BAB IV. PERANAN PPAT DALAM PENGALIHAN TANAH NON
B. Fungsi Akta PPAT Sebagai Alat Pembuktian Jual Beli
ksaan dimaksud.
Dalam Peraturan Menter
3 Tahun 1997 yang berkaitan dengan pemeriksaan sertifikat hak atas tanah mewajibkan bagi Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), tidak terdapat
ran tentang kewajiban bagi pejabat manapun juga termasuk Notaris dan ihak yang berkepentingan lainnya untuk melakukan pemeriksaan sertifikat peraturan pelaksana lainnya yang mengatur
Brahmana Adhie dan Hasan Basri Nata Manggala yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab timbulnya masalah pertanahan atau salah satu penyebab terjadinya kasus pertanahan adalah dikarenakan peraturan kurang lengkap.139
B. Fungsi Akta PPAT Sebagai Alat Pembukt
Di dalam Pasal 1847 KUH Perdata disebutkan Akta adalah suatu salinan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan
dung, 2002, hal. 107. 139
Brahmana Adhie dan Hasan Nata Manggala, Reformasi Pertanahan, Cetakan I, Mandar Maju, Ban
ditandatangani, Demikian unsur-unsur yang penting untuk suatu akta adalah kesengajaan untuk menciptakan suatu bukti tertulis dan penandatanganan tertulis.
Akta dapat dikategorikan dalam akta di bawah tangan dan akta otentik.
bentuk yang bebas sesuai keinginan pihak yang bersangkutan. Dokumen ini umum digunakan oleh
dibuat secara bebas oleh para pihak dan disertai dengan tanda tangan dan stempel
tersebut. Walaupun akta di bawah tangan banyak digunakan dalam praktek jual beli sehari-h
h. Untuk membu
Menurut M. Pahala Siahaan:140
Akta dibawahtangan sebagai suatu dokumen yang dibuat secara bebas dalam dibuat dalam bahasa Indonesia atau daerah yang
masyarakat setempat, disahkan dengan pembubuhan tanda tangan yang bersangkutan serta para saksi 2 (dua) orang atau lebih dan dikuatkan oleh lurah atau kepala desa dengan dibubuhi tanda tangan dan cap jabatan sebagai tanda telah mengetahui adanya peristiwa atau perbuatan hukum tersebut. Dari pendapat di atas, akta di bawah tangan merupakan suatu dokumen yang
jabatan dari Kepala Desa atau Lurah yang bertujuan menguatkan perbuatan hukum
ari tetapi sebenamya secara hukum, akta di bawah tangan belum memiliki kekuatan hukum penuh. Akta di bawah tangan masih dapat disangkal dan dapat menjadi pembuktian yang sempurna bila ditambah dengan bukti-bukti lain dan diakui oleh para pihak. Apalagi untuk perbuatan hukum seperti jual beli tana
ktikan adanya jual beli tanah diperlukan akta otentik yang memiliki kekuatan hukum dalam hal pembuktian yang sempurna.
Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata adalah akta yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum, oleh dan di hadapan pejabat-pejabat umum
140
M. Pahala Siahaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan B Jakarta, hal. 119.
yang b
hukum, jenis akta yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang men
risnya atau orang-orang yang mendapat hak daripada mereka
tuan di atas memberi kepastian bahwa akta otentik mempunyai jian. Apabila
sem
Disinilah letak arti pentingnya akta otentik yang dalam praktek hukum sehari-hari erwenang untuk berbuat demikian itu di tempat di mana akta itu dibuat. Sehingga dari definisi akta otentik tersebut di atas, ada 3 (tiga) unsur adanya akta otentik yakni:
1. Unsur pertama adalah bahwa akta otentik dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut
gatur perbuatan hukum dimaksud oleh akta tersebut.
2. Unsur kedua adalah bahwa akta dibuat oleh dan dihadapan pejabat umum, hal ini berarti akta otentik dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta yang berkaitan dengan perbuatan hukum dimaksud dalam akta.
3. Unsur ketiga adalah sahnya akta otentik bila akta itu dibuat di wilayah kewenangan pejabat yang membuatnya.
Selanjutnya ketentuan akta otentik sebagai alat pembuktian diatur dalam Pasal 1870 KUH Perdata yang menentukan bahwa suatu akta otentik memberikan diantara para pihak beserta ahli-ahli wa
, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Keten
kekuatan pembuktian yang mutlak, apalagi akta tersebut memuat perjan
terjadi sengketa maka apa yang tersebut di dalam akta otentik merupakan bukti yang purna sehingga tidak perlu lagi dibuktikan dengan alat-alat pembuktian yang lain.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, menurut pendapat Effendi anginangin yang dikutip oleh John Salindeho, bahw
Per a untuk terhindar dari
sengke
ilikan tanah tersebut masih bisa digugat kebenarannya. Dalam Hukum Agraria juga telah disebutkan bahwa sebuah sertifikat ataupun peralihan tanah yang dilakukan dengan jual beli di hadapan PPAT dan telah didaftarkan baliknamanya juga masih dapat digugat sejauh yang menggugat dapat membuktikan bahwa tanah tersebut adalah miliknya, apalagi dengan bukti sebuah
apkan Menteri. 2) Sem
ta, anda harus membeli tanah dengan akta PPAT, jangan membeli tanah dengan akta di bawah tangan apalagi hanya dengan sekedar surat pernyataan atau kwitansi.141
Dari pendapat tersebut di atas, dapat dipahami perjanjian jual beli yang dilakukan dengan surat pernyataan dan hanya bukti kwitansi dapat menimbulkan sengketa dan merugikan pihak pembeli. Hal ini dikarenakan surat keterangan dan kwitansi belum dapat menjamin seseorang telah memiliki tanah secara utuh. Dalam hal ini keabsahan kepem
surat keterangan dan kuitansi.
Dalam Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 secara tegas disebutkan:
1) Bahwa Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditet
ua jenis akta PPAT diberi nomor urut yang berulang pada permulaan tahun takwin. Ketentuan ini diadakan agar tidak mempersulit warga desa yang
141
John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hal. 59.
bersangkutan, mengingat desa yang Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT sementara merupakan desa yang benar-benar terpencil.
akta ya
enting, karena berhubungan dengan seseorang terhadap suatu barang tertentu yang menjadi
j at khusus yang melaksanakan pembuatan akta sebagai
ka akta peralihan yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik standar khusus, karena akta tersebut bentuknya telah
Dengan demikian dari definisi akta dalam Pasal 1874 KUH Perdata yakni suatu salinan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa dan ditanda tangani. Maka dapat dilihat unsur-unsur penting suatu
kni kesengajan untuk menciptakan suatu bukti tertulis dan penanda tanganan tertulis. Oleh karena itu menurut Harun Al-Rasyid, ”fungsi akta dalam suatu bentuk peralihan khususnya jual beli sangat p
pemindahan hak milik miliknya”.142
PPAT merupakan pe ab
bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah. perbuatan hukum tersebut termasuk di dalam jual beli tanah. Bentuk Akta jual beli tanah telah ditentukan oleh Menteri Agraria. Selain dari pada itu mengenai akta jual beli, Badan Pertanahan Negara (BPN) telah menyediakan akta yang telah dicetak secara standar. Hal ini berkaitan dengan Pasal 96 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997, yang menyebutkan Pembuatan akta peralihan hak atas tanah harus dilakukan dengan menggunakan formulir sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala BPN.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, ma
142
Harun Al-Rasyid, Sekilas Tentang Jual Beli Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1987, hal. 64.
ditentu dilaksa
Pas tkan bahwa suatu akta otentik adalah akta
yang di hadapan pe
Untuk kesempurnaan kekuatan pembuktian, suatu akta otentik harus
Kekuatan bukti lahir menyangkut syarat-syarat formil bagi suatu akta otentik
akta otentik sepanjang tidak terbukti sebalik
kan oleh pemerintah, dan juga dapat dijadikan sebagai bukti telah nakan perbuatan hukum jual beli tersebut.
al 1868 KUH Perdata menyebu
buat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau di gawal umum yang berkuasa untuk itu dan tempat di mana akta dibuatnya.
mengandung adanya 3 (tiga) macam kekuatan pembuktian. Kekuatan pembuktian itu menurut Abdul Kadir Muhammad meliputi:
a) Kekuatan bukti lahir, b) Kekuatan bukti formil; c) Kekuatan bukti materil.143
terpenuhi atau tidak, jika terpenuhi maka syarat yang terlihat dari luar secara lahiriah sebagai akta otentik, dianggap sebagai
nya. Kekuatan pembuktian formal menyangkut soal kebenaran dari peristiwa yang tersebut dalam akta. Sedangkan pembuktian materil menyangkut kebenaran isi akta otentik, maksudnya hal yang tercantum dalam akta otentik tersebut apakah sama dengan kenyataannya. Agar suatu akta PPAT mempunyai nilai yuridis yang mempunyai kekuatan hukum pembuktian yang sempurna, maka menurut Supranowo akta PPAT tersebut harus dipenuhi 3 (tiga) syarat:144
hal 136.
Jakarta, 1990, hal. 20. 143
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, Alumni, Bandung, 1986 144
1. Syarat subjek yaitu para pihak yang melakukan perbuatan hukum adalah 2. Syarat Objek yaitu tanah yang dijadikan sebagai objek peralihan hak atas
jaminan hutang dan lain-lain).
tersebut adalah pejabat yang berwenang, dihadiri dua orang saksi yang merupakan akta otentik standar khusus yang ditetapkan berdasarkan pihak yang berwenang atau yang berhak.
tanah sah menurut hukum (tidak dalam persengketaan, tidak dalam 3. Syarat yuridis formal yaitu pejabat umum yang membuat akta peralihan
sudah dewasa disetujui oleh ahli waris (dalam hal hibah) dan akta PPAT peraturan perundang-undangan.
Dari ketentuan di atas dapat dijelaskan bahwa akta jual beli yang dibuat PPAT merupakan akta otentik, yang dalam penyelenggaraannya harus memenuhi
unsur-1997 tentang Pendaftaran Tanah, melarang PPAT untuk membuat akta untuk tanah yang belum terdaftar, jika kepada PPAT tidak disampaikan surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari Kantor etak di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor
unsur yakni dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk yang telah ditentukan oleh BPN, ditandatangani oleh para pihak, dihadiri oleh lebih sedikit dua orang saksi sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.
C. Peranan PPAT Dalam Pengalihan Tanah Non Sertifikat Dengan