• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

3.7 Fungsi Anggaran Sebagai Alat Pengawasan Manajemen

Oleh karena itu, pernyataan lengkap strategi perusahaan mencakup kombinasi yang koheren antara value-based strategy, generic strategy, dan grand strategy.

4. Rencana Laba

Pada akhirnya tahap paling rinci dari perencanaan adalah ketika manajemen mengoperasionalkan tujuan, sasaran, dan strategi yang telah ditetapkan ke dalam rencana laba.Rencana laba adalah gambaran keuangan dan naratif mengenai hasil yang diharapkan dari implementasi keputusan.Istilah rencana laba (anggaran) digunakan karena secara eksplisit rencana ini menyatakan sasaran dalam kurun waktu dan hasil keuangan yang diharapkan (pengembalian investasi, laba, biaya) untuk setiap bagian perusahaan.

3.7.Fungsi Anggaran Sebagai Alat Pengawasan Manajemen

Didalam fungsi anggaran sebagai pengawasan, perusahaan memakainya sebagai alat pengevaluasian kerja. Menurut Mathis dan Jackson (2006:303) menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Definisi ini tidak hanya terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan

34

melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut Harahap (2001:14) pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Maringan (2004: 61) pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan. Selain itu menurut Dessler (2009:2) menyatakan bahwa pengawasan (controlling) merupakan penyusunan standar seperti kuota penjualan, standar kualitas, atau level produksi, pemeriksaan untuk mengkaji prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, dan mengadakan tindakan korektif yang diperlukan.

Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya.Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik. Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.

35

Menurut Harahap (2001:246) mengemukakan bahwa sistem pengawasan yang efektif harus memenuhi beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan.Rencana merupakan standar atau alat pengukur pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan.Rencana tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau tidak.Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benar-benar dilaksanakan secara efektif.Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik.Atas dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan seorang bawahan. Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar dugaan. Ada beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :

a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya.

Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada penerimaan dan penggunaan dana.

36

b. Pengawasan harus mengikuti pola yang dianut organisasi.

Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau organisasi yang bersangkutan.Karyawan merupakan aspek intern perusahaan yang kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi. Ini berarti bahwa dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan pada organisasi yang bersangkutan.

c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi.

Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan benar-benar efektif, artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dalam organisasi. Dengan adanya identifikasi masalah atau penyimpangan, maka organisasi dapat segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.

d. Pengawasan harus fleksibel.

Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu memenuhi prinsip fleksibilitas.Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar dugaan.

e. Pengawasan harus ekonomis.

Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh diperlukan.Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila

37

tujuan pengawasan itu dapat direfleksikan dengan suatu sistem pengawasan yang lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat suatu sistem pengawasan dengan benar-benar merealisasikan motif ekonomi.

Menurut Husnaini (2001: 400), tujuan pengawasan adalah sebagai berikut: 1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,

penyelewengan, pemborosan, dan hambatan.

2. Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan, dan hambatan.

3. Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan.

4. Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kerja yang baik.

Menurut Maringan (2004:62), pengawasan terbagi 4 yaitu: 1. Pengawasan dari dalam perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan.

2. Pengawasan dari luar perusahaan

Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan .Ini untuk kepentingan tertentu.

38 3. Pengawasan Preventif

Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan.Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.

4. Pengawasan Represif

Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Menurut Ernie dan Saefullah (2005:327), jenis pengawasan terbagi atas 3 yaitu:

1. Pengawasan Awal

Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan.Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.

2. Pengawasan Proses

Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

3. Pengawasan Akhir

Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan. Menurut Griffin (2004:167) sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental dalam setiap prosesnya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

39

Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur.Strategi pengawasan harus konsisten dengan tujuan organisasi.Dalam penentuan standar, diperlukan pengidentifikasian indikator-indikator kinerja.Indikator kinerja adalah ukuran kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek yang diawasi.Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana keseluruhan maupun rencana-rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

2. Mengukur Kinerja

Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian besar organisasi.Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.

3. Membandingkan Kinerja dengan Standar

Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan (actual result) dengan standar yang telah ditentukan.Hasil pekerjaan karyawan dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin maupun laporan khusus.Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil untuk menyampaikan laporannya secara lisan. Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau sama dengan standar. Pada beberapa

40

perusahaan, perbandingan dapat dilakukan dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka berada pada urutan pertama di pasar.Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum.Namun dalam beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail.Jika kinerja lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.

4. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif

Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer.Setelah membandingkan kinerjadengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan yaitu mempertahankan status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah standar.Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :

1. Kekurangan faktor produksi.

2. Tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan resources lainnya dalam lingkungan organisasi.

41

Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Hasibuan (2001:247), sifat dan waktu pengawasan terdiri dari : 1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya. Preventive controll adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.

Preventive controll ini dilakukan dengan cara : a. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.

b. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan.

c. Menjelaskan dan atau mendmonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan itu.

d. Mengorganisasi segala macam kegiatan.

e. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi setiap individu karyawan.

f. Menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.

g. Menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan.

2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

42

b. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari tindakan perbaikannya.

c. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.

d. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.

e. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.

f. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training dan education.

3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung diperbaiki.

4. Pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,s misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.

5. Pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga dengan baik.

6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional dilakukan.

Menurut Ernie dan Saefulah (2005: 12), fungsi pengawasan adalah :

a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang ditetapkan.

43

b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.

c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.

Sedangkan menurut Maringan (2004: 62), fungsi pengawasan adalah : a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas

dan wewenang dalam melaksanakan pekerjaan.

b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.

Menurut Siagian (2003:112) proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan dua macam teknik yaitu:

a. Pengawasan langsung yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan.

b. Pengawasan langsung dapat berbentuk inspeksi langsung, on-the-spot observatiton dan on-the-spot report .

c. Pengawasan tidak langsung

d. Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupaun lisan.

44

Menurut Mulyadi (2007:770), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan adalah:

a. Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi. b. Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya

desentralisasi kekuasaan.

c. Kesalahan/penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan.

Pada Yakes Telkom Area I Sumatera, kegiatan pengawasan anggaran dapat dilihat dengan membandingkan anggaran dengan keadaan / realisasi sesungguhnya disamping membandingkan dengan data historis yang selalu dihubungkan dengan perkembangan perusahan dan permintaan penjualan. Dengan adanya hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Yakes Telkom Area I Sumatera dalam melakukan kegiatan pengawasan dengan membandingkan anggaran dengan realisasi sesungguhnya, seharusnya perusahaan juga menerapkan pencegahan atau mendeteksi kualitas yang buruk yang mungkin terjadi serta dilakukannya penilaian sebagai tahap akhir dalam proses pengendalian. Dengan melihat seberapa jauh perencanaan telah tercapai dan seberapa banyak penyimpangan yang terjadi sehingga dengan diketahuinya penyimpangan tersebut akan dianalisis tindakan apa yang harus diambil untuk perbaikan dimasa yang akan datang dan dapat mengukur seberapa jauh hasil kinerja dari setiap manajernya atau manajemen yang telah ditetapkan. Proses pengawasan atau pengendalian pada Yakes Telkom Area I Sumatera didefenisikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi perusahaan, dan kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan.

45

Dari uraian diatas dapat bahwa setiap melakukan operasi perusahaan harus terus menerus mengadakan pengawasan agar pihak manajemen berada pada batasan yang ditetapkan. Dengan adanya pengawasan maka standar untuk melakukan kegiatan operasional sudah ada, kemudian sistem akuntansi atau informasi lainnya akan menjadi realisasi yang dapat dibandingkan dengan standar ataupun sasaran yaitu anggaran. Perbedaan anggaran dengan realisasi tersebut dengan varians atau selisih / penyimpangan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Yakes Telkom Area I Sumatera dalam melakukan kegiatan operasinya dengan membandingkan realisasi dengan rencana dan melakukan tindakan perbaikan dari penyimpangan yang terjadi apabila dipandang perlu (jika ada penyimpangan yang merugikan) agar tetap mendapatkan sasaran yang telah ditetapkan.

Dari keterangan diatas Yakes Telkom Area I Sumatera telah melaksanakan pengawasan yang bermanfaat bagi perusahaan dan mencapai tujuan yang ditetapkan dengan meminimalisasi penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi.Perusahaan ini juga tetap dapat mengontrol hasil penjualan dan biaya operasional secara bulanan, triwulan ataupun kwartal.Apabila tidak tercapainya penjualan tersebut maka tindakan yang perlu diambil oleh perusahaan adalah meningkatkan motivasi karyawan dari berbagai bagian.

Penyimpangan yang terjadi, baik yang menguntungkan mapun yang tidak menguntungkan akan diadakan evaluasi oleh kepala cabang. Hasil evaluasi ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun anggaran periode berkutnya. Berikut ini akan disajikan tabel 3.3 mengenai laporan anggaran biaya operasional yang menunjukkan anggaran serta realisasinya terhadap perusahaan

46

Tabel 3.3. Laporan Anggaran Biaya Operasional Yayasan Kesehatan Telkom Area I Sumatera Tahun 2014

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Pada bulan Januari 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar Rp.177.003 atau dalam persentase realisasi sebesar 106,31%. Artinya, pendapatan jasa giro memberikan keuntungan bagi perusahaan sebesar 6,31%. Begitu juga pendapatan kunjungan dan pendapatan lain-lain berjalan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jadi tidak ada penyimpangan dalam hal pendapatan. Pada beban seperti beban SDM, beban administrasi dan umum, beban pelayanan kesehatan, beban pemeliharaan dan perbaikan, maupun beban penyusutan dan amortisasi juga berjalan sesuai dengan yang dianggarkan, tidak ada yang melampaui persentase realisasi di atas 100%. Artinya realisasi biaya-biaya tersebut tidak melebihi dari biaya yang dianggarkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan dalam hal beban.

2. Pada bulan Februari 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar (88,97%) dan pendapatan kunjungan (98,46%). Artinya, jumlah pendapatan yang diperoleh sudah berjalan dengan baik sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Beban SDM, beban administrasi dan umum, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban penyusutan dan amortisasi tidak melampaui persentase realisasi di atas

100% (≤100%). Artinya realisasi biaya-biaya tersebut tidak melebihi dari biaya yang dianggarkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan. Tetapi pada beban pelayanan kesehatan persentase realisasi mencapai 117,79% dengan penyimpangan (17,79%) dari anggarannya. Hal ini disebabkan adanya biaya yang melampaui anggaran

48

yang disebabkan oleh biaya quality control medic, biaya material kesehatan umum, biaya material kesehatan gigi maupun biaya pembinaan kesehatan dan peserta. Seharusnya perusahaan telah memprediksi biaya tersebut sebelum membuat anggarannya agar tidak terjadi lagi penyimpangan biaya.

3. Pada bulan Maret 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar (84,26%) dan pendapatan kunjungan (58,81%). Artinya jumlah pendapatan yang diperoleh sudah berjalan dengan baik sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Beban SDM, beban administrasi dan umum, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban penyusutan dan amortisasi tidak melampaui persentase realisasi di atas

100% (≤100%). Artinya realisasi biaya-biaya tersebut tidak melebihi dari biaya yang dianggarkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan. Tetapi pada beban pelayanan kesehatan persentase realisasi mencapai 124,95% dengan penyimpangan (24,95%) dari anggarannya. Hal ini disebabkan adanya biaya yang melampaui anggaran yang disebabkan oleh biaya quality control medic, biaya material kesehatan umum, biaya material kesehatan gigi maupun biaya pembinaan kesehatan dan peserta. Seharusnya perusahaan telah memprediksi biaya tersebut sebelum membuat anggarannya agar tidak terjadi lagi penyimpangan biaya.

4. Pada bulan April 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar (93,13%) dan pendapatan kunjungan (75,63%). Artinya jumlah pendapatan yang diperoleh sudah berjalan

49

dengan baik sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Beban SDM, beban administrasi dan umum, beban pelayanan kesehatan, serta beban penyusutan dan amortisasi tidak melampaui persentase realisasi di atas

100% (≤100%). Artinya realisasi biaya-biaya tersebut tidak melebihi dari biaya yang dianggarkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan. Tetapi pada beban pemeliharaan dan perbaikan persentase realisasi mencapai 117,26% dengan penyimpangan (17,26%) dari anggarannya. Hal ini disebabkan adanya biaya yang melampaui anggaran yang disebabkan oleh biaya pemeliharaan dan perbaikan kendaraan bermotor dinas, gedung, inventaris, alat pengolah dan peralatan medis. Seharusnya perusahaan telah memprediksi biaya tersebut sebelum membuat anggarannya agar tidak terjadi lagi penyimpangan biaya.

5. Pada bulan Mei 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar Rp.172.009 atau dalam persentase realisasi sebesar 103,31%. Artinya, pendapatan jasa giro memberikan keuntungan bagi perusahaan sebesar 3,31%. Begitu juga pendapatan kunjungan dan pendapatan lain-lain berjalan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jadi tidak ada penyimpangan dalam hal pendapatan. Beban SDM, beban administrasi dan umum, beban pemeliharaan dan perbaikan, serta beban penyusutan dan amortisasi tidak melampaui persentase realisasi di atas

100% (≤100%). Artinya realisasi biaya-biaya tersebut tidak melebihi dari biaya yang dianggarkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan. Tetapi pada beban pelayanan kesehatan persentase realisasi mencapai 161,55% dengan penyimpangan (61,55%) dari

50

anggarannya. Hal ini disebabkan adanya biaya yang melampaui anggaran yang disebabkan oleh biaya quality control medic, biaya material kesehatan umum, biaya material kesehatan gigi maupun biaya pembinaan kesehatan dan peserta. Seharusnya perusahaan telah memprediksi biaya tersebut sebelum membuat anggarannya agar tidak terjadi lagi penyimpangan biaya.

6. Pada bulan Juni 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh pendapatan jasa giro sebesar (96,89%) dan pendapatan kunjungan sebesar (164,81%). Artinya pendapatan kunjungan memberikan keuntungan bagi perusahaan sebesar 64,81%. Begitu juga pendapatan lain-lain berjalan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jadi tidak ada penyimpangan dalam hal pendapatan. Beban SDM, beban adminsitrasi dan umum, beban pelayanan kesehatan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan beban penyusutan dan amortisasi tidak terjadi penyimpangan biaya. Karena realisasi biaya-biaya tersebut berjalan sesuai dengan yang dianggarkan dan tidak ada yang melampaui persentase realisasi di atas 100%. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang merugikan perusahaan dalam hal beban. 7. Pada bulan Juli 2014, Yakes Telkom Area I Sumatera memperoleh

Dokumen terkait