelompok untuk menilai SIP mereka secara teratur. Ini akan memberikan kepercayaan

diri bahwa mereka dapat menyesuaikannya sendiri.

• Menghubungkan kelompok dengan organisasi lain yang dapat membantu untuk memfasilitasi SIP bekerja sama dengan pelaku usaha.

Referensi

Dokumen terkait

Kepentingan kajian ini, walaupun kajian ini memfokuskan kepada penggunaan bahasa Tamil yang kurang santun dalam komen yang diberikan oleh para penonton bagi setiap episod

Namun pada studi ini mengingat budaya masyarakat setempat yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan sungai maka penyediaan lahan untuk ruang terbangun akan ditambah yakni

Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer, data sekunder yang berasal dari Badan Kemahasiswaan ITS tentang data penerima beasiswa bidik misi S1 angkatan 2010,2011, dan

Dengan berpedoman dari persoalan diatas menurut peneliti banyak pola menabung para masyarakat khususnya lagi pada masyarakat desa karang bunga, mereka mempunyai beragam

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan disesuaikan dengan teori terkait Desain Komunikasi Visual, maka dibuatlah perancangan buku ilustrasi untuk memberikan informasi

19.Siswa tidak boleh berada di dalam kelas ketika sedang istirahat.. elas ketika

Ketika tingkat kepercayaan diri rendah sehubungan dengan tidak adanya pengendalian diri yang baik maka siswa tersebut akan merasa tertekan sehingga sulit untuk berbuat apa,

Tesis yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Sugestopedia Terhadap Keterampilan Menulis Deskripsi Ditinjau dari Motivasi Belajar (Penelitian Eksperimen Peserta