• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Framing Surat Kabar Jawa Pos

4.2.1.1 Frame Jawa Pos tanggal 11 Januari 2011

“Tokoh Lintas Agama Kritik SBY”

Struktur sintaksis yang dapat diamati dari teks berita tersebut dapat dilihat dari penggunaan unsur headline, lead, latar dan pengutipan sumber berita.

Jawa Pos sengaja menggunakan headline diatas selain membuat pembaca lebih

tertarik juga memberi gambaran bahwa Jawa Pos memilih arah pemberitaan

berdasarkan perspektif para tokoh lintas agama. Headline tersebut menunjukkan

kepada khalayak pembaca bahwa para tokoh lintas agama memberikan kritikan

terhadap pemerintahan SBY.

Pada lead disebutkan bahwa para tokoh lintas agama tersebut berkumpul

untuk menyatakan sikap tentang kritikan mereka terhadap pemerintahan Presiden

SBY yang dianggap melakukan kebohongan publik dan mencanangkan tahun ini

sebagai tahun perlawanan terhadap kebohongan dan pengkhianatan.

“Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) mendapatkan kritik keras dari para tokoh lintas agama digedung Dakwah PP Muhammadiyah. Dalam pernyataan sikap, mereka mengkritik pemerintahan telah melakukan banyak kebohongan publik. Karena itu, mereka mencanangkan tahun ini sebagai tahun perlawanan terhadap kebohongan dan pengkhianatan”

Dengan penggunaan lead yang seperti ini, Jawa Pos memberikan sudut

pandang dari berita yang menunjukkan perspektif para tokoh lintas agama

Latar yang dipakai pada berita ini adalah kritikan para tokoh lintas agama

terhadap kinerja pemerintahan Presiden SBY. Hal ini terlihat dalam teks berita

yang banyak menggunakan asumsi Jawa Pos terhadap pendapat narasumber dari

tokoh lintas agama yaitu Buya Syafii Maarif.

“Saat ini kondisi bangsa rapuh disemua segi. Mulai segi moral hingga politik. Itu tak lepas dari komitmen pemerintahan yang melempem dalam menindak kasus-kasus yang silih berganti dihadapi bangsa Indonesia. Monster kerapuhan mengelilingi kita. Masyarakat bawah yang paling terkena dampaknya”

Tidak hanya itu, mereka sangat tegas memberikan kritikan tersebut kepada

pemerintahan Presiden SBY.

“… Pancasila dan UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan upaya mensejahterakan rakyat. Namun, pemerintah justru mengabaikannya. Tak banyak program pengentasan kemiskinan yang dilakukan. Undang-undang tidak lagi menjadi acuan kerja pemerintahan”

“Presiden jangan tutup telinga. Jika tokoh agama sudah turun gunung, tapi tidak diperhatikan juga, siapa kita ini sebenarnya”

Latar kritikan terhadap pemerintahan SBY dipertegas dengan

pengungkapan dari salah satu tokoh lintas agama yaitu Ketua Umum PP

Muhammadiyah Din Syamsuddin.

“Penguasa telah melakukan banyak kebohongan publik. Padahal, para pembohong merupakan orang munafik. Jika kebohongan dilakukan oleh penguasa, akan timbul kehancuran sistematis” “Tidak boleh ada pembiaran. Pemuka agama harus bergerak”

Pada pengutipan sumber berita, Jawa Pos banyak menampilkan

pernyataan dari para tokoh lintas agama dalam mengkritik kinerja pemerintahan

Presiden SBY.

Pada struktur skrip, Jawa Pos menulis berita kritik tokoh lintas agama

terhadap pemerintahan Presiden SBY tersebut kurang lengkap. Struktur skrip

berita yang lengkap mempunyai unsur 5W+1H yakni, What (apa yang terjadi)

yaitu kritik tokoh lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBY, Who (Siapa

yang terlibat dalam berita tersebut) yakni para tokoh lintas agama. Diantaranya,

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Konferensi Wali

Gereja Indonesia (KWI) Mgr Martinus Situmorang, Ketua Persatuan

Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pendeta Andreas Yewangoe, Buya Syafii Maarif, Franz

Magnis Suseno, KH Salahuddin Wahid, dan Biku Sri Pannyavaro. Para aktivis

Haris Azhar (Kontras), Anis Hidayah (Migrant Care), Berry Furqan (Walhi),

Tama Satrya Langkun (ICW), Where (dimana pernyataan kritik tersebut) yaitu

Jakarta, gedung Dakwah PP Muhammadiyah, When (kapan pernyataan kritik

tersebut) pada tanggal 10 Januari 2011, Why (mengapa kritikan tersebut

dikeluarkan oleh para tokoh lintas agama) karena para tokoh lintas agama

menganggap bahwa pemerintahan Presiden SBY melakukan banyak kebohongan

publik dan belum mampu mengupayakan menyejahterakan rakyat.

Struktur tematik, secara garis besar tema yang diangkat dalam pemberitaan ini ada dua tema yang kesemuanya menunjuk pada tema utama yaitu

pertama, kritik tokoh lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBY. Hal ini

terlihat dari detail teks berita yang menjelaskan lebih banyak menguraikan

pendapat dari para tokoh lintas agama. Tema kedua yaitu Presiden SBY agar

segera menindaklanjuti seruan dan pernyataan kritikan dari para tokoh lintas

Struktur retoris dalam berita ini memuat elemen leksikon, grafis, metafora dan pengandaian. Elemen leksikon terlihat dari penggunaan kata

“kebohongan dan pengkhianatan” pada lead yang mempunyai makna bahwa

pemerintahan Presiden SBY melakukan tindakan yang tidak jujur dan tidak dapat

dipercaya, kata “kritik” yang bermakna kecam atau kecaman, maksudnya adalah

para tokoh lintas agama memberikan kecaman terhadap pemerintahan Presiden

SBY, kata “rapuh” yang bermakna mudah patah, lapuk, payah, maksudnya adalah

pemerintahan Presiden SBY dianggap payah dan tidak dapat menangani masalah

bangsa, kata “melempem” yang mempunyai makna bahwa pemerintahan Presiden

SBY tidak mampu untuk menjalankan pemerintahannya, kata “monster” yang

mempunyai makna mahkluk yang menakutkan. Elemen grafis yaitu dengan

menampilkan foto para tokoh lintas agama, juga disertai caption atau keterangan

foto. Pada elemen metafora, berita ini menggunakan kata “tutup telinga” yang

bermakna bahwa pemerintahan Presiden SBY tidak mendengarkan masalah yang

sedang terjadi, kata “turun gunung” yang bermakna bahwa para tokoh lintas

agama keluar dari dunia keagamaan kedunia politik untuk mengkritik

pemerintahan Presiden SBY. Sedangkan elemen pengandaian terlihat dari kalimat

“Saat ini masyarakat Indonesia berada dalam satu perahu. Apabila ada orang yang

melubangi perahu, harus ada yang mengingatkan. Jika tidak, seisi perahu bisa

tenggelam”.

Tabel 4. 4 : Struktur Frame Jawa Pos tanggal 11 Januari 2011

Struktur Jawa Pos

Frame Para tokoh lintas agama mengkritik kinerja pemerintahan Presiden SBY.

Sintaksis

Pemberitaan banyak menempatkan pendapat dari pihak para tokoh lintas agama, sedangkan dari pihak pemerintahan Presiden SBY tidak ada pada berita tersebut.

Skrip

Kritik tokoh lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBY diberitakan secara kurang lengkap, pemberitaan tersebut hanya menyertakan unsur 5W saja.

Tematik

Pemberitaan tersebut terdapat dua tema yaitu pertama, kritik tokoh lintas agama terhadap pemerintahan Presiden SBYTema kedua yaitu Presiden SBY agar segera menindaklanjuti seruan dan pernyataan kritikan dari para tokoh lintas agama. 

Retoris

Penggunaan leksikon “kebohongan dan pengkhianatan”, “kritik”, “rapuh”, “monster” dan “melempem”. Grafis berupa foto dan caption, metafora “tutup telinga”, “turun gunung” dan pengandaian menjelaskan bahwa berita tersebut memberikan penekanan arti tentang kritik para tokoh lintas agama tersebut.

Dokumen terkait