• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kegiatan Ekstrakurikuler

5. Fungsi kegiatan ekstrakulikuler

Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakulikuler mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Pengembangan : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial: fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan suasan rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi perserta didik yang menunjang proses pengembangan.

d. Persiapan karir : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.19

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan akan terwujud, Apabila pengelola kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan baik khususnya pengaturan peserta didik, peningkatan disiplin peserta didik, dan semua petugas dilingkungan sekolah.

C. Teater

a. Pengertian Teater

Kata “teater” berasal dari kata yunani kuno “theatron” yang kurang lebih berarti “tempat pertunjukan”. Teater yang dimaksud disini hanya terdiri pada arti asal kata itu saja, akan tetapi memiliki pengertian yang lebih luas dan dalam. Secara tersirat teater mengandung pengertian sebagai berikut : Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya, wujud dalam suatu karya (seni). Di dalam menyatakan

19Hermellawati, “Pembinaan Nilai Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Teater Di Smk Nusantara Tangerang” (skripsi s1 fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, UIN Syahid Jakarta, 2013), h. 22.

rasa dan karsanya itu, alat atau media utama yang di tunjang oleh unsur gerak, unsur suara, atau bunyi dan unsur rupa.20

Teater juga bisa diartikan mencakup gadung, pekerja ( pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi-pentas/peristiwanya). Semantara itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan, baik dipanggung maupun di arena terbuka. Jika peristiwa tontonan mencakup „tiga kekuatan‟ (pekerja-tempat-komunitas penikmat/penonton), atau ada „tiga unsur‟ (bersama-saat-tempat), maka peristiwa tersebut adalah teater.21

Sebagai suatu genre sastra teater mempunyai kekhususan dibandingkan dengan genre sastra puisi ataupun gere fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap teater lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret. Teater tidak dapat diperlakukan sebagai puisi ketika mancoba mendekatinya, karena puisi penekaannya sebagai suatu hasil cipta intuisi imajinasi penyair. Teater secara luas diartikan segala jenis pertunjukan yang ditampilkan didepan penonton dan secara terbatas dapat diartikan sebagai drama, yaitu penuturan hidup dan kehidupan manusia yang ditampilkan diatas pentas.22

Teater sebagai media media ekspresi, teater tetap menjadi salah satu kanal yang penting kedudukannya. Sebagai seni pertunjukan yang banyak mengandung banyak unsur seni lain dalam penyajiannya, kehadiran teater dalam masyarakat selalu terasa istimewa. Karena sesuai tradisinya, teater selalu memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Pesan yang terkandung dalam teater, bisa disajikan secara terpisah atau sebagai satu kesatuan melalui tari, musik, visual, akting, dan sebagai unsur seni lainnya. Uniknya, masing-masing penonton memiliki

20

Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 21.

21

N Riantiarno, Menyentuh Teater, (Jakarta: MU;3 Books,2003) h.7

22

Hasanuddin WS, Drama, Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis, (Bandung: Percetakan Angkasa Jl. Kiaracondong 437 1996), h. 1.

interpretasi berbeda terhadap pesan tersebut. Inilah antara lain yang membuat seni teater terasa istimewa bagi penikmatnya.23

Teater dapat diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain fan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi pentas-peristiwa). Sementara itu, ada yang mengertikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan (seni pertunjukkan tradisional-rakyat-kontemporer). baik dipanggung tertutup maupun di arena terbuka. Jika peristiwa tontonan mancakup “Tiga Kekuatan” (pekerja-tempat-penikmat), atau ada “ Tiga Unsur “ (bersama-saat-tempat) maka peristiwa itu adalah teater.24

Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya, wujud dalam suatu karya (seni).25

Teater istilah lain dari drama. Drama lebih merupakan „penciptaan kembali‟ realitas kehidupan. Aristoteles menyebutnya „peniruan gerak‟ dengan menanfaatkan unsur-unsur aktivitas yang nyata.26

Menurut Hasanuddin WS, drama adalah kesenian yang meluiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Adapun pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.27

Berdasarkan etimologi kata drama berasal dari bahsa Yunani dram yang berarti gerak, tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerak para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerak itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Drama disebut juga sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran.

23

Ratna Riantiarno,Biertolt Brecht Mother Courage And Her Children IBU Teater Koma, Jakarta 2013.

24

Riantiarno, Kitab Teater, ( Bandung: Gramedia, 2011), h.1.

25

Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 1, h. 21.

26

Rahmanto, Drama, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet.1, ha. 131.

27

Hasanuddin WS, Drama, Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis, (Bandung: Percetakan Angkasa Jl. Kiaracondong 437 1996), h. 2

Sedangkan teater dipungut dari bahasa Inggris theatre yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theatre bahasa Inggris itu berasal dari bahsa Yunani theatron yang artinya takjub melihat.28

Drama memang dekat sekali dengan fiksi, beberapa pengertian seperti alur, tema, latar, penokohan, dan konflik bisa kita kenakan pada keduanya. Hanya dalam pementasan tokoh serta peristiwa menjelma “betul-betul” atau dengan kata lain, sutradara dan pemain telah mengunyahkan drama tersebut untuk penonton.29

Banyak orang berasumsi drama itu sekedar tontonan, memang tidak keliru anggapan ini hampir semua drama dipentaskan memang untuk ditonton. Drama tanpa penonton jelas sulit ditafsirkan apakah drama itu menarik atau tidak. Karena yang dapat memberikan apresiasi adalah penonton, siapa pun dan apa pun latar belakangnya. Apalagi kalau dirunut dari aspek etimologi istilah drama berasal dari akar tunjang “drama” dari bahasa Yunani Kuno yang berarti melakukan (aktion) atau berbuat sesuatu (Ahmadi, 1990). Wiyanto sedikit berbeda, katanya gerak dan aksi adalah mirip. Jadi, tindakan dan gerak merupakan ciri utama drama. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi yang menuntun lakon. Sama dengan yang dikatakan oleh (Soemanto, 2001) bahwa drama adalah gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan puisi dan prosa fiksi. Dalam bahasa Perancis drama disebut drame yang artinya lakon serius. Serius yang dimaksud tidak berarti drama melarang adanya homor.30

Dapat disimpulkan bahwa teater adalah sekelompok orang-orang yang ingin mengasah dirinya di atas panggung dalam peran dan

28

Asul Wiyanto. Terampil Bermain Drama, (Jakarta,PT Grasido, Jl. Palmerah Selatan 2002), h.1-3

29

Sapardi Djoko Darmono, Drama Indonesia,(Cirendeu, Ciputat, Komplek Dosen UI no 13, 2010), h 4

30

Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama,( Jakarta, PT Buku Seru Jl. Kelapa Hijau No 22 Jagakarsa), h.11

mempertunjukkan dirinya yang sebenarnya. Teater tersebut dapat membentuk karakter yang kuat karena didalam kelompok teater tersebut bersama-sama membangun rasa cipta dalam satu tujuan.

Pertunjukan teater atau drama merupakan kesenian yang sangat kompleks. Seni drama bukan saja melibatkan banyak seniman, melainkan mengandung banyak unsur. Unsur dalam drama adalah naskah, pemain, sutradara, tata rias, tata busana, tata lampu, tata panggung, tata suara, dan penonton. Jika salah satu dari unsur tesebut tidak ada maka pertunjukan drama tersebut tidak akan pernah tejadi.

Demikianlah, pengertian terhadap teater atau drama sebaiknya memang dengan menempatkan kesadaran bahwa teater adalah karya yang memiliki dua deminsi kerakteristik, yaitu dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan. Pemahaman terhadap teater pada masing-masing dimensi akan wajar jika berbeda karena unsur yang membangun dan membantuk teater pada msing-masing dimensi lain, yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman menyeluruh terhadap teater sebagai kerya dua dimensi tersebut.

34 A. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen terkait