• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI KEGIATAN EKSRAKURIKULER TEATER DI SMAN 66 JAKARTA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI KEGIATAN EKSRAKURIKULER TEATER DI SMAN 66 JAKARTA SELATAN"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Mohamad Sahrulloh

1111013000060

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Mohamad Sahrulloh

Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui kegiatan ekstrakurikuer teater di SMAN 66 Jakara Selatan.

Bentuk kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah, salah satunya adalah ekstrakurikuler teater yang ada di SMAN 66 Jakarta Selatan yaitu teater Teras (Teater Anak Seni) 66 ontime/Terasontime yang sudah berjalan sejak tahun 2008 hingga saati ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai bagaimana peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMAN 66 Jakarta Selatan. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi partisipatif, wawancara terstruktur dan dokumentasi.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler teater ini mampu mendukung peserta didik dalam mengembangkan bakat aktingnya dan juga mampu mengimplikasikan apa yang mereka dapat di kegiatan ekstrakurikuler teater yang mampu diterapkan didalam kelas terutama untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater untuk nilai mata pelajaran bahasa Indonesianya pun rata-rata sangat bagus dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater. Untuk itu dengan nilai bahasa Indonesia yang melebihi rata-rata peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater ini lebih semangat dalam mengikuti kegiatan ini dan lebih termotivasi lagi.

(6)

ii

Mohamad Sahrulloh

Learning of Indonesian language through an exstracurricular activity of theater in SMAN 66 South Jakarta.

There’s various kind of exstracurricular in the school, one of them is exstracurricular of theater in SMAN 66 South Jakarta that is child theater arts (teater anak seni) 66 ontime/terasontime that has began since 2008 until now.

This research has a purpore to knows about how the students who join the exstracurricular activity of theater in learning Indonesian language in SMAN 66 South Jakarta. The researcher used qualitative approach and descriptive research. Data gathering technique that was used by the researcher is partisipative observation, a structural interview and documentation.

This implementation of those activities can support the students to develop their acting talent and also can implies what they got in the exstracurricular activity of theater that can be applied in the classroom especially when there’s an Indonesian language subject. The students who join those activities has a better mark compared to the student who didn’t join. Because of that the student who join the exstracurricular activity of theater with the mark above average for Indonesian language will be more spinted to attend this activity and be more motivated again.

(7)

iii

Alhamdulillah, segala puji syukur ke hadirat Allah Swt, yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikitnya sampai akhir zaman.

Adapun penulisan skripsi ini diajukan untuk mendapatkan gelas sarjana pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunujuk, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dona Aji Karunia, M. A. Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu penulis dalam menjalani proses pendidikan

4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd. selaku dosen pembimbing bagi peneliti, yang telah banyak memberikan pengarahan, pengetahuan dan bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membantu peneliti dalam

(8)

iv

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6. Drs. H. Sukarmo, M.Pd. Selaku kepala sekolah SMAN 66 Jakarta Selatan yang telah memberikan izin penelitian skripsi di sekolah SMAN 66 Jakarta Selatan.

7. Nani Permani, S.Pd. selaku Pembina kegitan ekstrakurikuler teater yang telah menyempatkan waktunya untuk peneliti dalam mengerjakan skripsi didalam kegiaatan ekstrakurikuler teater.

8. Sri Hidayah, M.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang juga telah mamberikan waktunya dalam penelitian ini, dan selalu memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan teruntuk para guru-guru dan staf di SMAN 66 Jakarta Selatan yang salalu mensuport dalam penelitian ini berlangsung di SMAN 66 Jakarta Selatan tanpa beliau semua penulisan ini tidak akan berlajan dengan lancar.

10. Ibunda tercinta (Siti Holilah) yang selalu menyelipkan nama anaknya di setiap doanya dan selalu memberikan motivasi serta semangat mulai dari awal perkuliahan hingga menjalani masa penulisan skripsi.

(9)

v

12. Teman-teman PPKT Muhamad Adi Alfian, Ratna Afiani, Annisa Putri, Ismi Anggraini, dan Widi Widagdo yang selalu memberikan semangat dalam penulisan ini ketika sedang PPKT berlangsung.

13. Teman-teman Forsa divisi Sepakbola UIN Jakarta yang selalu memberikan semangat agar penulisan ini segera tersesaikan.

14. Teman-teman pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2011. 15. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu peneliti. Akhir kata, semoga Allah SWT melimpahkan keberkahan dan segala bimbingan, bantuan dan jasa semua pihak yang telah diberikan kepada peneliti.

Jakarta, 9 Juli 2015

(10)

vi

ABSTRAK ... i

ABSTRACT……….ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Identifikasi Masalah……….4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...4

1. Pembatasan Masalah... . 4

2. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 7

A. HAKEKAT PEMBELAJARAN ... 7

1. Pengertian Pembelajaran ... 7

2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran... 10

a. Faktor Intren………11

b. Faktor Ekstren………..13

c. Faktor Guru………..14

d. Faktor Siswa………...15

e. Faktor Sarana dan Prasarana………16

f. Faktor Lingkungan………..16

3. Mengajar yang Efektif…...………...17

4. Peranan Guru………19

B. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER ... 22

1. Pengertian kegiatan ekstrakurikuler ... 22

2. Manfaat kegiatan ekstrakurikuler ... 24

3. Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler ... 26

4. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler....……….27

5. Fungsi kegiatan ekstrakurikule...………28

C.TEATER……….28

(11)

vii

4. Sumber Data ... 35

5. Teknik Pemilihan Informan ... 36

6. Teknik Pengumpulan Data ... 37

7. Teknik Analisa Data ... 40

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 40

9. Tinjauan Pustaka ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH DAN ANALISIS HASIL TEMUAN PENELITIAN ... 42

A. Sejarah Singkat SMAN 66 Jakarta Selatan ... 42

B. Identitas SMAN 66 Jakarta Selatan ... 44

C. Visi dan Misi SMAN 66 Jakarta Selatan ... 45

D. Kegiatan Ekstrakurikuler SMAN 66 Jakarta Selatan………...46

E. Sejarah Teater SMAN 66 Jakarta Selatan……..………...47

F. Guru yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler teater...……...48

G. Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Teater, di SMAN 66 Jakarta Selatan ... 49

1. Faktor yang mempengaruhi tahap pembelajaran ... 51

a. Faktor intern ... 51

b. Faktor ekstren ... 56

H. Kontribusi Sekolah Dalam Meningkatkan Kegiatan ekstrakurikuler teater, Serta Peran Guru Bahasa Indonesia Dalam Meningkatkan Pembelajaran agar dapat berjalam dengan Efektif di SMAN 66 Jakarta Selatan………...61

1. Kontribusi Sekolah...61

2. Peran Guru……….. ...62

3. Sarana dan Prasarana………66

BAB V PENUTUP ... 68 A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ...69 DAFTAR PUSTAKA...70 LAMPIRAN - LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel Informen ...37

Table 4.4 Guru yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler teater... 49

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui banyak hal dan dapat belajar segala sesuatu yang ingin diketahuinya. Dengan berkembangnya pendidikan di suatu negara akan meningkatkan proses kecerdasan manusia.. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia yang ada. Hal ini, sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, karakter dan peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Di Indonesia saat ini pendidikan sudah mulai berkembang wajib sekolah selama 9 tahun dan program sekolah gratis dengan jenjang dan status sekolah negeri SD, SMP, SMA dan dilanjutkan ke Perguruan Tinggi.

Pendidikan juga akan membantu manusia untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh setiap manusia di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Peranan pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan sehari hari.

Pendidikan itu ada formal, dan nonformal pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilakukan atau dilaksanakan dengan kurikulum atau dengan waktu yang telah ditentukan, misalnyna proses pembelajaran di dalam kelas. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah itu sendiri untuk menggali kreativitas peserta didik, biasanya sekolah mengadakan program kegiatan tambahan yang dilakukan di luar jam pelajaran, yaitu kegiatan ekstrakurikuler.

(13)

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan yang ditujukan untuk menambah wawasan dan keterampilan peserta didik. Kegiatan ekstrkurikuler yang beragam dapat membantu mengembangakan kretivitas, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang terdapat di dalam kegiatan yang ada di sekolah, seperti teater yang dapat mengembangkan minat dan mengaplikasikan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Seorang peserta didik akan mendapatkan prestasi jika peserta didik tersebut mempunyai minat dan kemauan yang kuat untuk berprestasi. Dengan adanya minat yang besar tersebut, Peserta didik merasa senang mengerjakan sesuatu atau ilmu yang diberikan oleh gurunya. Seorang peserta didik yang mempunyai minat dalam belajar, Maka peserta didik tersebut akan lebih semangat dalam mempelajari pelajaran yang diberikan guru.

Kegiatan ekstrakurikuler tidak akan berjalan aktif jika peranan kepala sekolah, guru, pembina, pembimbing, dana, dan fasilitas saja tidak seimbang dengan minat serta kamampuan yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Jika peserta didik kurang berperan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya, kegiatan ekstrakurikuler ini sangat penting untuk lingkungan sekolah, Maupun interaksi antara guru dengan peserta didik saat berada di dalam kelas. Peserta didik itu yang akan membuat kegiatan ekstrakurikuler itu dapat berjalan dengan baik, perlu ada bimbingan atau pembinaan terhadap nilai-nilai yang ada didalam kegiatan esktrakurikuler tersbut.

Terlihat berbeda seorang peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan peserta didik yang tidak mengikuiti kegiatan ekstrakurikuler, akan terlihat pula ketika peserta didik tersebut berperan aktif dalam berorganisasi, dalam menerima pelajaran di sekolah, lebih disiplin, menaati tata tertib, kemampuan bersosialisasi dengan teman-temannya, dengan guru terutama serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dengan masyarakat.

(14)

Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah yaitu: Teater, Kepramukaan, Palang Merah Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA), Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Tari saman, Futsal, Dance, Rohis, dan lain-lain. Peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat mempengaruhi lingkungan sekolah dan mengimplikasikannya di dalam kelas serta membangun nilai kreativitas. Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas pembelajaran bahasa Indonesia melalui program ekstrakurikuler teater di SMAN 66 JakartaSelatan.

Seperti yang dijelaskan menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Varhagen, teater adalah suatu kegiatan yang berbentuk ekspresi seperti suara, bunyi, rupa (wujud), disiplin, berkomunikasi, dan bekerjasama. Dalam teater seseorang akan dapat lebih membentuk dirinya sendiri sesuai dengan karakter mereka. Teater merupakan kegiatan yang dapat menciptakan kebersamaan kemudian menjaga serta membangun imajinasi seluas mungkin.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui nilai pembelajaran bahasa Indonesia melalui kegiatan ekstrakurikuler teater. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia membutuhkan bentuk ekspresi seperti percaya diri, suara, bunyi, dan rupa (wujud). Proses ekspresi itu dapat dibentuk melalui proses pembelajaran formal dan non formal di sekolah (ekstrakurikuler), dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran ekstrakurikuler itu dan untuk pembelajaran bahasa Indonesia.

Sekolah beserta jajarannya seperti kepala sekolah dan guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam merangsang dan membina peserta didik dalam mengikuti kegiatan yang bermanfaat seperti kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan tambahan (ekstrakulikuler), Dengan penyedian fasilitas, dana, pembina, dan kegiatan ekstrakurikuler yang bervariasi sehingga peserta didik tidak jenuh dan dapat sesuka hati memilih kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minatnya.

(15)

Kegiatan ekstrakurikuler di SMAN 66 Jakarta Selatan ini masih dikatakan belum optimal dalam pada pembinaan kegiatan eksrakurikuler teater, yaitu dapat dilihat pada pihak sekolah yang kurang memberikan perhatian dan bimbingan pada peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater khususnya.

Masih terdapat peserta didik yang kurang disiplin dalam proses pembelajaran berlangsung, ada yang datangnya terlambat, ada yang tidak memperhatikan (menyendiri) dan kurang komunikasi dalam kerjasama. Sehingga tidak sedikit peserta didik yang berminat untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler teater agar peserta didik tersebut mempunyai rasa percaya diri yang kuat, berdisiplin dan dapat bekerjasama dengan baik. Serta masih kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh peserta didik ketika berbicara di depan kelas.

Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Teater, di SMAN 66 Jakarta Selatan”.

B. Identiikasi Masalah

Berdasarka urain yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Siswa kurang tertarik terhadap ekstrakurikuler teater 2. Siswa sulit ketika dalam pembelajaran bahasa indonesia 3. Siswa sulit dalam berbicara atau berdiskusi di depan kelas

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pembahasan, peneliti membatasi konsep yang tercantum dalam judul agar dapat menghasilkan pembahasan yang sistematis, terarah, jelas, dan fokus. Maka dalam skripsi ini, peneliti membatasi pembahasan pada pembelajaran bahasa Indonesia melalui program ekstrakurikuler teater di SMAN 66 Jakarta Selatan.

(16)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pembelajaran bahasa Indonesia melalui program ekstrakurikuler teater di SMAN 66 Jakarta Selatan?

b. Bagaimana kontribusi Sekolah dalam meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler teater, serta peran guru bahasa Indonesia dalam meningkatkan Pembelajaran agar dapat berjalan efektif di SMAN 66 Jakarta Selatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui mengenai pelaksanaan ekstrakurikuler teater yang diterapkan di dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMAN 66 Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui kontribusi sekolah dalam meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler teater serta peran guru bahasa Indonesia dalam meningkatkan pembelajaran agar berjalan dengan efektif di SMAN 66 Jakarta Sekatan

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah a. Segi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan terutama pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, mengenai pembelajaran bahasa Indonesia melalui program ekstrakurikuler teater di SMAN 66 Jakarta Selatan, dan mengenai peran guru bahasa Indonesia tehadap peserta didik yang tidak mengikuti kegitan ekstrakurkuler teater dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(17)

b. Segi Praktis

1) Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.

2) Bagi peserta didik, penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan tentang pembelajaran yang sifatnya positif maupun negatif dalam kegiatan ekstrakurikuler teater serta memberikan penyadaran akan pentingnya partisipasi peserta didik.

(18)

7 A. Hakekat Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan sering kita mendengar kata pembelajaran di dalam dunia belajar mengajar, berikut ini dijelaskan pengertian pembelajaran.

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang perperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian-kajadian intren yang berlangsung dialami siswa.

Salah satu pengertian pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Gagne (1977) akan lebih memperjelas makna yang terkandung dalam pembelajaran: instruction as a set of external events design to support the several processes of learning, which are internal. Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa ekstrenal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Lebih lanjut Gogne (1985) mengenukakan suatu definisi pembelajran yang lebih lengkap: instruction is in intended to promote learning, external situation need to be arranged to activite, support and maintain the internal processing that constitution each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. 1

Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah segabai objek dan kegiatan pembelajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja tidak akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak akan tercapai2

1

Eveline Siregar, Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) h. 12

2

(19)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajran menurut UU Sisdiknaas No. 20/2003, Bab 1 Pasal 1 Ayat 20 adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sementara menurut Gagne, instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yeang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. 3

Beberapa definisi di atas tentu tidak bersifat mutlak maka masih memungkinkan muncul definisi-definisi yang lain. Terlepas dari perbedaan redaksi atas pendefinisikan kata pembelajaran tersebut, di antara kesemuanya tetap ada titik kesamaan definisi. Titik kesamaan tersebut, yaitu pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat peserta didik belajar membuat tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru yang dibarisi suatu sistem atau rancangan itu mencapai suatu tujuan.

Pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, melainkan bagaimana proses pembejalaran tersebut mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan, dan mutu serta dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam kehidupan.

Proses pembelajaran di sekolahpun harus ada faktor pendukungnya untuk kelangsungan proses pembelajaran tersebut. Dengan adanya para peserta didik pembelajaran bisa itu dapat dikatakan berjalan dengan baik jika proses itu didukung dengan adanya para peserta didik. Keduanya tidak bisa dipisahkan karena sangat memiliki kontribusi yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Belajar tidak hanya menerima, menanggapi, serta menganalisis bahan-bahan pebelajaran tetapi juga memahami apa yang disajikan oleh gurunya.

3

(20)

Pembelajaran adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak di pengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-holostik yang menempatkan peserta didik sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang di asumsikan dapat mempermudah peserta didik mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadi nya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan Gagne (1992).4

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam persepektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaan adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organic dan konstruktif, bukan makanis seperti halnya pengejaran.5

Selain itu prsoese pembelajaran pada hakekatnya juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat, artinya proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia mungkin hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala perubahan prilaku yang nampak.

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses

4

Wina Sanyaja, Perencanaan dan Desain System Pembelajan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 34

5

(21)

belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses belajar dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di mana pun dan kapan pun.

Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dapet menghasilkan suatu perubahan pada diri seorang peserta didik. Baik itu berupa pengetahuan, tingkah laku, sikap, ataupun keterampilan peserta didik dalam proses belajar. Pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pengajar (guru) dalam proses dibelajarkannya peserta didik dengan mengkoordinasikan tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan guru bahasa Indonesaia dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didik khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia.

2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan ekstren. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksten adalah faktor yang ada di luar individu. Dan juga faktor guru, siswa, prasarana, dan lingkungan sangat berpengeru tarhadap suatu proses pembelajaran.

(22)

a. Faktor Intern

Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi:

1) Faktor Jasmaniah

Faktor-faktor Jasmaniah adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.

a. Faktor Kesehatan

Faktor ini dibedakan atas dua macam .Pertama, kondisi fisik atau keadaan tonus jasmani, pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan belajar individu.

b. Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

Kedua keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar terutama pancaindra.

2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelehan.

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar yaitu :

(23)

a) Kecerdasan/intelegensi siswa

Kecerdasan atau intelegensi besar pengeruhnya kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tinggkat intelegensi yang tinggi akan lebi berhasil dari pada yang mampunyai tinggkat intelegensi yang rendah.

Kecerdasan merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswa. b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektivan kegiatan belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberi arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.

c) Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari menjadi materi yang sangat menarik dan tidak membosankan. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi yang dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

(24)

d) Sikap

Dalam belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya, baik secara positif pun negatif.

e) Bakat

Secara umum bakat adalah sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada msa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki individu untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.

Dari penjelasan jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menepatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

b. Faktor Ekstern

Selain karakteristik peserta didik tahu faktor-faktor internal/endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor ekstern dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial merupakan pengaruh yang datang atau berasal dari manusia. Lingkungan sosial siswa meliputi orang tua, keluarga, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman sepermainan di sekitar rumah siswa. Sifat-sifat lingkungan sosial dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap

(25)

kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti keadaan alam, udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), serta faktor instrumental yang mencakup tempat belajar, gedung, maupun buku-buku pelajaran.6

c. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar.

Guru adalah sebagai pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan kehliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik, ia memusatkan perhatian pada kepribadian peserta didik, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emasipasi diri peserta didik. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar peserta didik disekolah.7

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

6

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h.54

7

Dr.Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta, PT Asdi Mahastya, 2006) h.248

(26)

Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu:

a. Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.

b. Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungsn dengan aktivitas latar belakang pendidikan guru.

c. Teacher properties, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru. Misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka dalam pengelolaan pembelajaran ataupun kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran.

d. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembagan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi siswa, tempat tinggal siswa, dan lain-lain. Sedangkan dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar dan sikap.

Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa memengaruhi proses pembelajaran. Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan adapula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.

(27)

e. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Dengan demikian, sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

f. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu:

Faktor Organisasi Kelas Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecenderungan:

(1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia semakin sempit. (2) Kelompok belajar akan kurang memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada.

(3) Kepuasan belajar setiap siswa cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yan terlalu banyak mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.

(4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.

(28)

(5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.

(6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.8

3. Mengajar Efektif

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk mencipkatakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Jika belajar dikatakan milik siswa maka mengajar sebagai kegiatan guru.

Mengajar dapat diartikan sebagai mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungan kan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. Kondisi itu di cipkatan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan anak secara optimal baik jasmani maupun rohani, baik fisik maupun mental. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkutkan kegitan belajar yang efektif.9

Mengajar yang efektif ialah mengajar yang daoat membawa belajar siswa yang efektif pula belajar di sini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Untuk melaksakan pengajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belahar siswa harus mengalami aktivitas mental.

b. Guru harus banyak mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar. Variasi metode membangkitkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa, dan kelas manjadi hidup. Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan siswa.

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2008) h.52

9

Sardiman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, ( Jakarta, PTGrafindo, 2000) h.46

(29)

c. Motivasi, hal ini sangat berperan dalam kemajuan, perkembangan siswa selanjutnya melalui proses belajar. d. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kirikulun sekolah yang

memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu mengembangkan segala segi kepribadian siswa, di samping kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat.

e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intelegensi, bakat, tingkah laku, sikap dan lain-lainya.

f. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas, perencanaan yang matang dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar megajar antara guru dengan siswa.

g. Pengeruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada siswa. Sugestif yang kuat akan merangsang siswa untuk lebih giat lagi belajar.

h. Seorang guru harus memilliki keberanian menghadapi siswa-siswinya, juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar.

i. Guru harus mempu mencipkan suasana yang demokratis di sekolah. Lingkungan yang salng menghormati, mengerti kebutuhan siswa, bertenggang rasa, memberi kesempatan pada siswa untuk belajar sendiri, berdiskusi untuk mencari jalan keluar bila mengadapi masalah.

j. Pada penyajian bahan pelajaran pada siswa, guru perlu memberikan masalah-maslah yang merangsang untuk berfikir. k. Semua pelajaran yang diberika pada siswa perlu

diintegrasikan, sehingga siswa mempunyai pengetahuan yang terintergrasi, tidak terpisah-pisah seperti pada sestem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran secara terisah-pisah satu sama lainnya.

l. Pelajaran yang di sekolah perlu dihubungakan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat.

m. Dalam integrasi belajar mengajar, guru harus banyak meberi kebebasan siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri. Mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masala sendiri. n. Pengejaran remedial. Banyak faktor manjadi penyebab

kesulitan belajar. Guru perlu meneliti faktor-faktor itu, agar dapat memberikan diagnose kesulitan belajaran menganalisis kesulitan-kesulitan itu. Dari sebab itu guru harus menyusun

(30)

perencanaan mengajaran remedial pula, dan dilaksanakan bagi siswa yang memerlukannya.10

Demikian syarat-syarat atau hal-ahal yang dapat diuraikan untuk meningkatkan mengajar guru supaya efektif. Di masyarakat modern mengajar efektif di tuntut dengan sendirinya pada para pengajar, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian maju dengan pesatnya. Akibatknya para guru sudah tidak mungkin lagi mengajar dengan sistem yang lama. Kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut untuk menigkatkan mengajar supaya efektif. Itulah konsekuensi guru yang menanggapi pembaruan dalam dunia pembelajaran. 4. Peranan guru

Banyak faktor yang menentukan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan. Meskipun demikian, guru tetap yang paling berperan sebab guru lah yang mengatur dan mengendalikan proses pembelajaran. Guru merupakan orang yang bertugas membantu peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Guru adalah komponen yang sangat menetukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai

10

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mampengaruhi, (Jakarta Rineka Cipta, 2010) h.92

(31)

pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Peran guru ini akan senansiasa mengambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengna siswa, sesama guru, maupun dengan staf yang lainnya. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya. Sebabbaik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.11

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasiltas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mampunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.

Di dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu memcipkatakan suasana pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik aktif belajar guna mendapatkan pengetahuan (knowledge), menyerap dan memantulkan nilai-nilai tertentu (value), dan terampil melakukan keterampilan tertentu (skill). Peserta didik akan lebih mudah mengikuti pembelajaran jika pembelajaran berada dalam suasana yang menyenangkan. Dalam suasana yang menyenangkan peserta didik akan bersemangat dan mudah menerima berbagai kebutuhan belajar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Darmawansyah, apabila peserta didik mendapat rangsangan yang menyenangkan dari lingkungannya, akan terjadi berbagai sentuhan tingakt tinggi pada diri peserta didik yang membuat mereka lebih aktif dan kreatif secara mental dan fisik. Ketika manusia tersenyum atau tertawa, aliran darah menjadi lancar keseluruh anggota tubuh. Otak akan menerina suplai darah yang memadai sehingga akan memudahkan berfikir dan memproses informasi.12

Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru dalam kegiatan belajar mangajar, secara singkat dapat si sebutkan sebagai berikut :

11

Ibid h.97

12

(32)

a. Informator

Sebagai pelaksana cara menjagar informative, laboraturium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan kegitan belajar mengajar, semua di organisasikan seemikain rupa, sehingga dapat mencapai efektif dalam belajar pada diri siswa.

c. Motivator

Peran guru ini sebagai motovator ini penting artinya dalam rangka menigkatkan kegairahan dan perkembangan kegiatan belajar siswa. Peran guru sebagai motivator ini sanagt penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran social, menyangkut performance dalam arti personal dan sosialisasi diri. d. Pengarah/direktor

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peran ini lebih meninjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang di cita-citakan. e. Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar.

f. Transmitter

Dalam hal ini guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijakan pendidikan dan pengetahuan.

g. Fasilitator

Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif.

h. Mediator

Guru sebagai mediator dapat di artikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa, mediator juga dapat diartikan penyedia media.

(33)

i. Evaluator

Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis mapun tingkah laku sosialnya. Evaluasi yang di maksud adalah evaluasi yang mencakup pula evalusai intrinsik. 13

Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluru proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif.

B. Kegiatan Ekstrakurikuler

Dalam sebuah lingkup sekolah para siswa tidak hanya belajar didalam kelas, tetapi ada beberapa kegiatan yang sangat penting berperan aktif dilingkungan sekolah. Ada beberapa macam kegiatan diluar jam belajar siswa yaitu kegiatan ekstrakurikuler, Kegiatan ini mengacu kepada prestasi diluar jam belajar, Namun ada kegiatan ekstrakurikuler yang berpengaruh dengan proses belajar siswa ketika didalam kelas.

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler merupakan bentuk kegiatan yang menekankan kepada aspek bakat dan kreasi siswa. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi tentang kegiatan ekstrakurikuler oleh para ahli, antara lain:

Menurut Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah Depdikbud, ”kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memadukan

13

Sardiman A.M. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, ( Jakarta, PTGrafindo, 2000) h.144

(34)

serta untuk menerapkan pengetahua, sikap dan keterampilan yang telah dipelajari kedalam situasi nyata”.14

Pengertian ekstrakurikuler menurut Drs. M Uzer dan Dra. Lilis Setiawati ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah mapun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki dari berbagai bidang studi.15

Ekstracurrikuler programmes have to be accepted by a university as being valid university activities. Once there is this acceptance, there are many administrative, financial, and human problems to be solid before esktracuricculer programmes can be successfully implemented for the benefit of student and their teachers. Ekstracurriculer cultural activities will be reinforced and enlarget with attending lectures in dance, drama, music, and participating in trips to places of cultural value: program ekstrakurikuler harus disahkan oleh pihak sekolah sebagai dari bagisan yang valid dari kegiatan sekolah. Ketika sudah diterima, masalah mengenai hal administratif, finansial, dan masalah seseorang selesai sebelum program ekstrakurikuler bisa benar-benar diimplementasikan untuk kepentingan peserta didik dan para guru. Kegiatan ekstrakurikuler akan diperkuat dan diperbesar untuk menghadapi perkuliahan dalam drama, musik, dan dapat berpartisipasi dalam perjalanan ke tempat yang memiliki nilai budaya16

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran dengan maksud mengisi waktu luang yang bertujuan memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan serta mengembangkan kemampuan dalam keterampilan

14

Depdikbud, Pedoman Pelaksanaan Kegiatan peningkatan Ketakwaan Terhadap Tuhan YME Selama Bulan Ramadhan Bagi sekolah /Kursus dalam Lingkungan Pembinaan Ditjen Dikdasmen Depdikbud(Jakarta: Ditjen Bimbingan islam, 1984), h. 4.

15

M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung : PT . Rosda Karya, 1992), h. 22.

16

Ungku A. Aziz, President of ASAIHL, The Importence of Ekstracurriculer Programs in the Present Stage of University Development in South-East Asia. University of Malaya Kuala Lumpur, 1973. h. 1 dan 19

(35)

peserta didik melalui berbagai kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

Dengan adanya kegiatan ekstrakulikuler peserta didik dapat memilih kegiatan apa saja yang sesuai dengan kemampuan dan minat para peserta didik tersebut, dan ditunjang dengan kepala sekolah, guru pembimbing masing-masing, dan para guru yang berada di lingkungan sekolah.

Pada dasarnya kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah kegiatan belajar yang dilakukan di luar jam pelajaran yang sudah ditetapkan dalam susunan program pembelajaran. Kagiatan ini biasanya berupa kegiatan pembinaan yang berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler, memperluas wawasan pengetahuan dan mengasah kembali kemampuan yang ada didalam diri siswa.

2. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Secara umum kegiatan ekstrakurikuler sangat bermanfaat bagi siswa, guru, dan sekolah. Karena selain untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan serta menyalurkan minat dan kemampuan siswa untuk popularitas sekolah sehingga menambah kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar yang dilakukan disekolah tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut ditujukan agar siswa dapat mengeluarkan kemampuan yang selama ini tidak menonjol selama ini diberbagai bidang di luar sapek akademik. Meskipun ada juga ekstrskurikuler yang berkaitan langsung dengan sisi akademik siswa. Adapun manfaat dari kegiatan ekstrakurikuler adalah saebagai berikut :

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan minat dan bakat.

b. Menanamkan rasa tanggung jawab.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh kepuasan dalam kerja sama kelompok.

(36)

d. Meningkatkan kekuatan mental dan jasmani. e. Dapat mengenal lingkungan secara baik. f. Memperluas hubungan dan pergaulan. g. Ada kemampuan kreatifitasnya secara baik.17

Selain manfaat yang telah disebutkan diatas kegiatan ekstrakurikuler juga dapat bermanfaat untuk membentuk manusia yang berakal, berbudi, dan terampil. Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, seseorang lebih memungkinkan peserta didik memanfaatkan dan menggunakan waktu untuk mengembangkan daya imajinasi.

Dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah dapat membantu peserta didik untuk menyalurkan bakat yang terpendam. Karena untuk menyalurkan ke dalam lembaga yang khusus seperti les atau kursus komputer, kesenian, olahraga, dan lainnya memerlukan banyak biaya yang mungkin sebagian orang tidak bisa menjangkau bagi yang kurang mampu. Lain halnya dengan peserta didik yang mampu, kelembagaan apapun mereka bisa menyalurkan kemampuannya. Dengan kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah, Peserta didik dapat menyalurkan kemampuannya dan sekolah akan mengusahakan agar dapat membantu peserta didik secara baik untuk mengembangkan kemampuan secara maksimal.

Sekolah tidak hanya memusatkan perhatian kepada pengembangan kecerdasan saja, Akan tetapi sekolah menciptakan dan melatih peserta didik agar menjadi kreatif dengan kegiatan yang bersifat untuk mengisi waktu luang.

Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari kegiatan ekstrakurikuler bagi peserta didik, karena disamping manfaat yang dirasakan dari segi fisik, sosial, dan akhlak pun terbina melalui

17

Tim Dosen Jurusan Administrasi FIP IKIP Malang, Administrasi Pendidikan. (Malang : IKIP Malang, 1989), h.122.

(37)

kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat menumbuhkan, mengembangkan bakat, dan minat peserta didik. Sehingga peserta didik menjadi menusia yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

Sekolah hanya sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, Sekolah tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kerja sama dengan orang tua. Orang tua berpengaruh dalam proses pengembangan kemampuan peserta didik.

3. Jenis-jenis Kegiatan Ekstrakurikuler

Pada hakikatnya, kegiatan ekstrakurikuler tidak dapat dibatasi hanya pada kegiatan tertentu saja, akan tetapi dapat melingkupi segala kegiatan yang bersifat positif, untuk kebaikan peserta didik dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

Dibawah ini akan dikemukakan beberapa jenis kegiatan ekstrakurikuler yang biasanya dilaksanakan di sekolah dan akan membantu sekolah dalam mengembangkan minat dan bakat siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Teater

b. Kepramukaan

c. Palang Merah Remaja (PMR)

d. Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) e. Latihan Kepemimpinan Dasar (LDK) f. Tari Saman

g. Futsal h. Dance i. Rohis

(38)

4. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

“Menurut M Uzer dan Lilis Setiawati tujuan kegiatan ekstrakurikuler antara lain :

a. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

b. Mengembangkan minat serta bakat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju manusia seutuhnya.

c. Mengetahui, mengenal serta membedakan hubungan antara satu mata pelajaran dengan lainnya.”18

Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan ekstrakurikuler adalah untuk membina dan melatih peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk mengisi waktu luang sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan di luar jam pelarajan ini mampu membangun percaya diri, disiplin, tanggung jawab, dan kreatifitas peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler yang berada di sekolah merupakan kegiatan yang sangat menunjang peserta didik kearah prestasi dalam bidang nonakademik, yang dapat menjauhkan para peserta didik dari hal yang bersifat negatif. Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting bagi peserta didik, peserta didik akan memiliki rasa tanggung jawab dan dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan ekstrakurikuler adalah untuk membina dan melatih peserta didik dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan untuk mengisi waktu luang dan sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka untuk terus berprestasi.

18

M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung : PT . Rosda Karya, 1992), h. 22.

(39)

5. Fungsi kegiatan ekstrakulikuler

Dalam pelaksanaannya kegiatan ekstrakulikuler mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :

a. Pengembangan : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial: fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.

c. Rekreatif : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan suasan rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi perserta didik yang menunjang proses pengembangan.

d. Persiapan karir : fungsi kegiatan ekstrakulikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.19

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan akan terwujud, Apabila pengelola kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan baik khususnya pengaturan peserta didik, peningkatan disiplin peserta didik, dan semua petugas dilingkungan sekolah.

C. Teater

a. Pengertian Teater

Kata “teater” berasal dari kata yunani kuno “theatron” yang kurang lebih berarti “tempat pertunjukan”. Teater yang dimaksud disini hanya terdiri pada arti asal kata itu saja, akan tetapi memiliki pengertian yang lebih luas dan dalam. Secara tersirat teater mengandung pengertian sebagai berikut : Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya, wujud dalam suatu karya (seni). Di dalam menyatakan

19Hermellawati, “Pembinaan Nilai Karakter Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Teater Di

Smk Nusantara Tangerang” (skripsi s1 fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, UIN Syahid Jakarta, 2013), h. 22.

(40)

rasa dan karsanya itu, alat atau media utama yang di tunjang oleh unsur gerak, unsur suara, atau bunyi dan unsur rupa.20

Teater juga bisa diartikan mencakup gadung, pekerja ( pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi-pentas/peristiwanya). Semantara itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan, baik dipanggung maupun di arena terbuka. Jika peristiwa tontonan mencakup „tiga kekuatan‟ (pekerja-tempat-komunitas penikmat/penonton), atau ada „tiga unsur‟ (bersama-saat-tempat), maka peristiwa tersebut adalah teater.21

Sebagai suatu genre sastra teater mempunyai kekhususan dibandingkan dengan genre sastra puisi ataupun gere fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap teater lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret. Teater tidak dapat diperlakukan sebagai puisi ketika mancoba mendekatinya, karena puisi penekaannya sebagai suatu hasil cipta intuisi imajinasi penyair. Teater secara luas diartikan segala jenis pertunjukan yang ditampilkan didepan penonton dan secara terbatas dapat diartikan sebagai drama, yaitu penuturan hidup dan kehidupan manusia yang ditampilkan diatas pentas.22

Teater sebagai media media ekspresi, teater tetap menjadi salah satu kanal yang penting kedudukannya. Sebagai seni pertunjukan yang banyak mengandung banyak unsur seni lain dalam penyajiannya, kehadiran teater dalam masyarakat selalu terasa istimewa. Karena sesuai tradisinya, teater selalu memiliki pesan yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Pesan yang terkandung dalam teater, bisa disajikan secara terpisah atau sebagai satu kesatuan melalui tari, musik, visual, akting, dan sebagai unsur seni lainnya. Uniknya, masing-masing penonton memiliki

20

Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 21.

21

N Riantiarno, Menyentuh Teater, (Jakarta: MU;3 Books,2003) h.7

22

Hasanuddin WS, Drama, Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis, (Bandung: Percetakan Angkasa Jl. Kiaracondong 437 1996), h. 1.

(41)

interpretasi berbeda terhadap pesan tersebut. Inilah antara lain yang membuat seni teater terasa istimewa bagi penikmatnya.23

Teater dapat diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain fan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi pentas-peristiwa). Sementara itu, ada yang mengertikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan (seni pertunjukkan tradisional-rakyat-kontemporer). baik dipanggung tertutup maupun di arena terbuka. Jika peristiwa tontonan mancakup “Tiga Kekuatan” (pekerja-tempat-penikmat), atau ada “ Tiga Unsur “ (bersama-saat-tempat) maka peristiwa itu adalah teater.24

Teater adalah suatu kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai alat atau media utama untuk menyatakan rasa dan karsanya, wujud dalam suatu karya (seni).25

Teater istilah lain dari drama. Drama lebih merupakan „penciptaan kembali‟ realitas kehidupan. Aristoteles menyebutnya „peniruan gerak‟ dengan menanfaatkan unsur-unsur aktivitas yang nyata.26

Menurut Hasanuddin WS, drama adalah kesenian yang meluiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Adapun pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.27

Berdasarkan etimologi kata drama berasal dari bahsa Yunani dram yang berarti gerak, tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerak para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerak itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Drama disebut juga sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran.

23

Ratna Riantiarno,Biertolt Brecht Mother Courage And Her Children IBU Teater Koma, Jakarta 2013.

24

Riantiarno, Kitab Teater, ( Bandung: Gramedia, 2011), h.1.

25

Padmodarmaya, Tata dan Teknik Pentas, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988), 1, h. 21.

26

Rahmanto, Drama, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet.1, ha. 131.

27

Hasanuddin WS, Drama, Karya Dalam Dua Dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis, (Bandung: Percetakan Angkasa Jl. Kiaracondong 437 1996), h. 2

(42)

Sedangkan teater dipungut dari bahasa Inggris theatre yang berarti gedung pertunjukan atau dunia sandiwara. Kata theatre bahasa Inggris itu berasal dari bahsa Yunani theatron yang artinya takjub melihat.28

Drama memang dekat sekali dengan fiksi, beberapa pengertian seperti alur, tema, latar, penokohan, dan konflik bisa kita kenakan pada keduanya. Hanya dalam pementasan tokoh serta peristiwa menjelma “betul-betul” atau dengan kata lain, sutradara dan pemain telah mengunyahkan drama tersebut untuk penonton.29

Banyak orang berasumsi drama itu sekedar tontonan, memang tidak keliru anggapan ini hampir semua drama dipentaskan memang untuk ditonton. Drama tanpa penonton jelas sulit ditafsirkan apakah drama itu menarik atau tidak. Karena yang dapat memberikan apresiasi adalah penonton, siapa pun dan apa pun latar belakangnya. Apalagi kalau dirunut dari aspek etimologi istilah drama berasal dari akar tunjang “drama” dari bahasa Yunani Kuno yang berarti melakukan (aktion) atau berbuat sesuatu (Ahmadi, 1990). Wiyanto sedikit berbeda, katanya gerak dan aksi adalah mirip. Jadi, tindakan dan gerak merupakan ciri utama drama. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi yang menuntun lakon. Sama dengan yang dikatakan oleh (Soemanto, 2001) bahwa drama adalah gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan puisi dan prosa fiksi. Dalam bahasa Perancis drama disebut drame yang artinya lakon serius. Serius yang dimaksud tidak berarti drama melarang adanya homor.30

Dapat disimpulkan bahwa teater adalah sekelompok orang-orang yang ingin mengasah dirinya di atas panggung dalam peran dan

28

Asul Wiyanto. Terampil Bermain Drama, (Jakarta,PT Grasido, Jl. Palmerah Selatan 2002), h.1-3

29

Sapardi Djoko Darmono, Drama Indonesia,(Cirendeu, Ciputat, Komplek Dosen UI no 13, 2010), h 4

30

Suwardi Endraswara, Metode Pembelajaran Drama,( Jakarta, PT Buku Seru Jl. Kelapa Hijau No 22 Jagakarsa), h.11

(43)

mempertunjukkan dirinya yang sebenarnya. Teater tersebut dapat membentuk karakter yang kuat karena didalam kelompok teater tersebut bersama-sama membangun rasa cipta dalam satu tujuan.

Pertunjukan teater atau drama merupakan kesenian yang sangat kompleks. Seni drama bukan saja melibatkan banyak seniman, melainkan mengandung banyak unsur. Unsur dalam drama adalah naskah, pemain, sutradara, tata rias, tata busana, tata lampu, tata panggung, tata suara, dan penonton. Jika salah satu dari unsur tesebut tidak ada maka pertunjukan drama tersebut tidak akan pernah tejadi.

Demikianlah, pengertian terhadap teater atau drama sebaiknya memang dengan menempatkan kesadaran bahwa teater adalah karya yang memiliki dua deminsi kerakteristik, yaitu dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan. Pemahaman terhadap teater pada masing-masing dimensi akan wajar jika berbeda karena unsur yang membangun dan membantuk teater pada msing-masing dimensi lain, yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman menyeluruh terhadap teater sebagai kerya dua dimensi tersebut.

(44)

34 A. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMAN 66 Jakarta Selatan Kampung Bango 3, RT 07 RW 03, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan. Penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari pengurus teater dengan observasi terlebih dahulu, wawancara langsung dan untuk mendapatkan data tertulis seperti dokumen dan data-data yang mendukung penelitian. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan teater serta untuk mendapatkan bagaimana respon peserta didik tentang kegiatan ekstrakurikuler teater. Penulis melakukan interview dengan peserta didik dan mencatat data yang didapat dari pengurus teater.

Alasan penulis memilih lokasi penelitian teater di sekolah SMAN 66 Jakarta Selatan, karena dalam ekstrakurikuler teater ini banyak pengaruhnya terhadap pembelajaran di kelas. Karena dalam kegitan ekstrakurikuler ini peserta didik dibentuk karakternya, olah vokalnya juga rasa percaya dirinya dan itu semua dapat berpengaruh terhadap pembelajaran di dalam kelas khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesisa.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015.

Gambar

Tabel 3.1  Tabel Informan
Table 4.2  ja Faktor interal  Faktor  eksternal  Fakto-faktor pembelajaran  Faktor  fisiologis  Faktor  psikologis  Minat  Motivasi   Kecerdasan   Sikap   Bakat  Keadaan fingsi jasmani Kondisi fisik atau jasmani  Lingkungan Non sosial  Lingkungan sosial

Referensi

Dokumen terkait

Ekspresi p53 mutan tidak signifikan berhubungan dengan operabilitas kanker serviks IIB pasca kemoterapi neoajuvan (OR 1,35), tetapi regimen kemoterapi kombinasi

Rumput laut Eucheuma cottonii 5 Kg dapat menghasilkan biogas dengan tekanan 14,90 Psi pada hari ke 24 dan hasil karakterisasi yang terdapat dalam proses pembuatan biogas

Berdasarkan rancangan percobaan yang digunakan dan jumlah famili yang diuji pada plot uji keturunan nyawai di Bantul, maka seleksi hanya bisa dilakukan melalui

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan Yoga terhadap tanda tanda vital dan tingkat kecemasan pada siklus menstruasi remaja putri.. BAHAN

Menyajikan hasil analisis tentang interaksi sosial dalam ruang dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya dalam nilai dan norma serta kelembagaan sosial

Proses netralisasi konsonan terjadi dalam BJDB yang ditunjukkan dengan konsonan hambat palatal [c] dan konsonan frikatif alveolar [s] yang merupakan konsonan tidak

Pengabdian Ipteks Tepat Guna bagi Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam melakukan pengelolaan sanitasi yang berwawasan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa yang dimaksud dengan pemerintahan daerah