• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Kompleks

Dalam dokumen Catatan Fisika Matematika I (Halaman 48-60)

Suatu fungsi ๐‘“(๐‘ง) dikatakan fungsi variabel kompleks ๐‘ง jika setiap nilai ๐‘ง pada suatu daerah tertentu di ๐‘… (pada diagram Argand) memiliki satu atau lebih nilai ๐‘“(๐‘ง). Fungsi ๐‘“(๐‘ง) dapat berupa fungsi yang terdiri dari bagian ril dan bagian imajiner, dimana secara umum merupakan fungsi ๐‘ฅ dan ๐‘ฆ.

๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ข(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) + ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) (๐Ÿ’. ๐Ÿ)

Fungsi ๐‘“(๐‘ง) dengan nilai tunggal pada domain ๐‘… dapat didiferensialkan pada titik ๐‘ง saat turunannya

๐‘“โ€ฒ(๐‘ง) = limฮ”zโ†’0[๐‘“(๐‘ง + ฮ”z) โˆ’ ๐‘“(๐‘ง)

ฮ”๐‘ง ] (๐Ÿ’. ๐Ÿ)

ada dan unik. Hal ini berarti nilainya tidak bergantung pada arah di diagram Argand dimana ฮ”๐‘ง menuju nol.

Perhatikan fungsi ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ฅ2โˆ’ ๐‘ฆ2+ ๐‘–2๐‘ฅ๐‘ฆ = (๐‘ฅ + ๐‘–๐‘ฆ)2 = ๐‘ง2. Dengan mencoba persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ), ๐‘“โ€ฒ(๐‘ง) = limฮ”๐‘งโ†’0[(๐‘ง + ฮ”๐‘ง)2โˆ’ ๐‘ง2

ฮ”๐‘ง ]

= limฮ”๐‘งโ†’0[ฮ”๐‘ง(2๐‘ง + ฮ”๐‘ง)ฮ”๐‘ง ] ๐‘“โ€ฒ(๐‘ง) = 2๐‘ง

terlihat bahwa ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ง2 terdiferensiasi untuk semua ๐‘ง berhingga.

Sebuah fungsi dengan nilai tunggal dan dapat didiferensialkan pada semua titik di domain ๐‘… dikatakan analitik di ๐‘…. Suatu fungsi juga dapat memiliki satu atau lebih titik yang tidak analitik meski titik lain pada domain ๐‘… analitik. Titik yang tidak analitik ini disebut juga singularitas dari ๐‘“(๐‘ง).

4.2 Hubungan Cauchy-Rieman

Jika suatu limit

๐ฟ = limฮ”๐‘งโ†’0[๐‘“(๐‘ง + ฮ”๐‘ง) โˆ’ ๐‘“(๐‘ง)

ฮ”z ] (๐Ÿ’. ๐Ÿ‘)

terdefinisi dan unik, dapat didiferensialkan, maka setiap dua cara spesifik untuk ฮ”๐‘ง โ†’ 0 haruslah menghasilkan limit yang sama. Secara khusus, bergerak paralel terhadap sumbu ril dan bergerak paralel terhadap sumbu imajiner haruslah menghasilkan hal tersebut.

Saat memisalkan ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ข(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) + ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) dan ฮ”๐‘ง = ฮ”๐‘ฅ + ๐‘–ฮ”๐‘ฆ, maka ๐‘“(๐‘ง + ฮ”๐‘ง) = ๐‘ข(๐‘ฅ + ฮ”๐‘ฅ, ๐‘ฆ + ฮ”๐‘ฆ) + ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ฅ + ฮ”๐‘ฅ, ๐‘ฆ + ฮ”๐‘ฆ) dan dengan menerapkan limit pada persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ‘),

๐ฟ = limฮ”๐‘ฅ,ฮ”๐‘ฆโ†’0[๐‘ข(๐‘ฅ + ฮ”๐‘ฅ, ๐‘ฆ + ฮ”๐‘ฆ) + ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ฅ + ฮ”๐‘ฅ, ๐‘ฆ + ฮ”๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘ข(๐‘ฅ, ๐‘ฆ) โˆ’ ๐‘–๐‘ฃ(๐‘ฅ, ๐‘ฆ)

ฮ”๐‘ฅ + ๐‘–ฮ”๐‘ฆ ]

Jika ฮ”๐‘ง hanya terdiri dari bagian ril, maka ฮ”๐‘ฆ = 0, didapatkan ๐ฟ =๐œ•๐‘ข๐œ•๐‘ฅ + ๐‘–๐œ•๐‘ฃ๐œ•๐‘ฅ (๐Ÿ’. ๐Ÿ’)

dan jika ฮ”๐‘ง hanya terdiri dari bagian imajiner, maka ฮ”๐‘ฅ = 0, didapatkan ๐ฟ =๐œ•๐‘ฃ๐œ•๐‘ฆ โˆ’ ๐‘–๐œ•๐‘ข๐œ•๐‘ฆ (๐Ÿ’. ๐Ÿ“)

Agar ๐‘“ dapat didiferensialkan pada titik ๐‘ง, persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ’)dan (๐Ÿ’. ๐Ÿ“) harus identik, maka ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฅ = ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฆ dan ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฆ = โˆ’ ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฅ (๐Ÿ’. ๐Ÿ”) Kedua kesamaan ini dikenal dengan hubungan Cauchy-Riemann.

Hubungan ini dapat digunakan dala menentukan keanalitikan suatu fungsi. Dari persamaan di atas untuk ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ฅ2โˆ’ ๐‘ฆ2+ ๐‘–2๐‘ฅ๐‘ฆ, ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฅ = 2๐‘ฅ = ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฆ dan ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฆ = โˆ’2๐‘ฆ = โˆ’ ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฅ

Terlihat bahwa jika suatu fungsi ๐‘“(๐‘ง) analitik, maka fungsi tersebut haruslah memenuhi hubungan Cauchy-Riemann.

Hasil penting lain dari hubungan Cauchy-Riemann adalah saat mendiferensialkan hubungan ini dengan suatu variabel bebas.

๐œ• ๐œ•๐‘ฅ ( ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฅ) = ๐œ• ๐œ•๐‘ฅ ( ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฆ) = ๐œ• ๐œ•๐‘ฆ ( ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฅ) = โˆ’ ๐œ• ๐œ•๐‘ฆ ( ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฆ) ๐œ• ๐œ•๐‘ฅ ( ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฅ) = โˆ’ ๐œ• ๐œ•๐‘ฅ ( ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฆ) = โˆ’ ๐œ• ๐œ•๐‘ฆ ( ๐œ•๐‘ข ๐œ•๐‘ฅ) = โˆ’ ๐œ• ๐œ•๐‘ฆ ( ๐œ•๐‘ฃ ๐œ•๐‘ฆ)

dimana ๐‘ข dan ๐‘ฃ secara terpusah adalah solusi dai persamaan Laplace pada dua dimensi ๐œ•2๐‘ข

Sebelum lebih jauh, untuk suatu titik dimana ๐‘“(๐‘ง) tidak analitik pada diagram Argand, titik tersebut disebut sebagai titik singular fungsi kompleks ๐‘“(๐‘ง). Saat ๐‘“(๐‘ง) analitik disemua rentang domain namun terdapat titik singular hanya di ๐‘ง = ๐‘ง0, maka ๐‘ง0 disebut titik singular terisolasi.

4.3 Integral Kompleks

Proses integrasi untuk bilangan ril sudah biasa dilakukan. Berkenaan dengan diperkenalkannya bilangan kompleks, tentu tinjauan integral bilangan kompleks menjadi perlu untuk diperbincangkan. Karena bidang-๐‘ง terdiri dari dua dimensi, terdapat kebebasan lebih tinggi serta ambiguitas dengan integral bilangan kompleks. Jika fungsi ๐‘“(๐‘ง) bernilai tunggal dan kontinu pada suatu daerah ๐‘… di bidang kompleks, maka dapat didefinisikan integral kompleks dari ๐‘“(๐‘ง) antara dua titik ๐ด dan ๐ต sepanjang suatu kurva di ๐‘…; nilainya akan bergantung pada lintasan yang diambil antara ๐ด dan ๐ต. Namun untuk suatu lintasan, terdapat perbedaan tetapi memikul hubungan nilai integral satu dengan yang lain tidak bergantung pada lintasan mana yang dipilih.

Misalkan lintasan ๐ถ dideskripsikan oleh parameter ril kontinu ๐‘ก(๐›ผ โ‰ค ๐‘ก < ๐›ฝ) yang memberi posisi ๐ถ sebelumnya dengan persamaan

๐‘ฅ = ๐‘ฅ(๐‘ก), ๐‘ฆ = ๐‘ฆ(๐‘ก)

dengan ๐‘ก = ๐›ผ dan ๐‘ก = ๐›ฝ bergantung pada titik ๐ด dan ๐ต. Maka integral sepanjang lintasan ๐ถ dari fungsi kontinu ๐‘“(๐‘ง) dituliskan

โˆซ ๐‘“(๐‘ง)

๐ถ ๐‘‘๐‘ง (๐Ÿ’. ๐Ÿ•) dan secara eksplisit sebagai penjumlahan dari integral ril

โˆซ ๐‘“(๐‘ง) ๐ถ ๐‘‘๐‘ง = โˆซ (๐‘ข + ๐‘–๐‘ฃ)(๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘–๐‘‘๐‘ฆ) ๐ถ = โˆซ ๐‘ข ๐‘‘๐‘ฅ ๐ถ + ๐‘– โˆซ ๐‘ข ๐‘‘๐‘ฆ ๐ถ + ๐‘– โˆซ ๐‘ฃ ๐‘‘๐‘ฅ ๐ถ โˆ’ โˆซ ๐‘ฃ ๐‘‘๐‘ฆ ๐ถ = โˆซ ๐‘ข๐›ฝ ๐‘‘๐‘ฅ๐‘‘๐‘ก ๐‘‘๐‘ก ๐›ผ โˆ’ โˆซ ๐‘ฃ๐›ฝ ๐‘‘๐‘ฆ๐‘‘๐‘ก ๐‘‘๐‘ก ๐›ผ + ๐‘– โˆซ ๐‘ข๐›ฝ ๐‘‘๐‘ฆ๐‘‘๐‘ก ๐‘‘๐‘ก ๐›ผ + ๐‘– โˆซ ๐‘ฃ๐›ฝ ๐‘‘๐‘ฅ๐‘‘๐‘ก ๐‘‘๐‘ก ๐›ผ (๐Ÿ’. ๐Ÿ–)

Sebagai penerapan, integral dari ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘งโˆ’1 sepanjang lingkaran |๐‘ง| = ๐‘…, berawal dan berakhir di ๐‘…, dengan lintasan ๐ถ1 memiliki parameter

๐‘ง(๐‘ก) = ๐‘… cos ๐‘ก + ๐‘–๐‘… sin ๐‘ก , 0 โ‰ค ๐‘ก โ‰ค 2๐œ‹ sehingga ๐‘“(๐‘ง) memiliki persamaan

๐‘“(๐‘ง) =๐‘ฅ + ๐‘–๐‘ฆ =1 ๐‘ฅ๐‘ฅ โˆ’ ๐‘–๐‘ฆ2+ ๐‘ฆ2 yang dapat diperoleh bagian ril dan imajinernya sebagai

๐‘ข =๐‘ฅ2+ ๐‘ฆ๐‘ฅ 2 = ๐‘… cos ๐‘ก๐‘…2 dan ๐‘ฃ = โˆ’๐‘ฅ2+ ๐‘ฆ๐‘ฆ 2= โˆ’๐‘… sin ๐‘ก๐‘…2 Menggunakan persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ–)maka

โˆซ 1 ๐‘ง ๐ถ! ๐‘‘๐‘ง = โˆซ2๐œ‹cos ๐‘ก๐‘… (โˆ’๐‘… sin ๐‘ก)๐‘‘๐‘ก 0 โˆ’ โˆซ (โˆ’2๐œ‹ sin ๐‘ก๐‘… )(๐‘… cos ๐‘ก)๐‘‘๐‘ก 0 + ๐‘– โˆซ (2๐œ‹ cos ๐‘ก๐‘… )(๐‘… cos ๐‘ก)๐‘‘๐‘ก 0 + ๐‘– โˆซ (โˆ’๐›ฝ sin ๐‘ก๐‘… )(๐‘… sin ๐‘ก)๐‘‘๐‘ก ๐›ผ = 0 โˆ’ 0 + ๐‘–๐œ‹ + ๐‘–๐œ‹ = 2๐œ‹๐‘–

Hal yang penting dari hasil ini adalah nilainya tidak bergantung terhadap ๐‘….

4.4 Teorema Cauchy

Untuk ๐‘“(๐‘ง) sebuah fungsi analitik dan ๐‘“โ€ฒ(๐‘ง) kontinu pada setiap titik dalam suatu kontur tertutup ๐ถ, maka teorema Cauchy menyatakan

โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)

๐ถ ๐‘‘๐‘ง = 0 (๐Ÿ’. ๐Ÿ—)

Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan teorema Green yang tidak lain adalah bentuk dua dimensi dari teorema divergen. Teoremanya mengatakan, jika ๐‘ dan ๐‘ž adalah dua fungsi dengan diferensial pertama kontinu dalam suatu kontur tertutup ๐ถ pada bidang-๐‘ฅ๐‘ฆ, maka

โˆฌ (๐œ•๐‘๐œ•๐‘ฅ +๐œ•๐‘ž๐œ•๐‘ฆ) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘‘๐‘ฆ

๐‘… = โˆฎ (๐‘ ๐‘‘๐‘ฆ โˆ’ ๐‘ž ๐‘‘๐‘ฅ)

๐ถ

Sehingga, untuk ๐‘“(๐‘ง) = ๐‘ข + ๐‘–๐‘ฃ dan ๐‘‘๐‘ง = ๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘–๐‘‘๐‘ฆ, ๐ผ = โˆฎ ๐‘“(๐‘ง) ๐ถ ๐‘‘๐‘ง = โˆฎ (๐‘ข ๐‘‘๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฃ ๐‘‘๐‘ฆ) ๐ถ + ๐‘– โˆฎ (๐‘ฃ ๐‘‘๐‘ฅ + ๐‘ข ๐‘‘๐‘ฆ) ๐ถ memberikan ๐ผ = โˆฌ (๐œ•(โˆ’๐‘ฃ)๐œ•๐‘ฅ +๐œ•(โˆ’๐‘ข)๐œ•๐‘ฆ ) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘‘๐‘ฆ ๐‘… + โˆฌ (๐œ•(๐‘ข)๐œ•๐‘ฅ +๐œ•(โˆ’๐‘ฃ)๐œ•๐‘ฆ ) ๐‘‘๐‘ฅ๐‘‘๐‘ฆ ๐‘…

Karena ๐‘“(๐‘ง) analitik, maka hubungan Cauchy-Riemann terpenuhi, berlaku persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ”) sehingga ๐ผ = 0. Teorema Cauchy terbukti.

Aplikasi penting teorema Cauchy adalah membuktikan bahwa pada kasus tertentu, kontur tertutup ๐ถ dapat dideformasi menjadi kontur tertutup lain ๐›พ sedemikian rupa, sehingga integral dari fungsi ๐‘“(๐‘ง) di sekitar setiap kontur memiliki nilai yang sama.

โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)

๐ถ ๐‘‘๐‘ง = โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)

๐›พ ๐‘‘๐‘ง (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐ŸŽ)

Perhatikan dua kontur tertutup ๐ถ dan ๐›พ pada gambar 3.9 dengan kontur ๐›พ berada seluruhnya pada kontur ๐ถ. Dua garis paralel ๐ถ1 dan ๐ถ2 menghubungkan ๐›พ dan ๐ถ. Terbentuk kontur baru, katakanlah ฮ“, terdiri dari ๐ถ, ๐ถ1, ๐›พ dan ๐ถ2.

Gambar 4.2 Dua kontur, ๐ถ dan ๐›พ berada pada bidang Argand

Dalam luasan yang dilingkupi ฮ“, fungsi ๐‘“(๐‘ง) analitik, sehingga berlaku teorema Cauchy, โˆซ ๐‘“(๐‘ง)ฮ“ ๐‘‘๐‘ง = 0 . Sekarang, bagian ๐ถ1 dan ๐ถ2 melingkar pada arah berlawanan, dan batas dimana keduanya saling berdekatan, kontribusi dari luasan ฮ“ akan habis, sehingga menyisakan

โˆฎ ๐‘“(๐‘ง) ๐‘‘๐‘ง

๐ถ + โˆฎ ๐‘“(๐‘ง) ๐‘‘๐‘ง

๐›พ = 0

Didapatkan esensi integral sekitar ๐›พ berlawanan dengan integral sekitar ๐ถ, sehingga dengan memutar balik arah melingkar ๐›พ, diperoleh persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐ŸŽ).

4.5 Integral Cauchy

Ketika fungsi ๐‘“(๐‘ง) analitik dalam sebuah kontur tertutup ๐ถ dan ๐‘ง0 suatu titik di dalam kontur tertutup tersebut, maka

๐‘“(๐‘ง0) =2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง)

0๐‘‘๐‘ง

Persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ) menyatakan bahwa nilai dari fungsi analitik dimanapun di dalam kontur tertutup secara unik ditentukan oleh nilainya pada kontur dan penyajian spesifik persamaan ini dapat diberikan untuk titik interior.

Pembuktian persamaan ini dilakukan dengan menggunakan persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐ŸŽ) dan mengambil ๐›พ sebagai lingkaran dengan titik pusat di ๐‘ง = ๐‘ง0, dengan jari-jari cukup kecil ๐œŒ sehingga semuanya berada dalam ๐ถ. Karena ๐‘“(๐‘ง) analitik di dalam ๐ถ, nilai integrasi ๐‘“(๐‘ง)/(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) analitik pada ruang antara ๐ถ dan ๐›พ. Maka dari persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐ŸŽ), integral sekitar ๐›พ memiliki nilai sama dengan integral sekitar ๐ถ.

Kemudian digunakan fakta bahwa titik ๐‘ง pada ๐›พ diberikan oleh ๐‘ง = ๐‘ง0+ ๐œŒ exp(๐‘–๐œƒ) sementara ๐‘‘๐‘ง = ๐‘–๐œŒ exp ๐‘–๐œƒ ๐‘‘๐œƒ. Maka nilai integral sekitar ๐›พ

๐ผ = โˆฎ ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง)

0๐‘‘๐‘ง

๐›พ = โˆซ2๐œ‹๐‘“(๐‘ง0๐œŒ exp ๐‘–๐œƒ+ ๐œŒ exp ๐‘–๐œƒ)๐‘–๐œŒ exp ๐‘–๐œƒ ๐‘‘๐œƒ

0

= ๐‘– โˆซ ๐‘“(๐‘ง2๐œ‹ 0+ ๐œŒ exp ๐‘–๐œƒ)๐‘‘๐œƒ

0

Jika jari-jari dari lingkaran ๐›พ menyusut menuju nol, ๐œŒ โ†’ 0, maka ๐ผ = 2๐œ‹๐‘–๐‘“(๐‘ง0), yang membuktikan persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ).

Hal menarik didapatkan ketika menelusuri perolehan ๐‘“โ€ฒ(๐‘ง0), dengan menggunakan persamaan dasar turunan ๐‘“โ€ฒ(๐‘ง0) = limโ„Žโ†’0๐‘“(๐‘ง0+ โ„Ž) โˆ’ ๐‘“(๐‘งโ„Ž 0) = limโ„Žโ†’0[ 1 2๐œ‹๐‘–โˆฎ ๐‘“(๐‘ง) โ„Ž ( 1 ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0โˆ’ โ„Ž โˆ’ 1 ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) ๐‘‘๐‘ง ๐ถ ] = limโ„Žโ†’0[2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ๐ถ(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0โˆ’ โ„Ž)(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง) 0) ๐‘‘๐‘ง] dengan โ„Ž โ†’ 0, maka diperoleh

๐‘“โ€ฒ(๐‘ง0) =2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง)0)2๐‘‘๐‘ง

๐ถ (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ)

atau secara umum,

๐‘“๐‘›(๐‘ง0) =2๐œ‹๐‘–๐‘›! โˆฎ (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง)0)๐‘›+1๐‘‘๐‘ง

๐ถ (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ‘)

4.6 Deret Taylor dan Laurent

Jika ๐‘“(๐‘ง) analitik di dalam lingkaran ๐ถ dengan jari-jari ๐‘… dengan titik pusat ๐‘ง = ๐‘ง0, dan ๐‘ง berada di dalam ๐ถ, maka

๐‘“(๐‘ง) = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘›

โˆž ๐‘›=0

(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘› (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ’)

dimana ๐‘Ž๐‘› diberikan oleh ๐‘“๐‘›(๐‘ง0)/๐‘›!. Ekspansi Taylor berlaku di dalam daerah analitik dan untuk setiap ๐‘ง0 memiliki nilai unik.

Pembuktian persamaan tersebut dapat dimulai dengan persamaan Cauchy ๐‘“(๐‘ง) =2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ๐ถ(ฮพ โˆ’ z) ๐‘‘๐œ‰๐‘“(๐œ‰)

dengan ๐œ‰ berada di ๐ถ. Faktor (๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง)โˆ’1 dapat diekspansi sebagai deret geometri dengan

(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)/(๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง0), 1 ๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง = 1 ๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง0โˆ‘ ( ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0 ๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง0) โˆž ๐‘›=0 ๐‘› sehingga ๐‘“(๐‘ง) =2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐œ‰) 0โˆ‘ (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง0 0) โˆž ๐‘›=0 ๐‘› ๐‘‘๐œ‰ ๐ถ =2๐œ‹๐‘– โˆ‘1 (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘› โˆž ๐‘›=0 โˆฎ(๐œ‰ โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐œ‰)0)๐‘›+1๐‘‘๐œ‰ ๐ถ =2๐œ‹๐‘– โˆ‘1 (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘› โˆž ๐‘›=0 2๐œ‹๐‘– ๐‘“๐‘›(๐‘ง0) ๐‘›! (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ“)

menyederhanakan persamaan dengan menghilangkan faktor 2๐œ‹๐‘– diperolehlah (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ’) dengan ๐‘Ž๐‘› = ๐‘“๐‘›(๐‘ง0)/๐‘›!.

Jika ๐‘“(๐‘ง) memiliki singularitas di dalam ๐ถ pada titik ๐‘ง = ๐‘ง0, maka fungsi tersebut tidak dapat diekspansi dengaan teorema Taylor. Namun dengan memisalkan ๐‘“(๐‘ง) memiliki kutub dengan orde ๐‘ pada ๐‘ง = ๐‘ง0 namun analitik di titik lain dan di dalam ๐ถ. Maka fungsi ๐‘”(๐‘ง) = (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘๐‘“(๐‘ง) analitik pada ๐‘ง = ๐‘ง0 dan dapat di ekspansi sebagai deret Taylor disekitar ๐‘ง = ๐‘ง0

๐‘”(๐‘ง) = โˆ‘ ๐‘๐‘›(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘› โˆž

๐‘›=0

, (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ”)

sehingga untuk semua ๐‘ง di dalam ๐ถ, ๐‘“(๐‘ง) akan memiliki deret pangkat dengan bentuk ๐‘“(๐‘ง) =(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘Žโˆ’๐‘0)๐‘+ โ‹ฏ +๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘Žโˆ’1

0+ ๐‘Ž0+ ๐‘Ž1(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) + ๐‘Ž2(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)2+ โ‹ฏ (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ•) dengan ๐‘Žโˆ’๐‘ โ‰  0. Deret tersebut adalah perluasan dari deret Taylor yang lebih dikenal dengan deret Laurent. Dengan membandingkan koefisien persamaan (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ”)dan(๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ•), dapat dilihat bahwa

๐‘Ž๐‘› = ๐‘๐‘›+๐‘. Koefisien ๐‘๐‘› pada ekspansi Taylor ๐‘”(๐‘ง), dengan memanfaatkan persamaan (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ‘), diberikan oleh ๐‘๐‘› = ๐‘”๐‘›(๐‘ง0) ๐‘›! = 1 2๐œ‹๐‘–โˆฎ ๐‘”(๐‘ง) (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘›+1๐‘‘๐‘ง dan koefisien ๐‘Ž๐‘› ๐‘Ž๐‘› = 2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘”(๐‘ง)0)๐‘›+1+๐‘๐‘‘๐‘ง =2๐œ‹๐‘–1 โˆฎ(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘“(๐‘ง)0)๐‘›+1๐‘‘๐‘ง dimana berlaku baik untuk ๐‘› positif atau negatif.

Bagian pada deret Laurent untuk ๐‘› โ‰ฅ 0 disebut bagian analitik, sementara bagian lain, terdiri dari pangkat invers dari ๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0, disebut bagian prinsipil. Tergantung sifat alami dari titik ๐‘ง = ๐‘ง0, bagian

prinsipil dapat mengandung takberhingga bagian, sehingga ๐‘“(๐‘ง) = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘›(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘›

+โˆž ๐‘›=โˆ’โˆž

(๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ•)

Pada kasus ini, bagian prinsipil konvergen hanya saat |(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)โˆ’1| kurang dari suatu konstan, misalnya diluar suatu lingkaran dengan pusat ๐‘ง0. Namun, bagian analitik akan konvergen di dalam suatu lingkaran juga berpusat ๐‘ง0. Jika lingkaran pada bagian analitik ini jari-jarinya lebih besar maka deret Laurent akan konvergen di daerah ๐‘… antara dua lingkaran, selain itu deretnya tidak konvergen.

Jika ๐‘“(๐‘ง) tidak analitik di ๐‘ง = ๐‘ง0, maka dua kasus muncul

(i) Dapat dicari bilangan bulat ๐‘ dimana ๐‘Žโˆ’๐‘ โ‰  0 tapi ๐‘Žโˆ’๐‘โˆ’๐‘˜ = 0 untuk semua ๐‘˜ > 0. (ii) Tidak mungkin menemukan nilai lebih rendah dari โˆ’๐‘.

Gambar 4.3 Bagian konvergen ๐‘… untuk deret Laurent dari ๐‘“(๐‘ง) pada sekitar ๐‘ง = ๐‘ง0 dengan ๐‘“(๐‘ง) memiliki singularitas

Pada kasus (i), ๐‘“(๐‘ง) diperoleh dari (๐Ÿ‘. ๐Ÿ๐Ÿ•) dan medeskripsikan terdapat kutub berderajat ๐‘ pada ๐‘ง = ๐‘ง0; nilai ๐‘Žโˆ’1 disebut sebagai residu dari ๐‘“(๐‘ง) pada kutub ๐‘ง = ๐‘ง0.

Sementara kasus (ii), saat pangkat menurun negatif dari (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) tidak habis, ๐‘“(๐‘ง) dikatakan memiliki singularitas esensial.

Misalnya, mencari deret Laurent pada pada titik singlaritas ๐‘ง = 0 dan ๐‘ง = 2 pada fungsi berikut ๐‘“(๐‘ง) =๐‘ง(๐‘ง โˆ’ 2)1 3 .

Untuk deret Laurent di ๐‘ง = 0, faktor dalam kurung pada pembagi diubah kebentuk (1 โˆ’ ๐›ผ๐‘ง), dengan ๐›ผ konstan, sehingga

๐‘“(๐‘ง) = โˆ’ 1

8๐‘ง (1 โˆ’ ๐‘ง2)3

= โˆ’8๐‘ง [1 +1 (โˆ’3) (โˆ’๐‘ง2) +(โˆ’3)(โˆ’4) (โˆ’๐‘ง2)2+ (โˆ’3)(โˆ’4)(โˆ’5) (โˆ’๐‘ง2)3โ€ฆ ] = โˆ’8๐‘ง โˆ’1 16 โˆ’3 3๐‘ง16 โˆ’5๐‘ง32 โˆ’ โ‹ฏ .2

Karena pangkat paling kecil dari ๐‘ง adalah โˆ’1, titik ๐‘ง = 0 merupakan kutub dengan orde 1. Residu dari ๐‘“(๐‘ง) pada ๐‘ง = 0 adalah koefisien dari ๐‘งโˆ’1 pada ekspansi Laurent di titik tersebut dan memiliki

nilai, seperti dapat dilihat, โˆ’1/8.

Untuk ๐‘ง = 2, dengan memisalkan ๐‘ง = 2 + ๐œ‰, maka ๐‘“(๐‘ง) =(2 + ๐œ‰)๐œ‰1 3 = 1

2๐œ‰3(1 + ๐œ‰2)

=2๐œ‰13[1 โˆ’ (๐œ‰2) + (๐œ‰2)2โˆ’ (2)๐œ‰ 3+ โ‹ฏ ] =2๐œ‰13โˆ’4๐œ‰12+8๐œ‰ โˆ’1 16 + โ‹ฏ1

=2(๐‘ง โˆ’ 2)1 3โˆ’4(๐‘ง โˆ’ 2)1 2+8(๐‘ง โˆ’ 2) โˆ’1 16 + โ‹ฏ .1

Terlihat bahwa di titik ๐‘ง = 2 kutubnya berorde 3 dan residu dari ๐‘“(๐‘ง), koefisien dari (๐‘ง โˆ’ 2)โˆ’1,

adalah 1/8.

Untuk ๐‘“(๐‘ง) dengan kutub berorde ๐‘š pada ๐‘ง = ๐‘ง0, dengan deret Laurent

๐‘“(๐‘ง) =(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘Žโˆ’๐‘š0)๐‘š+ โ‹ฏ +(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง๐‘Žโˆ’10) + ๐‘Ž0+ ๐‘Ž1(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) + ๐‘Ž2(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) + โ‹ฏ mengalikan kedua ruas dengan (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘š,

Melakukan diferensial ๐‘š โˆ’ 1 kali, ๐‘‘๐‘šโˆ’1 ๐‘‘๐‘ง๐‘šโˆ’1[(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘š๐‘“(๐‘ง)] = (๐‘š โˆ’ 1)! ๐‘Žโˆ’1 + โˆ‘ ๐‘๐‘›(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘› โˆž ๐‘›=1 ,

untuk suatu koefisien ๐‘๐‘›. Pada limit ๐‘ง โ†’ ๐‘ง0, bagian dalam sigma akan habis, dan setelah melakukan beberapa penyusunan ulang didapatkan bentuk

๐‘…(๐‘ง0) = ๐‘Žโˆ’1= lim๐‘งโ†’๐‘ง0{(๐‘š โˆ’ 1)!1 ๐‘‘๐‘šโˆ’1

๐‘‘๐‘ง๐‘šโˆ’1[(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘š๐‘“(๐‘ง)] } , (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ–) dimana bentuk tersebut adalah nilai residu dari ๐‘“(๐‘ง) di titik ๐‘ง = ๐‘ง0.

Untuk ๐‘“(๐‘ง) dengan kutub sederhana di ๐‘ง = ๐‘ง0, kutub berorde 1, maka residunya dengan mudah dapat diperoleh dengan

๐‘…(๐‘ง0) = lim๐‘งโ†’๐‘ง

0[(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘“(๐‘ง)] . (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ—)

Jika disamping memiliki kutub sederhana di ๐‘ง = ๐‘ง0 dan ๐‘“(๐‘ง) juga berbentuk ๐‘”(๐‘ง)/โ„Ž(๐‘ง) dengan ๐‘”(๐‘ง) analitik dan tidak nol di ๐‘ง0 dan โ„Ž(๐‘ง0) = 0, maka (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ—) menjadi

๐‘…(๐‘ง0) = lim๐‘งโ†’๐‘ง 0 (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘”(๐‘ง) โ„Ž(๐‘ง) = ๐‘”(๐‘ง0) lim๐‘งโˆ’๐‘ง 0 (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0) โ„Ž(๐‘ง) = ๐‘”(๐‘ง0) lim๐‘งโ†’๐‘ง0โ„Žโ€ฒ(๐‘ง1 0) ๐‘…(๐‘ง0) =โ„Ž๐‘”(๐‘งโ€ฒ(๐‘ง0) 0) (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐ŸŽ)

dimana digunakan dalil lโ€™Hopital pada pendekatan limitnya.

4.7 Teorema Residu

Dari teorema Cauchy telah diketahui bahwa nilai integral sekitar kontur tertutup ๐ถ nol jika fungsi yang diintegralkan analitik di dalam kontur. Saat fungsi tidak analitik di dalam ๐ถ, maka perlu dilakukan kajian lebih jauh.

Misalkan ๐‘“(๐‘ง) berkutub ๐‘š di ๐‘ง = ๐‘ง0, sehingga dapat diekspansi dengan deret Laurent disekitar ๐‘ง0 ๐‘“(๐‘ง) = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘›(๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘›

โˆž ๐‘›=โˆ’๐‘š

. (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ)

Untuk integral ๐ผ dari ๐‘“(๐‘ง) disekitar kontur tertutup ๐ถ yang mencakup ๐‘ง = ๐‘ง0, namun tidak titik singular lain. Menggunakan teorema Cauchy, integral ini memiliki nilai sama untuk integral disekitar lingkaran ๐›พ dengan radius ๐œŒ berpusat di ๐‘ง = ๐‘ง0, karena ๐‘“(๐‘ง) analitik di daerah antara ๐ถ dan ๐›พ. Pada lingkaran diperoleh ๐‘ง = ๐‘ง0+ ๐œŒ๐‘’๐‘–๐œƒ, ๐‘‘๐‘ง = ๐‘–๐œŒ๐‘’๐‘–๐œƒ๐‘‘๐œƒ, sehingga

๐ผ = โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)๐‘‘๐‘ง ๐›พ = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘›โˆฎ (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)๐‘š๐‘‘๐‘ง โˆž ๐‘›=โˆ’๐‘š = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘›โˆซ ๐‘–๐œŒ2๐œ‹ ๐‘›+1๐‘’[๐‘–(๐‘›+1)๐œƒ]๐‘‘๐œƒ 0 โˆž ๐‘›=โˆ’๐‘š . Untuk setiap bagian dengan ๐‘› โ‰  โˆ’1, didapatkan

โˆซ ๐‘–๐œŒ2๐œ‹ ๐‘›+1๐‘’[๐‘–(๐‘›+1)๐œƒ]๐‘‘๐œƒ

0 = [๐‘–๐œŒ๐‘›+1๐‘–(๐‘› + 1)๐‘’[๐‘–(๐‘›+1)๐œƒ]]

0 2๐œ‹

= 0 , namun untuk bagian ๐‘› = โˆ’1 didapatkan

โˆซ ๐‘–๐‘‘๐œƒ2๐œ‹

0 = 2๐œ‹๐‘– .

Sehingga dapat dilihat hanya bagian (๐‘ง โˆ’ ๐‘ง0)โˆ’1 berkontribusi pada nilai integral sekitar ๐›พ, begitupun ๐ถ, dan ๐ผ kemudian dapat dituliskan

๐ผ = โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)๐‘‘๐‘ง

๐ถ = 2๐œ‹๐‘–๐‘Žโˆ’1 . (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ)

Dari hasil ini didapatkan bahwa integral disekitar kontur tertutup dengan mengandung satu kutub berorde ๐‘š, singularitas esensial, nilainya adalah 2๐œ‹๐‘– dikalikan residu dari ๐‘“(๐‘ง) pada ๐‘ง = ๐‘ง0. Untuk kasus dimana ๐‘“(๐‘ง) di dalam dan pada sebuah kontur tertutup ๐ถ dan analitik, kecuali untuk kutub dengan nilai berhingga, di dalam ๐ถ, teorema residu memberikan

โˆฎ ๐‘“(๐‘ง)๐‘‘๐‘ง

๐ถ = 2๐œ‹๐‘– โˆ‘ ๐‘…๐‘—

๐‘—

, (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ‘)

dengan โˆ‘ ๐‘…๐‘— ๐‘— adalah penjumlahan residu dari ๐‘“(๐‘ง) pada masing-masing kutub di dalam ๐ถ.

Metode pembuktiannya dapat memperhatikan gambar 4.4. Pada (a) menunjukkan kontur ๐ถ dari persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ‘) dan (b) menunjukkan kontur ๐ถโ€ฒ dengan nilai yang sama untuk integralnya,

karena ๐‘“ analitik di ๐ถ dan ๐ถโ€ฒ. Kontribusi dari integral untuk ๐ถโ€ฒ dari segitiga yang menghubungkan

ketiga titik adalah nol, karena ๐‘“ juga analitik di dalam ๐ถโ€ฒ. Sehingga nilai keseluruhan integral

diberikan oleh lingkarannya, sesuai (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ), setiap kontribusi ini adalah 2๐œ‹๐‘– dikalikan dengan residu pada kutub yang dicakup. Kesemua lingkaran berputar pada arah positif jika ๐ถ berputar dan teorema residu berlaku. Secara formal, teorema residu Cauchy pada (๐Ÿ’. ๐Ÿ—) adalah kasus spesial dari (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ‘) untuk kontur ๐ถ tidak mengandung kutub.

4.8 Integrasi Kontur untuk Integral Tentu

Ada beberapa bentuk fungsi untuk penerapan integrasi kontur. Salah satunya adalah integrasi fungsi sinusoidal dengan bentuk

โˆซ ๐น(cos ๐œƒ , sin ๐œƒ)๐‘‘๐œƒ2๐œ‹

0 .

Integral tersebut dapat diubah menjadi integral kontur dengan melakkan substitusi ๐‘ง = ๐‘’๐‘–๐œƒ, dimana

kemudian

cos ๐œƒ =12(๐‘ง + ๐‘งโˆ’1), sin ๐œƒ = โˆ’12 ๐‘–(๐‘ง โˆ’ ๐‘งโˆ’1), ๐‘‘๐œƒ = โˆ’๐‘–๐‘งโˆ’1๐‘‘๐œƒ (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ’) Sebagi latihan, untuk

๐ผ = โˆซ2๐œ‹5 + 4 cos ๐œƒ๐‘‘๐œƒ

0 ,

dengan substitusi ๐‘ง๐‘’๐‘–๐œƒ, ๐œƒ akan memiliki batas 0 sampai 2๐œ‹, membentuk kurva tertutup berbentuk lingkaran berjari-jari 1. Melakukan substitusi nilai cos ๐œƒ dan ๐‘‘๐œƒ dari (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ’),

๐ผ = โˆฎ5 + 2(๐‘ง + ๐‘งโˆ’๐‘–๐‘งโˆ’1๐‘‘๐‘งโˆ’1) =1๐‘–โˆฎ ๐‘‘๐‘ง 5๐‘ง + 2๐‘ง2+ 2= 1 ๐‘– โˆฎ ๐‘‘๐‘ง (2๐‘ง + 1)(๐‘ง + 2) .

Terlihat fungsinya memiliki kutub di ๐‘ง = โˆ’1/2 dan ๐‘ง = โˆ’2. Namun, hanya titik ๐‘ง = โˆ’1/2 yang berada pada cakupan kurva tertutup. Residu dari fungsi di ๐‘ง = โˆ’1/2, dengan menggunakan persamaan (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ—), didapatkan ๐‘…(โˆ’1/2) = lim ๐‘งโ†’โˆ’12[(๐‘ง + 1/2) (2๐‘ง + 1)(๐‘ง + 2)]1 = lim๐‘งโ†’โˆ’1/2 (๐‘ง + 1/2) 2(๐‘ง + 1/2)(๐‘ง + 2) = 1 2 (โˆ’ 12 + 2) = 1 3 . Dari teorema residu, (๐Ÿ’. ๐Ÿ๐Ÿ), didapatkan

๐ผ =1๐‘– 2๐œ‹๐‘–๐‘…(โˆ’1/2) =2๐œ‹3 nilai integral awal yang diinginkan.

Dalam dokumen Catatan Fisika Matematika I (Halaman 48-60)

Dokumen terkait