Persamaan diferensial parsial merupakan persamaan yang menghubungkan fungsi tidak diketahui (variabel bergantung) dari dua atau lebih variabel terhadap turunan parsial dengan mengacu pada variabel tersebut. Variabel tidak bergantung yang paling sering dijumpai adalah posisi dan waktu.
3.1 Persamaan Diferensial Parsial Secara Umum
Kebanyakan PDP pada gejala fisis merupakan orde kedua dan linear. Untuk mendapat kesan terhadap bentuk umumnya, berikut diperkenalkan beberapa bentuk PDP dalam sistem fisis. Persamaan gelombang,
β2π’ =π12πππ‘2π’2 (π. π)
Mendeskripsikan fungsi posisi dan waktu perpindahan dari titik kesetimbangan π’(π«, π‘), dari tali atau membran bergetar, gas atau cairan. Persamaannya juga muncul pada elektromagnetik, dimana π’ dapat merupaan medan listrik atau medan magnet dalam gelombang elektromagnetik atau arus maupun tegangan sepanjang garis transmisi. Nilai π merupakan kecepatan rambat gelombang. Persamaan difusi,
π β2π’ = ππ’ππ‘ (π. π)
Mendeskripsikan temperature π’ pada suatu wilayah tanpa mengandung sumber panas. Persamaan ini juga berlaku untuk difsui kimia dengan konsentrasi π’(π«, π‘). Konstanta π disebut difusifitas. Persamaannya jeas terlihat terdiri dari tiga variabel spasial berorde dua dan satu variabel waktu berorde satu.
Persamaan Laplace,
π β2π’ = 0 (π. π)
Didapatkan dengan pada kondisi ππ’/ππ‘ = 0 pada persamaan difusi, dan mendeskripsikan, misalnya, distribusi temperature steady-state pada sebuah padatan dimana tidak ada sumber panas. Persamaan Laplace juga dapat digunakan dalam mendeskripsikan potensial gravitasi pada wilayah tidak ada benda atau potensial listrik pada wilayah tidak adanya muatan. Lebih jauh, aplikasinya dapat diterapkan pada fluida tidak tertekan dengan tidak ada sumber.
Persamaan Poisson,
juga mendeskripsikan situasi fisis sama dengan persamaan Laplace, namun pada wilayah mengandung benda, muatan, atau sumber panas atau cairan. Fungsi π(π«) disebut rapat sumber dan pada aplikasi fisis biasanya mengandung konstanta fisis. Misalnya, jika π’ adalah potensial listrik pada suatu daerah dalam ruang, dimana π adalah rapat muatan listrik, maka β2π’ = βπ(π«)/π0, dengan π0 permitivitas ruang hampa.
Persamaan Schrodinger,
β2π ββ2 2π’ + π(π«)π’ = πβππ’ππ‘ (π. π)
Mendeskripsikan fungsi mekanika kuantum π’(π«, π‘) dari partikel non-relaivistik bermassa π, β adalah konstanta Planck dibagi 2π. Seperti persamaan difusi, bentuknya juga berorde dua dalam tiga variabel spasial dan berorde satu dalam waktu.
3.2 Separasi Variabel
Misalkan kita mencari solusi π’(π₯, π¦, π§, π‘) untuk persamaan diferensial parsial dalam kordinat Kartesian. Bentuk awalnya dapat dimisalkan dalam bentuk
π’(π₯, π¦, π§, π‘) = π(π₯)π(π¦)π(π§)π(π‘) (π. π)
Solusi dengan bentuk seperti ini dikatakan terpisah dengan variabel π₯, π¦, π§ dan π‘, dan mencari solusinya disebot motode separasi variabel.
Untuk persamaan diferensial parsial secara umum, kelihatannya sulit mendapatkan solusi terpisah. Namun untuk beberapa persamaan umum dan persamaan fisis, memiliki solusi dengan bentuk ini. Untuk menjabarkan lebih jauh, dapat ditinjau persamaan gelombang dalam tiga dimensi
β2π’(π«) =π12π2ππ‘π’(π«)2 (π. π) yang dalam kordinat Kartesian
π2π’
ππ₯2+πππ¦2π’2 +πππ§2π’2 =π12πππ‘2π’2 (π. π) dengan substitusi persamaan (3.6) didapatkan
π2π
ππ₯2πππ + ππππ¦2π2ππ + ππππ§π2π2π =π12 ππππππ‘2π2 (π. π) dan lebih mudah dilihat dengan notasi
πβ²β²πππ + ππβ²β²ππ + πππβ²β²π =π12ππππβ²β² (π. ππ)
πβ²β² π + πβ²β² π + πβ²β² π = 1 π2 πβ²β² π (π. ππ)
Bentuk ini merupakan dasar dari metoda separasi variabel. Bagian pertama hanya bergantung pada π₯, bagian kedua pada π¦, bagian ketiga pada π§, serta bagian sisi kanan persamaan hanya bergantung pada π‘. Persamaan (3.7) dapat dipenuhi untuk semua π₯, π¦, π§ dan π‘ jika setiap bagian tidak bergantung terhadap variabel bebas namun haruslah sebuah konstanta.
Untuk mengilustrasikan pemisalan, dipilih βπ2, βπ2, βπ2 untuk tiga konstanta pertama.
Konstanta yang berhubungan dengan sisi sebelah kanan persamaan haruslah memenuhi βπ2 = β(π2+ π2+ π2). Penjabaran ini kemudian membuat persamaan (3.7) dapat dituliskan dalam empat persamaan diferensial biasa
πβ²β² π = βπ2, πβ²β² π = βπ2, πβ²β² π = βπ2, 1 π2 πβ²β² π = βπ2 (π. ππ)
Penyederhanaan ini merupakan alat untuk mengasumsikan sebuah solusi terpisah, PDP memiliki turunan terhadap empat variabel bebas dalam satu persamaan, telah direduksi menjadi empat PDB terpisah. Persamaannya dihubungkan dengan empat parameter konstan yang memenuhi ungkapan aljabar. Konstanta ini disebut juga konstanta separasi.
Solusi umum dari persamaan (3.8) kemudian dapat langsung dideduksi π(π₯) = π΄ππππ₯+ π΅πβπππ₯
π(π¦) = πΆππππ¦ + π·πβπππ¦ (π. ππ) π(π§) = πΈππππ§+ πΉπβπππ§
π(π‘) = πΊπππππ‘+ π»πβππππ‘
dengan π΄, π΅, β¦ , π» adalah konstanta, diperoleh dengan menggunakan syarat batas dari suatu solusi. Bentuk alternatif solusinya dapat pula dituliskan
π(π₯) = π΄β²cos ππ₯ + π΅β²sin ππ₯
π(π¦) = πΆβ²cos ππ¦ + π·β²sin ππ¦ (π. ππ) π(π§) = πΈβ²cos ππ§ + πΉβ²sin ππ§
π(π‘) = πΊβ²cos(πππ‘) + π»β²sin(πππ‘)
dimana π΄β², π΅β², β¦ , π»β² merupakan konstanta lain. Pemilihan bentuk dalam merepresentasikan solusi bergantung pada permasalahannya.
Sebagai gambaran, dengan memasukkan syarat batas misalnya, didapatkan solusi π(π₯) = ππππ₯ π(π¦) = ππππ¦
π(π§) = ππππ§ π(π‘) = πβππππ‘
π’(π₯, π¦, π§, π‘) = ππππ₯ππππ¦ππππ¦πβππππ‘
= ππ(ππ₯+ππ¦+ππ¦βπππ‘)
Dalam notasi konvensional teori gelombang, π, π, π adalah komponen dari vektor gelombang π€, dimana besarnya π = 2π/π, dengan π panjang gelombang. Adapun ππ adalah frekuensi sudut π dari gelombang. Sehingga, persamaannya dapat dituliskan
π’(π₯, π¦, π§, π‘) = ππ(ππ₯π₯+ππ¦π¦+ππ§π§βππ‘) = ππ(π€βπ«βππ‘)
Metode separasi variabel ini dapat diaplikasikan untuk banyak PDP yang muncul pada fenomena fisis.
3.2 Superposisi Solusi Terpisah
Saat persamaan diferesial parsial berbentuk linear (seperti persamaan Laplace, Schrodinger, difusi dan gelombang), solusi matematis dapat dibentuk dari prinsip superposisi untuk nilai berbeda setiap konstanta separasi. Mengambil dua variabel misalnya
π’ππ(π₯, π¦) = ππ1(π₯)ππ1(π¦)
merupakan solusi PDP dengan memberikan konstanta separasi variabel π1, maka hasil superposisi π’(π₯, π¦) = π1ππ1(π₯)ππ1(π¦) + π2ππ2(π₯)ππ2(π¦) + β―
= β πππππ(π₯)πππ(π¦)
π
(π. ππ)
juga merupakan solusi untuk setiap konstanta ππ, dengan ππ adalah nilai yang memenuhi konstanta separasi π, diberikan oleh syarat batas. Nilai dari superposisi merupakan hasil dari syarat batas, katakanlah π’(π₯, π¦) memiliki bentuk tertentu π(π₯) pada π¦ = 0, dapat ditemukan dengan memilih konstanta ππ sedemikian rupa
π(π₯) = β πππππ(π₯)πππ(0)
π
Secara umum, hal ini akan memungkinkan fungsi πππ(π₯) membentuk kumpulan fungsi, seperti halnya fungsi sinusoidal pada deret Fourier.
Untuk menggambarkan penggunaan prinsip superposisi pada penyelesaian PDP, misalkan sebuah logam segi empat semi-takberhingga berada apada daerah 0 β€ π₯ β€ β dan 0 β€ π¦ β€ π pada bidang-π₯π¦. Temperatur pada ujung jauh dari logam dan kedua sisi lainnya adalah 0Β°C.
Gambar 3.1 Semi-takberhingga plat logam dengan setiap sisi bertemperatur tetap
Saat temperatur dari logam di π₯ = 0 juga tetap dan diberikan oleh π(π¦), distribusi temperatur keadaan tunak π’(π₯, π¦) dari logam dapat dicari dengan menggunakan persamaan difusi
π (πππ₯2π’2+πππ¦2π’2) =ππ’ππ‘
Namun karena kondisinya tunak, ππ’/ππ‘ = 0, membuat persamaannya direduksi menjadi persamaan Laplace
π2π’
ππ₯2+πππ¦2π’2 = 0
Menggunakan asumsi π’(π₯, π¦) = π(π₯)π(π¦), solusinya dapat dipenuhi oleh persamaan π(π₯) = π΄ππππ₯+ π΅πβπππ₯, π(π¦) = πΆππππ¦+ π·πβπππ¦
atau
π(π₯) = π΄β²cos ππ₯ + π΅β²sin ππ₯ , π(π¦) = πΆβ²cos ππ¦ + π·β²sin ππ¦
Pada kasus ini, persamaan haruslah memenuhi syarat batas π’(π₯, 0) = 0 = π’(π₯, π) dan terlihat solusi sinusoidal pada bagian π¦ cukup sesuai. Lebih jauh, karena syarat lain π’(β, π¦) = 0 maka solusi dari bagian π₯ dapat dipilih dalam bentuk eksponensial. Solusi terpisah dari kasus ini kemudian dapat dituliskan
π’(π₯, π¦) = (π΄πππ₯+ π΅βππ₯)(πΆ cos ππ¦ + π· sin ππ¦)
Dengan menyesuaikan dengan syarat batas π’(β, π¦) = 0 mengharuskan π΄ = 0 jika diambil π > 0. Selanjutnya, karena π’(π₯, 0) = 0 mengharuskan πΆ = 0. Dengan menyerap konstanta π· ke π΅, menyisakan
π’(π₯, π¦) = π΅πβππ₯sin ππ¦
Namun dengan kondisi lain, π’(π₯, π) = 0, mengharuskan π = ππ/π, dengan π bilangan bulat positif. Hal ini membuat terdapat π buah solusi dari persamaan.
Menggunakan prinsip superposisi, solusi umum untuk memenuhi syarat batas dapat dituliskan π’(π₯, π¦) = β π΅ππβπππ₯π sinπππ¦π
β π=1
(π. ππ)
untuk suatu konstanta π΅π. Bilangan bulat π negatif tidak disertakan karena akan membuat solusinya divergen saat π₯ β β. Syarat batas tersisa adalah π’(0, π¦) = π(π¦), dan mengharuskan konstanta π΅π memenuhi
π(π¦) = β π΅πsinπππ¦π
β π=1
Bentuk ini tidak lain adalah ekspansi deret Fourier untuk bagian sinus, sehingga konstanta π΅π dapat ditelusuri dengan π΅π =2πβ« π(π¦)π 0 sin (πππ¦π ) ππ¦ dengan π(π¦) = π’0, maka π΅π = 2πβ« π’0 π 0 sin (πππ¦π ) ππ¦ =2π [βπ’0ππ cos (π πππ¦π )]π0 = β2π’ππ0[cos ππ β 1] = β2π’ππ0[(β1)πβ 1] = {4π’ππ π ganjil0 0 π genap Dengan substitusi pada (3.12), didapatkan solusi akhirakhir
π’(π₯, π¦) = β 4π’ππ π0 β(πππ₯π )sin (πππ¦π )
π ganjil
3.3 Separasi Variabel pada Kordinat Polar
Dalam banyak sistem fisis pada dua dan tiga dimensi secara alami diekspresikan dalam bentuk koordinat polar, dimana banyak keuntungan dapat diambil dari bentuk simetrinya. Hal tersebut menjadi alasan untuk menelaah separasi variabel pada koordinat bidang polar, silinder, dan bola.
Banyak PDP mengandung operator β2, seperti di persamaan gelombang, persamaan difusi,
persamaan Schrodinger dan persamaan Poisson. Pada pembahasan kalkulus vektor, bentuk operator β2 untuk koordinat bidang polar, silinder dan bola secara berurut diberikan oleh
β2=1πππ (ππ ππ) +π π12πππ22 (π. ππ) β2=1πππ (ππ ππ) +π π12πππ22 +ππ§π22 (π. ππ) β2=π12ππ (ππ 2 π ππ) + 1 π2sin π π ππ (sin π π ππ) + 1 π2sin2π π2 ππ2 (π. ππ) Persamaan paling sederhana dengan β2 adalah persamaan Laplace,
β2π’(π) = 0 (π. ππ)
Dari penjabaran persamaan ini dapat diperoleh penjabaran untuk bentuk persamaan lain yang lebih kompleks.
3.3.1 Persamaan Laplace di Bidang Polar
Misalkan untuk mecari solusi (π. ππ) pada lingakaran π = π. Pencarian solusi akan mengarah pada variabel π dan π dengan mengakomodasi syarat batas di π = π.
Menuliskan π’(π, π) = π(π)Ξ¦(π) dan menggunakan (π. ππ) diperoleh Ξ¦ π π ππ (π ππ ππ) + π π2 π2Ξ¦ ππ2 = 0 mengalikan dengan 1/πΞ¦ dan π2,
π π π ππ (π ππ ππ) + 1 Ξ¦ π2Ξ¦ ππ2 = 0 membuat persamaannya dapat dipisah menjadi dua bentuk PDB
π π π ππ (π ππ ππ) = π2 (π. ππ) 1 Ξ¦ π2Ξ¦ ππ2 = βπ2 (π. ππ)
dengan π2 adalah konstanta pemisah. Secara umum nilai π ini adalah suatu bilangan (bisa dalam bentuk kompleks).
Pertama, untuk π β 0, persamaan (π. ππ) memiliki bentuk umum Ξ¦(π) = π΄ππππ+ π΅πβπππ (π. ππ) Sementara persamaan (π. ππ) berbentuk persamaan homogeny
π2πβ²β²+ ππβ²β π2π = 0
yang dapat diselesaikan dengan menggunakan deret pangkat π, atau dapat juga dengan substitusi π = ππ‘ untuk mendapatkan
π(π) = πΆππ+ π·πβπ (π. ππ)
Substitusi ulang (π. ππ) dari persamaan azimuthal (π. ππ), dapat dilihat bahwa jika π½, dan kemudian π’, memilliki nilai tunggal dan tidaklah berubah ketika π meningkat 2π maka π haruslah bilangan bulat. Secara matematis, nilai lain dari π memungkinkan, namun ini tidaklah mendeskripsikan situasi fisis yang ril. Dari hasil ini, diperoleh solusidari persamaan Laplace dua dimensi
π’(π, π) = (π΄ cos ππ + π΅ sin ππ)(πΆππ + π·πβπ) dengan π΄, π΅, πΆ, π· adalah suatu konstanta dan π adalah bilangan bulat. Ketika π = 0 solusi (π. ππ) dan (π. ππ)adalah
Ξ¦(π) = π΄π + π΅ π(π) = πΆ ln π + π·
Namun, agar π’ = πΞ¦ bernilai tunggal, kita perlukan π΄ = 0, sehingga solusi untuk π = 0 adalah π’(π, π) = πΆ ln π + π· .
Melakukan superposisi terhadap solusi untuk nilai π berbeda-beda, solusi umum persamaan Laplace pada bidang polar adalah
π’(π, π) = (πΆ0ln π + π·0) + β(π΄πcos ππ + π΅πsin ππ)(πΆπππ+ π·ππβπ)
β π=1
(π. ππ) untuk π bentuknya bilangan bulat. Nilai π negatif telah lingkupi oleh nilai π positif. Karena ln π singular di π = 0, saat menyelesaikan persamaan Laplace pada daerah dengan titik awal, πΆ0 haruslah nol.
3.3.2 Persamaan Laplace pada Silinder
Dalam koordinat silinder, persamaan Laplace secara umum berbentuk 1 π π ππ (π ππ’ ππ) + 1 π2 π2π’ ππ2+πππ§2π’2 = 0. (π. ππ) Seperti sebelumnya, solusinya dapat dimisalkan
π’(π, π, π§) = π(π)Ξ¦(π)π(π§)
dimana saat disubstitusi ke (π. ππ) dan melakukan pembagian terhadap π’ = πΞ¦π memberikan 1 ππ π ππ (π ππ ππ) + 1 Ξ¦π2 π2Ξ¦ ππ2 +π1πππ§2π2 = 0 .
Bagian terakhir hanya bergantung terhadap π§, sementara bagian pertama dan kedua secara berurut bergantung pada π dan π. Mengambil konstanta separasi π2, diperoleh
1 π π2π ππ§2 = π2, 1 ππ π ππ (π ππ ππ) + 1 Ξ¦π2 π2Ξ¦ ππ2 + π2 = 0 . Persamaan pertama memiliki solusi
π(π§) = πΈπβππ§+ πΉπππ§. Mengalikan persamaan kedua dengan π2, diperoleh
π π π ππ (π ππ ππ) + 1 Ξ¦ π2Ξ¦ ππ2 + π2π2 = 0,
dengan bagian keduanya hanya bergantung pada Ξ¦ sementara bagian lain bergantung pada π. Mengambil konsanta separasi π2, didapatkan
1 Ξ¦
π2Ξ¦
ππ2 = βπ2, (π. ππ)
Persamaan pada sudut azimuth π memiliki solusi yang tidak asing lagi Ξ¦(π) = πΆ cos ππ + π· sin ππ
Sama halnya pada dua dimensi, sifat nilai tunggal dari π’ membuat π haruslah suatu bilangan bulat. Namun saat π = 0, solusinya memberikan
Ξ¦(π) = πΆπ + π· .
Bentuk ini sesuai untuk sebuah solusi dengan simetri aksial (πΆ = 0) atau sebuah nilai banyak, seperti potensial skalar magnet diasosiasikan dengan arus πΌ.
Terakhir, persamaan dengan π, (π. ππ), bisa ditransformasikan ke dalam persamaan Bessel berorde π dengan menuliskan π = ππ. Hal ini memberikan solusi
π(π) = π΄π½π(ππ) + π΅ππ(ππ) .
Dari pembahasan persamaan Bessel, ππ(ππ) singular pada π = 0, sehingga saat mencari solusi persamaan Laplace pada koordinat silinder dalam suatu daerah dengan π = 0, nila π΅ = 0.
Solusi separasi variabel keseluruhan untuk persamaan Laplace β2π’ = 0 pada silinder dapat dituliskan
π’(π, π, π§) = [π΄π½π(ππ) + π΅π½π(ππ)][πΆ cos ππ + π· sin ππ][πΈπβππ§ + πΉπππ§]. (π. ππ) Prinsip superposisi dapat diterapkan untuk membangun solusi lebih umum dengan menambahkannya bersama dengan solusi (π. ππ) untuk nilai memungkinkan dari konstanta separasi π dan π.
3.3.3 Persamaan Laplace pada Bola
Dalam koordinat bola, persamaan Laplace, β2= 0, memiliki bentuk 1 π2 π ππ (π2 ππ’ ππ) + 1 π2sin π π ππ (sin π ππ’ ππ) + 1 π2sin2π π2π’ ππ2 = 0 (π. ππ) yang merupakan persamaan dengan aplikasi luas dalam fisika.
Sulusinya dimisalkan
π’(π, π, π) = π (π)Ξ(π)Ξ¦(π) .
Substitusi ke persamaan (π. ππ) dan dibagi dengan π’ = π ΞΞ¦, kemudian mengalikannya dengan π2, diperoleh 1 π π ππ (π2 ππ ππ) + 1 Ξ sin π π ππ (sin π πΞ ππ) + 1 Ξ¦ sin2π π2Ξ¦ ππ2 = 0 . (π. ππ)
Bagian pertama bergantung hanya pada π, sementara bagian kedua dan ketiga, secara berurutan, bergantung pada π dan π. Sehingga persamaan (π. ππ)akan ekuivalen dengan dua persamaan
1 π π ππ (π2 ππ ππ) = π , (π. ππ) 1 Ξ sin π π ππ (sin π πΞ ππ) + 1 Ξ¦ sin2π π2Ξ¦ ππ2 = βπ . (π. ππ) Persamaan (π. ππ) merupakan persamaan homogen,
π2π2π
ππ2 + 2πππ ππ β ππ = 0 ,
yang dapat direduksi dengan substitusi π = ππ‘ (menuliskan π (π‘) = π(π‘)) menghasilkan π2π
ππ‘2 +ππππ‘ β ππ = 0 . Persamaan ini memberikan persamaan
π(π‘) = π΄ππ1π‘+ π΅ππ2π‘ , serta solusi untuk persamaan radial
π (π) = π΄ππ1 + π΅ππ2 ,
dengan π1+ π2 = β1 dan π1π2 = βπ. Dapat pula diambil π1 dan π2 sebagai π dan β(π + 1), memberikan π bentuk π(π + 1).
Sampai disini, telah diperoleh informasi dari solusi faktor pertama dari keseluruhan solusi, dimana bentuknya
π’(π, π, π) = [π΄ππ + π΅πβ(π+1)]Ξ(π)Ξ¦(π) , (π. ππ) dengan Ξ dan Ξ¦ harus sesuai dengan (π. ππ)dengan π = π(π + 1), sehingga
1 Ξ sin π π ππ (sin π πΞ ππ) + 1 Ξ¦ sin2π π2Ξ¦ ππ2 = βπ(π + 1) . Kalikan dengan sin2π serta melakukan pengurutan ulang diperoleh
[sin πΞ ππ (sin ππ πΞππ) + π(π + 1) sin2π] +Ξ¦1 πππ2Ξ¦2 = 0 . (π. ππ)
Mengambil konstanta pemisah π2, persamaan dalam sudut azimut π memiliki solusi yang sama untuk solusi dalam bentuk silinder, yaitu
Ξ¦(π) = πΆ cos ππ + π· sin ππ .
Ketunggalan nilai dari π’ membuat nilai π haruslah bilangan bulat. Untuk π = 0, didapatkan Ξ¦(π) = πΆπ + π·.
sin π Ξ π ππ (sin π πΞ ππ ) + π(π + 1) sin2π = π2 . (π. ππ)
Perubahan variabel bebas dari π menjadi π = cos π, sin π = (1 β π2)1/2 membuat persamaan ini
tereduksi ke bentuk khusus. Memberikan
π = cos π , ππππ = β sin π , ππ = βπ (1 β π2)1/2 π ππ , persamaan untuk π(π) β‘ Ξ(π) dapat dituliskan
π
ππ [(1 β π2)ππ
ππ ] +[π(π + 1) β1 β ππ2 2] π = 0 . (π. ππ)
Persamaan khusus ini disebut persamaan Legendre asosiasi. Saat π = 0, persamaan ini tereduksi menjadi persamaan Legendre dan memiliki solusi
π(π) = πΈππ(π) + πΉππ(π) . (π. ππ)
Solusinya diberikan oleh fungsi Legendre asosiasi πππ(π) dan πππ(π), dimana πππ(π) = (1 β π2)|π|/2 π|π|
ππ|π|πππ , (π. ππ) demikian juga untuk πππ. Dari hasil ini kemudian diperoleh
π(π) = πΈπππ+ πΉπππ (π. ππ)
dengan π haruslah bilangan bulat, 0 β€ |π| β€ π. Perlu dicatat, jika solusi untuk persamaan Laplace terbatas saat π = cos π = Β±1 (misalnya pada sumbu polar dimana π = 0, π), mengharuskan konstanta πΉ = 0 pada (π. ππ) dan (π. ππ) karena πππ divergen pada Β±1.
Dari penjabaran tersebut, solusi dari setiap tiga PDB yang terdiri dari π , Ξ dan Ξ¦ telah didapatkan. Solusi total dari persamaan Laplace dengan separasi variabel pada koordinat bola kemudian memiliki bentuk
π’(π, π, π) = (π΄ππ + π΅πβ(π+1))(πΆ cos ππ + π·π)[πΈπππ(cos π) + πΉπππ(cos π)], (π. ππ) ketiga faktor di dalam kurung dihubungkan hanya dengan parameter π dan π, 0 β€ |π| β€ π. Sama seperti sebelumnya, solusi lebih umum dapat dilakukan dengan melakukan superposisi solusi ini untuk nilai yang memenuhi konstanta separas π dan π.