• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa 1 Dasar Teori Pembiasaan

2. Fungsi Agama

Fungsi agama atau religi tidak lepas dari tantangan yang dihadapi oleh masyarakat. Tantangan yang dihadapi meliputi ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasinya, manusia bertumpu kepada agama atau religi karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia. Adapun fungsi agama diantaranya sebagai berikut (Dhohiri, 2006: 42) : a. Fungsi Edukatif

Manusia mempercayai fungsi edukatif kepada agama yang mecakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Berbeda dengan instansi agama diangap sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan dalam hal-hal yang sakral. Ajaran agama secara yuridis (hukum)

35

pribadi penganutnya menjadi baik dan benar, serta terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.

b. Fungsi Penyelamatan

Dapat dipastikan bahwa setiap manusia menginginkan keselamatannya, baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Usaha mencapai cita-cita tertinggi itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama.

c. Fungsi Pengawasan Sosial

Agama juga memiliki fungsi memupuk persaudaraan dikalangan umat manusia. Masing-masing agama dapat mempersatukan umatnya yang berbeda bangsa, ras, dan kebudayaan dalam ketentraman dan kedamaian. Nilai-nilai kebaikan dari agama jika benar-benar sditerapkan dalam kehidupan akan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. d. Fungsi Perdamaian

Melalui tuntunan agama seseorang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Allah. Tentu mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.

e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas

Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar “Civil Society

36 3. Nilai-Nilai Budi Pekerti

Dalam pedoman umum manajemen sekolah disebutkan bahwa nilai yang terkandung dalam budi pekerti ada 2 yaitu nilai budi pekerti yang baik dan nilai budi pekerti yang buruk.

a. Nilai Budi Pekerti yang Baik

Nilai budi pekerti yang baik adalah perilaku yang mencerminkan akhlak dan watak yang baik. Baik dalam sikap, perbuatan maupun ucapan. Berikut contoh sifat budi pekerti yang patut ditanamkan pada peserta didik dintaranya:

1) Beriman

Adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya kekuatan sang Pencipta atau Tuhan . Keyakinan ini disertai kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti dan menjalani semua laranganNya.

2) Berdisiplin

Kepribadian akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku.

3) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan atau tindakan yang telah dilakukannya. Sikap ini diwujudkan dalam perilaku konsekuen dan diharapkan penyelesaiannya dapat dilakukan dalam hubungan dengan dirinya sendiri.

37 4) Jujur

Sikap dan perilaku yang tidak suka bohong dan berbuat curang, berkata apa adanya dan berani mengakui segala kesalahan serta rela berkorban untuk kebenaran.

b. Nilai Budi Pekerti yang Buruk

Nilai budi pekerti yang buruk adalah perilaku yang mencerminkan akhlak atau watak yang buruk. Berikut adalah sebagian contoh sikap negative yang harus dihindari karena sikap ini dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Sikap tersebut antara lain:

1) Bohong

Dalam berbagai hal, sikap dan perilaku bohong perlu dihindari, bohong adalah berkata-kata dan bersikap yang tidak sesuai dengan apa adanya serta melawan hati nurani manusia.

2) Egois

Sikap dan perilaku yang ingin menang sendiri, mementingkan diri sendiri dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. 3) Sombong

Sikap atau perilaku yang suka menonjolkan dan menomorsatukan diri sendiri. Hal ini diwujudkan dalam perilaku yang tidak mau mendengar dan mengakui kebenaran orang lain karena dirinya menganggap bahwa memiliki kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan orang lain.

38 4) Dengki

Sikap dan perilaku yang menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena ia iri pada keuntungan orang lain (Suparno, 2002: 30). 4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiasaan Beragama dan

Berbudi Pekerti Siswa

Pada prinsipnya factor-faktor yang mempengaruhi pembiasaan beragama dan berbudi pekerti ditentukan oleh dua factor yaitu:

a. Faktor Internal

Yaitu factor yang berasal dari keadaan peserta didik itu sendiri, yang meliputi latar belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, dan kecerdasan), latar belakang afektif (motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri dan kemandirian). Pengetahuan agama seseorang akan mempengaruhi budi pekerti anak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki, peserta didik juga harus mempunyai konsep diri yang matang.

Konsep diri dapat dapat diartikan gambaran mental seseorang terhadap dirinya sendiri, pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri, serta usaha untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri. Dengan danya konsep diri yang baik anak tidak akan mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas, mampu mebedakan anatara yang baik dan buruk (Muntholi‟ah, 2002: 8-9).

39 b. Faktor Eksternal

Yaitu factor yang berasal dari luar peserta didik yang meliputi pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah factor lingkungan. Selama ini dikenal ada 3 macam lingkungan pendidikan yaitu:

1) Lingkungan Keluarga (Orang Tua)

Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama terhadap pembiasaan beragama dan berbudi pekerti seorang anak. Orang tua dapat membina dan membentuk budi pekerti anak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak. Dalam hal ini perhatian yang cukup dan kasih sayang dari orang tua tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk pembiasaan beragama dan berbudi pekerti anak serta kepribadian seseorang. 2) Lingkungan Sekolah (Pendidik)

Pendidik di sekolah mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya pembiasaan beragama dan berbudi pekerti anak. Yaitu melalui pembinaaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam kepada semua warga sekolah. Pendidik harus dapat memperbaiki budi pekerti dan kepribadian siswa yang sudah terlanjur rusak dalam keluarga, selain juga memberikan pembinaan kepada siswa.

40

3) Lingkungan Masyarakat (Lingkungan Sosial)

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya membina serta melakukan pembiasaan beragama dan berbudi pekerti seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik, maka ia akan tumbuh menjadi individu yang baik.

Sebaliknya pula apabila orang tersebut tinggal dalam lingkungan yang rusak agama dan budi pekertinya, maka ia juga akan terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik pula (Nata, 2001: 21).

5. Peran Kepala Sekolah

Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah merupakan factor penentu utama pemberdayaan guru dan peningkatan mutu proses serta produk pembelajaran. Kepala sekolah adalah orang yang paling bertanggung jawab apakah guru dan staf sekolah dapat bekerja secara optimal. Kultur sekolah dan kultur pembelajaran juga dibangun oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam berinteraksi dengan komunitasnya. Seorang ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa peranan seorang pemimpin yang baik dapat disimpulkan menjadi tiga belas macam yaitu :

a. Sebagai pelaksana (executive)

Seorang pemimpin tidak boleh hanya memaksakan kehendak sendiri terhadap kelompoknya. Ia harus berusaha menjalankan/mematuhi

41

kebutuhan kelompoknya juga progam atau rencana yang telah ditetapkan bersama.

b. Sebagai perencana (planner)

Seorang pemimpin yang baik harus pandai membuat dan menyusun perencanaan sehingga segala sesuatu yang diperbuatnya bukan secara

ngawur saja, tetapi segala tindakan diperhitungkan dan bertujuan.

c.Sebagai seorang ahli (expert)

Ia harus mempunya kemampuan ataupun keahlian terutama keahlian yang berhubungan dengan tugas dan jabatan kepemimpinan yang dipegang ataupun yang sedang diembannya.

d.Mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group

representative)

Ia harus menyadari bahwa baik buruk tindakannya di luar kelompoknya mencerminkan baik burunya kelompok yang dipimpinnya. e.Mengawasi hubungan antar anggota kelompok (controller of Internal

relationship)

Pemimpin harus menjaga jangan sampai terjadi perselisihan, dan berusaha membangun hubungan yang harmonis dan mmenimbulkan semangat bekerja kelompok.

f. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/pujian dan hukuman (purveyor or

rewards and punishment)

Seorang pemimpin harus dapat membebaskan hati anggota- anggotanya yang giat bekerja dan banyak sumbangannya terhadap

42

kelompoknya, dan berani pula menghukum anggota yang berbuat merugikan kelompoknya.

g.Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

Dalam menyelesaikan perselisihan araupun menerima pengaduan- pengaduan di antara angota-anggotanya, ia harus dapat bertindak tegas, tidak pilih kasih ataupun mementingkan salah satu golongan.

h.Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

Pemimpin bukanlah seorang yang berdiri di luar atau di atas kelompoknya. Ia merupakan bagian yang terpisahkan dari kelompoknya. Dengan demikian, segala tindakan dan usahanya hendaklah dilakukan demi tujuan kelompoknya.

i. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)

Sebagai lambang kelompok, ia hendaknya menyadari bahwa baik buruknya kelompok yang dipimpinnya tercermin pada dirinya.

j. Pemegang tanggung jawab para anggota kelomponya (surrogate for

individual responsibility)

Ia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan para anggotanya yang dilakukan atas nama kelompok.

k.Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologis)

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai suatu konsep yang baik dan realistis sehingga dalam menjalankan kepemimpinannya mempunyai garis yang tegas menuju pada arah yang telah dicita-citakannya.

43

l. Bertindak sebagai seorang ayah (teacher figure)

Tindakan pemimpin terhadap anak buah atau kelompoknya hendaklah mencerminkan tindakan seorang ayah terhadap anak- anak/anggot keluarganya.

m. Sebagai scape goat

Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin harus menyadari bahwa dirinya merupakan tempat melemparkan kesalah/keburukan yang terjadi di dalam kelompoknya. Oleh karena itu dia harus mau dan berani turut bertanggung jawab tentang kesalahan orang lain/anggota kelompoknya (Purwanto, 2014: 65-66).

Sehubungan dengan arti kepemimpinan itu sendiri bahwa fungsi kepemimpinan pada dasarnya dibagi atas dua macam, yaitu :

1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai

2. Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya

Berikut ini adalah fungsi pemimpin yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain:

a. Pemimpin berfungsi memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskannya supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan itu.

b. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.

44

c. Pemimpin berfungsi membantu anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan yang sehat.

d. Pemimpin berfungsi menggunakan kesanggupan dan minat khusus anggota kelompok.

e. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan dan pikirannya dan memilih buah pikiran yang baik serta berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapai oleh kelompok.

f. Pemimpin berfungsi memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama. Berikut ini fungsi pemimpin yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan antara lain:

a. Pemimpin berfungsi memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok. Jika ada kegotong-royongan antara anggota kelompok, pekerjaan akan berjalan lancar dan akan mempermudah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

b. Pemimpin berfungsi mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.

45

c. Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaaan para anggota bahwa bahwa mereka termasuk dalam kelompok dan merupakan bagian dari kelompok .

d. Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin, bukan untuk berkuasa atau mendominasi, melainkan untuk memberi sumbangan kepada kelompok menuju pencapaian tujuan bersama (Indrafachrudi, 2006: 3-5)

Sedangkan peran kepemimpinan kepala sekolah menurut Mulyasa adalah sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah sebagai Edukator (Pendidik)

Sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini factor pengalaman akan sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksaan tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya, demikian halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikiutinya.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka mealakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk

46

memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang progam sekolah.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh progam sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekoalh. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas dalam tugas-tugas operasional.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kepala sekolah sebagi supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan progam supervise pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun progam supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan progam supervise kelas, pengembangan progam supervise untuk

47

kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan progam supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan progam supervise pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan progam supervise klinis, progam supervise nonklinis, dan progam supervise kegiatan ekstra kurikuler.

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas (Wahjosumidjo, 1999: 110) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari keoribadian, pengetahuanterhadap tenaga keendidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

f. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Kepala sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya. Ia harus meimiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekolah, mecari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan

48

teladan kepada seluruh tenaga kependidikandi sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.

g. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (Mulyasa, 2007: 98-120).

49 BAB III

Dokumen terkait