• Tidak ada hasil yang ditemukan

Frame Kalteng Pos: Penolakan FPI Berlanjut (Subjudul: Bukan Masalah Agama, Tapi Organisasinya) Agama, Tapi Organisasinya)

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.2 Frame Kalteng Pos: Penolakan FPI Berlanjut (Subjudul: Bukan Masalah Agama, Tapi Organisasinya) Agama, Tapi Organisasinya)

FPI (Front Pembela Islam) menjadi organisasi yang selalu membuat pro kontra di masyakarat Indonesia, dan kali ini masyarakat Kalimantan Tengah yang jenggah karena direncanakan akan mendirikan cabang diwilayah ini. Sontak, dimulai karena adanya pemberitaan sederhana dari SKH Kalteng Pos semakin membuat warga Dayak melakukan aksi spontan, sebagai wujud penolakan. SKH Kalteng Pos akhirnya menjadikan peristiwa ini sebagai Headline terutama saat aksi sudah berlanjut, pada “pengusiran” terhadap FPI yang baru tiba di Bandara Tjilik Riwut, Kota Palangka Raya. “Penolakan FPI Berlanjut” menjadi Headline yang dituliskan oleh SKH Kalteng Pos, dan sudah dapat dipastikan frame pemberitaan ini adalah sikap tolak kedatangan FPI tersebut kembali berlanjut.

“Bukan Masalah Agama, Tapi Organisasinya”, sebagai Subjudul berita ini pun dimaknai bahwa sikap tolak tersebut dilandaskan karena organisasi, bukan soal agama. SKH Kalteng Pos ingin menunjukkan sikap bahwa aksi tolak tersebut semata-mata bukan karena soal agama, tetapi organisasi tersebut, yaitu FPI. Hal ini dibuktikan dari beberapa pernyataan dari narasumber yang berhasil diwawancarai oleh SKH Kalteng Pos. Kemudian, SKH Kalteng Pos pun menjadikan ini sebagai fokus utama pada pemberitaan. Selain itu, Subjudul ini menjelaskan sikap SKH Kalteng Pos sebagai media penengah, dalam mengendalikan emosi masyarakat, agar tidak terjadi konflik yang tidak diinginkan.

69

Latar informasi yang disajikan SKH Kalteng Pos pada pemberitaan ini ialah aksi warga Dayak yang masih berlanjut, bahkan aksi tersebut digambarkan secara detail. Terdapat dua situasi yang digambarkan SKH Kalteng Pos, karena aksi tersebut menyebar. Hal ini dijabarkan secara tersusun. Penutup berita yang ditulis oleh SKH Kalteng Pos pada pemberitaan ini dengan menggunakan kutipan wawancara, hal ini sebagai penegasan terhadap berita yang sudah ditulis. Dibawah ini penulis mengutip penutup berita tersebut:

“Tidak bermaksud anarkis. Saya menjamin bahwa tidak ada aksi anarkis terkait penolakan ini. Kejadian ini hanya sebatas aksi protes saja. Aksi ini dilakukan dengan teroganisasi. Saya menjamin serta menjaga bahwa tidak aka nada aksi yang lebih anarkis selama tuntutan DAD dipenuhi,” ungkap Lukas

Pernyataan diatas sebagai sebuah kesimpulan, bahwa aksi yang berlanjut tersebut dijamin tidak ada aksi anarkis. Penutup berita tersebut sudah menjelaskan bahwa sikap masyarakat dan juga pandangan SKH Kalteng Pos adalah aksi tolak yang dilakukan didasarkan oleh tindakan protes semata.

Berlanjut pada strukturSkrip, Struktur Skrip pada analisis framing lebih berfokus pada kelengkapan berita. Kelengkapan tersebut terletak pada unsur 5 W (What, Where, Who, When, dan, Why) + 1 H (How). Sebuah fakta akan semakin jelas jika unsur tersebut ada dalam sebuah berita, dan hal ini memang sudah menjadi kewajiban bagi jurnalis untuk menjadikan 5W+1H sebagai kunci dalam membuat berita. Unsur What dan Who masih menjadi unsur yang ditekankan oleh SKH Kalteng Pos pada berita ini. Kedua unsur ini sudah mulai ditekankan pada paragraf pertama, yaitu pada lead:

70

PALANGKA RAYA – Aksi penolakan terhadap pendirian ormas FPI di Kalteng masih berlanjut, Sabtu (11/2) kemarin. Penolakan yang dimotori DAD Kalteng ini dimulai di Bundaran Besar Palangka Raya sejak pukul 09.00. Di pusat kota ini, DAD juga mengkukuhkan BPMAD Kalteng.

Dapat dilihat, bahwa aksi yang rencanakan berlanjut yang dimotori oleh DAD, untuk menolak kedatangan FPI. Pada berita ini, what yang ditonjolkan adalah fakta aksi warga Dayak yang berlanjut, dalam protes penolakan kedatangan FPI di Palangka Raya. Kejadian tersebut dijabarkan secara runtut, dan juga diselipkan penekanan kutipan wawancara narasumber sebagai penjelasan. Berlanjut pada penjelasan lead, SKH Kalteng Pos membangun frame atas realitas aksi penolakan yang berlanjut tersebut. Berikut kutipan paragraf kedua yang mulai diruntut atas aksi penolakan oleh SKH Kalteng Pos:

Acara ini berlangsung semarak. Kegiatan ditandai dengan pembacaan ikrar atau janji pengurus. Selain pengukuhan BPMAD, di Bundaran Besar juga digelar ritual adat Manajah Antang. Ritual ini bertujuan untuk meminta petunjuk kepada leluhur.

Masih menjadi sebuah tradisi yang kuat, disebutkan sebelum dimulainya aksi yang dilakukan di Bundaran Besar. Pihak DAD beserta masyarakat Dayak melakukan ritual adat. SKH Kalteng Pos masih mengembangkan aksi penolakan, dengan menggambarkannya pada paragraf ketiga, pada paragraf ini digambarkan jelas aksi penolakan hingga pada apa yang dikenakan oleh massa. Berikut kutipan paragraf ketiga tersebut:

Pengukuhan dilakukan oleh Wakil Ketua DAD Kalteng Drs Lukas Tingkes.

Acara ini disambut antusias masyarakat. Ribuan masyarakat mulai dari remaja, pemuda, dan orangtua berdatangan. Sebagian besar dari mereka mengenakan ikat

71

kepala merah. Sebagian lainnya, terutama para tokoh masyarakat mengenakan atribut adat.

Pada paragraf keempat, SKH Kalteng Pos menyajikan informasi kembali atas alasan dilakukannya penolakan terhadap kedatangan FPI di Kalteng. Alasan ini disampaikan langsung oleh Ketua DAD, pernyataan ini menjawab unsur Why. Alasan ini lebih kepada keinginan terjalinnya keamanan dan kesejahteraan bersama di Bumi Tambun Bungai. Berikut kutipan dari Ketua DAD tersebut:

Sebelum mengucapkan ikrar, Lukas Tingkes mengingatkan bahwa pihaknya tidak ingin ada tindakan anarkis oleh masyarakat yang tergabung dalam DAD. Karena itulah, pihaknya tidak ingin FPI ada di Kalteng demi keamanan dan kesejahteraan bersama.

SKH Kalteng Pos juga menerangkan secara rinci, ikrar yang diucapkan pada aksi yang dilakukan tersebut. Meski sebelumnya disebutkan bahwa adanya pembentukan BPMAD bukan dikarenakan setelah ada rencana kedatangan FPI ke Kalteng. Tetapi, ikrar yang diucapkan terkait pembentukan BPMAD tersebut, beberapa poinnya hamper seperti menyindir atas kedatangan FPI. Ikrar ini juga masih sebagai pendukung unsure What yang ditekankan oleh SKH Kalteng Pos. berikut keterangan lengkap terkait ikrar tersebut:

Selanjutnya mereka mengucapkan ikrar yang dipandu Lukas Tingkes. Ikrar itu berbunyi: Pertama, BPMAD setia dan taat kepada Pancasila UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Kedua, BPMAD menjunjung tinggi dan mengawal falsafah hidup Huma Betang serta mempertahankan harkat martabat dan hak-hak masyarakat adat. Ketiga, BPMAD memperjuangkan dan meningkatkan taraf hidup untuk mencapai kemakmuran masyarakat adat. Keempat, BPMAD ikut mengantisipasi dan mendukung aparat keamanan dalam mengantisipasi gangguan

72

keamanan di daerah perbatasan. Kelima, BPMAD mendukung pelaksanaan tugas Damang Kepala Adat dalam menegakkan hukum adat dan masyarakat adat di Kalteng.

Tidak hanya ikrar yang diucapkan, menjadi alasan lain atas penolakan terhadap kedatangan FPI. Tetapi, SKH Kalteng Pos masih menjabarkan pernyataan, meski hal ini bersifat pengulangan. Disebutkan bahwa Bumi Tambun Bungai sudah aman dan tentram, agar tidak ada hal yang tidak dinginkan terjadi. Maka, FPI akan dipulangkan dari Bandara Tjilik Riwut. Karena, dikabarkan pihak FPI akan tiba disana. Selain itu, tidak hanya pernyataan dari Ketua DAD, tetapi dar Koodinator aksi massa juga ikut menegaskan alasan dilakukannya penolakan kedatangan FPI. Berikut dibawah ini dua kutipan terkait pernyataan sikap menolak, yang terdapat pada paragraf ke-7 sampai paragraf ke-9:

Sebelumnya, Wakil ketua Biro Pemuda DAD Kalteng Drs Yansen A Binti MBA dengan tegas menyatakan bahwa Bumi Tambun Bungai sudah aman dan tentram. Karena itu, menurut Yansen, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sebagian masyarakat menuju Banda Tjilik Riwut untuk memulangkan anggota FPI yang kabarnya datang menumpang sebuah maskapai.

Koordinator aksi massa Hardeman Wilson menegaskan, aksinya sebagai penolakan terhadap kehadiran FPI di Kalteng. Dia menegaskan penolakan ini tidak ada kaitannya dengan masalah agama.

“Aksi kami hari ini intinya menolak pembentukan FPI di Kalteng, serta menolak kehadiran rombongan FPI di Jakarta. Ini bukan masalah agama. Tapi kami menolak organisasinya yang bersifat anarkis tersebut,” tandas Hardeman saat orasi di depan massa Bandara Tjilik Riwut.

Dari pernyataan diatas, peneliti juga menemukan adanya unsure Where yaitu terdapat pada kalimat “di Kalteng”, dan “di depan massa Bandara Tjilik Riwut”.

Pernyataan tersebut diterangkan secara hati-hati oleh SKH Kalteng Pos untuk

73

menghindari adanya konflik SARA. Selanjutnya, SKH Kalteng Pos masih tetap fokus menggambarkan aksi yang dilakukan massa menuju Bandara Tjilik Riwut. Kejadian ini masih termasuk unsur What. Berikut kutipan paragraf ke-10:

Massa mendatangi bandara sejak pukul 08.00. mereka menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Selama perjalanan, mereka membunyikan klakson disertai teriakan penolakan dan alunan musik daerah. Kemudian, massa berkumpul di depan pintu keberangkatan sampai pintu kedatangan.

Peneliti mendapati unsur pendukung yaitu When pada kalimat “Massa mendatangi bandara sejak pukul 08.00”. Aksi yang dilakukan tersebut cukup mengundang perhatian masyarakat yang ada di wilayah Bandara. Dilakukan aksi ini dikarenakan adanya kabar kedatangan pihak FPI di Bandara Tjilik Riwut. SKH Kalteng Pos pun menggambarkan aksi yang terjadi di Bandara tersebut, terutama ketika aktifis FPI tiba di Bandara Tjilik Riwut. Berikut kutipan atas peristiwa tersebut, yang terdapat pada paragraf ke-12 hingga paragraf ke-16:

Sesaat kemudian, sejumlah perwakilan tokoh masyarakat masuk ke bandara.

Mereka menemui otoritas bandara. Mereja juga menuju pintu kedatangan. “Kami meminta agar rombongan yang dimaksud tidak perlu keluar dari pesawat dan langsung kembali ke Jakarta. Intinya kami menolak kedatangan mereka,” kata Hardeman yang berdiri paling depan. Hardeman didampingi oleh Kasar Lantas Polres Palangka Raya Aries.

Sekitar pukul 09.30, akhirnya pesawat Sriwijaya Air mendarat. Massa yang sudah tidak sabar berusaha merangsek ke areal landasan. Mereka bermaksud menghadang rombongan. Beruntung dengan sigap para tokoh masyarakat berhasil menghalau mereka. Para tokoh masyarakat ini juga menjamin bahwa kondisi aman.

Jaminan ini dikeluarkan lantaran pilot selaku penanggung jawab keamanan penumpang tidak mau membuka pintu.

Akhirnya, pintu pesawat pun dibuka. Satu persatu penumpang turun. Kecuali empat aktivis FPI. Situasi sempat tegang. Seorang anggota DPR RI Akbar Faisal yang mencoba menenangkan massa, juga hampir dihakimi. Sebab, massa tidak mengenal tokoh tersebut.

74

Setelah seluruh penumpang turun, pesawat Sriwijaya Air langsung meninggalkan Palangka Raya menuju Banjarmasin. Pesawat juga tidak membawa 110 penumpang yang telah menunggu. Pemerintah daerah berjanji akan menanggung biaya pemulangan pemnumpang yang tidak dibawa pesawat itu demi kedamaian kalteng.

Setelah pesawat tinggal landas, massa berangsur-angsur membubarkan diri.

Kapolda dan sejumlah tokoh pun berdatangan dan melakukan pertemuan dengan sejumlah media massa dan elektronik. Pesawat lepas landas diiringi dengan pekikan massa. Sesaat kemudiam, Yansen Binti menenangkan massa. Dia mengatakan bahwa anggota FPI batal menginjakkan kaki di Palangka Raya. Di bandara massa tenang, tetapi tanpa dikomandi mereka merangsek Jalan Meranti Panarung. Mereka mendatangi sekertariat panitia pelantikan FPI.

SKH Kalteng Pos menjelaskan kejadian di Bandara secara runtut dan detail.

Runtutnya peristiwa itupun ditambah lagi oleh SKH Kalteng Pos dengan aksi massa yang kemudian berlanjut menuju Jalan Meranti. Keterangan jalan ini pun menjawab unsur Where, yaitu tempat dimana kejadian tersebut berlangsung. SKH Kalteng Pos berusaha memberikan informasi selengkap mungkin, hal ini tampak dari beberapa kejadian yang diyakini disini menugaskan lebih dari dua wartawan. Karena, kejadian tersebut berlangsung diwaktu yang hampir bersamaan. Berikut kutipan yang memperjelas kembali kejadian yang dilakukan massa dilain tempat, terdapat pada paragraf ke-17:

Aksi massa juga terjadi di Jalan A Yani Palangka Raya. Apotek Sari Mulia yang pemiliknya dicurigai sebagai panitia pelantikan FPI jadi sasaran massa. Massa sempat melakukan perusakan dan menurunkan papan nama apotek. Beruntung aksi ini berhasil diredam aparat kepolisian. Dari sana, massa bergerak untuk kembali berkumpul di Huma Betang Kompleks kantor Gubernur Kalteng.

Aksi yang dilakukan tersebut semakin menguatkan frame SKH Kalteng Pos atas penolakan kedatangan FPI. Pada paragraf ke-17 tersebut, peneliti juga

75

menemukan unsur Where yaitu pada kalimat “aksi massa juga terjadi di Jalan A Yani Palangka Raya” dan juga “massa bergerak kembali berkumpul di Huma Betang Kompleks Kantor Gubernur Kalteng”. SKH Kalteng Pos juga menambahkan informasi terkait dituduhnya pemilik Apotek Sari Mulia sebagai panitia pelantikan FPI. Dijelaskan bahwa adanya pemasangan spanduk tersebut sangatlah wajar, terutama bagi pengusaha yang ingin mempromosikan tempat usahanya. Tetapi, massa mengira adanya keterangan “Apotek Sari Mulia” dianggap sebagai salah satu pihak penyelenggara pelantikan FPI.

Berikut kutipan pernyataan pembantahan atas tuduhan sebagai pihak panitia, dari H Achmas Gazali, yang terdapat pada paragraf ke-18:

Pemilik Apotek Sari Mulia H Achmad Gazali yang akrab disapa H Jali menyesalkan kejadian itu. Melalui telepon, H Jali juga membantah bahwa dirinya sebagai panitia dalam pelantikan FPI. “Saya ini pengusaha, pedagang. Jadi wajar kalau dimintai sumbangan. Jadi saya dimintai sumbangan air mineral dan spanduk dua lembar. Di spanduk itu memang ditulisi apotek saya. Karena memang sekaligus untuk promosi. Spanduk saya pasang di Bundaran Burung dan Masjid Aqidah. Jadi saya tegaskan, saya tidak kenal dengan mereka,” tegas H Jali.

Sebelum tibanya pihak FPI ke Kalimantan Tengah, beberapa pihak sudah menyatakan sikap menolak. Hal ini kembali ditegaskan oleh SKH Kalteng Pos pada pemberitaan mereka. Dimana SKH Kalteng Pos masih menekankan alasan atas penolakan, selain itu disebutkan bahwa telah ada perbincangan yang dilakukan DAD dalam kaitan kedatangan FPI ke Kalteng. Perbincangan ini akhirnya merujuk pada sturktur Skrip yang menjelaskan atas unsur What. Berikut pernyataan penegasan

76

kembali terhadap penolakan kedatangan FPI, yang terdapat pada paragraf ke 19 sampai 22:

Ketua DAD Kalteng Sabran Achmad yang ditemui di kediamannya mengatakan, sebenarnya mereka sudah jauh-jauh hari menyatakan menolak kedatangan tokoh sentral FPI. “Sebenarnya kami sudah jauh-jauh hari menyatakan penolakan. Kesepakatan ini bukan hanya dari DAD saja, tapi saat itu ada MUI Kalteng, FKUB dan beberapa ormas lain,” kata Sabran, kemarin.

Menurut Sabran, kedatangan FPI sudah lama dibicarakan oleh DAD hingga akhirnya disepakati bahwa FPI tidak cocok dengan adat istiadat masyarakat. FPI dianggap garis keras yang mempelopori banyaknya kericuhan serta menggangu stabilitas keamanan negara serta memiliki aturan sendiri. “Aktifitas FPI dalam bentuk apapun kami tolak dan tidak boleh dilakukan di Kalteng ini,” tandasnya.

Sabran mengatakan bahwa hingga saat FPI yang berencana ingin mendirikan organisasinya di Kalteng juga tidak pernah permisi dengan ormas lain. Ini juga dianggapnya kurang menghargai adat setempat.

“Kalteng tidak butuh FPI. Karena sekarang sudah ada MUI, FKUB, DAD, dan ormas keagamaan lain. Seperti yang kita lihat sekarang bahwa kerukunan umat beragama sudah terjalin harmonis di Bumi Tambun Bungai ini. Lihat saja hanya di Kalteng ada rumah ibadah yang berdampingan,” ungkap Sabran.

Adanya keterangan tidak dibutuhkannya FPI karena sudah ada MUI, FKUB, DAD dan ormas keagamaan lain, frame yang ingin digambarkan oleh SKH Kalteng Pos akhirnya menekankan bahwa saat ini di wilayah Kalteng sudah ada ormas yang juga bisa menjaga keamanan dan ketertiban. Sehingga penekanan yang dibuat SKH Kalteng Pos ialah FPI adalah organisasi yang tidak diperlukan jika bermaksud untuk menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah Kalteng. Sementara, kedatangan FPI ke wilayah Kalteng direncanakan tidak hanya sebagai salah satu wujud pembentukan organisasi tersebut. Tetapi, dilain kegiatan, FPI dihadirkan diwilayah ini untuk melakukan tabligh akbar.

77

Tablik akbar ini pun mengundang reaksi kembali oleh pihak DAD, SKH Kalteng Pos kemudian menggambarkan reaksi tersebut. Keterangan mengenai tablik akbar ini peneliti menganalisa sebagai unsur What. Hal ini dikarenakan SKH Kalteng Pos menjelaskan ada hal apa yang terjadi, dan selain itu ada pernyataan yang dilontarkan oleh narasumber atas tabligh akbar tersebut. Dimana pihak DAD siap mengamankan kegiatan tablik akbar, meski pihak DAD tetap menentang FPI menghadiri tabligh akbar tersebut. Disebutkan pula oleh SKH Kalteng Pos atas sikap penolakan dari DAD terkait tablik akbar, berikut kutipan paragraf ke-23 dan ke-24:

Sementara Wakil Ketua DAD Kalteng Drs Lukas Tingkes mengatakan bahwa DAD tidak melarang aktifitas tablik akbar yang dilakukan oleh tokoh FPI. Namun, kata Lukas, kedatanganya ke suatu daerah memang tidak pernah lepas dengan pengukuhan maupun perekrutan anggota.

“Silahkan saja ke Kalteng, kalau hanya melakukan tablik akbar. Bahkan bila perlu DAD sendiri siap mengamankan kegiatan tablik akbar tersebut. Namun sebagaimana yang diketahui bahwa ketua FPI ini selalu membawa misi lain di setiap kedatangannya. Kami tentu sangat mendukung jika aktivitas keagamaan oleh saudara-saudara kita tidak perlu melalui FPI sebagai pembicara,” ungkap Lukas saat dibincangi di rumah betang kantor gubernur.

SKH Kalteng Pos menambahkan kembali pernyataan yang merujuk pada aksi massa di Bandara hingga adanya pembakaran tenda Sekretariat FPI, disini SKH Kalteng Pos menggambarkan kejadian tersebut dengan sebuah kejadian spontan.

Spontanitas yang ditekankan pada akhirnya menguatkan unsur What pada berita ini.

Kejadian aksi massa ini pun dikatakan masih terorganisasi sehingga dijamin tidak aka nada aksi anarkis terkait penolakan. SKH Kalteng Pos member keterangan tersebut pada penutup berita. Dapat dijadikan sebagai sebuah kesimpulan, dari keseluruhan What yang sudah dijabarkan oleh SKH Kalteng Pos. berikut dibawah ini kutipan

78

terkait aksi massa yang dianggap sebuah aksi spontanitas, terdapat pada paragraf ke-25:

Lukas menilai, aksi massa di bandara sampai pembakaran tenda di Sekretariat FPI Jalan Jati Panarung merupakan tindakan spontan dan sebagai bentuk pembelaan terhadap harkat dan martabat adat saja.

Pada paragraf tersebut pun peneliti menemukan adanya unsur Where yang merujuk pada keterangan tempat terjadinya pembakaran tenda, yaitu pada kalimat

“aksi massa di bandara sampai pembakaran tenda di Sekretariat FPI Jalan Jati Panarung”.

Diatas telah dijabarkan mengenai penekanan adanya unsur What dan Who , karena berita ini memfokuskan kedua hal tersebut. Tetapi, sebagai bentuk membangun kedua unsur tersebut, SKH Kalteng Pos juga menambah unsur lain.

Peneliti pun telah menjabarkan disetiap paragraf, tetapi berikut ini unsur Who yang telah disaring dari beberapa paragraf pada berita ini. Pada berita ini terdapat lebih dari lima pihak, SKH Kalteng Pos ingin menguatkan berita ini dari berbagai sumber.

Dimaksudkan agar berita tidak berpihak pada satu narasumber. Meskipun, yang menjadi narasumber disini lebih banyak perwakilan warga Dayak itu sendiri. Berikut pihak yang diwawancarai oleh SKH Kalteng pos: Ketua DAD Kalteng Sabran Achmad, Wakil Ketua DAD Drs Lukas Tingkes, Perwakilan DAD dari masing-masing Kabupaten/Kota, Wakil Ketua Biro Pemuda DAD Kalteng Drs Yansen A Binti MBA, Koordinasi aksi massa Hardeman Wilson, Kasar Lantas Polres Palangka Raya, DPR RI Akbar Faisal, Pemilik Apotek Sari Mulia H Achmad Gazali.

79

When. Pertanyaan ini lebih menjawab tentang kapan berita ini disajikan.

Terkait hal tersebut, berita mengenai berlanjutnya aksi penolakan adalah dimana saat aksi tersebut sedang berlangsung. Tepatnya pada hari Sabtu, tanggal 12 Februari 2012, sehingga menjadi headline pada SKH Kalteng Pos.

Kemudian, frame berita ini pun dilihat dari struktur Tematik, dimana setiap berita selalu selain didasari adanya peristiwa yang aktual. Tetapi, media massa juga menyajikannya disesuaikan dengan tema, biasanya pun disamakan dengan ideologi dari media massa tersebut. Begitupun yang terjadi di SKH Kalteng Pos. Pada berita ini, terdapat dua tema besar yang dijabarkan secara menyebar. Tema Pertama, yaitu situasi aksi massa sebagai bentuk penolakan kedatangan FPI, dan tema Kedua, yaitu tidak diperlukannya FPI di Kalteng karena sudah ada organisasi masyarakat lain.

Pada tema pertama, situasi aksi massa tersebut digambarkan secara menyebar.

Frame yang dapat dilihat dari tema ini ialah, SKH Kalteng Pos tetap menekankan adanya sikap “tolak” terhadap kedatangan FPI, dimana aksi diceritakan secara mendetail. Adapun paragraf yang menunjukkan situasi aksi massa tersebut yaitu pada paragraf 2, 3, 6, 10, 12, 13, 14, 16, dan 17. Beberapa paragraf tersebut hanya sebagian kecil yang tergambar dari aksi massa ini, tetapi SKH Kalteng Pos masih memperkuat kejadian penolakan dengan menambahkan beberapa paragraf dari sebuah pernyataan.

Pernyataan dari berbagai pihak ini akhirnya sebagai suatu penguatan atas alasan penolakan yang dilakukan tersebut. Disebutkan juga sebagai sebuah kesimpulan, bahwa aksi massa yang dilakukan bukan didasarkan atas perencanaan, melainkan sebuah spontanitas.

80

Tema kedua yang diangkat SKH Kalteng Pos, yaitu tidak diperlukan FPI karena sudah ada MUI, FKUB, DAD, dan ormas lain. Tertera jelas, SKH Kalteng Pos memberi informasi tajam, mengenai pernyataan sikap dari pihak DAD. FPI disini benar-benar dianggap tidak perlu hadir di wilayah Kalteng, karena organisasi massa ini sudah dipandang sebagai organisasi yang melakukan kegiatannya selalu berujung kekerasan. Kalimantan Tengah disebutkan telah memiliki beberapa ormas yang tujuan berdirinya tidak jauh dari tujuan berdirinya ormas FPI. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan, untuk tidak diperlukan adanya FPI lagi diwilayah ini.

Berikut penggalan paragraf, yang terdapat keterangan sikap dari Ketua DAD Kalteng.

Berikut penggalan paragraf, yang terdapat keterangan sikap dari Ketua DAD Kalteng.