• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Framing Surat Kabar Jawa Pos

4.2.1.3 Frame Jawa Pos tanggal 19 Januari 2011 …

“Tokoh Agama Masih Kecewa SBY”

Unit yang dapat diamati dari struktur sintaksis dalam teks berita ini

adalah headline, lead, latar dan kutipan sumber berita. Pada headline teks berita

tersebut memberikan gambaran bahwa para tokoh lintas agama masih merasa

kecewa dalam pertemuan dengan Presiden SBY. Dalam teks berita itu adalah

membahas hasil pertemuan dengan Presiden, padahal antara pemerintahan

Presiden SBY dengan para tokoh lintas agama telah bertemu, tetapi dari pihak

tokoh agama masih kecewa dengan pertemuan tersebut. Pada lead teks berita

menjelaskan bahwa tokoh lintas agama kecewa berat dalam pertemuan antara

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pertemuan tersebut terus menuai protes

dari tokoh lintas agama terutama Ketua Umum PP Muhammadiyah Din

Syamsuddin.

“… Sayangnya, itu tidak menjadi kenyataan. Saya menilai ada ketidakadilan. Pak Presiden berbicara diliput langsung media massa. Tapi, pas tokoh agama, pers tidak boleh di ruangan. Tapi, itu tidak masalah karena hak tuan rumah”

“… Dialog kami harapkan bisa substansif mendalam. Tapi, itu sulit menjadi kenyataan, karena audien-nya jauh lebih banyak”

“… Jumlahnya hampir seratus orang, sekitar dua baris. Tapi, saya tidak menghitung betul”

Selain itu, Din juga membenarkan untuk mengirim pesan pendek kepada

SBY. Pertemuan tersebut itu juga terjadi atas undangan istana yang diedarkan

sekretaris kabinet dan Sekjen Kementerian agama.

“Kamis (13 Januari, Red), sekitar pukul 18.15. saya mengambil inisiatif dan prakarsa itu terutama mengamati perkembangan yang terjadi setelah pertemuan lintas agama di gedung PP Dakwah Muhammadiyah yang menimbulkan pro-kontra”

“Karena itu, saya mengirim SMS. Jumat menjelang tengah malam saya mendapat jawaban SMS (balasan) yang agak panjang”

Kekecewaan Din juga terlihat saat pertemuan dengan Presiden SBY yaitu

saat berdialog Presiden cenderung menerima semua pendapat, kecuali istilah

pernyataan kritikan tersebut atas dasar Din Syamsuddin, padahal pernyataan

tokoh lintas agama adalah pernyataan bersama. Untuk memperkuat pernyataan

tersebut, maka dapat kita lihat kutipan sumber berita dari Din Syamsuddin.

“Sudi Silalahi merasa tersinggung. Dia bilang kami tidak punya apa-apa lagi kecuali kehormatan yang kami jaga”

“Saya tahu, banyak yang mengalamatkan kepada saya. Din Syamsuddin malah dinyatakan semacam provokator di balik itu. Ini persepsi yang keliru”

Sedangkan pada latar Jawa Pos sudah terlihat dari penggunaan headline,

yaitu pertemuan dengan Presiden SBY menimbulkan kekecewaan dari pihak

tokoh lintas agama. Hal ini dapat di lihat dari penggunaan proposisi yang

mendukung latar tersebut. Teks berita menceritakan pendapat kekecewaan para

tokoh lintas agama yang beranggapan bahwa pertemuan tersebut kurang

menyentuh materi dialog dari hal-hal yang substansif.

Dalam pemberitaan ini, Jawa Pos mengutip pendapat dari kedua belah

pihak yang sedang berpendapat setelah pertemuan tersebut. Jawa Pos juga

mengutip pendapat dari pihak Presiden SBY yaitu Menko Polhukam Djoko

Suyanto dalam pertemuan tersebut.

“Akan ada pertemuan-pertemuan lebih lanjut, yang lebih substansial”

“Dalam substansi-substansi khusus, apabila ada yang perlu dikomunikasikan, sangat terbuka pemerintah untuk berdialog” “Dimana titik temunya, dimana perbedaannya, mari kita sama-sama memperbaiki apa yang menjadi tugas kita bersama-sama”

“Itu sehat di dalam suasana demokrasi seperti ini”

“Jadi suasana (dialog) sangat terbuka, suasana enak. Masing-masing tidak ada resistensi untuk menyampaikan apa pun yang ada di dalam pemikirannya”

“Itu menjadi perhatian kita semua. Inilah bagusnya demokrasi”

Pada struktur skrip, teks berita lebih menekankan tentang kekecewaan

para tokoh lintas agama. Kelengkapan berita lebih banyak membahas tentang

opini-opini dari para tokoh lintas agama. Semua teks berita hanya berisi

ungkapan-ungkapan dari pihak tokoh lintas agama dan pemerintahan Presiden

SBY mengenai pertemuan tersebut.

Pada struktur tematik, dalam pemberitaan ini Jawa Pos mengangkat dua

tema yaitu pertama, respons Presiden dianggap terlalu normatif dan belum

menyentuh akar persoalan. Tema kedua adalah pertemuan itu digelar tertutup,

wartawan tidak boleh meliput. Seluruh teks berita berisi tentang pendapat

kekecewaan tokoh lintas agama terhadap pertemuan tersebut, selain itu pendapat

dari pihak pemerintahan Presiden SBY juga ada dalam teks berita tersebut, tetapi

posisinya lebih sedikit dari pendapat dari tokoh lintas agama.

Struktur retoris dalam teks berita dapat diamati dari penggunaan pada elemen leksikon yaitu pada penggunaan kata “provokator” yang mempunyai

makna usaha untuk memancing kesalahan orang lain, maksudnya adalah pihak

pemerintahan Presiden SBY menganggap bahwa Din Syamsuddin yang

mengajak, memprakasai dan menjadi otak dalam pernyataan kritikan tersebut.

Kata “klop” mempunyai makna cocok, lunas, maksudnya adalah Din Syamsuddin

tindakan dan pembicaraan yang dilakukan pemerintahan SBY sesuai dengan

pernyataannya.

Pada elemen grafis terdapat pada foto dan caption atau keterangan foto

yang mendukung pemberitaan tersebut. Sedangkan pada elemen metafora terdapat

pada kalimat “hak tuan rumah” maksudnya adalah Presiden SBY mengundang

para tokoh lintas agama menanggapi kritikan tersebut, tetapi dalam pertemuan itu

wartawan tidak boleh meliput acara yang sedang berlangsung. Hanya meliput

pada waktu pembukaan dan penutupan pertemuan tersebut.

Tabel 4. 6 : Struktur Frame Jawa Pos Tanggal 19 Januari 2011

Struktur Jawa Pos

Frame Para tokoh lintas agama merasa kecewa dalam pertemuan dengan Presiden SBY.

Sintaksis

Pertemuan tokoh lintas agama dengan Presiden SBY menuai kekecewaan. Kutipan sumber berita ada pada kedua pihak yaitu tokoh lintas agama dan pemerintahan Presiden SBY.

Skrip

Kelengkapan berita hanya mendetail tentang opini-opini dan pendapat dari kedua pihak tersebut. Semua teks berita hanya berisi ungkapan-ungkapan dari pihak tokoh lintas agama dan pemerintahan Presiden SBY mengenai pertemuan tersebut.

Tematik

Mengangkat dua tema yaitu pertama, respons Presiden dianggap terlalu normatif dan belum menyentuh akar persoalan. Tema kedua adalah pertemuan itu digelar tertutup, wartawan tidak boleh meliput.

Retoris

Penekanan dengan leksikon “provokator”, “klop” dan grafis berupa foto dan caption yang mendukung pemberitaan tersebut, serta metafora “hak tuan rumah” memperjelas tema teks berita dari Jawa Pos.

Dokumen terkait