BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
4.2.2 Analisis Framing Surat Kabar Kompas
4.2.2.2 Frame Kompas tanggal 18 Januari 2011 …
“Pertemuan Presiden dan Tokoh Lintas Agama”
Unit yang dapat diamati dari struktur sintaksis dalam berita ini adalah
dari headline, lead, latar dan kutipan sumber berita. Pada headline diatas
mempunyai makna bahwa terjadi pertemuan antara pemerintahan Presiden SBY
dengan para tokoh lintas agama. Pada lead teks berita dijelaskan bahwa Presiden
SBY mengajak para tokoh lintas agama untuk berdialog dan komunikasi untuk
mengurangi kesalahan persepsi.
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, dialog dan komunikasi antara dirinya dan tokoh agama sangat penting karena bermanfaat mengurangi kesalahan persepsi. Presiden pun mengajak untuk saling mendengar, berbagi, serta memberi”
Latar yang digunakan oleh Kompas adalah tanggapan Presiden SBY
mengenai kritikan yang diberikan oleh tokoh lintas agama. Khalayak dan
pembaca dibawa kepada arah terjadinya pertemuan antara Presiden SBY dengan
para tokoh lintas agama. Terlihat dari penjelasan-penjelasan kedua belah pihak
tentang pendapat dan tanggapan masing-masing dari kritikan tersebut.
Dalam pemberitaan ini, Kompas berimbang dan dalam pengutipan
pendapat dari kedua belah pihak yang sedang berpendapat mengenai kritikan
tersebut mempunyai posisi yang sama. Hal ini dilakukan oleh Kompas untuk
menjaga keobjektifan berita yang tidak memihak dan netral. Untuk memperkuat
pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat kutipan sumber berita dari Presiden
SBY sebagai berikut :
“Saya bersyukur dan berterima kasih atas kehadiran para tokoh. Semoga budaya saling mendengar di antara kita semakin tumbuh dengan baik. Sebab, adakalanya kita bicara dan adakalanya kita mendengar. Orang bijak mengatakan bahwa mendengar itu menyempurnakan kepribadian”
“Mari laksanakan pertemuan ini dalam suasana yang konstruktif. Saling menerima dan member. Komitmen kita sama. Kita ingin bangsa kita maju dan sejahtera”
Presiden SBY mengadakan pertemuan dengan para tokoh lintas agama
berdasarkan pesan layanan singkat (SMS) dari Din Syamsuddin. Untuk
memperkuat pernyataan tersebut, maka dapat kita lihat kutipan sumber berita dari
Presiden SBY.
“Prakarsa pertemuan dimulai dari pesan layanan singkat (SMS) Pak Din Syamsuddin. Beliau menginginkan dialog dan pertemuan dari hati ke hati”
“Sesungguhnya, saya juga ingin untuk berkomunikasi langsung. Jadi, ketika saya sedang memikirkan waktu yang tepat dan sangat baik untuk bisa berkomunikasi saya dan jajaran pemerintah dengan pemuka agama, maka tepat apa yang ingin disampaikan Pak Din waktu itu. Tampaknya, ini jalan Allah SWT sehingga kita bisa bertemu, bertatap muka, dan berdialog”
Disamping kutipan dari Presiden SBY, Kompas juga mengutip sumber
berita dari pihak tokoh lintas agama yaitu KH Salahuddin Wahid yang serta juga
“Kita harus mendesak pemerintah segera mengakhiri pengingkaran itu. Jika pemerintah menolak atau mengabaikan desakan itu, berarti pemerintah melakukan kebohongan publik, dalam pengertian ada kesenjangan antara ucapan dan tindakan atau antara pernyataan dan kenyataan”
Kompas juga mengutip sumber dari Wakil Ketua DPR Pramono Anung
tentang pertemuan tersebut.
“… yang terpenting bukan pertemuan antara pemerintah dengan tokoh agama, melainkan bagaimana pemerintah berusaha segera mewujudkan janji-janjinya kepada rakyat.”
Ekonomi Rizal Ramli juga mendukung kritikan tokoh lintas agama
terhadap pemerintahan Presiden SBY dalam waktu dan tempat yang berbeda.
“… enam tahun berlalu dipenuhi pencitraan dan bungkus palsu tanpa prestasi menonjol”
Struktur Skrip, berdasarkan unsur 5W+1H, yaitu What (apa yang terjadi)
yaitu pertemuan Presiden SBY dengan para tokoh lintas agama, Who (siapa saja
yang hadir) yakni Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden
Boediono dan sejumlah menteri terkait, Panglima TNI Laksamana Agus
Suhartono, Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Timur Pradopo, Ketua PP
Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (PB NU)
Said Aqil Siradj, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus D
Situmorang, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta
Andreas A Yewangoe, Ketua Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Siti
Hartati Murdaya, Ketua Parisada Hindu Dharma I Made Gde Erata, Ketua Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Wawan Wiratama, Ketua Majelis Ulama Indonesia
KH Sahal Mahfud, Plt Ketua Umum Pimpinan pusat Persatuan Islam Aceng
Zakaria. Bikkhu Sri Mahathera Pannyavaro, Tokoh Katolik Franz Magnis Suseno,
KH Salahuddin Wahid, I Nyoman Udayana Sanging. Where (dimana pertemuan
tersebut) yakni Jakarta, Istana Negara. When (kapan pertemuan tersebut
berlangsung) yaitu tanggal 17 Januari 2011. Why (mengapa pertemuan tersebut
berlangsung) yakni karena para tokoh lintas agama ingin berdialog dan
komunikasi langsung dengan Presiden SBY. How (bagaimana pertemuan tersebut
berlangsung) yaitu Presiden SBY menerima pesan layanan singkat (SMS) dari
Din Syamsuddin pada hari kamis, tanggal 13 Januari 2011.
Struktur tematik, secara garis besar tema yang ada dalam pemberitaan
Kompas mempunyai beberapa tema yang mendukung tema utama yaitu pertama,
pertemuan Presiden dengan para tokoh lintas agama. Tema kedua yaitu,
pertemuan tersebut tertutup untuk pers. Tema ketiga yaitu, pembacaan pernyataan
oleh Salahuddin Wahid yang terdiri dari tujuh poin berisikan hal-hal yang belum
dituntaskan pemerintahan Presiden SBY.
Struktur retoris berita dapat diamati dari leksikon yang dipakai oleh Kompas, seperti kata “menggelisahkan” yang mempunyai makna resah, merasa
khawatir, maksudnya adalah pemerintahan Presiden SBY dan para tokoh lintas
agama bersama-sama untuk mengatasi berbagai persoalan yang membuat resah
rakyat. Kata “mendesak” yang mempunyai makna meminta dengan paksa,
maksudnya adalah pemerintahan Presiden SBY diminta secara paksa untuk segera
mengakhiri kebohongan publik. Kata “menonjol” yang mempunyai makna jendul,
maksudnya adalah pemerintahan SBY hanya memenuhi pencitraan dan kepalsuan
makna inisiatif, usaha yang mula-mula, maksudnya adalah pertemuan tersebut
berlangsung karena inisiatif dari Din Syamsuddin mengirimkan SMS ke Presiden
SBY. Pada elemen grafis, Kompas menyertakan foto pertemuan Presiden dan
tokoh lintas agama, serta caption atau keterangan foto yang mendukung. Pada
elemen pengandaian terdapat kata “pertemuan sesama anak bangsa” maksudnya
adalah pertemuan tersebut di ibaratkan sebagai pertemuan yang bersama-sama
bertanggung jawab atas masa depan bangsa, bukan kedudukan sebagai pemerintah
Presiden RI SBY dengan para tokoh lintas agama.
Tabel 4. 9 : Struktur Frame Kompas Tanggal 18 Januari 2011
Struktur Kompas
Frame Pertemuan Presiden dan tokoh lintas agama.
Sintaksis Presiden SBY mengajak para tokoh lintas agama untuk berdialog dan komunikasi untuk mengurangi kesalahan persepsi.
Skrip
Uraian teks berita lengkap berdasarkan 5W+1H. Hal ini dilakukan oleh Kompas untuk menjaga keobjektifan berita yang tidak memihak dan netral.
Tematik
Pemberitaan mempunyai beberapa tema yaitu pertama, pertemuan Presiden dengan para tokoh lintas agama. Tema kedua yaitu, pertemuan tersebut tertutup untuk pers. Tema ketiga yaitu, pembacaan pernyataan oleh Salahuddin Wahid yang terdiri dari tujuh poin berisikan hal-hal yang belum dituntaskan pemerintahan Presiden SBY.
Retoris
Penekanan dilakukan pada penggunaan elemen grafis berupa foto dan caption yang mendukung, elemen leksikon berupa kata “menggelisahkan”, “mendesak”, “menonjol” dan “prakarsa”, serta elemen pengandaian berupa kata “pertemuan sesama anak bangsa”.