• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: FUNGSI DAN PERUBAHAN TRADISI GANDAI

5.1 Fungsi Gandai Sebagai Fenomena Kontinuitas

Di antara kesepuluh fungsi musik yang ditawarkan oleh Alan P. Merriam, dalam hal ini penulis hanya menitikberatkan fungsi gandai pada fungsi pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetika, fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, dan fungsi pengintegrasian masyarakat dan semuanya merupakan wujud dari adanya kontinuitas yang masih tetap dipertahankan dan diterima di tengah-tengah masyarakat Pekal sampai sekarang.

Begitu pula seperti yang diungkapkan Narawati dan R.M Soedarsono adanya fungsi tari yang bersifat primer dan sekunder. Sifat sekunderlah yang menjadi wujud adanya kontinuitas.

5.1.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Tradisi ini berfungsi sebagai pengungkapan emosional dapat dilihat dari pantun, musik dan gerak yang disajikan. Untuk pantunnya banyak yang mengandung keluh kesah sehingga bagi yang menyaksikannya dapat ikut serta merasakan apa yang dirasakan pemantun. Hal ini juga sama dengan musik yang dibawakan. Perasaan sedih semakin terasa karena sunai dan edap yang dimainkan untuk mengiringinya,bahkan sampai mengangis.Pada penyajiannya dapat dilihat melalui teknik gerak Gandai itu sendiri, sehingga muncul suatu ungkapan untuk setiap ragam gerak Gandai yang disajikan. Pemusik pun sangat berpengaruh dalam menimbulkan emosi bagi penari maupun orang yang melihat Gandai tersebut sehingga semangat untuk menari.

5.1.2 Fungsi Penghayatan Estetika

Dapat dikatakan bahwa semua yang terlibat dalam acara malam begandai mampu menghayati Gandai yang disajikan. Dapat dilihat dari pemain sunai dan pemain edap yang dapat menyampaikan pesan yang mendalam mengenai musik yang mereka bawakan karena mereka menghayati permainan mereka. Bagi penari yang dapat menghayati musik yang dimainkan, maka akan tampak selaras antara gerakan tangan, kaki, dan badan saat begandai dengan irama yang dimainkan pemusik. Hal ini menunjukkan bahwa keselarasan itu muncul akibat adanya penghayatan estetis dari penari ketika mendengarkan alunan musik yang dimainkan.

5.1.3 Fungsi Hiburan

Tradisi ini merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Pekal termasuk bagi pengantin dan keluarga kedua pengantin. Hal ini dapat dilihat dari setianya mereka menikmati malam begandai tersebut sampai selesai, padahal acara ini selesai tengah malam. Berarti tradisi Gandai memberikan rasa senang atau bahagia bagi masyarakat Pekal yang membutuhkan.

Tradisi ini berkaitan erat dengan upacara perkawinan adat masyarakat Pekal, walaupun tidak diwajibkan ada pada upacara perkawinan masyarakatnya.

5.1.4 Fungsi Komunikasi

Merriam mengatakan bahwa musik walaupun tanpa syair sebenarnya telah dianggap mengkomunikasikan sesuatu. Sejalan dengan pendapat tersebut, fungsi Gandai sebagai media komunikasi dapat dilihat ketika alat musik pengiringnya yaitu sunai dimainkan bersama dengan edap pada saat malam begandai di upacara perkawinan adat masyarakat Pekal dan acara lainnya. Dalam hal ini, fungsi tradisi Gandai sebagai media komunikasi dapat dilihat secara horizontal, yakni komunikasi antara sesama manusia. Bisa dilihat dari segi penarinya yang harus bisa berkomunikasi yang baik dengan pemusik agar setiap gerak dapat digerakkan dengan baik dan indah sesuai dengan musik yang dimainkan.

Selain iu juga dapat dilihat antara masyarakat Pekal yang melihat tradisi ini. Tradisi ini sebagai perantara bagi masyarakat Pekal yang menyaksikannya untuk menyampaikan pesan-pesan kepada pengantin dan pengungkapan keluh kesah lewat pantun.

5.1.5 Fungsi Reaksi Jasmani

Pada tradisi ini saat musik dimainkan, alunan musik itu tidak hanya membuat penarinya menari namun masyarakat yang menyaksikannya pun ikut bergerak mengikuti irama musik, baik falam keadaan duduk maupun ikut berdiri. Dapat diartikan bahwa fungsi tradisi Gandai sebagai reaksi jasmani sejalan dengan fungsinya sebagai pengungkapan emosional dan fungsinya sebagai penghayatan estetis. Sebab reaksi jasmani muncul ketika adanya penghayatan yang menghasilkan emosional, dan emosional itu pun kemudian diungkapkan melalui reaksi jasmani. Sebagai wujud dari fungsi reaksi jasmani dapat kita lihat apabila pemusik bermain dengan baik, maka penari akan sangat senang menarikannya, begitu pula sebaliknya.

5.1.6 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial

Disini tradisi Gandai mempunyai fungsi yang berkaitan dengan norma-norma yang berlaku ada di masyarakat Pekal. Dapat dilihat dari syair-syair pantun yang bukan hanya berisi tentang pesan-pesan atau keluh kesah tetapi juga berisi tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti contoh:

Baik-baik mengambik daun Baik ngambik daun kecundang Senang ati kamuy didusun Enang akui tetap pemalang

Syair pantun diatas berisi tentang nasehat agar bergaul dengan sepantasnya bagi para pemuda dan pemudi desa Pasar Ketahun. Masyarakat Pekal masih sangat menjaga kehidupan mereka agar sejalan sesuai dengan norma-norma yang ada.

5.5.7 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat

Tradisi ini jika dipertunjukan pada malam begandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal dapat menimbulkan rasa kebersamaan bagi semua yang terlibat. Dapat dilihat dari keluarga yang datang dari tempat yang jauh. Mereka dapat melepaskan rindu dan merasakan kebersamaan dengan berkumpul dengan keluarga mereka pada saat tradisi ini dipertunjukan. Begitu pula antara penari dan pemusik dengan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan atau ikut serta terlibat. Orang-orang yang hadir dapat mengakrabkan diri dengan pemilik acara pada malam beganda tersebut atau berkenalan dengan orang baru.

5.5.8 Fungsi Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono

Menurut Narawati dan R.M. Soedarsono dalam Reny Yulyati (2013:22) membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1) kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) fungsi tari sebagai sarana ritual, (b) fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c) fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata.

Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka fungsi tradisi Gandai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder. Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan

mata pencaharian. Di dalam aktivitas tradisi Gandai, maka fungsi tradisi ini jelas sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Pekal. Tradisi ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara Perkawinan adat masyarakat Pekal. Selain itu di dalam tradisi ini juga terkandung fungsi presentasi estetik, artinya melalui tradisi ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan-gerakantari yang dipandang estetik menurut tata estetik Pekal, namun demikian tradisi ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata pencaharian. Walaupun bukan fungsi utama, di dalam setiap kegiatan Gandai terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan ekonomis.

Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari dalam rangka menarikan tradisi ini memerlukan dana yaitu untuk sanggul, menyewa pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tradisi Gandai dalam kebudayaan masyarakat Pekal memang kompleks juga. Ini dapat ditelusuri melalui kaitan tradisi ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti, religi, ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain.

Dokumen terkait