• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

5. Tipe-Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah

Tipe seorang pemimpin satu dengan lainnya berbeda-beda, sesuai dengan karakter dan kepribadian masing-masing. Masing-masing punya keistimewaan dan kelebihan yang tidak ada pada orang lain. Manusia memang makhluk unik, begitu juga dengan seorang pemimpin. Satu pemimpin dengan pemimpin yang lainnya berbeda, mengingat gaya kepemimpinannya pun berbeda. Masing-masing orang mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda dengan orang lain.

Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin

26

yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan. Adapun tipe –tipe kepemimpinan pada umumnya sebagai berikut :

a.Kepemimpinan Otokratis

Seorang pemimpin yang tergolong otokratis memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negative. Dengan istilah lain pemimpin tipe otokratis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat egois. Dengan keegoisannya itu pemimpin otokratis melihat perananya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

2) Mengindentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi 3) Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat 5) Tergantung pada kekuasaan formilnya

6) Dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach

mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum (Mulyadi, 2010: 45)

Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota - anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membatah ataupun mengajukan saran.

27 b. Kepemimpinan Paternalistik

Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan.Kepemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimenti dengan sifat-sifat sebagai berikut:

1) Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak / belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.

2) Mereka bersikap terlalu melindungi.

3) Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengmbil keputusan sendiri.

4) Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.

5) Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.

6) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar. (Purwanto,2014: 51). Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi jika ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin paternalistik kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

28 c. Kepemimpinan Laissez-Faire

Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya menjadi kacau balau (Siagian, 2003: 38).

d. Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan tipe ini menmpatkan faktor manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam sebuah organisasi. Dalam kepemimpinan ini setiap individu, sebagai manusia dihargai atau dihormati eksistensi dan peranannya dalam memajukan dan mengembangkn organisasi. Oleh karena itu perilaku dalam gaya kepemimpinan yang dominan pada tipe kepemimpinan ini adalah perilaku memberi perlindungan dan penyelamatan, perilaku memajukan

29

dan mengembangkan organisasi serta perilaku eksekutif. Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1) Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia.

2) Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan.

3) Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan. 4) Mengutamakan kerja sama dalam mencapai tujuan

5) Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan membimbingnya

6) Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya 7) Selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin

(Purwanto, 2014: 52).

e. Kepemimpinan Pseudo-Demokratis

Tipe ini disebut juga semi demokratis atau manipulasi diplomatic, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Pemimpin hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis

2) Pemimpin mendesak bawahan agar menerima idea tau pikiran sebagai keputusan bersama (Indrafachrudi, 2006: 18).

30 f. Kepemimpinan Militeristik

Militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:

1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah / komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,

2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,

3) Ia sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda- tanda kebesaran yang berlebihan,

4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya 5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan- kritikan dari

bawahannya,

6) Komunikasi hanya berlangsung searah (Ngalim, 2010: 51). 6. Keterampilan Kepemimpinan Kepala Sekolah

Pemimpin memiliki peranan yang dominan dalam sebuah organisasi. Peranan yang dominan tersebut dapat mempengaruhi moral kepuasan kerja , keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Pemimpin juga memainkanperanan kritis dalam membantu kelompok organisasi, atau masyarakat untukmencapai tujuan mereka. Bagaimanapun juga kemampuan dan keterampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan kemampuan mengidentifikasikan perilaku dan tehnik-tehnik kepemimpinan yang efektif. Dilingkungan dunia pendidikan, ada

31

seperangkat keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugasnya.

Keterampilan yang dimaksud adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2010 :60- 68)

a. Keterampilan Teknis

Keterampilan teknis adalah keterampilan menerapkan pengetahuan teoritis ke dalam tindakan praktis, kemampuan memecahkan masalah melalui taktik yang baik, atau kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis. Keterampilan ini meliputi:

1) Keterampilan menyusun progam tertulis, 2) Keterampilan membuat data statistic sekolah,

3) Keterampilan membuat keputusan dan merealisasikannya, 4) Keterampilan menyusun laporan pertanggungjawaban, 5) Keterampilan mengetik

6) Keterampilan menata ruang dan, 7) Keterampilan membuat surat b. Keterampilan Hubungan Manusiawi

Keterampilan hubungan manusiawi adalah keterampilan untuk menempatkan diri di dalam kelompok kerja dan keterampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kepada kedua belah pihak. Keterampilan manusiawi ini tercermin antara lain dalam hal: 1) Keterampilan menempatkan diri dalam kelompok,

32

3) Sikap terbuka terhadap kelompok kerja,

4) Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan, 5) Penghargaan terhadap nilai-nilai etis,

6) Pemerataan tugas dan tanggung jawab, dan

7) Iktikad baik, adil, menghormati, dan menghargai orang lain c. Keterampilan Konseptual

Keterampilan konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan teoritis dan yang dibutuhkan di dalam dunia kerja. Wahjosumidjo (2008) mengemukakan bahwa keterampilan konsep yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan adalah:

1) Kepampuan analisis

2) Kemampuan berpikir rasional

3) Cakap dalam berbagai macam konsepsi,

4) Mampu menganalisis berbagai kejadian serta mampu memahami berbagai kecenderungan

5) Mampu mengantisipasikan perintah, dan mampu mengenali macam- macam kesempatan serta problem-problem social.

Di samping itu, pemimpin pendidikan masih dituntut memiliki sejumlah kemampuan khusus. Kemampuan tersebut berbeda secara relative dengan kemampuan yang harus dimilki oleh pemimpin organisasi social lainnya, apalagi organisasi komersial. Kemampuan

33

yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan antara lain membangkitkan inspirasi guru, menciptakan kerja sama antarguru, menciptakan kerja sama antarstaf, mengembangkan progam supervise, mengelola kegiatan pembelajaran, mengatur progam pengembangan, dan melaksanakan kegiatan lain yang erat kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan. Dengan keterampilan tersebut, diharapkan kepala sekolah dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.

B.Pembiasaan Beragama dan Berbudi Pekerti Siswa

Dokumen terkait