DAFTAR LAMPIRAN
A. BAHAN DAN ALAT
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Fraksinasi dan Analisis CPO
Bahan baku minyak sawit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit merah yang diperoleh dari PPKS Medan, akan tetapi hasil analisis menunjukkan total karotenoid minyak sawit merah PPKS terlalu rendah hal ini kemungkinan disebabkan oleh bahan baku telah mengalami kerusakan karena telah lama disimpan, sementara PPKS sendiri tidak lagi memproduksi minyak sawit merah sehingga sebagai bahan baku mikroenkapsulat akan menggunakan CPO yang dinaikkan konsentrasi karotennya dengan cara fraksinasi menggunakan suhu rendah (winterisasi). CPO yang digunakan diperoleh dari PT. Sinar Meadow International.
Persiapan bahan baku meliputi proses fraksinasi dan analisis mutu minyak sawit yang akan digunakan untuk pembuatan mikroenkapsulat minyak sawit merah. Fraksinasi CPO bertujuan untuk memisahkan fraksi stearin dan fraksi olein minyak sawit juga untuk meningkatkan kadar karotenoid pada
CPO. Fraksinasi yang dilakukan menggunakan suhu rendah (winterisasi).
Winterisasi yaitu proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah , trigliserida padat tidak dapat larut dalam trigliserida cair (Ketaren, 1986).
Minyak sawit kasar (CPO) yang diperoleh dari PT. Sinar Meadow
mengandung total karoten 497.58 ppm. Fraksinasi dilakukan secara bertingkat dengan suhu 30 oC, 20 oC dan selanjutnya 15 oC selama masing- masing 24 jam. Fraksinasi dengan perbedaan suhu ini akan meningkatkan kadar total karoten minyak sawit. Total karoten minyak sawit setelah mengalami proses fraksinasi bertingkat mengalami peningkatan menjadi 606.12 ppm. Tabel 7 menunjukkan peningkatan karotenoid minyak CPO melalui proses fraksinasi.
Tabel 7. Peningkatan Karoten dengan Fraksinasi
Suhu Fraksinasi Total Karoten (ppm)
Ruang 498.52
20 oC 603.45
15 oC 606.12
Proses fraksinasi minyak sawit mentah menghasilkan olein sebanyak 65-70 % yang memiliki melting point berkisar antara 18-20 oC dan stearin
sebanyak 30-35 % dengan melting point 48-50oC (Gunstone dan Norris,
1983). Menurut Winarno (1992), bila suatu lemak didinginkan , hilangnya panas akan menyebabkan lambatnya gerakan molekul-molekul dalam lemak, sehingga jarak antara molekul lebih kecil dan akan timbul gaya tarik menarik antar molekul yang disebut gaya van der wals. Akibatnya radikal-radikal saling bertumpuk serta berikatan membentuk kristal. Kristal-kristal yang terbentuk berbeda sifat dan titik cairnya. Kristal yang titik cairnya tinggi berbentuk padat, sedangkan yang titik cairnya rendah berbentuk cair. Proses fraksinasi ini memisahkan fraksi olein dengan fraksi stearin CPO, fraksi olein ini yang mengandung kadar karoten yang tertinggi. Selanjutnya minyak sawit yang tinggi karoten ini selanjutnya digunakan sebagai bahan baku produk mikroenkapsulat.
Untuk mengetahui karakteristik bahan baku, dilakukan analisa mutu minyak sawit fraksi olein hasil fraksinasi sebelum dilakukan pembuatan mikroenkapsulat. Analisis meliputi analisis kadar air, kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida dan bilangan iod, total karoten, beta karoten dan warna yang dapat dilihat pada tabel 8. Bahan baku yang digunakan masih mempunyai kualitas yang baik karena masih berada dalam batas yang ditetapkan berdasarkan standar nasional Indonesia.
Tabel 8. Perbandingan Hasil analisis Mutu Minyak Sawit dengan Mutu SNI
No Jenis Analisa Satuan Mutu
Hasil Analisis
Literatur
1 Kadar air (b/b) % 0.09 Maks 0.45*
2 Bilangan Asam (b/b) % 1.96 Maks 5.00*
3 Bilangan Iod gIod/100 g 47.15 48-56
4 Total Karotenoid ppm 606.12 500-700***
5 Kadar Beta karoten ppm 299.88 -
6 Warna Kuning
jingga
Kuning jingga sampai hingga kemerahan*
Sumber : *SNI (1992), ** Sonntag (1979), *** Choo, et al (1989)
Kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan minyak sawit mengalami kerusakan karena terjadinya reaksi hidrolisis. Batas maksimal kadar air minyak sawit berdasarkan SNI yaitu 0.45 %. Minyak sawit kasar maksimal mempunyai kadar asam lemak bebas 5 %. Kadar asam lemak bebas yang lebih dari 5 % akan menyebabkan proses netralisasi yang tidak efisien karena membutuhkan banyak NaOH untuk menetralkan asam lemak bebas dan memungkinkan terjadinya degradasi trigliserida.
Bilangan peroksida menunjukkan tingkat kerusakan minyak sawit, semakin kecil bilangan peroksida awal, semakin baik kualitas minyak sawit kasar tersebut. Bilangan iod menunjukkan ketidak jenuhan asam lemak penyusun trigliserida minyak sawit kasar. Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram minyak atau lemak (Sudarmadji et al., 1996). Prinsip pengukuran bilangan iod yaitu gliserida tidak jenuh lemak atau minyak mempunyai kemampuan mengabsorbsi sejumlah iod, khususnya apabila dibantu oleh suatu carrier seperti iodin klorida atau iodin bromida membentuk suatu senyawa jenuh. Jumlah iod yang terabsorbsi menunjukkan derajat ketidakjenuhan minyak. Semakin banyak iod yang diserap, semakin banyak ikatan rangkap sehingga semakin tidak jenuh minyak tersebut. Semakin tinggi bilangan iod semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuhnya.
Total karoten merupakan nilai konsentrasi kandungan karotenoid tiap satu gram minyak. Nilai konsentrasi karotenoid ditentukan dengan
menggunakan metode spektrofotometri. Berdasarkan hasil analisis nilai total karoten minyak sawit setelah proses fraksinasi sebesar 606.12 ppm. Nilai ini masih berada di dalam nilai yang dinyatakan dalam Choo et al., (1989) yaitu 500-700 ppm. Beta karoten merupakan salah satu komponen karotenid, yang berfungsi sebagai provitamin A. Besarnya kandungan betakaroten minyak sawit yang diukur adalah 299.88 ppm. Penurunan kandungan karotenoid dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lamanya penyimpanan setelah pengambilan sampel dari PT Sinar Meadow sehingga terjadi penurunan nilai konsentrasi karotenoid. Selain itu, varietas kelapa sawit juga akan mempengaruhi kandungan karoten karena dengan varietas yang berbeda maka kandungan karotennya juga tidak sama.
Gambar 11. (a) Crude palm oil; (b) fraksi olein CPO; (c) minyak
sawit merah hasil fraksinasi ( www.kompas cyber
media.co.id)
Warna minyak sawit diuji secara visual. Berdasarkan pengamatan pada bahan baku minyak sawit yang berasal dari PT Sinar Meadow diketahui bahwa minyak sawit yang digunakan berwarna jingga kemerahan berbentuk cair agak mengental. Hal ini sesuai dengan syarat mutu dalam SNI 01-2901- 1992 yang menyebutkan bahwa warna minyak sawit adalah kuning jingga sampai kemerah-merahan. Gambar 11a dan 11b, menunjukkan crude palm oil dan minyak sawit merah dari literatur, sedangkan gambar 11c, menunjukkan minyak sawit merah yang diperoleh dari hasil fraksinasi dalam penelitian ini.
olein
stearin