• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2015

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT EPIDEMIOLOGI

Skripsi, September 2015

Denok Ariska Lestari: 1111101000008

Distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia (analisis data Riskesdas tahun 2013)

(XII+ 46 halaman + 6 tabel + 3 bagan + 41 lampiran)

ABSTRAK

Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian kedua. Sekitar 20% kasus kematian pada kanker dapat dihubungkan dengan merokok. Penggunaan rokok di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara merokok dengan kanker di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013 dengan sampel sebanyak 834.971 orang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sebagian besar proporsi individu yang mengalami kanker serviks, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolon, kanker paru&bronkus, kanker nasofaring adalah individu yang merokok. Kementrian kesehatan sebaiknya mengimplementasikan peraturan mengenai penggunaan tembakau dan kawasan tanpa rokok di Indonesia. Sementara bagi Balitbangkes, diharapkan penggunaan pertanyaan dalam variabel menjadi lebih luas. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan desain cohort.

(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR

EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, September 2015

Denok Ariska Lestari: 1111101000008

Cancer distribution and smoke in Indonesia ( 2013 Riskesdas Data Analysis) (XII+ 46 pages + 6 table + 3 chart + 41 appendixs)

ABSTRACT

Cancer is a non-communicable disease which becomes the second cause of death. Around 20% deaths of cancer associated with smoking behavior. Meanwhile, smoking behavior in Indonesia has increased every year. This cross-sectional study aims to describe association between smoking behavior and cancer in Indonesia by analyzing samples of 834971 individuals from 2013 Riskesdas. The results of this study show that a large proportion of individuals with cervical cancer, breast cancer, prostate cancer, colon cancer, lung and bronchus cancer, nasopharynx cancer are individuals who a smoke. Ministry of Health should implement regulations regarding the use of tobacco and non-smoking area in Indonesia. For Balitbangkes, the use of questions in order to more widely variable. For further research is expected to use a cohort design.

(5)
(6)
(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA LENGKAP : Denok Ariska Lestari TEMPAT TANGGAL LAHIR :Indramayu, 14 April 1994

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : Ds. Anjatan Utara Kec. Anjatan Kab.

Indramayu

NOMOR TELEPON : 081298107191

E-MAIL : denokariska94@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

2011-2015 : Peminatan Epidemiologi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2008-2011 : MAN Buntet Pesantren Cirebon

2005-2008 : SMPN 1 Anjatan

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan karuniaNya sehingga proses penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Distribusi Kejadian Kanker dan Status Merokok di Indonesia (Analisis data Riskesdas 2013) ditujukan untuk menjelaskan bagaimana hubungan merokok dengan kejadian kanker secara ilmiah, sehingga diharapkan dapat menjadi evidence base dalam pembuatan kebijakan atau program terkait rokok yang diharapkan dapat menanggulangi masalah kanker di Indonesia.

Pembuatan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta doa yang tiada henti kepada penulis

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Fajar Ariyanti, S.KM, M.Kes selaku kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Hoirun Nisa, Ph.D dan Bapak dr. H.M. Yuli Prapancha Satar, MARS selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan 5. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan serta doa yang

tiada henti kepada penulis

6. Laboratorium data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menganalisis data Riskesdas tahun 2013

7. Safira Anindita, Putri Anggraeni, Alfica Agus, Anjar Nofiani, Desy Pusparini, Kemal Al Fajar, teman-teman Epidemiologi 2011 dan Kesmas 2011 yang selalu memberikan doa dan semangat

8. Sahabat tercinta Deti, Runingga, Anggita, Halimah, Sevi, Fera, Ainil, Mega, Elin, Yuni, Ratna yang menjadi penghibur disaat jenuh

(9)

Skripsi ini masih memiliki kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada penulis. Sehingga dapat mengurangi keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian penulis.

Jakarta, September 2015

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...v

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan Umum...6

2. Tujuan Khusus ...6

D. Pertanyaan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ...7

1. Manfaat bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ...7

2. Manfaat bagi Balitbangkes ...7

3. Manfaat bagi Penelitian Lain ...7

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8

A. Kanker ... 1. Definisi Kanker ... 8

2. Patofisiologi... 9

3. Faktor Risiko Kanker ...11

B. Rokok ...15

1. Definisi Rokok ...15

2. Zat Berbahaya dalam Rokok ...15

3. Tipe Perokok ... 17

(11)

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...19

A. Kerangka Konsep ... 19

B. Definisi Operasional ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN ...22

A. Desain Penelitian...22

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 22

C. Populasi dan Sampel Penelitian ...22

D. Metode Pengumpulan Data ... 25 E. Instrumen Pengumpulan Data ... 26 F. Manajemen Pengumpulan Data ... 26

1. Cross Check ... 26

2. Cleaning Data ... 26

3. Coding Data ... 26

G. Analisa Data ... 28

BAB V HASIL ...29

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia ... 29

B. Frekuensi Jenis Kanker ... 30

C. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok ... 30

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu ...32

BAB VI PEMBAHASAN...34

A. Keterbatasan Penelitian ... 34 B. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia ...35

C. Frekuensi Jenis Kanker ... 35

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok ... 36

E. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu ... 37

BAB VII PENUTUP...42

A. Simpulan ... 42 B. Saran...42

DAFTAR PUSTAKA ...44

(12)

Daftar Tabel

2.1 Senyawa Gas dalam Asap Rokok ...16

4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel ...24

4.1 Pengkodean Data...27

5.1 Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok dan Durasi Merokok...29 5.2 Frekuensi Jenis Kanker ...30

5.3 Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok ...30

5.3 Frekuensi Kanker Berdasarkan Karakteristik Individu ...32

Daftar Bagan

(13)

1

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan penyebab kematian global terbesar kedua setelah penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2012). Menurut laporan World Health Organization (WHO), 5 jenis kanker yang paling banyak terjadi di dunia baik pada laki-laki maupun perempuan adalah kanker paru (13,0%), kanker payudara (11,9%), kanker kolorektal (9,7%), kanker prostat (7,8%) dan kanker perut (6,8%). Mortalitas tertinggi pada kanker paru, kanker payudara, kanker hati, kanker perut dan kanker kolorektal. Semantara insidens kanker tertinggi di Asia adalah kanker paru (15,5%), kanker payudara (9,6%), kanker perut (10,3%), kanker kolorektal (9,0%) dan kanker hati (8,8%) (WHO, 2012).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kanker di Indonesia tergolong cukup tinggi. Prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk (Kemenkes, 2013). Lima besar jenis kanker yang ada di Indonesia adalah kanker payudara, kanker paru, kanker kolorektal, kanker serviks uteri dan kanker hati dengan masing-masing insidens sebesar 16,4%, 11,6%, 9,3%, 7,0% dan 6,0% (WHO, 2012).

(14)

kematian pada pasien kanker dihubungkan dengan penggunaan tembakau (WHO, 2015).

Penelitian yang dilakukan Hosseini dkk, didapatkan OR untuk orang yang merokok sebesar 4,7 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hosseini, 2014). Menurut penelitian Chao dkk risiko kematian karena kanker kolon pada perokok lebih berisiko 1,32 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Chao, 2000). Penelitian Natphopsuk menyebutkan bahwa perokok memiliki risiko 3,36 kali terkena kanker serviks dibandingkan dengan orang yang bukan perokok (Natphopsuk, 2012).

Perokok memiliki hazard risk sebesar 1,27 untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hannan, 2009). Menurut penelitian Gaudet dkk, perempuan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,24 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok, sedangkan mantan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,13 kali untuk terkena kanker payudara (Gaudet, 2013).

Berdasarkan penelitian Gao, perokok dan mantan perokok berisiko 3,55 kali terkena kanker payudara dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok (Gao, 2013). Hasil penelitian Nainggolan menunjukan bahwa risiko mantan perokok adalah 2,33 kali untuk terkena kanker saluran cerna dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Nainggolan, 2009).

(15)

dengan yang tidak pernah merokok pada jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan, risiko yang merokok 1,42 kali dan yang pernah merokok 1,15 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok (Chao, 2000). Penelitian Hannan menyebutkan bahwa orang yang pernah merokok memiliki risiko sebesar 1,34 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan orang yang merokok berisiko 1,27 kali terkena kanker kolon dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hannan, 2009).

Perokok yang menghabiskan 20-29 batang rokok per hari memiliki risiko sebesar 1,31 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perokok berat (25 batang rokok per hari) dan orang-orang yang merokok lebih dari 40 tahun memiliki risiko sebesar 1,81 mengalami kematian akibat kanker prostat (Rohrmann, 2012). Perokok yang merokok selama 1-40 tahun memiliki risiko 1,26 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hosseini, 2014).

(16)

Penelitian pada pria yang melakukan aktivitas fisik dapat memproteksi 0,59 kali terhadap kejadian kanker prostat dibandingkan dengan pria yang tidak melakukan aktivitas fisik (Wilson, 2012). Orang yang melakukan aktivitas fisik cukup dapat memproteksi kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011).

Proporsi penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau terjadi peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 (34,2%), tahun 2010 (34,7%) dan tahun 2013 (36,3%) (Kemenkes, 2013). Selain itu, sekitar 6 juta orang pertahun meninggal karena penggunaan tembakau, 5 juta orang diantaranya adalah perokok dan mantan perokok, serta 600.000 orang bukan perokok yang terpapar asap rokok. Hal ini tentu akan menjadi masalah yang berkepanjangan apabila tidak dilakukan tindakan pengendalian. Angka kematian akibat merokok diperkirakan akan meningkat cepat menjadi lebih dari 8 juta orang pada tahun 2030 (Kemenkes, 2012).

(17)

Merokok merupakan salah satu faktor penting yang dapat memicu terjadinya kanker (WHO, 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait hubungan kanker dengan merokok di Indonesia, hal tersebut karena konsumsi tembakau pada penduduk Indonesia cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Selain itu, belum ada analisis data riskesdas tahun 2013 terkait distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

(18)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi kejadian kanker dan status merokok di Indonesia.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan merokok di Indonesia b. Diketahuinya frekuensi masing-masing jenis kanker di Indonesia

c. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia

d. Diketahuinya frekuensi kanker berdasarkan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik) di Indonesia

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana frekuensi kanker menurut status merokok dan durasi merokok di Indonesia ?

2. Bagaimana frekuensi masing-masing jenis kanker di Indonesia ?

3. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan status merokok di Indonesia ? 4. Bagaimana frekuensi kanker berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin,

(19)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terkait program atau kebijakan tentang rokok dalam upaya penanggulangan masalah kanker di Indonesia

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Hasil penelitian diharapkan bisa menjadi refrensi dalam penelitian dan analisis lanjut Riset Kesehatan Dasar di Indonesia

3. Bagi Penelitian Lain

Sebagai dasar pengembangan peneliti selanjutnya untuk meneliti terkait hubungan merokok dengan kanker.

F. Ruang Lingkup Penelitian

(20)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker

a. Definisi Kanker

Kanker merupakan suatu penyakit dimana sel-sel di dalam tubuh berkembang secara tidak terkendali, sehingga membentuk tumor yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker paling sering didiagnosis pada saat usia pertengahan dan lebih tua, namun sel-sel kanker tersebut berkembang sejak awal, sehingga sangat penting untuk mendeteksi secara dini (WHO, 2015).

Semua kanker disebabkan oleh kelainan (mutasi) DNA dalam sel. Tubuh memiliki pertahanan terhadap beberapa mutasi, tapi agen luar seperti bahan kimia penyebab kanker dalam asap tembakau, radiasi dan beberapa infeksi dapat merusak pertahanan tersebut. Keadaan gizi internal tubuh dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh juga dapat membuat kelainan genetik (WHO, 2015).

(21)

b. Patofisiologi

Sel yang menyusun tubuh manusia, bila terpapar oleh suatu mutagen maka DNA dari sel tersebut akan mengalami mutasi. Pada kondisi ini, sel tersebut akan mengekspresikan protein abnormal. Adanya protein abnormal tersebut dapat bersifat sebagai sinyal sel, sehingga sel yang bersangkutan akan dieliminasi oleh sel imunokompeten (Sudiana, 2008).

DNA dalam sel dapat mengalami mutasi. Apabila DNA dalam sel tersebut mengalami mutasi, maka DNA dalam sel tersebut harus diperbaiki (repair). Apabila proses repair tersebut tidak berhasil, maka sel tersebut akan melakukan eksekusi diri hingga sel tersebut mengalami kematian (apoptosis). Apabila jalur ini mengalami kegagalan, maka DNA sel yang abnormal tersebut akan mengalami pertumbuhan membentuk klon sel baru (sel klonal yang memiliki gene defect) (Sudiana, 2008).

(22)

dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor, maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor (Hecht, 2012).

Nikotin dan karsinogen juga dapat mengikat langsung ke beberapa reseptor seluler, yang menyebabkan aktivasi dari serin treonin kinase Akt (juga dikenal sebagai protein kinase B), Protein Kinase A (PKA) dan faktor lainnya. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja apoptosis, meningkatkan angiogenesis dan peningkatan transformasi sel yang dapat mengakibatkan berkembangnya sel tumor. Produk tembakau juga mengandung promotor tumor dan co-karsinogen, yang bisa mengaktifkan Protein Kinase C (PKC), Aktivator Protein 1 (AP1) atau faktor-faktor lain, sehingga meningkatkan karsinogenesis yang mengakibatkan terbentuknya sel tumor (Hecht, 2012).

(23)

c. Faktor Risiko Kanker 1. Merokok

a. Status merokok

Penelitian yang dilakukan Hosseini dkk, didapatkan OR untuk orang yang merokok adalah sebesar 4,7 kali lebih berisiko terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hosseini, 2014). Penelitian Soemadi menyebutkan bahwa merokok memiliki risiko 0,402 kali terkena kanker nasofaring dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Soemadi, 2010). Menurut penelitian Chao dkk risiko kematian karena kanker kolon pada perokok lebih berisiko 1,32 kali dibandingkan dengan bukan perokok (Chao, 2000).

Perokok memiliki hazard risk sebesar 1,27 untuk terkena kanker kolorektal dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Hannan, 2009). Menurut penelitian Gaudet dkk, perempuan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,24 kali untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok, sedangkan mantan perokok memiliki hazard risk sebesar 1,13 kali untuk terkena kanker payudara (Gaudet, 2013).

(24)

menunjukan bahwa risiko mantan perokok adalah 2,33 kali untuk terkena kanker saluran cerna dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Sedangkan pada orang yang merokok tidak tidapatkan risiko untuk terkena kanker saluran cerna (Nainggolan, 2009).

Penelitan Chao, risiko kanker kolon pada yang merokok sebesar 1,44 kali dan yang pernah merokok 1,21 kali dibandingkan dengan yang tidak pernah merokok pada jenis kelamin laki-laki. Pada jenis kelamin perempuan, risiko yang merokok 1,42 kali dan yang pernah merokok 1,15 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok (Chao, 2000). Penelitian Hannan menyebutkan bahwa orang yang pernah merokok memiliki risiko sebesar 1,34 kali untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang tidak merokok, sedangkan orang yang merokok berisiko 1,27 kali terkena kanker kolon dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Hannan, 2009).

(25)

b. Jumlah rokok

Perokok yang menghabiskan 20-29 batang rokok per hari memiliki risiko sebesar 1,31 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perokok berat (25 batang rokok per hari) dan orang-orang yang merokok lebih dari 40 tahun memiliki risiko sebesar 1,81 mengalami kematian akibat kanker prostat (Rohrmann, 2012). c. Durasi merokok

Perokok yang merokok selama 1-40 tahun memiliki risiko 1,26 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok selama 40-49 tahun memiliki risiko sebesar 1,21 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok. Perokok yang merokok selama 50-73 tahun memiliki risiko 1,29 kali terkena kanker paru dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok (Gaudet, 2013). Perempuan yang lebih dari 20 tahun merokok berisiko 3,75 kali terkena kanker serviks dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah merokok (Natphopsuk, 2012).

2. Usia

(26)

penduduk di Indonesia (Oemiati, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Indarti, usia rata-rata pada kasus kanker payudara pada penelitiannya adalah 46 tahun (Indarti, 2005). Berdasarkan penelitan Natphopsuk, proporsi penderita kanker serviks lebih besar pada kelompok yang ≥40 tahun (76,7%) dibandingkan dengan kelompok <40 tahun (Natphopsuk, 2012).

3. Jenis kelamin

Pada penelitian Hosseini, prevalensi laki-laki yang terkena kanker paru lebih banyak (73,6%) dibandingkan dengan dengan perempuan (26,4%) (Hosseini, 2014). Sedangkan penelitian Roosihermiatie (2012) menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki (100%). Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan (69,4%) (Nainggolan, 2009).

4. Tempat Tinggal

Berdasarkan tempat tinggal, kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan (Oemiati, 2011).

5. Aktivitas fisik

(27)

kanker sebesar 0,83 kali dibandingkan dengan orang yang kurang melakukan aktivitas fisik (Oemiati, 2011).

B. Rokok

a. Definisi rokok

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya. Rokok tersebut yang dimaksud berupa rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Kemenkes, 2012).

b. Zat Berbahaya dalam rokok

Sebatang rokok mengandung 4000 jenis senyawa kimia, dengan 3 komponen utama yaitu:

a) Nikotin adalah zat berbahaya yang menyebabkan kecanduan (adiktif) (Kemenkes, 2012). Nikotin merupakan psikotropika stimulan yang mendatangkan perasaan tenang, segar dan bugar. Perokok jadi berpikir jernih, hilang rasa lapar, hilang kantuk dan menjadi bersemangat untuk bekerja (Partodihajjo, 2010).

(28)

Hydrocarbon (PAH) telah lama disahkan sebagai agen pemicu proses kejadian kanker (Prasetya, 2005).

c) Karbon Monoksida (CO) adalah salah satu gas beracun yang menurunkan kandungan oksigen dalam darah.

[image:28.612.139.558.102.690.2]

Sebanyak 400 jenis diantaranya adalah termasuk zat berbahaya dan 43 jenis yang tergolong karsinogenik (zat penyebab kanker) (Kemenkes, 2012). Nikotin bekerja di Otak akan merangsang pelepasan zat dopamine yang memberi rasa nyaman yang menyebabkan rasa ketergantungan. Ketika seseorang tidak merokok maka terjadi gejala putus nikotin, seperti rasa tidak nyaman, sulit konsentrasi, mudah marah. Sehingga untuk mempertahankan rasa nyamannya, timbul dorongan untuk merokok kembali. Hal inilah yang disebut kecanduan/ketagihan (Kemenkes, 2012).

Tabel 2.1

Senyawa Gas dalam Asap Rokok

Senyawa Sifat Senyawa Kadar (mg)

Karbonmonoksida Beracun 17.000

Asetaldehida Sangat beracun 800

Nitrogen Oksida Beracun 315

Hidrogen Sianida Sangat beracun 110

Akrolein Sangat beracun 70

Amoniak Beracun 60

Formaldehid Sangat beracun dan pemicu kanker 30

(29)

Hidrazina Pemicu kanker 0.032

Uretan Pemicu kanker 0.030

Vinil Klorida Pemicu kanker 0.012

Berbagai senyawa nitro amina Pemicu kanker 0.011

Sumber: Cahyono, 2008

Kandungan racun dalam asap rokok dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga sulit untuk membunuh sel-sel kanker. Hal ini menyebabkan sel-sel kanker terus berkembang tanpa henti. Racun dalam asap rokok dapat merusak atau mengubah sel DNA. Sel DNA adalah sel "instruksi manual" yang mengontrol pertumbuhan dan fungsi sel normal. Apabila sel DNA rusak, sel dapat tumbuh di luar kendali dan mengakibatkan pertumbuhan sel Kanker (WHO, 2015).

c. Tipe Perokok

Perokok dapat dikategorikan menjadi tipe ringan, sedang dan berat. Jumlah batang rokok untuk kategori ringan adalah kurang dari 10 batang rokok yang dihisap/hari, untuk kategori sedang sebanyak 11-20 batang rokok/hari sedangkan untuk kategori berat adalah lebih dari 21 batang rokok/hari (Cahyono, 2008).

C. Kerangka Teori

Berikut ini kerangka teori berdasarkan hasil modifikasi variabel dari beberapa sumber:

(30)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Aktivasi metabolik miscoding

Detoksifikasi perbaikan

metabolik

Apoptosis

Ekskresi DNA normal

Rokok a. Nikotin b. Tar c. monoksida

Karsinogen Pertumbuhan

sel yang tidak normal

Mengaktifkan tumor supresor

Kanker

Tumor promotor

DNA Mutasi di RAS, TP53 dan sel penting lainnya

Meningkatkan kersinogen Pengikat reseptor seluler Aktivasi Akt, PKA

dan faktor lain

Apoptosis Angiogenesis Transformasi

Kurang aktivitas fisik

Usia

Jenis kelamin

(31)

19

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Merokok dipilih sebagai variabel independen karena merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kanker. Kandungan dalam rokok memiliki zat yang memicu tumbuhnya sel kanker. Selain itu, perilaku merokok pada masyarakat Indonesia sangat tinggi. Berikut ini adalah kerangka konsep penelitian yang akan dilakukan:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Independen Merokok

1. Status Merokok 2. Durasi Merokok

Dependen Kanker

1. Usia

(32)

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

1 Kanker Semua responden yang sebelumnya pernah didiagnonis terkena kanker oleh dokter

Kuesioner 1. Tidak

2. Ya

Ordinal

2 Status Merokok

Status merokok responden dalam 1 bulan terakhir

Kuesioner 1. Tidak pernah merokok

(tidak pernah merokok sama sekali)

2. Pernah Merokok (tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun

sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih merokok

baik setiap hari maupun kadang-kadang)

Ordinal

3 Durasi merokok

Lama waktu kebiasaan merokok responden yang ditentukan berdasarkan umur responden saat merokok pertama kali hingga umur pada saat berhenti atau umur saat menjadi responden Riskesdas 2013 dalam satuan tahun

Kuesioner 1. <20 tahun

2. ≥20 tahun

Ordinal

4 Usia Usia reponden mulai dari lahir sampai ulang tahun terakhir

Kuesioner 1. 10-19 tahun

2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun

(33)

5 Jenis Kelamin

Jenis kelamin dari responden Kuesioner 1. perempuan

2. laki-laki

Nominal

6 Tempat

tinggal

Klasifikasi tempat tinggal responden Kuesioner 1. Pedesaan

2. perkotaan

Nominal

7 Aktivitas Fisik

Frekuensi aktivitas fisik individu dalam seminggu terakhir

Kuesioner dengan bantuan kartu peraga

1. Cukup, apabila MET ≥

600/minggu

2. Tidak cukup, apabila MET < 600/minggu

(34)

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif dengan desain Cross Sectional. Cross Sectional dipilih karena pengukuran variabel dilakukan dalam waktu yang sama. Penelitian ini melakukan analisis data sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2013.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 di seluruh Indonesia. Data Riskesdas merupakan data nasional yang diambil pada Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan jumlah Provinsi yang terpilih sebanyak 33 provinsi. Pemanfaatan data Riskesdas dianalisis pada bulan April hingga Mei 2015.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian Riskesdas 2013 adalah seluruh rumah tangga di 33 provinsi, 497 kabupaten/kota. Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2013 dirancang terpisah dengan daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga Susenas 2013. Pemilihan sampel mempertimbangkan hal-hal berikut:

(35)

b. Blok sensus yang merupakan daerah konflik dan sangat sulit untuk dijangkau seperti Papua

c. Bangunan sensus yang tidak ditemukan, karena berubah fungsi, bukan rumah tangga biasa.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional terdapat 11.986 blok sensus dengan response rate 99.9%. Sampel Rumah Tangga yang berhasil dikunjungi sebanyak 294.959 dengan response rate 98.3%. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang didata sebanyak 1.027.763 individu dengan response rate sebesar 93.0% (Kemenkes, 2013).

(36)

Berikut ini adalah alur pemilihan sampel yang dilakukan:

Bagan 4.1 Alur Pemilihan Sampel

[image:36.595.136.552.122.515.2]

Jumlah sampel Riskesdas yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 834.971 responden. Sehingga sampel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak 834.971 responden. Sampel yang tidak memiliki variabel yang lengkap akan tetap dilakukan dianalisis. Berikut ini distribusi sampel berdasarkan variabel:

Tabel 4.1

Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel

No Variabel Total

sampel

Sampel yang dapat

dianalisis

Sampel yang tidak dapat

dianalisis

keterangan

1 Status Kanker pada responden

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

2 Status 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

Data Riskesdas tahun 2013

1.027.763 Responden

192.507 Responden

Responden Penelitian

834.971 Responden

Kriteria Inklusi (usia > 10 tahun)

835.256 Responden

Kriteria Eksklusi

(37)

Merokok 3 Durasi

merokok

260.021 (Perokok)

219.135 40.886 Responden tidak

mengisi pertanyaan

4 Usia 834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

5 Jenis Kelamin

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

6 Tempat

Tinggal

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

7

Aktivitas Fisik

834.971 834.971 0 Semua dapat dianalisis

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder hasil Riskesdas tahun 2013 yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator yang telah telatih dengan menggunakan metode wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui informasi terkait kanker, merokok, usia, jenis kelamin, tempat tinggal dan aktivitas fisik.

(38)

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner individu (RKD13.IND) dan kuesioner rumah tangga (RKD13.RT) Riskesdas tahun 2013. Kuesioner telah diuji validasi oleh tim gabungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanudin agar kualitas data Riskesdas 2013 terjamin. Selain itu, kuesioner telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa, alur pertanyaan dan istilah kesehatan yang akan ditanyakan kepada responden.

F. Manajemen Pengumpulan Data

Manajemen data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Cross Check

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang didapatkan permintaan data peneliti ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Data yang diperoleh harus sesuai dengan data permintaan penelitian

2. Cleaning Data

Peneliti melakukan cleaning data pada responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang tidak lengkap akan dijadikan sebagai kategori missing dan tidak ikut dianalisis.

3. Coding Data

(39)
[image:39.595.136.521.85.711.2]

Tabel 4.2 Pengkodean Data

No Variabel Kode awal Kode akhir

1 Kanker 1. Ya

2. Tidak

1. Tidak 2. Ya 2 Status Merokok 1. Ya, setiap hari

2. Ya, kadang-kadang 3. Tidak, tapi

sebelumnya pernah merokok 4. Tidak, tapi

sebelumnya pernah merokok kadang-kadang 5. Tidak pernah

sama sekali

1. Tidak pernah merokok (tidak pernah merokok sama sekali) 2. Pernah Merokok

(tidak merokok dalam 1 bulan terakhir namun sebelumnya pernah merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3. Merokok (masih

merokok baik setiap hari maupun kadang-kadang) 3 Durasi merokok Usia dalam

tahun

1. <20 tahun

2. ≥20 tahun

4 Usia Usia dalam

tahun

1. 10-19 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. 50-59 tahun 6. 60-69 tahun 7. 70-79 tahun 8. ≥80 tahun 5 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

1. Laki-laki 2. perempuan 6 Tempat tinggal 1. Perkotaan

2. Pedesaan

1. Perkotaan 2. Pedesaan 7

Aktivitas Fisik

1. Kurang aktif (apabila tidak melakukan aktvitas berat dan/atau sedang 2. Aktif (apabila

melakukan aktvitas berat dan/atau sedang)

1. Cukup apabila

MET ≥

600/minggu

2. Tidak cukup,

(40)

G. Analisa Data

(41)

29

BAB V HASIL

A. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok

[image:41.595.137.500.194.534.2]

Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan masing-masing frekuensi status merokok dan durasi merokok pada individu yang tidak kanker dan kanker.

Tabel 5.1

Frekuensi Kanker Berdasarkan Status Merokok dan Durasi Merokok

Status merokok: Tidak Kanker Kanker

n % n %

1. Tidak pernah merokok 573850 68.8 1100 86.3

2. Pernah merokok 33275 4.0 69 5.4

3. Merokok 226572 27.2 105 8.2

Total 833697 100 1274 100

Durasi merokok Tidak Kanker Kanker

n % n %

1. Tidak merokok 573850 68.8 1100 86.3

2. < 20 tahun 102765 12.3 38 3.0

3. ≥ 20 tahun 116235 13.9 97 7.6

4. Tidak berlaku 40847 4.9 39 3.1

Total 833697 100 1274 100

(42)

B. Frekuensi Jenis Kanker

Tabel dibawah ini merupakan distribusi masing-masing jenis kanker yang dialami oleh individu. Jenis kanker yang dialami oleh individu bisa lebih dari satu jenis kanker.

Tabel 5.2

Frekuensi Jenis Kanker

Jenis Kanker Ya Tidak

n % n %

Serviks 455 35.7 819 64.3

Payudara 594 46.4 680 53.4

Prostat 105 8.2 1169 91.8

Kolon 64 5.0 1210 95.0

Paru & bronkus 31 2.4 1243 97.6

Nasofaring 38 3.0 1236 97.0

Total 1274 100 833697 100

Tabel 5.2 menunjukan bahwa proporsi jenis kanker payudara merupakan jenis kanker terbesar yang terjadi (46,4%) dan paling sedikit adalah kanker paru & bronkus (2,4%).

[image:42.595.134.516.186.508.2]

C. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok

[image:42.595.154.476.604.747.2]

Tabel dibawah ini merupakan distribusi individu yang mengalami berdasarkan status merokok.

Tabel 5.3

Frekuensi kanker berdasarkan status merokok

Jenis Kanker Status merokok Total

Tidak pernah

Pernah merokok

Merokok

n % n % n % n %

Serviks 431 94.7 8 1.8 16 3.5 455 100

Payudara 562 94.6 12 2.0 20 3.4 594 100

Prostat 34 32.4 30 28.6 41 39.0 105 100

Kolon 36 56.2 12 18.8 16 25.0 64 100

Paru & bronkus 16 51.6 5 16.1 10 32.2 31 100

(43)
(44)

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik individu

[image:44.595.133.551.189.608.2]

Berikut ini merupakan tabel frekuensi kanker menurut karakteristik individu yang mengalami kanker berdasarkan masing-masing jenis kanker.

Tabel 5.4

Frekuensi Kanker Berdasarkan Karakteristik Individu

Serviks Payudara Prostat Kolon Paru&

bronkus Nasofaring

Usia n % n % n % n % n % n %

10-29 26 5,7 82 13.8 3 2.9 2 3.2 5 16.2 2 5.3

30-39 68 14.9 137 23.1 3 2.9 9 14.1 2 6.5 9 23.7

40-49 159 34.9 167 28.1 6 5.7 12 18.8 5 16.1 10 26.3 50-59 139 30.5 136 22.9 17 16.2 13 20.3 8 25.8 6 15.8

60-69 45 9.9 53 8.9 21 20.0 15 23.4 5 16.1 9 23.7

≥ 70 18 4.0 19 3.2 55 52.8 13 20.3 6 19.3 2 5.3

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Jenis

kelamin n % n % n % n % n % n %

Perempua

n 455 100 582 98.0 0 0 28 43.8 14 45.2 21 55.3

Laki-laki 0 0 12 2.0 105 100 36 56.2 17 54.8 17 44.7

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Tempat

tinggal n % n % n % n % n % n %

Pedesaan 199 43.7 226 38.0 54 51.4 32 50.0 17 54.8 12 31.6

Perkotaan 256 56.3 368 62.0 51 48.6 32 50.0 14 45.2 26 68.4

Total 455 100 594 100 105 100 64 100 31 100 38 100 Aktivitas

Fisik n % n % n % n % n % n %

Cukup 263 57.8 350 58.9 46 44.8 32 50.0 12 38.7 25 65.8 Tidak

cukup 192 42.2 244 41.1 58 55.2 32 50.0 19 61.3 13 34.2

(45)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa proporsi kejadian kanker serviks lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (34,9%). Proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada kelompok usia 40-49 tahun (28,1%) dan jenis kelamin perempuan (98,2%). Pada kanker prostat, proporsi kejadian kanker lebih besar pada kelompok usia ≥ 70 tahun (52,8%). Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada kelompok usia 60-69 tahun (23,4%) dan jenis kelamin laki-laki (56,2%). Pada kanker paru & bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada kelompok usia 50-59 (25,8%) dan jenis kelamin laki-laki (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada kelompok usia 40-49 tahun (26,3%) dan jenis kelamin perempuan (55,3%).

(46)

34

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Berikut ini adalah beberapa keterbatasan dalam penelitian ini:

1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dimana pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan dalam satu waktu sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan kausalitas berdasarkan waktu

2. Variabel status merokok, status merokok yang ditanyakan adalah status merokok responden 1 bulan terakir. Sehingga tidak membedakan individu yang baru mulai merokok dan individu yang sudah lama merokok. Penelitian ini tidak menganalisis durasi merokok, jenis rokok dan perokok pasif sebagai cara meminimalisir bias

(47)

B. Frekuensi Kanker berdasarkan Merokok di Indonesia

Proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok (8,2%) dibandingkan dengan individu yang pernah merokok (5,4%). Sedangkan variabel durasi merokok, proporsi individu yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20

tahun (7,6%) dibandingkan dengan individu yang merokok < 20 tahun (3,0%).

Sejalan dengan penelitian Hosseini yang menyebutkan bahwa proporsi yang mengalami kanker paru lebih besar pada kelompok yang merokok (66,5%) (Hosseini, 2014). Pada penelitian Reynolds, proporsi kasus kanker payudara lebih besar pada kelompok mantan perokok (34%) dibandingkan dengan kelompok yang masih merokok (7%) (Reynolds, 2004).

Salah satu kandungan dalam rokok adalah zat karsinogen yang dapat menjadi aktivasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh (Hecht, 2012).

C. Frekuensi jenis Kanker

(48)

Dharmais, kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak selama 4 tahun berturut-turut (2010-2013) di RS Dharmais (Kemenkes, 2015).

D. Frekuensi Kanker berdasarkan Status Merokok

Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa proporsi individu yang mengalami kanker serviks, lebih besar pada individu yang merokok (3,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (1,8%). Proporsi pada kanker payudara lebih besar pada individu yang merokok (3,4%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (2,0%). Proporsi kanker prostat lebih besar pada individu yang merokok (39,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (28,6%). Proporsi kanker kolon juga lebih besar pada individu yang merokok (25,0%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (18,8%). Selain itu, proporsi kanker paru&bronkus lebih besar pada individu yang merokok (32,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (16,1%). Bukan hanya itu, proporsi kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok (13,2%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,5%).

Berdasarkan penelitian Nainggolan, proporsi kejadian kanker saluran cerna lebih besar besar pada perokok (18,5%) dibandingkan dengan yang pernah merokok (10,9%) (Nainggolan, 2009). Penelitian Gao, proporsi kanker payudara lebih besar lebih besar pada individu yang merokok (1,49%) dibanding dengan yang pernah merokok (0,90%) (Gao, 2013).

(49)

yang dapat memicu terjadinya kanker. Karsinogen dalam rokok dapat menjadi aktifasi metabolik sebagai perantara untuk berinteraksi dengan DNA, membentuk produk kovalen. Detoksifikasi metabolisme karsinogen dilakukan untuk mengekskresi kandungan karsinogen dalam tubuh. Jika karsinogen telah mengaktifasi DNA dan bisa diperbaiki maka akan kembali ke keadaan normal. Tetapi jika tidak bisa diperbaiki, maka akan terjadi kesalahan coding, yang menyebabkan mutasi permanen dalam DNA. Sel dengan DNA yang rusak atau bermutasi dapat dihilangkan dengan apoptosis. Jika mutasi terjadi pada daerah gen penting, seperti RAS atau onkogen MYC atau TP53 atau CDKN2A gen supresor tumor, maka sel tersebut dapat kehilangan kemampuan untuk mengontol perkembangan sel normal dan berkembang menjadi tumor (Hecht, 2012).

E. Frekuensi Kanker berdasarkan Karakteristik Individu

1. Usia

(50)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indarti, usia rata-rata pada kasus kanker payudara pada penelitiannya adalah 46 tahun (Indarti, 2005). Proporsi kanker paru pada penelitian Roosihermiatie lebih besar pada kelompok usia 51-70 tahun (71,43%) (Roosihermiatie, 2012). Pada penelitan Natphopsuk proporsi penderita kanker serviks lebih besar pada kelompok yang ≥40 tahun (76,7%) dibandingkan dengan kelompok <40 tahun (Natphopsuk, 2012). Penelitian Nainggolan menunjukan proporsi terbesar kanker kolon pada usia ≥60 tahun (29,4%) (Nainggolan, 2009). Pada penelitian Gao, proporsi kanker payudara terbesar pada usia 50-59 tahun (33,9%) (Gao, 2013).

Kanker paling sering didiagnosis pada saat usia pertengahan dan lebih tua, namun sel-sel kanker tersebut dapat berkembang sejak usia muda. Sehingga, sangat penting untuk melakukan deteksi kanker sejak dini (WHO, 2015).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi kejadian kanker payudara lebih besar pada jenis kelamin perempuan (98,2%). Proporsi kanker kolon terbesar terjadi pada jenis kelamin laki-laki (56,2%). Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar pada jenis kelamin laki-laki (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi pada jenis kelamin perempuan (55,3%).

(51)

Sedangkan penelitian Roosihermiatie (2012) menunjukan bahwa proporsi kanker paru terbesar juga pada jenis kelamin laki-laki (100%). Penelitian Nainggolan menunjukan bahwa proporsi terbesar kejadian kanker kolon pada jenis kelamin perempuan (69,4%) (Nainggolan, 2009). Menurut penelitian Etzel, proporsi kejadian kanker paru lebih besar pada jenis kelamin laki-laki (53,6%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan (46,4%) (Etzel, 2003). Insidens kanker di Indonesia menurut laporan WHO (2012) menyebutkan bahwa pada kanker payudara pada jenis kelamin perempuan sebesar (30,5%). Kanker paru pada jenis kelamin perempuan 5,8% sedangkan pada laki-laki sebesar 18,2%. Kanker serviks sebesar 13,0% pada perempuan. Kanker prostat 9,8% pada laki-laki. Kanker kolon pada jenis kelamin perempuan 7,3% sedangkan pada laki-laki 11,5%. Kanker nasofaring pada perempuan 2,3% dan pada laki-laki 6,7%.

Jika dilihat berdasarkan status merokok, kejadian kanker lebih banyak terjadi pada perempuan yang tidak merokok dan laki-laki perokok. Hal ini sejalan dengan data riskesdas tentang jumlah perokok di Indonesia yang sebagian besar adalah laki-laki.

3. Tempat tinggal

(52)

Tidak ada perbedaan proporsi kanker kolon baik di pedesaan maupun perkotaan. Pada kanker paru&bronkus, proporsi kejadian kanker terbesar di pedesaan (54,8%). Sedangkan proporsi kanker nasofaring terbesar terjadi di perkotaan (68,4%). Berdasarkan tempat tinggal, kanker di Indonesia lebih berisiko 1,93 kali di perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan (Oemiati, 2011).

Kejadian kanker di perkotaan lebih banyak ditemukan salah satunya dikarenakan masyarakat diperkotaan memiliki akses yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga lebih banyak orang perkotaan yang memeriksakan kesehatannya. Selain itu banyak faktor lain yang mempengaruhi kejadian kanker di perkotaan, antara lain adalah pola makan, aktivitas fisik dan polusi di udara.

4. Aktivitas Fisik

(53)

Aktivitas fisik cukup adalah aktivitas yang ≥ 600 MET/ minggu. Sedangkan aktivitas tidak cukup adalah aktivitas yang < 600 MET/ minggu. WHO merekomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik ≥ 600 MET/minggu untuk memenuhi standar skor kecukupan minimal aktivitas fisik (WHO, 2013).

(54)

42 BAB VII PENUTUP

A. Simpulan

1. Proporsi kelompok yang mengalami kanker lebih banyak pada individu yang masih merokok dibandingkan dengan individu yang pernah merokok. Durasi merokok lebih banyak pada individu yang merokok ≥ 20 tahun dibandingkan dengan individu yang merokok < 20

tahun

2. Proporsi jenis kanker yang paling banyak terjadi adalah kanker payudara dan yang paling sedikit adalah kanker paru&bronkus

3. Proporsi individu yang mengalami kanker serviks, kanker payudara, kanker prostat, kanker kolon, kanker paru&bronkus, kanker nasofaring lebih besar pada individu yang merokok dibandingkan dengan yang pernah merokok.

4. Kanker lebih banyak pada terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Proporsi yang terkena kanker memiliki rata-rata usia lebih tua (48,33 tahun) dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami kanker (36,12 tahun). Lebih banyak terjadi pada kelompok yang tinggal di perkotaan. Individu yang melakukan aktivitas fisik cukup, lebih banyak yang tidak terkena Kanker

B. Saran

1. Bagi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(55)

sungguh-sungguh. Selain itu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia perlu membuat iklan di berbagai media mengenai bahaya kanker yang disebabkan oleh rokok baik perokok aktif maupun perokok pasif.

2. Bagi Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Sebaiknya pertanyaan pada status merokok dalam kuesioner riskesdas tidak dibatasi dengan status merokok 1 bulan terakhir, karena akan mempersempit kategori perokok. Pengukuran pada variabel merokok dibedakan berdasarkan durasi merokoknya. Selain itu, pertanyaan yang digunakan diharapkan lebih luas agar tidak terjadi bias pada pertanyaan perokok pasif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

(56)

44

Daftar Pustaka

Aditama, Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan (cetakan pertama edisi ketiga). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Bae, Jong-Myon. dkk. 2013. Cigarette Smoking and Prostate Cancer Risk: Negative Result of the Seoul Male Cancer Cohort Study. Asian Pasific Journal of Cancer Prevention, Vol. 14

Cahyono, S. B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kasinus: Yogyakarta

Chao, Ann. dkk. 2000. Cigarette Smoking and Colorectal Cancer Mortality in the Cancer Prevention Study II. Journal of the National Cancer Institute, Vol. 92, No. 23

Direktorat PPTM, P2PL Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Aliansi Bupati/Walikota dalam Pengendalian Masalah Kesehatan Akibat Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular Vol 2, Semester 2, Hal 31. Jakarta

Etzel, Carol J. 2003. Risk for Smoking-Related Cancer among Relatives of Lung Cancer Patients. Cancer Research 63, 8531-8535

Gao, Chang. dkk. 2013. Active and Passive Smoking, and Alcohol Drinking and Breast Cancer Risk in Chinese Women. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 14

Gaudet, M Mia. dkk. 2013. Active Smoking and Breast Cancer Risk: Original Cohort Data and Meta-Analysis. JNCI Journal of the National Cancer Institute.

Hannan, M Lindsay. dkk. The Association between Cigarette Smoking and Risk of Colorectal Cancer in a :arge Prospective Cohort from the United States. Cancer Epidemiol Biomarkers.

Hecht, Stephen S. 2012. Tobacco Carcinogenesis. Nature Reviews Cancer 3, 733-744

(57)

Indrati, Rini. dkk. 2005. Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Kanker Payudara Wanita. Semarang

Joshu, Corinne E. dkk. 2011. Cigarette Smoking and Prostate Cancer Recurrence After Prostatectomy. JNCI, Vol 103, Issue 10

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Stop Kanker. Jakarta Nainggolan, Olwin. dkk. 2009. Faktor-faktor Berhubungan dengan

Tumor/Kanker Saluran Cerna berdasarkan Survei Kesehatan Nasional. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 11

Natphopsuk, Sitakan. dkk. Risk Factor for Servical Cancer in Northeastern Thailand: Detailed Analyses of Sexual and Smoking Behavior. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, Vol 13, 2012 Oemiati, Ratih. dkk. 2011. Prevalensi Tumor dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 39, No.4, 2011: 190 - 204

Praditya, Lukyta Dwi. 2005. Pengaruh Negatif Rokok Bagi Kesehatan di Kalangan Remaja.

Reynolds, Peggy. dkk. 2004. Active Smoking, Household Passive Smoking, and Breast Cancer: Evidence From the California Teachers Study. Journal of the National Cancer Institute, Vol. 96, No. 1

Rohrmann, S. dkk. 2012. Smoking and the Risk of Prostate Cancer in the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. British Journal of Cancer, 108, 708–714

Roosmihermiatie, betty. dkk. 2012. Gambaran Penggunaan Tembakau/Rokok pada Tumor/Kanker Paru di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar 2007/2008. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 298–304

(58)

dr. Moewardi Surakarta periode Februari sampai April 2009). Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2010

Stellman SD, Chen Y, Muscat JE dkk. 2003. Lung Cancer Risk in White and Black Americans. Ann Epidemiol,13: 294–302

Sudiana, I Ketut. 2008. Patobiologi Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba Medika

WHO. 2012. Globocan 2012: Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. International Agency for Research on Cancer. Diakses pada tanggal 8 Oktober 2014 http://globocan.iarc.fr/Pages/fact_sheets_population.aspx

WHO. 2015. Cancer. Diakses pada tanggal 23 Februari 2015

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/

WHO. 2015. Ways to Reduce Your Cancer Risk: What is Cancer?. European Code Agains Cancer. Diakses pada tanggal 18 Maret 2015 http://cancer-code-europe.iarc.fr/index.php/en/about-cancer/whatis-cancer

WHO. 2015. Ways to Reduce Your Cancer Risk: What Causes Cancer?. European Code Agains Cancer. Diakses dari

http://cancer-code-europe.iarc.fr/index.php/en/about-cancer/what-causes-cancer pada

tanggal 18 Maret 2015

(59)

LAMPIRAN

Kuesioner Riskesdas 2013 A. Identitas Responden

1 ID Responden

2 Nama

3 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 4 Usia

5 Tempat Tinggal

B. Aktivitas Fisik Responden

1 Apakah [NAMA] biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali

melakukannya ?

1. Ya

2. Tidak (Lanjut nomor 4)

2 Biasanya berapa hari dalam seminggu

melakukan aktivitas fisik berat tersebut? .…. Hari 3 Biasanya dalam sehari, berapa lama anda

melakukan aktivitas fisik berat tersebut?

.…..jam …..menit

4 Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang yang dilakukan secara terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya

1. Ya

2. Tidak (lanjut nomor 4)

5 Biasanya berapa hari dalam seminggu

melakukan aktivitas fisik sedang tersebut? ….hari 6 Biasanya dalam sehari, berapa lama anda

melakukan aktivitas fisik sedang tersebut?

(60)

C. Penggunaan Tembakau

1 Apakah [NAMA] merokok selama 1 bulan terakhir? (BACAKAN JAWABAN)

1. Ya, setiap hari (lanjut nomor 2) 2. Ya, kadang-kadang (lanjut no 3)

3. Tidak, tapi sebelumnya pernah merokok tiap hari (lanjut nomor 2)

4. Tidak, tapi sebelumnya pernah merokok kadang-kadang (lanjut nomor 3)

5. Tidak pernah sama sekali (lanjut blok D)

….

2 Berapa umur [NAMA] ketika pertama kali merokok?

(isikan dengan ”98” jika responden menjawab tidak ingat)

….tahun

JIKA NO 1 BERKODE 3 ATAU 4 LANJUT KE PERTANYAAN NO 5

5 Berapa umur [NAMA] ketika berhenti/ tidak merokok sama sekali?

(isikan dengan ”98” jika responden menjawab tidak ingat) ….Tahun

D. Kanker

1 Apakah [NAMA] pernah didiagnosis menderita penyakit kanker oleh dokter?

1. Ya 2. Tidak 2 Kanker apa yang [NAMA] alami?

(isikan kode jawaban dengan 1=ya atau 2=tidak atau 7=tidak berlaku)

Kanker leher rahim ….. Kanker kolorektal ….

Kanker payudara …. Kanker paru dan bronkus ….

(61)

statmerokok * diagnosiskanker1 Crosstabulation

diagnosiskanker1

Total tidak ya

statmerokok tidak pernah merokok

Count 573850 1100 574950

% within

diagnosiskanker1 68.8% 86.3% 68.9%

pernah merokok Count 33275 69 33344

% within

diagnosiskanker1 4.0% 5.4% 4.0%

merokok Count 226572 105 226677

% within

diagnosiskanker1 27.2% 8.2% 27.1%

Total Count 833697 1274 834971

% within

diagnosiskanker1 100.0% 100.0% 100.0%

katdur1 * diagnosiskanker1 Crosstabulation

diagnosiskanker1

Total

tidak ya

katdur1 1 Count 573850 1100 574950

% within diagnosiskanker1 68.8% 86.3% 68.9%

2 Count 102765 38 102803

% within diagnosiskanker1 12.3% 3.0% 12.3%

3 Count 116235 97 116332

% within diagnosiskanker1 13.9% 7.6% 13.9%

4 Count 40847 39 40886

% within diagnosiskanker1 4.9% 3.1% 4.9%

Total Count 833697 1274 834971

(62)

serviks1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 819 .1 64.3 64.3

ya 455 .1 35.7 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

Total 834971 100.0

payudara1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 680 .1 53.4 53.4

ya 594 .1 46.6 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

Total 834971 100.0

prostat1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1169 .1 91.8 91.8

ya 105 .0 8.2 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

(63)

kolon1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1210 .1 95.0 95.0

ya 64 .0 5.0 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

Total 834971 100.0

paru1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1243 .1 97.6 97.6

ya 31 .0 2.4 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

Total 834971 100.0

nasofaring1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1236 .1 97.0 97.0

ya 38 .0 3.0 100.0

Total 1274 .2 100.0

Missing System 833697 99.8

(64)

usiakategori * serviks1 Crosstabulation

serviks1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 18 2 20

% within serviks1 2.2% .4% 1.6%

2 Count 75 24 99

% within serviks1 9.2% 5.3% 7.8%

3 Count 159 68 227

% within serviks1 19.4% 14.9% 17.8%

4 Count 197 159 356

% within serviks1 24.1% 34.9% 27.9%

5 Count 174 139 313

% within serviks1 21.2% 30.5% 24.6%

6 Count 101 45 146

% within serviks1 12.3% 9.9% 11.5%

7 Count 68 15 83

% within serviks1 8.3% 3.3% 6.5%

8 Count 27 3 30

% within serviks1 3.3% .7% 2.4%

Total Count 819 455 1274

% within serviks1 100.0% 100.0% 100.0%

usiakategori * payudara1 Crosstabulation

payudara1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 5 15 20

% within

payudara1 .7% 2.5% 1.6%

2 Count 32 67 99

% within

payudara1 4.7% 11.3% 7.8%

(65)

% within

payudara1 13.2% 23.1% 17.8%

4 Count 189 167 356

% within

payudara1 27.8% 28.1% 27.9%

5 Count 177 136 313

% within

payudara1 26.0% 22.9% 24.6%

6 Count 93 53 146

% within

payudara1 13.7% 8.9% 11.5%

7 Count 71 12 83

% within

payudara1 10.4% 2.0% 6.5%

8 Count 23 7 30

% within

payudara1 3.4% 1.2% 2.4%

Total Count 680 594 1274

% within

payudara1 100.0% 100.0% 100.0%

usiakategori * prostat1 Crosstabulation

prostat1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 19 1 20

% within

prostat1 1.6% 1.0% 1.6%

2 Count 97 2 99

% within

prostat1 8.3% 1.9% 7.8%

3 Count 224 3 227

% within

prostat1 19.2% 2.9% 17.8%

(66)

% within

prostat1 29.9% 5.7% 27.9%

5 Count 296 17 313

% within

prostat1 25.3% 16.2% 24.6%

6 Count 125 21 146

% within

prostat1 10.7% 20.0% 11.5%

7 Count 41 42 83

% within

prostat1 3.5% 40.0% 6.5%

8 Count 17 13 30

% within

prostat1 1.5% 12.4% 2.4%

Total Count 1169 105 1274

% within

prostat1 100.0% 100.0% 100.0%

usiakategori * kolon1 Crosstabulation

kolon1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 19 1 20

% within

kolon1 1.6% 1.6% 1.6%

2 Count 98 1 99

% within

kolon1 8.1% 1.6% 7.8%

3 Count 218 9 227

% within

kolon1 18.0% 14.1% 17.8%

4 Count 344 12 356

% within

kolon1 28.4% 18.8% 27.9%

(67)

% within

kolon1 24.8% 20.3% 24.6%

6 Count 131 15 146

% within

kolon1 10.8% 23.4% 11.5%

7 Count 76 7 83

% within

kolon1 6.3% 10.9% 6.5%

8 Count 24 6 30

% within

kolon1 2.0% 9.4% 2.4%

Total Count 1210 64 1274

% within

kolon1 100.0% 100.0% 100.0%

usiakategori * paru1 Crosstabulation

paru1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 18 2 20

% within

paru1 1.4% 6.5% 1.6%

2 Count 96 3 99

% within

paru1 7.7% 9.7% 7.8%

3 Count 225 2 227

% within

paru1 18.1% 6.5% 17.8%

4 Count 351 5 356

% within

paru1 28.2% 16.1% 27.9%

5 Count 305 8 313

% within

paru1 24.5% 25.8% 24.6%

(68)

% within

paru1 11.3% 16.1% 11.5%

7 Count 78 5 83

% within

paru1 6.3% 16.1% 6.5%

8 Count 29 1 30

% within

paru1 2.3% 3.2% 2.4%

Total Count 1243 31 1274

% within

paru1 100.0% 100.0% 100.0%

usiakategori * nasofaring1 Crosstabulation

nasofaring1

Total tidak ya

usiakategori 1 Count 20 0 20

% within

nasofaring1 1.6% .0% 1.6%

2 Count 97 2 99

% within

nasofaring1 7.8% 5.3% 7.8%

3 Count 218 9 227

% within

nasofaring1 17.6% 23.7% 17.8%

4 Count 346 10 356

% within

nasofaring1 28.0% 26.3% 27.9%

5 Count 307 6 313

% within

nasofaring1 24.8% 15.8% 24.6%

6 Count 137 9 146

% within

(69)

7 Count 81 2 83 % within

nasofaring1 6.6% 5.3% 6.5%

8 Count 30 0 30

% within

nasofaring1 2.4% .0% 2.4%

Total Count 1236 38 1274

% within

nasofaring1 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * serviks1 Crosstabulation

serviks1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 635 455 1090

% within

serviks1 77.5% 100.0% 85.6%

lakilaki Count 184 0 184

% within

serviks1 22.5% .0% 14.4%

Total Count 819 455 1274

% within

serviks1 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * payudara1 Crosstabulation

payudara1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 508 582 1090

% within

payudara1 74.7% 98.0% 85.6%

lakilaki Count 172 12 184

% within

(70)

Total Count 680 594 1274 % within

payudara1 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * prostat1 Crosstabulation

prostat1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 1090 0 1090

% within

prostat1 93.2% .0% 85.6%

lakilaki Count 79 105 184

% within

prostat1 6.8% 100.0% 14.4%

Total Count 1169 105 1274

% within

prostat1 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * kolon1 Crosstabulation

kolon1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 1062 28 1090

% within

kolon1 87.8% 43.8% 85.6%

lakilaki Count 148 36 184

% within

kolon1 12.2% 56.2% 14.4%

Total Count 1210 64 1274

% within

(71)

Jenis kelamin * paru1 Crosstabulation

paru1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 1076 14 1090

% within

paru1 86.6% 45.2% 85.6%

lakilaki Count 167 17 184

% within

paru1 13.4% 54.8% 14.4%

Total Count 1243 31 1274

% within

paru1 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis kelamin * nasofaring1 Crosstabulation

nasofaring1

Total tidak ya

Jenis kelamin perempuan Count 1069 21 1090

% within

nasofaring1 86.5% 55.3% 85.6%

lakilaki Count 167 17 184

% within

nasofaring1 13.5% 44.7% 14.4%

Total Count 1236 38 1274

% within

(72)

Tempat Tinggal * serviks1 Crosstabulation

serviks1

Total tidak ya

Tempat Tinggal

pedesaan Count 337 199 536

% within

serviks1 41.1% 43.7% 42.1%

perkotaan Count 482 256 738

% within

serviks1 58.9% 56.3% 57.9%

Total Count 819 455 1274

% within

serviks1 100.0% 100.0% 100.0%

Tempat Tinggal * payudara1 Crosstabulation

payudara1

Total tidak ya

Tempat Tinggal

pedesaan Count 310 226 536

% within

payudara1 45.6% 38.0% 42.1%

perkotaan Count 370 368 738

% within

payudara1 54.4% 62.0% 57.9%

Total Count 680 594 1274

% within

payudara1 100.0% 100.0% 100.0%

Tempat Tinggal * prostat1 Crosstabulation

prostat1

Total tidak ya

Tempat Tinggal

pedesaan

Gambar

Tabel 2.1 Senyawa Gas dalam Asap Rokok
Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel
Tabel 4.2
Tabel 5.1 Frekuensi Kanker Berdasarkan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian analisis karakteristik stomata pada tanaman Bambu Rejeki ( Dracaena Reflexa ) pada tempatyang terkena polusi dapat disimpulkan, bahwa

Dengan pada dasarnya orang tua kandung merelakan penyerahan anaknya kepada pasangan yang belum mempunyai keturunan untuk dijadikan anak angkat mereka dari orang yang

“Usul pemberhentian Presiden dan/ atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih

mengetahui hubungan fungsional antar variabel yang mana skor pada suatu variabel dapat digunakan untuk memprediksi skor pada variabel lainnya dilakukan analisis

Konsesi yang di Indonesia dikenal sebagai HPH (Hak Pengusahaan Hutan) atau dalam peraturan baru (PP 34 Tahun 2002) disebut IUPHHK (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu)

Bagi Penulis Untuk membandingkan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya dengan prakteknya di dunia nyata yang tidak ada kaitannya dengan Pengaruh kualitas layanan,

Demikianlah langkah-langkah memulai menggunakan layanan Google Drive menggunakan web browser, selanjutnya dibawah ini dibahas mengenai cara instalasi software Google

Berdasarkan definisi tersebut maka argumentasi legalitas pembunuhan dalam penelitian ini ialah mengemukakan argumen atau dalil dari ayat al-Qur‟an yang digunakan