• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia

c. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia

d. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik) di Indonesia

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana frekuensi kanker menurut status merokok dan durasi merokok di Indonesia ?

2. Bagaimana frekuensi masing-masing jenis kanker di Indonesia ?

3. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia ? 4. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin,

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terkait program atau kebijakan tentang rokok dalam upaya penanggulangan masalah kanker di Indonesia

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi refrensi dalam penelitian dan analisis lanjut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia

3. Bagi Penelitian Lain

Sebagai dasar pengembangan peneliti selanjutnya untuk meneliti terkait hubungan merokok dengan kanker.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Epidemiologi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan data Riskesdas Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status merokok, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kanker. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional.

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

a. Definisi Kanker

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sel-sel di dalam tubuh berkembang secara tidak terkendali, sehingga membentuk tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker paling sering didiagnosis pada saat usia pertengahan dan lebih tua, namun sel-sel kanker tersebut berkembang sejak awal, sehingga sangat penting untuk mendeteksi secara dini (WHO, 2015).

Semua kanker disebabkan oleh kelainan (mutasi) DNA dalam sel. Tubuh memiliki pertahanan terhadap beberapa mutasi, tapi agen luar seperti bahan kimia penyebab kanker dalam asap tembakau, radiasi dan beberapa infeksi dapat merusak pertahanan tersebut. Keadaan gizi internal tubuh dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh juga dapat membuat kelainan genetik (WHO, 2015).

Berbagai jenis kanker yang dapat dipengaruhi oleh merokok adalah kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker kerongkongan, kanker rongga hidung, kanker perut, kanker hati, kanker ginjal, kanker saluran kencing, kanker leher rahim dan kanker tulang sumsum (Hecht, 2003).

b. Patofisiologi

Sel yang menyusun tubuh manusia, bila terpapar oleh suatu mutagen maka DNA dari sel tersebut akan mengalami mutasi. Pada kondisi ini, sel tersebut akan mengekspresikan protein abnormal. Adanya protein abnormal tersebut dapat bersifat sebagai sinyal sel, sehingga sel yang bersangkutan akan dieliminasi oleh sel imunokompeten (Sudiana, 2008).

DNA dalam sel dapat mengalami mutasi. Apabila DNA dalam sel tersebut mengalami mutasi, maka DNA dalam sel tersebut harus diperbaiki (repair). Apabila proses repair tersebut tidak berhasil, maka sel tersebut akan melakukan eksekusi diri hingga sel tersebut mengalami kematian (apoptosis). Apabila jalur ini mengalami kegagalan, maka DNA sel yang abnormal tersebut akan mengalami pertumbuhan membentuk klon sel baru (sel klonal yang memiliki gene defect) (Sudiana, 2008).

Kandungan nikotin menyebabkan kecanduan merokok dan berkaitan dengan paparan karsinogen. Karsinogen dalam rokok dapat menjadi aktifasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh. Jika karsinogen telah mengaktifasi DNA dan bisa diperbaiki maka akan kembali ke keadaan normal. Tetapi jika tidak bisa diperbaiki, maka akan terjadi kesalahan coding, yang menyebabkan mutasi permanen dalam DNA. Sel

dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor, maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor (Hecht, 2012).

Nikotin dan karsinogen juga dapat mengikat langsung ke beberapa reseptor seluler, yang menyebabkan aktivasi dari serin treonin kinase Akt (juga dikenal sebagai protein kinase B), Protein Kinase A (PKA) dan faktor lainnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja apoptosis, meningkatkan angiogenesis dan peningkatan transformasi sel yang dapat mengakibatkan berkembangnya sel tumor. Produk tembakau juga mengandung promotor tumor dan co-karsinogen, yang bisa mengaktifkan Protein Kinase C (PKC), Aktivator Protein 1 (AP1) atau faktor-faktor lain, sehingga meningkatkan karsinogenesis yang mengakibatkan terbentuknya sel tumor (Hecht, 2012).

Setelah perokok menghisap rokok bertahun-tahun maka perokok akan menderita sakit. Semakin lama kebiasaan merokok, maka semakin besar juga kemungkinan terkena penyakit. Secara umum, penyaki seperti kanker, penyakit jantung dan penyakit lain yang disebabkan oleh rokok akan diderita setelah merokok selama 10-20 tahun (Aditama, 1997).

c. Faktor Risiko Kanker 1. Merokok

a. Status merokok

Penelitian yang dilakukan Hosseini dkk, didapatkan OR untuk orang yang merokok adalah sebesar 4,7 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hosseini, 2014). Penelitian Soemadi menyebutkan bahwa merokok memiliki risiko 0,402 kali terkena kanker nasofaring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Soemadi, 2010). Menurut penelitian Chao dkk risiko kematian karena kanker kolon pada perokok lebih berisiko 1,32 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Chao, 2000).

Perokok memiliki hazard risk sebesar 1,27 untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hannan, 2009). Menurut penelitian Gaudet dkk, perempuan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,24 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok, sedangkan mantan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,13 kali untuk terkena kanker payudara (Gaudet, 2013).

Penelitian Gao, perokok dan mantan perokok berisiko 3,55 kali terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok (Gao, 2013). Hasil penelitian Nainggolan

menunjukan bahwa risiko mantan perokok adalah 2,33 kali untuk terkena kanker saluran cerna dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Sedangkan pada orang yang merokok tidak tidapatkan risiko untuk terkena kanker saluran cerna (Nainggolan, 2009).

Penelitan Chao, risiko kanker kolon pada yang merokok sebesar 1,44 kali dan yang pernah merokok 1,21 kali dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok pada jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan, risiko yang merokok 1,42 kali dan yang pernah merokok 1,15 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok (Chao, 2000). Penelitian Hannan menyebutkan bahwa orang yang pernah merokok memiliki risiko sebesar 1,34 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan orang yang merokok berisiko 1,27 kali terkena kanker kolon dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hannan, 2009).

Berdasarkan penelitian Nainggolan, proporsi kejadian kanker saluran cerna lebih besar besar pada perokok (18,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,9%) (Nainggolan, 2009). Penelitian Gao, proporsi kanker payudara lebih besar lebih besar pada individu yang merokok (1,49%) disbanding dengan yang pernah merokok (0,90%) (Gao, 2013).

b. Jumlah rokok

Perokok yang menghabiskan 20-29 batang rokok per hari memiliki risiko sebesar 1,31 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perokok berat (25 batang rokok per hari) dan orang-orang yang merokok lebih dari 40 tahun memiliki risiko sebesar 1,81 mengalami kematian akibat kanker prostat (Rohrmann, 2012). c. Durasi merokok

Perokok yang merokok selama 1-40 tahun memiliki risiko 1,26 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok selama 40-49 tahun memiliki risiko sebesar 1,21 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok yang merokok selama 50-73 tahun memiliki risiko 1,29 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perempuan yang lebih dari 20 tahun merokok berisiko 3,75 kali terkena kanker serviks dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok (Natphopsuk, 2012).

2. Usia

Proporsi kanker paru lebih besar pada kelompok usia 51-70 tahun (71,43%) (Roosihermiatie, 2012). Kasus kanker lebih berisiko 3,01 kali pada usia 25-34 tahun dibandingkan dengan usia 10-14 tahun pada

penduduk di Indonesia (Oemiati, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indarti, usia rata-rata pada kasus kanker payudara pada penelitiannya adalah 46 tahun (Indarti, 2005). Berdasarkan penelitan Natphopsuk, proporsi penderita kanker serviks lebih besar pada kelompok yang ≥40 tahun (76,7%) dibandingkan dengan kelompok <40 tahun (Natphopsuk, 2012).

3. Jenis kelamin

Pada penelitian Hosseini, prevalensi laki-laki yang terkena kanker paru lebih banyak (73,6%) dibandingkan dengan dengan perempuan (26,4%) (Hosseini, 2014). Sedangkan penelitian Roosihermiatie (2012) menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki (100%). Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan (69,4%) (Nainggolan, 2009).

4. Tempat Tinggal

Berdasarkan tempat tinggal, kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan (Oemiati, 2011).

5. Aktivitas fisik

Penelitian pada pria yang melakukan aktivitas fisik, dapat memproteksi sebesar 0,59 kali terhadap kejadian kanker prostat dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan aktivitas fisik (Wilson, 2012). Orang yang melakukan aktivitas fisik cukup dapat memproteksi

kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011).

B. Rokok

a. Definisi rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya. Rokok tersebut yang dimaksud berupa rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2012).

b. Zat Berbahaya dalam rokok

Sebatang rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia, dengan 3 komponen utama yaitu:

a) Nikotin adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif) (Kemenkes, 2012). Nikotin merupakan psikotropika stimulan yang mendatangkan perasaan tenang, segar dan bugar. Perokok jadi berpikir jernih, hilang rasa lapar, hilang kantuk dan menjadi bersemangat untuk bekerja (Partodihajjo, 2010).

b) Tar adalah zat berbahaya yang menyebabkan Kanker (karsinogenik) (Kemenkes, 2012). Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang dapat diketahui menjadi penyebab kanker (karsinogen). Bahan seperti benzopyrene yaitu sejenis Policycclic Aromatic

Hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagai agen pemicu proses kejadian kanker (Prasetya, 2005).

c) Karbon Monoksida (CO) adalah salah satu gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah.

Sebanyak 400 jenis diantaranya adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang tergolong karsinogenik (zat penyebab kanker) (Kemenkes, 2012). Nikotin bekerja di Otak akan merangsang pelepasan zat dopamine yang memberi rasa nyaman yang menyebabkan rasa ketergantungan. Ketika seseorang tidak merokok maka terjadi gejala putus nikotin, seperti rasa tidak nyaman, sulit konsentrasi, mudah marah. Sehingga untuk mempertahankan rasa nyamannya, timbul dorongan untuk merokok kembali. Hal inilah yang disebut kecanduan/ketagihan (Kemenkes, 2012).

Tabel 2.1

Senyawa Gas dalam Asap Rokok

Senyawa Sifat Senyawa Kadar (mg)

Karbonmonoksida Beracun 17.000

Asetaldehida Sangat beracun 800

Nitrogen Oksida Beracun 315

Hidrogen Sianida Sangat beracun 110

Akrolein Sangat beracun 70

Amoniak Beracun 60

Formaldehid Sangat beracun dan pemicu kanker 30

Hidrazina Pemicu kanker 0.032

Uretan Pemicu kanker 0.030

Vinil Klorida Pemicu kanker 0.012

Berbagai senyawa nitro amina Pemicu kanker 0.011

Sumber: Cahyono, 2008

Kandungan racun dalam asap rokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga sulit untuk membunuh sel-sel kanker. Hal ini menyebabkan sel-sel kanker terus berkembang tanpa henti. Racun dalam asap rokok dapat merusak atau mengubah sel DNA. Sel DNA adalah sel "instruksi manual" yang mengontrol pertumbuhan dan fungsi sel normal. Apabila sel DNA rusak, sel dapat tumbuh di luar kendali dan mengakibatkan pertumbuhan sel Kanker (WHO, 2015).

c. Tipe Perokok

Perokok dapat dikategorikan menjadi tipe ringan, sedang dan berat. Jumlah batang rokok untuk kategori ringan adalah kurang dari 10 batang rokok yang dihisap/hari, untuk kategori sedang sebanyak 11-20 batang rokok/hari sedangkan untuk kategori berat adalah lebih dari 21 batang rokok/hari (Cahyono, 2008).

C. Kerangka Teori

Berikut ini kerangka teori berdasarkan hasil modifikasi variabel dari beberapa sumber:

Hecht, Stephen S (2012), Hosseini (2014), Oemiati (2011), Wilson (2012), Kemenkes (2012).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Aktivasi metabolik miscoding

Detoksifikasi perbaikan

metabolik

Apoptosis

Ekskresi DNA normal

Rokok a. Nikotin b. Tar c. monoksida

Karsinogen Pertumbuhan

sel yang tidak normal

Mengaktifkan tumor supresor

Kanker

Tumor promotor

DNA Mutasi di RAS, TP53 dan sel penting lainnya

Meningkatkan kersinogen Pengikat reseptor seluler Aktivasi Akt, PKA

dan faktor lain

Apoptosis Angiogenesis Transformasi Kurang aktivitas fisik Usia Jenis kelamin Tempat tinggal Durasi merokok

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Merokok dipilih sebagai variabel independen karena merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker. Kandungan dalam rokok memiliki zat yang memicu tumbuhnya sel kanker. Selain itu, perilaku merokok pada masyarakat Indonesia sangat tinggi. Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Independen Merokok 1. Status Merokok 2. Durasi Merokok Dependen Kanker 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Tempat tinggal 4. Aktifitas fisik

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kanker Semua responden yang sebelumnya pernah didiagnonis terkena kanker oleh dokter

Kuesioner 1. Tidak

2. Ya

Ordinal 2 Status

Merokok

Status merokok responden dalam 1 bulan terakhir

Kuesioner 1. Tidak pernah merokok

(tidak pernah merokok sama sekali)

2. Pernah Merokok (tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun

sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih merokok

baik setiap hari maupun kadang-kadang)

Ordinal

3 Durasi merokok

Lama waktu kebiasaan merokok responden yang ditentukan berdasarkan umur responden saat merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun

Kuesioner 1. <20 tahun

2. ≥20 tahun Ordinal

4 Usia Usia reponden mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir Kuesioner 1. 10-19 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun Ordinal

5 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dari responden Kuesioner 1. perempuan

2. laki-laki

Nominal

6 Tempat

tinggal

Klasifikasi tempat tinggal responden Kuesioner 1. Pedesaan

2. perkotaan

Nominal 7 Aktivitas

Fisik

Frekuensi aktivitas fisik individu dalam seminggu terakhir

Kuesioner dengan bantuan kartu peraga

1. Cukup, apabila MET ≥

600/minggu

2. Tidak cukup, apabila MET < 600/minggu

22

BAB IV METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain Cross Sectional. Cross Sectional dipilih karena pengukuran variabel dilakukan dalam waktu yang sama. Penelitian ini melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 di seluruh Indonesia. Data Riskesdas merupakan data nasional yang diambil pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan jumlah Provinsi yang terpilih sebanyak 33 provinsi. Pemanfaatan data Riskesdas dianalisis pada bulan April hingga Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian Riskesdas 2013 adalah seluruh rumah tangga di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2013 dirancang terpisah dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2013. Pemilihan sampel mempertimbangkan hal-hal berikut:

a. Blok sensus yang sudah tidak ditemukan/hilang karena bencana (banjir, longsor, gempa bumi), seperti di Mentawai dan beberapa Kabupaten di Kalimantan lainnya

b. Blok sensus yang merupakan daerah konflik dan sangat sulit untuk dijangkau seperti Papua

c. Bangunan sensus yang tidak ditemukan, karena berubah fungsi, bukan rumah tangga biasa.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar 93.0% (Kemenkes, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden Riskesdas 2013. Kriteria inklusi pemilihan sampel adalah responden yang terpilih sebagai sampel Riskesdas tahun 2013 dan berusia lebih dari 10 tahun karena variabel merokok ditanyakan pada responden yang berusia lebih dari 10 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi adalah responden yang menderita kanker selain kanker yang diteliti oleh peneliti (kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolorektal, kanker paru dan bronkus dan kanker nasofaring). Pengeluaran responden yang mengalami kanker selain kanker yang diteliti untuk mengurangi risiko terjadinya bias.

Berikut ini adalah alur pemilihan sampel yang dilakukan:

Bagan 4.1 Alur Pemilihan Sampel

Jumlah sampel Riskesdas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 834.971 responden. Sehingga sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 834.971 responden. Sampel yang tidak memiliki variabel yang lengkap akan tetap dilakukan dianalisis. Berikut ini distribusi sampel berdasarkan variabel:

Tabel 4.1

Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel

No Variabel Total sampel Sampel yang dapat dianalisis Sampel yang tidak dapat dianalisis keterangan 1 Status Kanker pada responden

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

2 Status 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

Data Riskesdas tahun 2013

1.027.763 Responden 192.507 Responden Responden Penelitian 834.971 Responden Kriteria Inklusi (usia > 10 tahun) 835.256 Responden Kriteria Eksklusi 258 Responden

Merokok 3 Durasi merokok 260.021 (Perokok) 219.135 40.886 Responden tidak mengisi pertanyaan

4 Usia 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

5 Jenis Kelamin

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

6 Tempat

Tinggal

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

7

Aktivitas Fisik

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator yang telah telatih dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui informasi terkait kanker, merokok, usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan aktivitas fisik.

Variabel kanker berdasarkan pengakuan responden yang pernah diagnosis kanker oleh dokter. Jenis kanker yang akan dianalisis adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolorektal/ usus besar, kanker paru dan bronkus dan kanker nasofaring. Pada variabel merokok, peneliti ingin mengetahui status merokok responden 1 bulan terakhir dan durasi merokok Pertanyaan pada variabel aktivitas fisik menggunakan kartu peraga. Hal ini bertujuan untuk memudahkan responden memperkirakan jenis aktivitas sehari-hari.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga (RKD13.RT) Riskesdas tahun 2013. Kuesioner telah diuji validasi oleh tim gabungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanudin agar kualitas data Riskesdas 2013 terjamin. Selain itu, kuesioner telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa, alur pertanyaan dan istilah kesehatan yang akan ditanyakan kepada responden.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Manajemen data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cross Check

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang didapatkan permintaan data peneliti ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Data yang diperoleh harus sesuai dengan data permintaan penelitian

2. Cleaning Data

Peneliti melakukan cleaning data pada responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang tidak lengkap akan dijadikan sebagai kategori missing dan tidak ikut dianalisis.

3. Coding Data

Peneliti melakukan pengkodean ulang terhadap variabel yang membutuhkan perubahan kategori sesuai dengan kebutuhan analisis dari penelitian.

Tabel 4.2 Pengkodean Data

No Variabel Kode awal Kode akhir

1 Kanker 1. Ya

2. Tidak

1. Tidak 2. Ya 2 Status Merokok 1. Ya, setiap hari

2. Ya, kadang-kadang 3. Tidak, tapi sebelumnya pernah merokok 4. Tidak, tapi sebelumnya pernah merokok kadang-kadang 5. Tidak pernah sama sekali 1. Tidak pernah merokok (tidak pernah merokok sama sekali) 2. Pernah Merokok (tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih

merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3 Durasi merokok Usia dalam

tahun

1. <20 tahun

2. ≥20 tahun

4 Usia Usia dalam

tahun 1. 10-19 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun 5 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

1. Laki-laki 2. perempuan 6 Tempat tinggal 1. Perkotaan

2. Pedesaan 1. Perkotaan 2. Pedesaan 7 Aktivitas Fisik 1. Kurang aktif (apabila tidak melakukan aktvitas berat dan/atau sedang 2. Aktif (apabila melakukan aktvitas berat dan/atau sedang) 1. Cukup apabila MET 600/minggu 2. Tidak cukup, apabila MET < 600/minggu

G. Analisa Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variabel yang diteliti, yaitu frekuensi dari masing-masing jenis kanker berdasarkan variabel usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik, status merokok dan durasi merokok. Selain itu, untuk melihat distribusi masing-masing kanker dibedakan berdasarkan status merokok individu yang mengalami kanker. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

29

BAB V HASIL

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan masing-masing frekuensi status merokok dan durasi merokok pada individu yang tidak kanker dan kanker.

Tabel 5.1

Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok dan Durasi Merokok

Status merokok: Tidak Kanker Kanker

n % n %

1. Tidak pernah merokok 573850 68.8 1100 86.3

2. Pernah merokok 33275 4.0 69 5.4

3. Merokok 226572 27.2 105 8.2

Total 833697 100 1274 100

Durasi merokok Tidak Kanker Kanker

n % n % 1. Tidak merokok 573850 68.8 1100 86.3 2. < 20 tahun 102765 12.3 38 3.0 3. ≥ 20 tahun 116235 13.9 97 7.6 4. Tidak berlaku 40847 4.9 39 3.1 Total 833697 100 1274 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa pada variabel status merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada yang merokok (8,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (5,4%). Variabel durasi merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun (7,6%) dibandingkan dengan individu yang merokok < 20 tahun (3,0%).

Dokumen terkait