• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

A. Upaya Guru BK

3. Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling

Fungsi seorang guru bimbingan dan konseling di sekolah ialah membantu kepala sekolah beserta stafnya dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah dan membantu mengembangkan bakat dan minantnya. Menurut Lesmana fungsi guru bimbingan dan konseling, yaitu:

a. Sebagai konselor, ialah membuat asesmen, mengevaluasi, mendiagnosis, dapat memberikan rujukan, menjadi pemimpin kelompok, memimpin kelompok pelatihan, membuat jadwal, serta mengintepretasikan tes yang telah dilaksanakan.

b. Sebagai agen pengubah, adalah guru bimbingan dan konseling dapat menganalisis sistem, testing, mengevaluasi segalakegiatan bimbingan dan konseling, merencanakan program, dapat berhubungan dengan masyarakat dengan baik, menjadi konsultan dalam bidangnya, dapat membela kliennya, dapat berpenampilan sebgai guru bimbingan dan konseling yang dapat diandalkan dalam menyelesaikan setiap permasalahan kliennya. Serta memiliki jaringan/hubungan dengan berbagai pihak.

c. Sebagai agen prevensi primer, adalah menjadi pemimpin kelompok dalam pengajaran kepada orang tua siswa, menjadi pemimpin dalam berbagai pelatihan

misalnya keterampilan interpersonal, dapat merencanakan panduan untuk pembuatan keputusan pribadi dan keterampilan pemecahan masalah.

d. Sebagai manajer, ialah dapat membuat jadwal kegiatan bimbingan dan konseling, testing, perencanaan, membuat asesmen kebutuhan, mengembangkan survey dan/atau kuesioner, mengelola tempat, dan menyusun serta menyimpan data dan material.16

Sebagai seorang psycho-educator, guru bimbingan dan konseling harus kompeten dalam hal:17

a. Memahami komplesitas interaksi individu-lingkungan dalam ragam konteks sosial budaya.

b. Menguasai ragam bentuk intervensi psikologis baik antar maupun interpribadi dan lintas budaya.

c. Menguasai strategi asesmen lingkungan dalam kaitannya dengan keberfungsian psikologis individu.

d. Memahami proses perkembangan manusia.

Winkel & Hastuti mengemukakan beberapa fungsi dari guru bimbingan dan konseling, yaitu:

a. Fungsi penyaluran, ialah fungsi dalam membantu siswa mendapatkan program studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan di sekolah, memilih kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi peserta didik di sekolah yang bersangkutan, menentukan program studi lanjutan yang sesuai baginya di masa mendatang. Semua ini berarti bahwa siswa kerap

16Lesmana . Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling. (2005)h. 93

17Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. (Jakarta:Rajawali Pers. 2011) h. 117-122

dibantu untuk memilih di antara alternatif yang tersedia, seperti membantu siswa mandiri dalam merencanakan karirnya.

b. Fungsi penyesuaian, ialah fungsi dalam membantu siswa menemukan cara menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.

Misalnya, siswa harus dibantu untuk bergaul secara memuaskan dengan menentukan sikap di tengah-tengah kehidupan keluarganya.

c. Fungsi pengadaptasian, ialah fungsi sebagai narasumber bagi tenaga-tenaga pendidik yang lain di sekolah, khususnya pimpinan sekolah dan staf pengajar, dalam hal mengarahkan rangkaian kegiatan pendidikan dan pengajaran supaya sesuai dengan kebutuhan para siswa. Pelayanan ini tidak langsung diberikan kepada siswa, seperti fungsi penyaluran dan penyesuaian, tetapi tenaga bimbingan memberikan informasi dan usulan kepada sesama tenaga pendidik demi keberhasilan program pendidikan sekolah serta terbitnya kesejahteraan para siswa.18

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi guru BK ini yaitu sebagai seorang pendidik yang memiliki kemampuan untuk membantu siswa dalam mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi, serta memfasilitasi siswa dalam segala potensi yang dimilikinya.

Selain itu tugas guru BK juga berguna pemberian bantuan kepada peserta didik atau konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah - masalah sosial

18Irvan Budhi Handika, Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Peranan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional, Vol. 1, No. 1. 2017.

yang dialaminya sehingga mencapai kebahagian dan kebermaknaan dalam kehidupan.

Aspek perkembangan peserta didik atau konseli yang dikembangkan meliputi : 1. Berempati terhadap kondisi orang lain

2. Memahami keragaman latar sosial budaya 3. Menghormati dan menghargai orang lain

4. Menyesuaikan dengan nilai dan norma yang berlaku 5. Berinteraksi sosial yang efektif

6. Bekerjasama dengan orang lain secara bertanggung jawab 7. Mengatasi komflik

4. Kewajiban dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling

Tanggung jawab guru bimbingan dan konseling ialah untuk menstimulasi diskusi dan sesekali menyimpulkan apa yang telah dibicarakan dan memberikan pengarahan supaya pembicaraan tidak melangkah terlalu jauh dari topik, memiliki nilai sikap, keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi bimbingan dan konseling yang harus dimiliki konselor yaitu:

a. Konselor wajib terus menerus berusaha untuk mengembangkan dan menguasai dirinya.

b. Konselor wajib memaparkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.

c. Konselor wajib memiliki rasa tanggung jawab kepada saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya.

d. Konselor wajib berusaha mutu kerja yang tinggi dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi termasuk materil, finansial dan popularitas.

e. Konselor wajib terampil dalam menggunakan teknik dan prosedur khusus dengan wawancara luas dan kaidah-kaidah ilmiah.19

Konteks tugas konselor itu mencakup wilayah layanan yang bertujuan memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera.20

Menurut Bimo Walgito dalam Samsul Munir Amin, seorang guru bimbingan dan konseling mempunyai tugas-tugas tertentu, ialah sebagai berikut:

a. Mengadakan penelitian dan observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah baik mengenai peralatan tenaga penyelenggaraan, maupun aktivitas yang lain.

b. Hasil penelitian dan observasi tersebut, guru bimbingan dan konseling berkewajiban memberikan saran-saranb atau pendapat kepada kepala sekolah atau staf pengajar yang lain demi kelancaran dan kebaikan sekolah.

c. Menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak yang ada di sekolah.

d. Kecuali hal-hal tersebut di atas, pembimbing dapat mengambil langkah-langkah lain yang dipandang perlu untuk kesejahteraan sekolah atau persetujuan kepala sekolah.

19Fenti Hikmawati. Bimbingan Konseing, ... , h. 54-55

20Wardiati. Implementasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Jakarta:Prestasi Pustakakarya. 2001) h. 67

Menurut Prayitno dan Amti, tanggung jawab guru bimbingan dan konseling kepada siswa, yaitu:

a. Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik.

b. Memberikan perhatian akan kebutuhan siswa dan mendorong pertumbuhan serta perkembangan yang optimal.

c. Memberikan informasi kepada siswa tentang teknik bimbingan dan konseling, serta langkah yang harus dilalui untuk mendapatkan layanan bimbingan dan konseling.

d. Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan nilai yang berlaku, tanpa paksaan nilai tertentu kepada siswa.

e. Menjaga atau merahasiakan informasi yang disampaikan siswa.

f. Memberikan informasi kepada pihak tertentu yang berkaitan dengan permasalahan siswa.

g. Memberikan informasi perkembangan dan hasil bimbingan dan konseling kepada siswa dengan cara sederhana dan mudah dimengerti.

h. Memberikan saran dan rujukan kasus secara tepat.21 B. Keterampilan Sosial

1. Pengertian keterampilan sosial

Keterampilan sosial ialah kemampuan seseorang untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain.22 Keterampilan untuk hidup bekerjasama dengan lingkungannya, mengahargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan

21Beti Malia Rahma Hidayati,An-Nafs, Peran Bimbingan dan Konseling di Madrasah (Pendalaman Kasus Sistem Bidang Psikologi Pendidikan), Vol, 4 No. 1, 2019.

22 Mustaqim. Psikologi Pendidikan , Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. ( Semarang . 2008 ) h. 156

pendepat dan segala keluh kesah dari orang lain, atau menerima umpan balik, memberi dan menerima kritik dari orang lain serta bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Apabila keterampilan sosial di kuasai oleh remaja maka remaja akan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Samsul dan Marrel merumuskan keterampilan sosial sebagai suatu yang kompleks, multidimensi dan interaktif kontruks yang mencangkup faktor sosial, sikap, kognitif dan emosional.

Menurut Riggio keterampilan sosial adalah kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal termasuk ekspresivitas, sensitivitas, dan kontrol. Ekspresivitas mengacu pada keterampilan berkomunikasi atau mengirim pesan kepada orang lain. Sensitivitas mengacu pada keterampilan menerima dan menafsirkan pesan yang dikomunikasikan orang lain. Kontrol mengacu pada keterampilan yang mampu mengatur dan mengelola kemampuan proses komunikasi. Keterampilan sosial memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain dengan sukses. Menurut Thompson keterampilan sosial adalah keterampilan untuk mengatur pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam suatu tindakan atau perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain

Elksnin dan Elksnin mengatakan bahwa keterampilan sosial ialah kemampuan khusus yang menyebabkan seseorang yang dapat mengerjakan tugas sosial secara kompeten ( cakap atau terampil ). Keterampilan sosial secara umum dapat dipahami sebagai perilaku yang diperkuat sesuai dengan usia remaja dan situasi sosial yang yang mengakibatkan penerimaan dan penilaian positif dari orang lain serta tidak mengakibatkan hukuman.

Keterampilan sosial yaitu keterampilan yang diperoleh oleh individu melalui proses belajar yang digunakan dalam hubungan dengan lingkungan dengan cara baik dan tepat. Keterampilan sosial yaitu jenis keterampilan yang meliputi keterampilan kerjasama, gotong royong, tolong menolong dan sebagainya. Keterampilan ini juga merupakan jenis keterampilan dalam melakukan kegiatan sebagai makhluk sosial untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Kosasih Djahiri menyatakan bahwa anak muda perlu turut serta dalam realita kehidupan bukan hanya sebagai penonton, melainkan langsung sebagai pelaku. Namun sebelum dan selama proses partisipasi tersebut remaja perlu dibina, di tuntuni sehingga tidak terjadi suatu kesenjangan.23

Keterampilan sosial yaitu kemampuan untuk menciptakan hubungan sosial, yang serasi dan memuaskan. Penyesuaian terhadap lingkungan sosial dan memecahkan permasalahan sosial yang di hadapi serta mampu mengembangkan aspirasi dan mengembangkannya. Keterampilan sosial dapat berupa keterampilan komunikasi, manajemen marah situasi konflik dan lain sebagainya.24

2. Proses Sosial Siswa

Sosialisasi terjadi karena lingkungan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti bahasa, berjalan, duduk, makan, apa yang dilakukan, berkelakuan sopan, mengembangkan sikap yang di anut dalam masyarakat, seperti sikap terhadap agama, seks, orang yang lebih tua, pekerjaan, rekreasi dan segala sesuatu yang perlu bagi masyarakat yang baik.

23 Nasution. Sosiologi Pendidikan. ( Jakarta : Bumi Aksara. 2014 ). H. 126

24 Abdullah Aldi. Sosiologi Individu, Masyarakat, Pendidikan. ( Depok. PT. Raja Grafindo Persada. 2014 ).

H. 99-100

Dalam interaksinya anak dan lingkungannya ia lambat lain mendapatkan kesadaran akan dirinya sebagai pribadi, ia dapat mengembangkan kelakuan apa yang di harapkan orang lain dari padanya. Contohnya anak merasakan kesalahan dan meminta maaf. Dengan menyadari sebagai pribadi ia dapat menentukan tempatnya sebagai struktur sosial. Dengan mengharapkan konsekuensi positif bila berkelakuan menurut norma atau akibat negatif karena melanggar aturan yang ditetapkan.

3. Bentuk Dari Proses Sosial Siswa

Menurut Park dan Burgess menyebutkan ada empat bentuk paling fundamental dari proses sosial yaitu

a. Kompetisi

Kompetisi ialah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berlomba-lomba untuk memperebutkan sumber daya yang jumlahnya terbatas. Perebutan sumber daya bisa dilakukan secara baik atau tidak. Di masyarakat, kita bisa melihat bagaimana kompetisi di atur sesehat mungkin. Namun selalu ada saja cara-cara yang tidak baik yang digunakan demi meraih tujuan.

Contoh, seseorang ikut seleksi masuk universitas ternama dengan mengunakan jasa calo. Cara ini jelas tidak baik, tujuan menghalalkan segala cara adalah dalil sesat dalam kompetisi. Banyak sekali keberadaan institusi sosial disekitar kita yang didesain agar orang yang hidup didalamnya berkompetisi. Bahkan mungkin institusi sosial tidak bisa hidup tanpa kompetisi.

Contoh lain, sekolah tempat kita belajar, setiap pagi kita harus sudah datang sebelum jam masuk, kalau tidak kita akan mendapatkan teguran. Jika teguran itu kita dapatkan berulang ulang,bisa saja nilai rendah sehingga tidak naik kelas. Teman sekelas kita sudah mau lulus, kita masih berteman dengan adek kelas, datang kesekolah itu sendiri sudah berupa kompetisi.

b. Konflik

Konflik yaitu proses sosial dimana untuk mendapatkan sumber daya atau keuntungan, satu pihak harus menjegal pihak lain dengan mengunakan ancaman dan kekerasan. Konflik adalah bagian dari dinamika sosial. Siswa yang sedang berkonflik tensinya naik, sistem sosial tidak stabil dan hawanya panas.

4. Ciri ciri keterampilan social

Keterampilan sosial terdapat ciri-ciri keterampilan sosial, antara lain:

a. Perilaku Interpersonal Perilaku interpersonal yaitu perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan menjalin persahabatan.

b. Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:

keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sebagainya. 25

25 Muhsinatun Siasah Masruri. Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Mata Pelajaran IPS.

(Yogyakarta : Uniersitas Negri Yogyakarta). 2015. H, 6

c. Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti:

mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

d. Penerimaan Teman Sebaya Hal ini didasarkan dari individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.

e. Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan ini begitu diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif. Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki keterampilan sosial ialah: siswa yang berani berbicara, memberi pertimbangan yang mendalam, memberikan respon yang lebih cepat, memberikan jawaban secara lengkap, mengutarakan bukti-bukti yang dapat meyakinkan orang lain, tidak mudah menyerah, menuntut hubungan timbal balik, serta lebih terbuka dalam mengekspresikan dirinya

5. Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial

Terdapat empat aspek yang mempengaruhi keterampilan sosial ialah keluarga, lingkungan, kepribadian dan kemampuan penyesuaian diri. Keempatnya dijelaskan sebagai berikut: 26

a. Keluarga

Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) di mana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudarasaudaranya. Dengan komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi.

Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dan lain sebagainya hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak. a.

Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam

26 Tita Setiani. Keterampilan Sosial Siswa Pada Pembelajaran IPS. (Jakarta : Universitas Yogyakarta). 2014.

H. 18

keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis (broken home) dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dan lain sebagainya hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak. Hubungan anak dengan anggota keluarga menjadi landasan sikap anak terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum.

b. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.

Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Selain pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah

mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau kakek dan nenek saja.

c. Kepribadian

Penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu menggambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).

Dalam hal ini amatlah penting bagi seorang siswa untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Di sinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal hal fisik seperti materi atau penampilan.

d. Kemampuan

Penyesuaian Diri berguna bagi tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar seorang siswa mudah menyesuaikan diri dengan kelompok, maka tugas pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya.

Dengan cara ini, seorang siswa tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari 15 guru/orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima

oleh orang lain/kelompok. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, serta kemampuan dalam penyesuaian diri.

Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor keluarga, lingkungan, kepribadian, kemamapuan dalam penyesuaian diri.

Dokumen terkait