• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada awal pemberian MP-ASI setelah usia 6 bulan, frekuensi makan diberikan 2 kali sehari. Frekuensi makan dan jumlah makanan yang diberikan

harus sesuai dengan usia dan kebutuhan. Pada usia 6-9 bulan, frekuensi MP-ASI diberikan 2-3 kali sehari ditambah makanan selingan 1-2 kali sehari seperti buah dan biscuit. Kebutuhan makan balita semakin meningkat seiring tumbuh

kembangnya. Pada usia 9-12 bulan, frekuensi pemberian MP-ASI sebanyak 3-4 kali sehari ditambah makanan selingan 1-2 kali sehari. Ketika balita sudah memasuki usia diatas 12 bulan, maka balita sudah mulai diberi makanan padat atau makanan keluarga. Frekuensi pemberian makanan keluarga pada balita 12-24 bulan yaitu 3-4 kali sehari, ditambah makanan selingan 1-2 kali. Pemberian MP-ASI diiringi dengan pemberian MP-ASI sampai balita berusia 2 tahun.

5. Cara pemberian makanan pendamping ASI

Cara pemberian MP-ASI yang tepat dan benar menurut Depkes RI (2007) adalah sebagai berikut:

a. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan makanan pada terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan mentah dan sebelum memberi makanan pada anak. Selain itu, juga mencuci tangan anak.

b. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan diberikan kepada anak.

c. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan.

d. Peralatan makan anak, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum digunakan.

e. Dalam pemberian makanan pendamping pada anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.

f. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan anak. Ludah yang terbawa oleh sendok akan menyebarkan bakteri.

Tabel 2

Pemenuhan Kebutuhan Gizi Balita 6-24 Bulan

Umur Bentuk Makanan Berapa Kali Sehari Berapa Banyak Setiap Kali (bubur dan makanan keluarga yang dilumatkan)

-Teruskan pemberian ASI sesering mungkin

-Makanan lumat 2-3 kali sehari

-Makanan selingan 1-2 kali sehari (buah atau

-Makanan lembek atau dicincang yang mudah ditelan anak.

- Makanan selingan yang dapat dipegang anak diberikan di antara waktu makan lengkap.

-Teruskan pemberian ASI -Makanan lembek 3-4 kali sehari

-Makanan selingan 1-2 kali sehari -Makanan yang di cincang atau dihaluskan jika diperlukan

-Makanan keluarga 3-4 kali sehari.

-Makanan selingan 1-2 kali sehari

-Teruskan pemberian ASI

-3/4 sampai tempe/ tahu atau 1 sdm kacang kacangan -1/4 gelas sayur -1 potong buah - ½ gelas bubur/

1 potong kue/ 1 potong buah Sumber: Buku Pedoman KIA, 2016

Makanan untuk balita harus disesuaikan dengan perkembangan saluran pencernaan. Pada usia 6 bulan pertama, balita baru diberikanan makanan

pendamping ASI. Berbagai makanan pendamping ASI diolah sesuai dengan tahap perkembangan balita, dari lumat kemudian lembek, selanjutnya padat atau

makanan keluarga. Pada saat tahap pemberian makanan setengah padat, konsistensi makanan harus halus sehingga mudah ditelan. Pemberian makanan harus disesuaikan dengan kemampuan serta perkembangan saluran

pencernaannya. Tahapan pemberian MP-ASI juga harus sesuai anjuran, tidak boleh dipercepat dapat menyebabkan kerusakan saluran cerna. Demikian juga pada saat balita harus mulai makan makanan padat tidak boleh ditunda karena dapat menjadi penyebab balita sulit makan makanan padat, sulit mengunyah, menolak, atau muntah.

Pada usia 12 bulan, balita mulai dilatih diberi makanan padat atau yang biasa disebut makanan keluarga. Namun apabila balita menunjukkan kesulitan mengunyah, upayakan memperlunak makanan agar tidak mengganggu sistem pencernaan.

Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu menuju sehat adalah kartu untuk mencatat dan memantau

perkembangan balita dengan melihat garis pertumbuhan berat badan balita dari bulan pertama (Yuni dan Rika, 2016). Sedangkan menurut Soetjiningsih dalam Nursalam dkk, (2008) kartu menuju sehat adalah suatu kartu/alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.

Secara umum, KMS berisi gambar kurva berat badan terhadap umur untuk anak berusia 0-60 bulan, atribut penyuluhan, dan catatan ASI eksklusif

Gambar 1. Bagian KMS

Tujuan penggunaan KMS. Tujuan penggunaan KMS adalah

mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan status kesehatan balita secara optimal.

Adapun tujuan khususnya meliputi : 1)Sebagai alat bantu bagi ibu untuk

memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada balita. 2) Sebagai alat bantu dalam memantau dan menetukan tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal. 3) Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan peningkatan pertumbuhan yang memadai.

Fungsi KMS. Secara umum fungsi-fungsi kartu menuju sehat bagi balita adalah: 1) Sebagai media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap. 2) Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan balita. 3) Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik balita. 4) Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita.

Kegunaan KMS.Berdasarkan Kemenkes RI (2015) kegunaan kartu menuju sehat adalah :

a. Bagi orang tua : dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.

b. Bagi kader : KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikans penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.

KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu atau fasilitas kesehatan pada bulan berikutnya.

c. Bagi petugas kesehatan : KMS digunakan sebagai alat edukasi kepada para orangtua balita tentang pertumbuhan anak dan cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya.

Partisipasi Hadir di Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, yang paling utama untuk memperoleh penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama balita.

Partisipasi hadir di posyandu ditinjau dari catatan pemantauan

penimbangan dan catatan ASI eksklusif pada KMS balita. Menurut Depkes RI (2001) pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan dengan

sebuah garis. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak dipergunakan kartu menuju sehat (KMS) di Puskesmas maupun di Posyandu (Jauhari, 2015).

Catatan pemantauan penimbangan. Penimbangan merupakan langkah awal dalam kegiatan utama program perbaikan gizi anak. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan di posyandu. Penimbangan secara rutin di posyandu bertujuan untuk memantau pertumbuhan balita. Setelah dilakukan penimbangan kemudian dilakukan pencatatan didalam KMS oleh petugas. Dari catatan tersebut dapat diketahui status pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan aktif melakukan pemeliharaan gizi misalkan dengan datang ke posyandu. Dengan aktif ke posyandu maka orang tua dapat mengetahui

pertumbuhan anak (Marimbi, 2010).

Penimbangan yang tepat yaitu penimbangan yang dilakukan setiap bulan sekali. Manfaat dari menimbang balita setiap bulan di posyandu adalah untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita yang sakit (demam/ batuk/pilek/ diare), berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM (bawah garis merah) dan dicurigai gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke puskesmas.

Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Setelah balita ditimbang, hasil penimbangannya dicatat didalam KMS, maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik. Berat badan naik jika garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna pada KMS atau garis pertumbuhannya pindah ke pita warna diatasnya. Sebaliknya berat badan tidak naik apabila garis pertumbuhannya menurun, garis pertumbuhannya

mendatar atau garis pertumbuhannya naik tetapi pindah ke pita warna yang lebih muda.

Adapun tindak lanjut penimbangan berdasarkan hasil penilaian

pertumbuhan balita yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 155/Menkes/Per/I/2010 Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita adalah sebagai berikut:

1. Berat badan naik (N)

a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu untuk penimbangan.

b. Berikan umpan balik dengan menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c. Anjurkan kepada ibu untuk mempertahankan kondisi anak dan berikan nasihat tentang pemberian makan anak sesuai golongan umurnya.

d. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

2. Berat badan tidak naik 1 kali (T)

a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu untuk penimbangan.

b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana.

c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak. Universitas Sumatera Utara

d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya

f. Anjurkan untuk datang pada penimbangan berikutnya.

2. Berat badan tidak naik 2 kali atau berada di Bawah Garis Merah (BGM) a. Berikan pujian kepada ibu yang telah membawa balita ke posyandu dan

anjurkan untuk datang kembali bulan berikutnya.

b. Berikan umpan balik dengan cara menjelaskan arti grafik pertumbuhan anaknya yang tertera pada KMS secara sederhana

c. Tanyakan dan catat keadaan anak bila ada keluhan (batuk, diare, panas, rewel dan lain-lain) dan kebiasaan makan anak

d. Berikan penjelasan tentang kemungkinan penyebab berat badan tidak naik tanpa menyalahkan ibu.

e. Berikan nasehat kepada ibu tentang anjuran pemberian makan anak sesuai golongan umurnya

f. Rujuk anak ke puskesmas/pustu/poskesdes.

Catatan ASI eksklusif. Pada KMS terdapat kolom ASI eksklusif yang berguna untuk mencatat pemberian ASI eksklusif (status ASI eksklusif) dari usia 0-6 bulan. Pemberian ASI eksklusif dilakukan untuk memenuhi gizi bayi pada usia 0-6 bulan karena pada usia itu ASI adalah satu-satunya makanan bayi.

Menurut WHO, ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6

bulan tanpa tambahan cairan atau pun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 24 bulan.

Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, pengertian ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

Pemberian ASI secara eksklusif sejak bayi dilahirkan sampai bayi usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak mendapatkan tambahan cairan lain, seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif, bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur nasi, tim, dan sebagainya.

Alasan pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama adalah didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi yang dibutuhkan selama 6 bulan pertama hidupnya. Selain itu ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit, dan membantu menjarangkan kelahiran.

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI eksklusif, antara lain:

1. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.

2. Menyusui secara eksklusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau minuman lain, bahkan air putih sekalipun.

3. Menyusui kapanpun bayi meminta, sesering yang bayi mau, siang dan malam.

4. Tidak menggunakan botol susu.

5. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak bersama anak.

6. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.

Menurut Mayunani (2012) manfaat ASI eksklusif selama enam bulan adalah:

1. Untuk Bayi a. Kesehatan

Kandungan antibodi yang terdapat dalam ASI tetap paling baik sepanjang masa. Oleh karena itu, bayi yang mendapat ASI eksklusif lebih sehat dan lebih kuat dibanding yang tidak mendapat ASI.

b. Kecerdasan

Manfaat bagi kecerdasan bayi, antara lain karena dalam ASI terkandung DHA yang terbaik, selain laktosa yang berfungsi untuk proses mielinisasi otak.

c. Emosi

Pada saat disusui, bayi berada dalam dekapan ibu. Hal ini merangsang terbentuknya emotional inttelligence. Selain itu, ASI merupakan wujud kasih sayang ibu pada buah hatinya.

2. Untuk Ibu a. Diet Alami

Dengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil, akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon

oksitoksin selagi menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot uterus.Karena hal ini berlangsung terus menerus, nilainya hampir sama dengan senam perut.

b. Mengurangi Risiko Anemia

Pada saat memberikan ASI, otomatis risiko pendarahan pasca bersalin berkurang. Naiknya kadar hormon oksitosin selama menyusui akan menyebabkan otot polos mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang mengakibatkan uterus mengecil sekaligus menghentikan pendarahan.

c. Mencegah Kanker

Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa ASI dapat mencegah kanker, khususnya kanker payudara. Pada saat menyusui, hormon estrogen mengalami penurunan. Sementara tanpa aktivitas menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

d. Manfaat Ekonomis

Dengan menyusui, ibu tidak perlu mengeluarkan dana untuk membeli susu/suplemen bagi bayi. Cukup dengan ASI eksklusif kebutuhan bayi selama 6 bulan terpenuhi dengan sempurna.

Faktor-faktor yang memengaruhi kunjungan ibu balita ke posyandu. Beberapa faktor yang memengaruhi kunjungan ibu balita ke posyandu yaitu:

1. Umur Ibu

Dalam kamus Bahasa Indonesia(1995) umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa

pada ibu yang berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan bertambah jumlah anak maka ini akan

mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak.

2. Pendidikan Ibu

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terahir yang ditempuh dan dimiliki oleh seseorag dengan mendapatkan sertifikasi/ijazah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tingi. Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input), yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan dari sasaran pendidikan. Proses tersebut

dipengaruhi oleh perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidik, metode, dan sebagainya serta perangkat keras (hardware) yang terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alatalat bantu pendidikan lain (Notoatmodjo, 2007)

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantagan (Wahit, 2006). Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keuarga. Faktor bekerja saja Nampak

berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu

masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke posyandu, karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol sebagi faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan (Depkes, 2002). Hal ini dapat menyebabkan

frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke posyandu akan berkurang.

4. Umur Balita

Menurut Maharsi R (2007) dalam penelitiannya bahwa ibu merasa perlu membwa balitanya ke Posyandu pada usia <12 bulan (masa imunisasi). Setelah usia 12 bulan dan imunisasi sudah lengkap, banyak responden yang tidak hadir di posyandu.

5. Dukungan Keluarga

Dari hasil penelitian Yuryanti (2010) menyatakan ibu yang mendapat dukungan dari keluarga akan berperilaku membawa bayi/balita ke poyandu 2.716 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga.

6. Jumlah Anak Balita

Jumlah anak balita yang sedikit diharapkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu, dalam hasil penelitian Maharsi (2007) semakin sedikit responden memiliki anak maka akan semakin memiliki kepatuhan untuk datang ke Posyandu. Hal ini sama dengan hasil penelitian dari Koto (2011) dimana keluarga yang memiliki jumlah balita lebih sedikit maka ibu akan lebih sering datang ke Posyandu.

Kerangka Teori

Mengacu pada tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tidak diteliti Diteliti

Almatsier (2009) dan Supariasa (2012) Gambar 2. Kerangka teori

Status Gizi Balita

Faktor Tidak Langsung

Sosial Budaya

Pola Pemberian Makan

Asupan Gizi

Pendidikan

Pekerjaan Faktor Langsung

Pelayanan Kesehatan:

Partisipasi Ibu Hadir di Posyandu

Penyakit Infeksi

Sosial Ekonomi

Kerangka Konsep

Untuk mengetahui gambar pola pemberian MP-ASI, kelengkapan KMS dan status gizi balita 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling kota

Padangsidimpuan dapat disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

Berdasarkan kerangka konsep diatas, pola pemberian MP-ASI yang terdiri dari usia pemberian, frekuensi pemberian, bentuk MP-ASI, partisipasi ibu hadir di posyandu menentukan status gizi balita.

Pola Pemberian MP-ASI - Usia Pemberian MP-ASI - Frekuensi Pemberian - Bentuk MP-ASI - Porsi

- Cara Pemberian

Partisipasi Ibu Hadir di Posyandu

Status Gizi Balita

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain

penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk melihat gambaran pola pemberian MP-ASI, partisipasi ibu hadir di posyandu, serta status gizi balita 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tenggara. Penelian ini dilakukan karena ketidaktepatan dalam pemberian MP-ASI sesuai umur pada balita, ada beberapa balita yang diberikan MP-ASI berupa makanan keluarga sebelum mencapai umur 12 bulan serta ketidaklengkapan partisipasi ibu hadir di posyandu masih banyak yang tidak aktif.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Oktober 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah semua balita 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan. Populasi berjumlah 777 balita 6-24 bulan dari 16 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan.

Tabel 3

Jumlah Posyandu dan Jumlah Balita 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Posyandu Jumlah Balita 6-24 Bulan = 777 Mawar 1

Melati Manunggang Julu 48

Delima 30

Kamboja 20

Melati Hutakoje 48

Cemara 10

Kenanga 31

Anggrek 14

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari jumlah balita 6-24 bulan yang dianggap mewakili dari seluruh populasi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan. Perhitungan sampel pada penelitian ini yang diambil dari 16 posyandu menggunakan rumus dari Slovin sebagai berikut:

n

= 𝟕𝟕𝟕

𝟏+𝟕𝟕𝟕𝒙(𝟎,𝟏)𝟐 = 𝟕𝟕𝟕

𝟏+𝟕𝟕𝟕𝒙𝟎,𝟎𝟏 = 𝟕𝟕𝟕

𝟏𝟏,𝟖𝟑= 𝟖𝟖

Berdasarkan rumus diatas didapat jumlah sampel sebanyak 88 balita.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode

dibagi secara merata untuk masing-masing posyandu yang dipilih. Posyandu yang dipilih untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini hanya 5 Posyandu (posyandu dengan jumlah balita terbanyak), alasannya yaitu karena

keterbatasan transportasi, lokasi yang sulit dijangkau, dan keterbatasan waktu.

Rumus yang digunakan:

𝑛𝑖 =𝑁𝑖 𝑁 × 𝑛

Tabel 4

Nama Posyandu dan Jumlah Sampel Diambil Posyandu Jumlah Populasi Balita

6-24 bulan

Jumlah Sampel= 88

Mawar 50 50/441x88= 10

Cempak I 97 97/441x88 = 19

Teratai 113 113/441x88 =23

Nusa Indah 91 91/441x88 = 18

Mentari 90 90/441x88 = 18

Variabel dan Definisi Operasional

Berdasarkan variabel penelitian yaitu pola pemberian MP-ASI, Catatan pemantauan pertumbuhan dan ASI eksklusif serta status gizi balita.

1. Pola pemberian MP-ASI adalah tindakan Ibu atau pengasuh balita dalam memberikan makanan atau minuman kepada balita yang meliputi usia pertama kali diberikan, frekuensi pemberian, porsi pemberian, bentuk makanan yang diberikan dan cara pemberian.

a. Frekuensi pemberian MP-ASI adalah seberapa sering Ibu memberikan makanan pendamping ASI kepada balita dalam sehari.

b. Usia pemberian MP-ASI adalah umur pertama kali makanan pendamping ASI diberikan.

c. Porsi pemberian MP-ASI adalah jumlah takaran sendok makan yang diberikan Ibu pada anak dalam waktu sekali makan.

d. BentukMP-ASI adalah jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita.

e. Cara pemberian MP-ASI adalah kegiatan yang dilakukan Ibu dalam hal kebersihan peralatan makan, higiene Ibu dalam menyiapkan pemberian makanan dan kebersihan bahan makanan.

2. Partisipasi ibu hadi di posyandu adalah keaktifan ibu membawa balita ke posyandu untuk melakukan pemantauan penimbangan dan pencatatan ASI eksklusif dalam KMS balita.

3. Status gizi adalah suatu keadaan yang dapat menunjukkan keadaan gizi balita yang dapat diukursecaraantropometridenganindeks BB/U, PB/U, dan BB/PB.

Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Alat tulis

Dokumen terkait