• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.6 Frame SKH Kalteng Pos: Berulah Lagi, FPI Dibekukan

SKH Kalteng Pos hingga tanggal 16 Ferbruari 2012, masih menjadikan peristiwa penolakan FPI sebagai Headline pada media cetak tersebut. Padatanggal ini pun, Frame SKH Kalteng Pos dengan mencantumkan Headline yaitu “Berulah Lagi, FPI Dibekukan”, yang artinya SKH Kalteng Pos ingin menunjukkan bahwa jika FPI akan melakukan perlawanan maka akan diberi sanksi terkait pembekuan pada organisasi tersebut. Hal ini dikuatkan dengan berbagai pernyataan dari narasumber yang memiliki hak mengenai peristiwa ini. SKH Kalteng Pos juga memberi frame kuat terhadap hal tersebut pada Lead. Unsur yang tercantum pada Lead ialah pada Who, What dan How. Berikut kutipan Lead :

JAKARTA – Tuntutan pembubaran FPI mendapat respon pemerintah.

Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta ormas yang dipimpin Habib Rizieq itu agar intropeksi, kemarin Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengaku sudah memberikan dua kali teguran.

Frame yang akhirnya dibentuk oleh SKH Kalteng Pos ialah adanya respon dari Presiden langsung terkait peristiwa tersebut. Sehingga, kegunaan media massa disini dapat dijalankan. SKH Kalteng Pos pun menjadikan latar informasi pada berita ini ialah adanya teguran bagi FPI jika masih melakukan kekerasan pada kegiatan

113

yang dilakukan. Ini dapat dilihat dari keterangan yang diberikan oleh Gamawan selaku Mendagri. Berikut penggalan pernyataan yang terdapat pada paragraf ke-2:

“Saya sudah terbitkan teguran yang kedua untuk FPI. Kalau masih melakukan, kami akan ambil tindakan pembekuan” Kata Gamawan usai mengikuti silaturahmi dengan para duta besar di kementrian luar negeri, kemarin (15/2).

Pada penutup berita, SKH Kalteng Pos memberi tambahan informasi terkait adanya tanggapan atas surat peringatan yang telah dilayangkan dimedia massa dikatakan hal tersebut bohong. Frame SKH Kalteng Pos yang tergambarkan pun ahirnya menjelaskan bahwa media cetak ini bersikap netral, karena tetap memberikan pernyataan dari pihak FPI yang menjadi pertentangan. Pernyataan tersebut keluar dari ucapan Ketua Bidang Dakwah dan Komunikasi Lintas Agama. Berikut penutup berita:

“Kalau dibilang kementerian dalam negeri memberi peringatan, itu berbohong. Menteri dalam negeri bilang sudah berikan surat peringatan, itu bohong,” kata Habib Muhscin Ahmad Alatas, Ketua bidang Dakwah dan Komunikasi Lintas Agama, di ruang Komisi III Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), hari ini.

Skrip, unsur 5W + 1H (What, Where, Who, When, dan Why, serta How) dijabarkan secara terpisah. Hal ini disesuaikan dengan paragraf ataupun kalimat berita yang dituang. Pada berita ini, SKH Kalteng Pos memfokuskan terhadap unsur How, yang mengangat tindakan dari pemerintah terhadap FPI. Dimulai pada paragraf awal

114

atau lead, sudah terfokuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap FPI. Berikut kutipan lead tersebut:

JAKARTA – Tuntutan pembubaran FPI mendapat respon pemerintah.

Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta ormas yang dipimpin Habib Rizieq itu agar intropeksi, kemarin Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengaku sudah memberikan dua kali teguran.

Lead tersebut akhirnya ditegaskan dengan kutipan pernyataan langsung.

Sehingga, tidak terkesan hanya sebuah pernyataan, melainkan benar adanya mengenai hal tersebut. Selain itu, tidak hanya diperkuat oleh sebuah kutipan hasil wawancara, SKH Kalteng Pos juga menambahkann landasan Undang-Undang mengenai organisasi, yang tercantum pada Undang-Undang No.8/1985. Pada paragraf ketiga dan keempat, terdapat keterangan How terkait teguran apa yang diberikan pada FPI, berikut kutipan berita tersebut:

Seusai mengikuti silaturahmi dengan para duta besar di Kementrian Luar Negeri, Gamawan mengatakan, salah satu teguran yang diberikan kepada FPI adalah terkait dengan perusakan kantor Kemendagri pada pertengahn Januari Lalu. Kala itu FPI berunjuk rasa terkait kabar Kemendagri menarik peraturan daerah tentang minuman keras.

Sanksi terhadap FPI bisa berujung pada pembubaran ormas tersebut jika masih mengganggu keamanan dan ketertiban umum meski sudah dibekukan.

Gamawan manmpik anggapan bahwa pemerintah lamban dalam mengambil tindakan terhadap FPI. Dia berdalih, pemerintah menghormati ketentuan dalam undang-undang.

115

Teguran tersebut ditegaskan terhadap ormas FPI khususnya, karena selama ini FPI dikenal sudah memiliki sejarah atas kejadian yang selalu berujung pada kekerasan. Tahapan teguran tersebut akan berujung pada pembekuan organisasi, untuk ormas FPI ini sendiri jika diduga sebagai permasalahan hukum maka akan berlanjut pada proses di kepolisian. Hal ini dapat dilihat dari kutipan pernyataan yang terdapat pada paragraf ke-6:

Dia menegaskan, tahapan tersebut berkaitan dengan organisasi FPI. Terkait dengan dugaan pelanggaran hukum, pihaknya menyerahkan kepada kepolisian.

“Tidak perlu menunggu pembubaran, itu bisa diproses hukum, diberi sanksi pidana,”katanya.

Sebagai tindakan yang dilakukan tersebut, pada dasarnya memiliki tujuan terlebih bagi masyarakat di Kalteng. Tujuan ini termasuk pada unsur Why, dimana menjawab pernyataan kenapa dilakukannya beberapa teguran tersebut. Dapat dilihat dari paragraf ke-7:

Sementara itu, di depan para dubes, kepala perwakilan asing, dan organisasi internasional, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, kerukunan sosial dan kerukunan antarumat beragama masih terjada. “Fokus kebijakan pemerintah dalam hal ini untuk menjaga kerukunan antarumat beragama untuk mencegah kekerasan,” katanya.

Selanjutnya, SKH Kalteng Pos kemudian menambahkan informasi dari sisi FPI itu sendiri, dimana hal ini termasuk pada unsur What. Terlihat ada kejadian yang ingin dijabarkan oleh SKH Kalteng Pos. Berikut kutipan dari paragraf ke-8:

116

Di pihak FPI, organisasi yang dipimpin Habib Rizieq itu terus melanjutkan roadshow pasca makin maraknya tuntutan pembubaran terhadap mereka belakangan ini. Kemarin, rombongan FPI mendatangi gedung parlemen untuk mengadukan nasib mereka. Secara khusus, mereka diterima Komisi III yang membidangi hukum dan HAM.

Kemudian, SKH Kalteng Pos memberikan informasi tambahan dari pernyataan FPI. Pernyataan ini terlihat seperti ingin memprovokasi akan terjadinya aksi penolakan kembali di Kalteng. Karena, pihak FPI member keterngan, bahwa yang menolak kedatangan mereka adalah para preman, bukan masyarakat. Berikut kutipan tersebut, yang terdapat pada paragraf ke 10 sampai paragraf ke-11:

“Itu yang menolak preman, bukan masyarakat,” ujar Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama FPI Al Habib Muhsin Ahmad Alatas, saat audiensi, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. Menurut dia, masyarakat Palangka Raya justru yang meminta agar FPI menggelar acara deklarasi di sana.

Dia lantas mengakui, pada awalnya, delegasi FPI ke Palangka Raya, pada 11 Februari 2012, lalu adalah untuk mendatangi deklarasi cabang setempat. Sekaligus mendatangi peringatan maulid Nabi Muhammad. Namun, karena ada penentangan, organisasinya akhirnya memutuskan membatalkan acara deklarasi tersebut. “Sudah ada kesepakatan tidak ada pelantikan, tapi maulid nabi boleh. Tapi itu pun kami tidak bisa mengadakan karena dicegat massa memakai mandau dan tombak,” ujar Habib Muhsin.

Atas kejadian tersebut, termasuk pelaporan pihak Kepolisian masih mengusut dan mempelajari kasus tersebut. Bahkan, direncanakan ada rapat pleno khusus membahas persoalan tersebut. Terkait hal ini, pihak Kepolisian menyebutkan bahwa dalam tindak lanjut akan dilimpahkan ke tempat kejadian, karena hal ini termasuk locus delicti yang terdapat pada KUHAP. SKH Kalteng Pos dalam hal ini meletakkan

117

permasalahan ini dengan menekankan unsur How, yaitu adanya jalan tengah yang pada akhirnya diambil oleh pihak Kepolisian atas kasus yang dilaporkan oleh FPI.

Berikut kutipan berita terkait tindakan yang pas dilakukan terhadap kasus tersebut, terdapat pada paragraf ke-15:

Saud menambahkan, kasus tersebut dilaporkan dua pengurus FPI, Ahmad Basri Lubis dan Muksin Ahmad Alatas, ke Bareskrim Mabes Polri, Senin (13/2) lalu.

Alasan lain pelimpahan perkara didasarkan pada keberadaan saksi yang sebagian besar berdomisili di Kalteng. “Untuk memudahkan pemeriksaan,” katanya.

Bahkan SKH Kalteng Pos menambahkan, atas kejadian penolakan tersebut, FPI melaporkan bahwa ada empat tersangka yang menjadikan mereka korban. Dalam hal ini, Kepolisian dijelaskan oleh SKH Kalteng Pos belum menetapkan empat tersangka tersebut. Berikut kutipan terkait empat tersangka yang menjadi unsur Who dalam memperkuat How yang diangkat SKH Kalteng Pos:

Saat ini polisi juga belum menetapkan tersanga dari empat terlapor dalam kasus laporan FPI tersebut, termasuk Gubernur Kalteng, Agustinus Teras Narang. Penyidik di Polda Kalteng akan menelusuri lebih lanjut untuk menemuan fakta dan pasal-pasal yang dilanggar dalam peristiwa itu.

SKH Kalteng Pos masih menambahkan kembali, pada unsur What. Hal in terkait peristiwa permbakaran yang penyelesaiannya termasuk pada unsure How dilakukan mediasi antar pemerintah daerah. Mengenai peristiwa tersbeut, terdapat pada paragraf ke-17, berikut kutipannya:

118

Mengenai kasus pembakaran dan pengrusakan rumah milik Habib Muhrin bin Muhammad dan tenda yang rencananya akan dipakai untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, akan dimediasi oleh pemerintah daerah setempat.

“Kami imbau semua pihak menahan diri,” katanya.

SKH Kalteng Pos memberikan informasi terkait rencana pembubaran FPI dari tiga sumber pembeda. Tidak hanya dari pihak pemerintah yang merencanakan sanksi bagi FPI yang telah dianggap banyak melakukan pelanggaran. Tetapi, juga dari pihak FPI itu sendiri, sebagai bentuk netralnya sebuah media cetak. Berikut keterangan lengkap, siapa pihak yang dijadikan narasumber oleh SKH Kalteng Pos, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi, Habib Rizieq, pimpinan dan anggota Komisi III, Ketua Bidang Dakwah dan Hubungan Lintas Agama FPI Al Habib Muhsin Ahmad Alatas, Wakil Ketua Komisi III Azis Syamsuddin, Mabes Polri, Polda Kalteng, Polri Irjen Saud Usman Nasution, dan Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang.

Tematik, SKH Kalteng Pos memproses berita ini dengan satu tema besar, yaitu mengenai respon pemerintah terhadap ormas FPI. Dapat dilihat dari paragraf pertama, hingga pada paragraf keenam. SKH Kalteng Pos memulai tema ini dari memberikan informasi respon apa yang telah dilakukan oleh pemerintah, yaitu terkait pernyataan Mendagri atas teguran bagi FPI. Kemudian dilanjut adanya penguatan dari Undang-Undang No.8 Tahun 1985, pemerintah akan mengambil tindakan pembekuan terhadap FPI.

119

Tidak hanya itu, SKH Kalteng Pos meletakkan informasi tambahan sebagai penguat tema dengan melihat kembali peristiwa apa yang telah membuat pandangan terhadap FPI sebagai ormas yang selalu berujung pada kekerasan. Hingga hal ini sebagai salah satu alasan kuat, untuk memberikan sanksi teguran keras terhadap ormas tersebut. Tema yang diangkat SKH Kalteng Pos juga dibangun dari berbagai peristiwa, pengembangan respon pemeritah tersebut, dimasukkan informasi adanya tindakan pengaduan dari FPI karena telah merasa menjadi korban, hingga pengaduan tersebut diterima oleh Komisi III yang pada akhirnya memberikan sikap.

Meskipun telah menjadi perhatian, dan ormasnya telah direncanakan akan dibubarkan, tetapi FPI tetap melakukan kegiatan (road show). FPI tetap mempertahankan ormas mereka, dengan mengadu, dan hal ini direspon dengan pernyataan langsung dari Komisi III dimana mempelajari kasus tersebut.

Memperlajari dengan akan diadakan rapat pleno terlebih dahulu sebagai wadah membahas hal tersebut.

Kemudian, dari respon pemerintah tersebut, SKH Kalteng Pos menguatkan kembali ternyata ucapan pemerintah yang telah melakukan pengiriman surat teguran tersebut dianggap bohong oleh FPI. Pembohongan tersebut atas dasar surat peringatan yang dilayangkan kepada mereka dari menteri dalam negeri. Tema terakhir ini menjadi penutup berita, yang terdapat pada paragraf ke-18 dan pada paragraf ke-19.

120

Retoris, ada beberapa kata yang menggambarkan peristiwa pada berita ini, yaitu tuntutan, terbitkan, teguran keras, sanksi pidana, kebijakan, bukan masyarakat, penentangan, dicegat, mempelajari, melimpahkan, berdomisili, dimediasi, menuding dan berbohong. Meski terdapat banyak kata tetapi, penulis melihat kata teguran keras dan sanksi pidana sebagai kunci kata mengenai berita ini. SKH Kalteng Pos juga memberikan satu foto yang menjadi visualisasi terhadap berita dengan headline “ Berulah Lagi, FPI Dibekukan.” Pada foto tersebut, kata yang menjadi fokus ialah

“membantah”, hal ini yang diungkap oleh Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang sebagai bantahan terhadap pernyataan oleh Habib Rizieq.

4.3 Pembahasan

FPI (Front Pembela Islam) sebagai organisasi masyarakat yang berpusat di Jakarta, sejak tahun 1998 sudah terkenal di berbagai aksi “penertiban”, biasa dikenal

“sweeping” pada kegiatan masyarakat yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam.FPI membuat sebuah perencanaan di Kalimantan Tengah, dengan maksud ingin mendirikan organisasi tersebut di wilayah ini, hingga akhirnya perencanaan tersebut mengundang aksi penolakan yang dilakukan oleh warga Dayak.

SKH Kalteng Pos adalah salah satu media cetak di Kalimantan Tengah, yang aktual dengan kurun waktu seminggu berturut-turut. Untuk mengetahui bingkai yang dibentuk oleh SKH Kalteng Pos pada pemberitaan tersebut, maka peneliti menggunakan analisis framing model Pan Kosicki. Model ini melihat pembingkaian

121

sebuah berita melalui empat perangkat, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.

Berdasarkan pengamatan dan analisa peneliti, SKH Kalteng Pos ingin memberikan informasi seaktual dan selengkap mungkin terkait peristiwa penolakan yang dilakukan warga Dayak terhadap FPI.

Pada awalnya, SKH Kalteng Pos mengawali framing pemberitaan penolakan FPI ini dengan sebuah berita organisasi, yang terdapat di bagian pojok kiri pada halaman utama. Tetapi, pada penelitian ini, peneliti tidak menganalisanya dari berita tersebut, karena peneliti hanya memilih enam berita yang menjadi headline di SKH Kalteng Pos dengan waktu seminggu berturut-turut. Sejak adanya pemberitaan tersebut, masyarakat Kalteng terutama warga Dayak menjadi terperhatikan, sehingga pada keesokan harinya setelah berita tersebut dimuat. Warga Dayak melakukan aksi massa, Huma Betang di Kantor Gubernur dan Bundaran Besar menjadi pusat dilakukannya aksi spontanitas dengan tujuan penyampaian sikap penolakan kedatangan FPI.

Pada akhirnya, peristiwa tersebut mulai menjadi headline, yang diawali pada tanggal 11 Februari 2012, berita atas aksi massa yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 2012. Headline yang digunakan SKH Kalteng Pos ialah “Kalteng Tolak FPI”. Pada berita ini SKH Kalteng Pos memberi informasi atas apa yang terjadi, yang mana adanya pernyataan sikap yang dikeluarkan oleh DAD (Dewan Adat Dayak) mengenai kedatangan FPI. Mereka menegaskan bahwa aksi penolakan

122

tersebut bukan didasari atas alasan agama, melainkan FPI yang identik dengan kekerasan.

SKH Kalteng Pos berusaha mendeskripsikan aksi yang terjadi pada saat hari tersebut. Dimana menggambarkan sampai pada apa yang dikenakan oleh mereka yang melakukan aksi, yaitu ikat kepala merah. Sebagai simbolis bagi mereka yang mengaku warga Dayak asli. Selain itu, juga ada seruan yang khas dari warga dayak, yaitu olololololo yang berkumandang bersahut-sahutan. Aksi massa dibingkai secara lengkap, yang diawali dari Huma Betang dan Bundaran Besar, kemudian beralih pada aksi massa di Bandar Tjilik Riwut. Bingkai yang terlihat pada berita ini, SKH Kalteng Pos ingin menegaskan, adanya bentuk penolakan terhadap kedatangan FPI di Bumi Tambun Bungai.

Pada hari berikutnya, tepat pada tanggal 12 Februari 2012, atas peristiwa yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2012. SKH Kalteng Pos menuangkan sebuah headline terhadap peristiwa tersebut yaitu “Penolakan FPI Berlanjut”. Selain itu, SKH Kalteng Pos masih memberikan sub headline yang memperkuat headline diatas, yaitu “Bukan Masalah Agama, tapi Organisasinya”. Aksi yang dilakukan warga Dayak ternyata benar-benar berlanjut, sehingga SKH Kalteng Pos ingin membingkai peristiwa (realitas) tersebut. Hal ini dianggap sebagai peristiwa aktual.

Meski pada berita sebelumnya SKH Kalteng Pos telah menegaskan adanya pernyataan sikap bahwa penolakan terhadap FPI dilakukan bukan soal agama, tetapi

123

pada berita ini SKH Kalteng Pos masih ingin kembali menegaskan hal tersebut. Hal ini ditambah dengan penegasan “tapi organisasinya”, maka dimaksudkan penolakan tersebut didasari organisasi FPI yang identik dengan kekerasan. SKH Kalteng Pos membingkai peristiwa ini secara rinci, termasuk pada peristiwa penghadangan kedatangan FPI yang telah tiba di Bandara Tjilik Riwut.

Kedatangan FPI ini pada dasarnya sudah lama diperbincangkan oleh pihak DAD, hinga diputuskan bahwa FPI tidak cocok dengan adata masyarakat Kalteng.

SKH Kalteng Pos membingkai pernyataan tersebut dengan menulisnya pada judul baru. Sehingga, pembaca menjadi fokus terhadap apa yang sebenarnya menjadi alasan penolakan tersebut.

Berita selanjutnya pada tanggal 13 Februari 2012 atas peristiwa tanggal 12 Februari 2012, yang dilakukan oleh warga Sampit. Aksi penolakan tidak hanya dilakukan oleh warga Palangka Raya dan Kapuas, melainkan gelombang penolakan tersebut sampai di Kota Sampit yang masih menjadi wilayah Kalimantan Tengah. Di Kota tersebut bukan hanya menolak kedatangan FPI untuk mendirikan cabang organisasi tersebut. Mereka juga menegaskan menolak Habib Rizieq datang sebagai penceramah pada perayaan Maulid Nabi di Kalteng.

SKH Kalteng Pos pada berita ini tidak hanya memihak pada pihak yang kontra terhadap kedatangan FPI, tetapi SKH Kalteng Pos juga memberi informasi atas pernyataan dari pihak FPI, yang merasa menjadi korban karena dilarang

124

memasuki wilayah yang sejatinya adalah bagian dari NKRI. Menanggapi hal tersebut, SKH Kalteng Pos akhirnya membingkai pernyataan itu dengan menambahkan pernyataan dari Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang SH.

Disebutkan pada berita, bahwa Gubernur menanggapi masalah tersebut dengan sikap yang hati-hati. Gubernur memberi pernyataan bahwa dirinya hanya melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memelihara keamanan bersama.

Berlanjut pada berita tanggal 14 Februari 2012 atas peristiwa pada tanggal 13 Februari, SKH Kalteng Pos memberikan headline pada berita tersebut dengan

“Urusan FPI Beres”. Headline tersebut cukup mengundang rasa penasaran bagi pembaca, terutama bagi mereka yang melakukan aksi pada tiga hari kemarin.

Terlebih bagi pihak yang pro dan kontra pada kedatangan FPI di Kalteng. Bingkai SKH Kalteng Pos pada berita ini ialah kejelasan atas aksi yang cukup menyedot perhatian masyarakat, bahwa segala pro dan kontra telah beres. Dalam arti, sudah dilakukannya penandatanganan pernyataan dari 11 ormas. Pernyataan tersebut terkait lima point, yang intinya ialah penolakan FPI tersebut tidak ada kaitannya dengan agama dan suku.

Meskipun sudah ada sikap yang dikeluarkan oleh 11 ormas tersebut bahwa urusan FPI telah beres, tetapi aksi terhadap peristiwa penolakan kedatangan FPI masih menjadi fokus di setiap media massa. Terlebih, adanya aksi demo yang dilakukan demonstran yang mengatasnamakan “Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI”. Demo tersebut dilakukan di Jakarta yang didasari atas adanya aksi penolakan

125

massa di Kalteng. SKH Kalteng Pos juga membingkai sebuah pernyataan adanya sinyal pembubaran terhadap ormas FPI tersebut. Dilain sisi, bingkai SKH Kalteng Pos yang tampak ialah ternyata dalam pembentukan sebuah organisasi harus didasari berbagai aturan yang tertuang di Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985. Namun, regulasi tersebut saat ini terkesan lambat, bahkan banyak ormas yang tidak memiliki badan hukum yang jelas.

Berita terakhir yang menjadi objek penelitian peneliti ialah berita pada tanggal 16 Februari 2012, atas peristiwa yang terjadi pada tanggal 15 Februari. SKH Kalteng Pos membingkai media mereka dengan sebuah headline yang cukup singkat tetapi jelas. Headline tersebut berisi “Berulah Lagi, FPI Dibekukan”. Sikap tegas yang ada pada pernyataan dari Kemenag menjadi fokus berita ini, dimana jika FPI akan melakukan kegiatan yang pada akhirnya berujung pada tindakan kekerasan.

Maka, dengan tegas dilakukan pembekuan terhadap ormas tersebut. Bahkan, SKH Kalteng Pos menjelaskan bahwa saat ini pihak Kemenag telah melayangkan surat teguran kepada FPI.

Namun, SKH Kalteng Pos juga menjelaskan sikap yang dikeluarkan oleh FPI menanggapi pernyataan dari Kemenag atas surat teguran. Pada berita ini dijelaskan bahwa mereka (FPI) sama sekali belum menerima surat peringatan tersebut.

Sehingga mereka mengatakan bahwa Kemenag berbohong atas pernyataan mengenai surat peringatan atau teguran. SKH Kalteng Pos disini terlihat menjadi media massa yang netral, tidak memihak pada salah satu pihak. Hal ini terlihat dari adanya

126

penyampaian informasi baik itu sebuah peristiwanya ataupun pernyataan dari pihak yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. SKH Kalteng Pos tetap seimbang, tidak berat memberitakan dari pihak penolak, dan juga memberitakan dari pihak yang ditolak. SKH Kalteng Pos juga ingin menggambarkan bagaimana organisasi DAD (Dewan Adat Dayak) sebagai organisasi yang paling berpengaruh pada peristiwa penolakan kedatangan FPI tersebut. Sehingga, terlihat SKH Kalteng Pos ingin menunjukkan kekuatan dari warga Dayak itu sangat kuat dalam peristiwa ini.

Melihat dari penelitian sebelumnya, tampak SKH Kalteng Pos juga ingin menonjolkan bahwa FPI sebagai organisasi yang identik dengan kekerasan. Hal ini juga terdapat pada penelitian sebelumnya terkait FPI, disebutkan dan ditekankan bahwa FPI melakukan aktifitas berujung kekerasan pada peristiwa monas. Pada peristiwa penolakan FPI, pada akhirnya, SKH Kalteng Pos melakukan konstruksi realitas sosial dengan mengkonfirmasikan berita tentang penolakan warga Dayak atas kedatangan FPI di Kota Palangka Raya. Menurut Giles dan Wiemann (dalam Hamad, 2004:14), bahasa (teks) mampu menentukan konteks, bukan sebaliknya teks menyesuaikan diri dengan konteks. Dengan begitu, lewat bahasa yang dipakainya (melalui pilihan kata dan cara peyajian) seseorang bisa mempengaruhi orang lain (menunjukkan kekuasannya). SKH Kalteng Pos mengguakan bahasa sebagai usur utama dalam proses konstruksi realitas media.

SKH Kalteng Pos pun dimasing-masing pemberitaannya menggunakan bahasa penekanan, atas peristiwa yang disajikan. Sebagai contoh, pada berita