• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persamaan Diferensial Parsial

Dalam dokumen Catatan Fisika Matematika I (Halaman 36-48)

Persamaan diferensial parsial merupakan persamaan yang menghubungkan fungsi tidak diketahui (variabel bergantung) dari dua atau lebih variabel terhadap turunan parsial dengan mengacu pada variabel tersebut. Variabel tidak bergantung yang paling sering dijumpai adalah posisi dan waktu.

3.1 Persamaan Diferensial Parsial Secara Umum

Kebanyakan PDP pada gejala fisis merupakan orde kedua dan linear. Untuk mendapat kesan terhadap bentuk umumnya, berikut diperkenalkan beberapa bentuk PDP dalam sistem fisis. Persamaan gelombang,

βˆ‡2𝑒 =𝑐12πœ•πœ•π‘‘2𝑒2 (πŸ‘. 𝟏)

Mendeskripsikan fungsi posisi dan waktu perpindahan dari titik kesetimbangan 𝑒(𝐫, 𝑑), dari tali atau membran bergetar, gas atau cairan. Persamaannya juga muncul pada elektromagnetik, dimana 𝑒 dapat merupaan medan listrik atau medan magnet dalam gelombang elektromagnetik atau arus maupun tegangan sepanjang garis transmisi. Nilai 𝑐 merupakan kecepatan rambat gelombang. Persamaan difusi,

πœ…βˆ‡2𝑒 = πœ•π‘’πœ•π‘‘ (πŸ‘. 𝟐)

Mendeskripsikan temperature 𝑒 pada suatu wilayah tanpa mengandung sumber panas. Persamaan ini juga berlaku untuk difsui kimia dengan konsentrasi 𝑒(𝐫, 𝑑). Konstanta πœ… disebut difusifitas. Persamaannya jeas terlihat terdiri dari tiga variabel spasial berorde dua dan satu variabel waktu berorde satu.

Persamaan Laplace,

πœ…βˆ‡2𝑒 = 0 (πŸ‘. πŸ‘)

Didapatkan dengan pada kondisi πœ•π‘’/πœ•π‘‘ = 0 pada persamaan difusi, dan mendeskripsikan, misalnya, distribusi temperature steady-state pada sebuah padatan dimana tidak ada sumber panas. Persamaan Laplace juga dapat digunakan dalam mendeskripsikan potensial gravitasi pada wilayah tidak ada benda atau potensial listrik pada wilayah tidak adanya muatan. Lebih jauh, aplikasinya dapat diterapkan pada fluida tidak tertekan dengan tidak ada sumber.

Persamaan Poisson,

juga mendeskripsikan situasi fisis sama dengan persamaan Laplace, namun pada wilayah mengandung benda, muatan, atau sumber panas atau cairan. Fungsi 𝜌(𝐫) disebut rapat sumber dan pada aplikasi fisis biasanya mengandung konstanta fisis. Misalnya, jika 𝑒 adalah potensial listrik pada suatu daerah dalam ruang, dimana 𝜌 adalah rapat muatan listrik, maka βˆ‡2𝑒 = βˆ’πœŒ(𝐫)/πœ–0, dengan πœ–0 permitivitas ruang hampa.

Persamaan Schrodinger,

βˆ’2π‘š βˆ‡β„2 2𝑒 + 𝑉(𝐫)𝑒 = π‘–β„πœ•π‘’πœ•π‘‘ (πŸ‘. πŸ“)

Mendeskripsikan fungsi mekanika kuantum 𝑒(𝐫, 𝑑) dari partikel non-relaivistik bermassa π‘š, ℏ adalah konstanta Planck dibagi 2πœ‹. Seperti persamaan difusi, bentuknya juga berorde dua dalam tiga variabel spasial dan berorde satu dalam waktu.

3.2 Separasi Variabel

Misalkan kita mencari solusi 𝑒(π‘₯, 𝑦, 𝑧, 𝑑) untuk persamaan diferensial parsial dalam kordinat Kartesian. Bentuk awalnya dapat dimisalkan dalam bentuk

𝑒(π‘₯, 𝑦, 𝑧, 𝑑) = 𝑋(π‘₯)π‘Œ(𝑦)𝑍(𝑧)𝑇(𝑑) (πŸ‘. πŸ”)

Solusi dengan bentuk seperti ini dikatakan terpisah dengan variabel π‘₯, 𝑦, 𝑧 dan 𝑑, dan mencari solusinya disebot motode separasi variabel.

Untuk persamaan diferensial parsial secara umum, kelihatannya sulit mendapatkan solusi terpisah. Namun untuk beberapa persamaan umum dan persamaan fisis, memiliki solusi dengan bentuk ini. Untuk menjabarkan lebih jauh, dapat ditinjau persamaan gelombang dalam tiga dimensi

βˆ‡2𝑒(𝐫) =𝑐12πœ•2πœ•π‘‘π‘’(𝐫)2 (πŸ‘. πŸ•) yang dalam kordinat Kartesian

πœ•2𝑒

πœ•π‘₯2+πœ•πœ•π‘¦2𝑒2 +πœ•πœ•π‘§2𝑒2 =𝑐12πœ•πœ•π‘‘2𝑒2 (πŸ‘. πŸ–) dengan substitusi persamaan (3.6) didapatkan

𝑑2𝑋

𝑑π‘₯2π‘Œπ‘π‘‡ + 𝑋𝑑𝑑𝑦2π‘Œ2𝑍𝑇 + π‘‹π‘Œπ‘‘π‘§π‘‘2𝑍2𝑇 =𝑐12 π‘‹π‘Œπ‘π‘‘π‘‘π‘‘2𝑇2 (πŸ‘. πŸ—) dan lebih mudah dilihat dengan notasi

π‘‹β€²β€²π‘Œπ‘π‘‡ + π‘‹π‘Œβ€²β€²π‘π‘‡ + π‘‹π‘Œπ‘β€²β€²π‘‡ =𝑐12π‘‹π‘Œπ‘π‘‡β€²β€² (πŸ‘. 𝟏𝟎)

𝑋′′ 𝑋 + π‘Œβ€²β€² π‘Œ + 𝑍′′ 𝑍 = 1 𝑐2 𝑇′′ 𝑇 (πŸ‘. 𝟏𝟏)

Bentuk ini merupakan dasar dari metoda separasi variabel. Bagian pertama hanya bergantung pada π‘₯, bagian kedua pada 𝑦, bagian ketiga pada 𝑧, serta bagian sisi kanan persamaan hanya bergantung pada 𝑑. Persamaan (3.7) dapat dipenuhi untuk semua π‘₯, 𝑦, 𝑧 dan 𝑑 jika setiap bagian tidak bergantung terhadap variabel bebas namun haruslah sebuah konstanta.

Untuk mengilustrasikan pemisalan, dipilih βˆ’π‘™2, βˆ’π‘š2, βˆ’π‘›2 untuk tiga konstanta pertama.

Konstanta yang berhubungan dengan sisi sebelah kanan persamaan haruslah memenuhi βˆ’πœ‡2 = βˆ’(𝑙2+ π‘š2+ 𝑛2). Penjabaran ini kemudian membuat persamaan (3.7) dapat dituliskan dalam empat persamaan diferensial biasa

𝑋′′ 𝑋 = βˆ’π‘™2, π‘Œβ€²β€² π‘Œ = βˆ’π‘š2, 𝑍′′ 𝑍 = βˆ’π‘›2, 1 𝑐2 𝑇′′ 𝑇 = βˆ’πœ‡2 (πŸ‘. 𝟏𝟐)

Penyederhanaan ini merupakan alat untuk mengasumsikan sebuah solusi terpisah, PDP memiliki turunan terhadap empat variabel bebas dalam satu persamaan, telah direduksi menjadi empat PDB terpisah. Persamaannya dihubungkan dengan empat parameter konstan yang memenuhi ungkapan aljabar. Konstanta ini disebut juga konstanta separasi.

Solusi umum dari persamaan (3.8) kemudian dapat langsung dideduksi 𝑋(π‘₯) = 𝐴𝑒𝑖𝑙π‘₯+ π΅π‘’βˆ’π‘–π‘™π‘₯

π‘Œ(𝑦) = πΆπ‘’π‘–π‘šπ‘¦ + π·π‘’βˆ’π‘–π‘šπ‘¦ (πŸ‘. πŸπŸ‘) 𝑍(𝑧) = 𝐸𝑒𝑖𝑛𝑧+ πΉπ‘’βˆ’π‘–π‘›π‘§

𝑇(𝑑) = πΊπ‘’π‘–π‘πœ‡π‘‘+ π»π‘’βˆ’π‘–π‘πœ‡π‘‘

dengan 𝐴, 𝐡, … , 𝐻 adalah konstanta, diperoleh dengan menggunakan syarat batas dari suatu solusi. Bentuk alternatif solusinya dapat pula dituliskan

𝑋(π‘₯) = 𝐴′cos 𝑙π‘₯ + 𝐡′sin 𝑙π‘₯

π‘Œ(𝑦) = 𝐢′cos π‘šπ‘¦ + 𝐷′sin π‘šπ‘¦ (πŸ‘. πŸπŸ’) 𝑍(𝑧) = 𝐸′cos 𝑛𝑧 + 𝐹′sin 𝑛𝑧

𝑇(𝑑) = 𝐺′cos(π‘πœ‡π‘‘) + 𝐻′sin(π‘πœ‡π‘‘)

dimana 𝐴′, 𝐡′, … , 𝐻′ merupakan konstanta lain. Pemilihan bentuk dalam merepresentasikan solusi bergantung pada permasalahannya.

Sebagai gambaran, dengan memasukkan syarat batas misalnya, didapatkan solusi 𝑋(π‘₯) = 𝑒𝑖𝑙π‘₯ π‘Œ(𝑦) = π‘’π‘–π‘šπ‘¦

𝑍(𝑧) = 𝑒𝑖𝑛𝑧 𝑇(𝑑) = π‘’βˆ’π‘–π‘πœ‡π‘‘

𝑒(π‘₯, 𝑦, 𝑧, 𝑑) = 𝑒𝑖𝑙π‘₯π‘’π‘–π‘šπ‘¦π‘’π‘–π‘›π‘¦π‘’βˆ’π‘–π‘πœ‡π‘‘

= 𝑒𝑖(𝑙π‘₯+π‘šπ‘¦+π‘›π‘¦βˆ’π‘πœ‡π‘‘)

Dalam notasi konvensional teori gelombang, 𝑙, π‘š, 𝑛 adalah komponen dari vektor gelombang 𝐀, dimana besarnya π‘˜ = 2πœ‹/πœ†, dengan πœ† panjang gelombang. Adapun π‘πœ‡ adalah frekuensi sudut πœ” dari gelombang. Sehingga, persamaannya dapat dituliskan

𝑒(π‘₯, 𝑦, 𝑧, 𝑑) = 𝑒𝑖(π‘˜π‘₯π‘₯+π‘˜π‘¦π‘¦+π‘˜π‘§π‘§βˆ’πœ”π‘‘) = 𝑒𝑖(π€βˆ™π«βˆ’πœ”π‘‘)

Metode separasi variabel ini dapat diaplikasikan untuk banyak PDP yang muncul pada fenomena fisis.

3.2 Superposisi Solusi Terpisah

Saat persamaan diferesial parsial berbentuk linear (seperti persamaan Laplace, Schrodinger, difusi dan gelombang), solusi matematis dapat dibentuk dari prinsip superposisi untuk nilai berbeda setiap konstanta separasi. Mengambil dua variabel misalnya

π‘’πœ†π‘–(π‘₯, 𝑦) = π‘‹πœ†1(π‘₯)π‘Œπœ†1(𝑦)

merupakan solusi PDP dengan memberikan konstanta separasi variabel πœ†1, maka hasil superposisi 𝑒(π‘₯, 𝑦) = π‘Ž1π‘‹πœ†1(π‘₯)π‘Œπœ†1(𝑦) + π‘Ž2π‘‹πœ†2(π‘₯)π‘Œπœ†2(𝑦) + β‹―

= βˆ‘ π‘Žπ‘–π‘‹πœ†π‘–(π‘₯)π‘Œπœ†π‘–(𝑦)

𝑖

(πŸ‘. πŸπŸ“)

juga merupakan solusi untuk setiap konstanta π‘Žπ‘–, dengan πœ†π‘– adalah nilai yang memenuhi konstanta separasi πœ†, diberikan oleh syarat batas. Nilai dari superposisi merupakan hasil dari syarat batas, katakanlah 𝑒(π‘₯, 𝑦) memiliki bentuk tertentu 𝑓(π‘₯) pada 𝑦 = 0, dapat ditemukan dengan memilih konstanta π‘Žπ‘– sedemikian rupa

𝑓(π‘₯) = βˆ‘ π‘Žπ‘–π‘‹πœ†π‘–(π‘₯)π‘Œπœ†π‘–(0)

𝑖

Secara umum, hal ini akan memungkinkan fungsi π‘‹πœ†π‘–(π‘₯) membentuk kumpulan fungsi, seperti halnya fungsi sinusoidal pada deret Fourier.

Untuk menggambarkan penggunaan prinsip superposisi pada penyelesaian PDP, misalkan sebuah logam segi empat semi-takberhingga berada apada daerah 0 ≀ π‘₯ ≀ ∞ dan 0 ≀ 𝑦 ≀ 𝑏 pada bidang-π‘₯𝑦. Temperatur pada ujung jauh dari logam dan kedua sisi lainnya adalah 0Β°C.

Gambar 3.1 Semi-takberhingga plat logam dengan setiap sisi bertemperatur tetap

Saat temperatur dari logam di π‘₯ = 0 juga tetap dan diberikan oleh 𝑓(𝑦), distribusi temperatur keadaan tunak 𝑒(π‘₯, 𝑦) dari logam dapat dicari dengan menggunakan persamaan difusi

πœ… (πœ•πœ•π‘₯2𝑒2+πœ•πœ•π‘¦2𝑒2) =πœ•π‘’πœ•π‘‘

Namun karena kondisinya tunak, πœ•π‘’/πœ•π‘‘ = 0, membuat persamaannya direduksi menjadi persamaan Laplace

πœ•2𝑒

πœ•π‘₯2+πœ•πœ•π‘¦2𝑒2 = 0

Menggunakan asumsi 𝑒(π‘₯, 𝑦) = 𝑋(π‘₯)π‘Œ(𝑦), solusinya dapat dipenuhi oleh persamaan 𝑋(π‘₯) = 𝐴𝑒𝑖𝑙π‘₯+ π΅π‘’βˆ’π‘–π‘™π‘₯, π‘Œ(𝑦) = πΆπ‘’π‘–π‘šπ‘¦+ π·π‘’βˆ’π‘–π‘šπ‘¦

atau

𝑋(π‘₯) = 𝐴′cos 𝑙π‘₯ + 𝐡′sin 𝑙π‘₯ , π‘Œ(𝑦) = 𝐢′cos π‘šπ‘¦ + 𝐷′sin π‘šπ‘¦

Pada kasus ini, persamaan haruslah memenuhi syarat batas 𝑒(π‘₯, 0) = 0 = 𝑒(π‘₯, 𝑏) dan terlihat solusi sinusoidal pada bagian 𝑦 cukup sesuai. Lebih jauh, karena syarat lain 𝑒(∞, 𝑦) = 0 maka solusi dari bagian π‘₯ dapat dipilih dalam bentuk eksponensial. Solusi terpisah dari kasus ini kemudian dapat dituliskan

𝑒(π‘₯, 𝑦) = (π΄π‘’πœ†π‘₯+ π΅βˆ’πœ†π‘₯)(𝐢 cos πœ†π‘¦ + 𝐷 sin πœ†π‘¦)

Dengan menyesuaikan dengan syarat batas 𝑒(∞, 𝑦) = 0 mengharuskan 𝐴 = 0 jika diambil πœ† > 0. Selanjutnya, karena 𝑒(π‘₯, 0) = 0 mengharuskan 𝐢 = 0. Dengan menyerap konstanta 𝐷 ke 𝐡, menyisakan

𝑒(π‘₯, 𝑦) = π΅π‘’βˆ’πœ†π‘₯sin πœ†π‘¦

Namun dengan kondisi lain, 𝑒(π‘₯, 𝑏) = 0, mengharuskan πœ† = π‘›πœ‹/𝑏, dengan 𝑛 bilangan bulat positif. Hal ini membuat terdapat 𝑛 buah solusi dari persamaan.

Menggunakan prinsip superposisi, solusi umum untuk memenuhi syarat batas dapat dituliskan 𝑒(π‘₯, 𝑦) = βˆ‘ π΅π‘›π‘’βˆ’π‘›πœ‹π‘₯𝑏 sinπ‘›πœ‹π‘¦π‘

∞ 𝑛=1

(πŸ‘. πŸπŸ”)

untuk suatu konstanta 𝐡𝑛. Bilangan bulat 𝑛 negatif tidak disertakan karena akan membuat solusinya divergen saat π‘₯ β†’ ∞. Syarat batas tersisa adalah 𝑒(0, 𝑦) = 𝑓(𝑦), dan mengharuskan konstanta 𝐡𝑛 memenuhi

𝑓(𝑦) = βˆ‘ 𝐡𝑛sinπ‘›πœ‹π‘¦π‘

∞ 𝑛=1

Bentuk ini tidak lain adalah ekspansi deret Fourier untuk bagian sinus, sehingga konstanta 𝐡𝑛 dapat ditelusuri dengan 𝐡𝑛 =2π‘βˆ« 𝑓(𝑦)𝑏 0 sin (π‘›πœ‹π‘¦π‘ ) 𝑑𝑦 dengan 𝑓(𝑦) = 𝑒0, maka 𝐡𝑛 = 2π‘βˆ« 𝑒0 𝑏 0 sin (π‘›πœ‹π‘¦π‘ ) 𝑑𝑦 =2𝑏 [βˆ’π‘’0π‘›πœ‹ cos (𝑏 π‘›πœ‹π‘¦π‘ )]𝑏0 = βˆ’2π‘’π‘›πœ‹0[cos π‘›πœ‹ βˆ’ 1] = βˆ’2π‘’π‘›πœ‹0[(βˆ’1)π‘›βˆ’ 1] = {4π‘’π‘›πœ‹ 𝑛 ganjil0 0 𝑛 genap Dengan substitusi pada (3.12), didapatkan solusi akhirakhir

𝑒(π‘₯, 𝑦) = βˆ‘ 4π‘’π‘›πœ‹ 𝑒0 βˆ’(π‘›πœ‹π‘₯𝑏 )sin (π‘›πœ‹π‘¦π‘ )

𝑛 ganjil

3.3 Separasi Variabel pada Kordinat Polar

Dalam banyak sistem fisis pada dua dan tiga dimensi secara alami diekspresikan dalam bentuk koordinat polar, dimana banyak keuntungan dapat diambil dari bentuk simetrinya. Hal tersebut menjadi alasan untuk menelaah separasi variabel pada koordinat bidang polar, silinder, dan bola.

Banyak PDP mengandung operator βˆ‡2, seperti di persamaan gelombang, persamaan difusi,

persamaan Schrodinger dan persamaan Poisson. Pada pembahasan kalkulus vektor, bentuk operator βˆ‡2 untuk koordinat bidang polar, silinder dan bola secara berurut diberikan oleh

βˆ‡2=1πœŒπœ•πœŒ (πœŒπœ• πœ•πœŒ) +πœ• 𝜌12πœ•πœ™πœ•22 (πŸ‘. πŸπŸ•) βˆ‡2=1πœŒπœ•πœŒ (πœŒπœ• πœ•πœŒ) +πœ• 𝜌12πœ•πœ™πœ•22 +πœ•π‘§πœ•22 (πŸ‘. πŸπŸ–) βˆ‡2=π‘Ÿ12πœ•π‘Ÿ (π‘Ÿπœ• 2 πœ• πœ•π‘Ÿ) + 1 π‘Ÿ2sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ (sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ) + 1 π‘Ÿ2sin2πœƒ πœ•2 πœ•πœ™2 (πŸ‘. πŸπŸ—) Persamaan paling sederhana dengan βˆ‡2 adalah persamaan Laplace,

βˆ‡2𝑒(𝒓) = 0 (πŸ‘. 𝟐𝟎)

Dari penjabaran persamaan ini dapat diperoleh penjabaran untuk bentuk persamaan lain yang lebih kompleks.

3.3.1 Persamaan Laplace di Bidang Polar

Misalkan untuk mecari solusi (πŸ‘. 𝟐𝟎) pada lingakaran 𝜌 = π‘Ž. Pencarian solusi akan mengarah pada variabel 𝜌 dan πœ™ dengan mengakomodasi syarat batas di 𝜌 = π‘Ž.

Menuliskan 𝑒(𝜌, πœƒ) = 𝑃(𝜌)Ξ¦(πœ™) dan menggunakan (πŸ‘. πŸπŸ•) diperoleh Ξ¦ 𝜌 πœ• πœ•πœŒ (𝜌 πœ•π‘ƒ πœ•πœŒ) + 𝑃 𝜌2 πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = 0 mengalikan dengan 1/𝑃Φ dan 𝜌2,

𝜌 𝑃 πœ• πœ•πœŒ (𝜌 πœ•π‘ƒ πœ•πœŒ) + 1 Ξ¦ πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = 0 membuat persamaannya dapat dipisah menjadi dua bentuk PDB

𝜌 𝑃 πœ• πœ•πœŒ (𝜌 πœ•π‘ƒ πœ•πœŒ) = 𝑛2 (πŸ‘. 𝟐𝟏) 1 Ξ¦ πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = βˆ’π‘›2 (πŸ‘. 𝟐𝟐)

dengan 𝑛2 adalah konstanta pemisah. Secara umum nilai 𝑛 ini adalah suatu bilangan (bisa dalam bentuk kompleks).

Pertama, untuk 𝑛 β‰  0, persamaan (πŸ‘. 𝟐𝟐) memiliki bentuk umum Ξ¦(πœ™) = π΄π‘’π‘–π‘›πœ™+ π΅π‘’βˆ’π‘–π‘›πœ™ (πŸ‘. πŸπŸ‘) Sementara persamaan (πŸ‘. 𝟐𝟏) berbentuk persamaan homogeny

𝜌2𝑃′′+ πœŒπ‘ƒβ€²βˆ’ 𝑛2𝑃 = 0

yang dapat diselesaikan dengan menggunakan deret pangkat 𝜌, atau dapat juga dengan substitusi 𝜌 = 𝑒𝑑 untuk mendapatkan

𝑃(𝜌) = πΆπœŒπ‘›+ π·πœŒβˆ’π‘› (πŸ‘. πŸπŸ’)

Substitusi ulang (πŸ‘. πŸπŸ‘) dari persamaan azimuthal (πŸ‘. 𝟐𝟐), dapat dilihat bahwa jika 𝚽, dan kemudian 𝑒, memilliki nilai tunggal dan tidaklah berubah ketika πœ™ meningkat 2πœ‹ maka 𝑛 haruslah bilangan bulat. Secara matematis, nilai lain dari 𝑛 memungkinkan, namun ini tidaklah mendeskripsikan situasi fisis yang ril. Dari hasil ini, diperoleh solusidari persamaan Laplace dua dimensi

𝑒(𝜌, πœ™) = (𝐴 cos π‘›πœ™ + 𝐡 sin π‘›πœ™)(πΆπœŒπ‘› + π·πœŒβˆ’π‘›) dengan 𝐴, 𝐡, 𝐢, 𝐷 adalah suatu konstanta dan 𝑛 adalah bilangan bulat. Ketika 𝑛 = 0 solusi (πŸ‘. 𝟐𝟏) dan (πŸ‘. 𝟐𝟐)adalah

Ξ¦(πœ™) = π΄πœ™ + 𝐡 𝑃(𝜌) = 𝐢 ln 𝜌 + 𝐷

Namun, agar 𝑒 = 𝑃Φ bernilai tunggal, kita perlukan 𝐴 = 0, sehingga solusi untuk 𝑛 = 0 adalah 𝑒(𝜌, πœ™) = 𝐢 ln 𝜌 + 𝐷 .

Melakukan superposisi terhadap solusi untuk nilai 𝑛 berbeda-beda, solusi umum persamaan Laplace pada bidang polar adalah

𝑒(𝜌, πœ™) = (𝐢0ln 𝜌 + 𝐷0) + βˆ‘(𝐴𝑛cos π‘›πœ™ + 𝐡𝑛sin π‘›πœ™)(πΆπ‘›πœŒπ‘›+ π·π‘›πœŒβˆ’π‘›)

∞ 𝑛=1

(πŸ‘. πŸπŸ“) untuk 𝑛 bentuknya bilangan bulat. Nilai 𝑛 negatif telah lingkupi oleh nilai 𝑛 positif. Karena ln 𝜌 singular di 𝜌 = 0, saat menyelesaikan persamaan Laplace pada daerah dengan titik awal, 𝐢0 haruslah nol.

3.3.2 Persamaan Laplace pada Silinder

Dalam koordinat silinder, persamaan Laplace secara umum berbentuk 1 𝜌 πœ• πœ•πœŒ (𝜌 πœ•π‘’ πœ•πœŒ) + 1 𝜌2 πœ•2𝑒 πœ•πœ™2+πœ•πœ•π‘§2𝑒2 = 0. (πŸ‘. πŸπŸ”) Seperti sebelumnya, solusinya dapat dimisalkan

𝑒(𝜌, πœ™, 𝑧) = 𝑃(𝜌)Ξ¦(πœ™)𝑍(𝑧)

dimana saat disubstitusi ke (πŸ‘. πŸπŸ”) dan melakukan pembagian terhadap 𝑒 = 𝑃Φ𝑍 memberikan 1 π‘ƒπœŒ 𝑑 π‘‘πœŒ (𝜌 𝑑𝑃 π‘‘πœŒ) + 1 Φ𝜌2 𝑑2Ξ¦ π‘‘πœ™2 +𝑍1𝑑𝑑𝑧2𝑍2 = 0 .

Bagian terakhir hanya bergantung terhadap 𝑧, sementara bagian pertama dan kedua secara berurut bergantung pada 𝜌 dan πœ™. Mengambil konstanta separasi π‘˜2, diperoleh

1 𝑍 𝑑2𝑍 𝑑𝑧2 = π‘˜2, 1 π‘ƒπœŒ 𝑑 π‘‘πœŒ (𝜌 𝑑𝑃 π‘‘πœŒ) + 1 Φ𝜌2 𝑑2Ξ¦ π‘‘πœ™2 + π‘˜2 = 0 . Persamaan pertama memiliki solusi

𝑍(𝑧) = πΈπ‘’βˆ’π‘˜π‘§+ πΉπ‘’π‘˜π‘§. Mengalikan persamaan kedua dengan 𝜌2, diperoleh

𝜌 𝑃 𝑑 π‘‘πœŒ (𝜌 𝑑𝑃 π‘‘πœŒ) + 1 Ξ¦ 𝑑2Ξ¦ π‘‘πœ™2 + π‘˜2𝜌2 = 0,

dengan bagian keduanya hanya bergantung pada Ξ¦ sementara bagian lain bergantung pada 𝜌. Mengambil konsanta separasi π‘š2, didapatkan

1 Ξ¦

𝑑2Ξ¦

π‘‘πœ™2 = βˆ’π‘š2, (πŸ‘. πŸπŸ•)

Persamaan pada sudut azimuth πœ™ memiliki solusi yang tidak asing lagi Ξ¦(πœ™) = 𝐢 cos π‘šπœ™ + 𝐷 sin π‘šπœ™

Sama halnya pada dua dimensi, sifat nilai tunggal dari 𝑒 membuat π‘š haruslah suatu bilangan bulat. Namun saat π‘š = 0, solusinya memberikan

Ξ¦(πœ™) = πΆπœ™ + 𝐷 .

Bentuk ini sesuai untuk sebuah solusi dengan simetri aksial (𝐢 = 0) atau sebuah nilai banyak, seperti potensial skalar magnet diasosiasikan dengan arus 𝐼.

Terakhir, persamaan dengan 𝜌, (πŸ‘. πŸπŸ–), bisa ditransformasikan ke dalam persamaan Bessel berorde π‘š dengan menuliskan πœ‡ = π‘˜πœŒ. Hal ini memberikan solusi

𝑃(𝜌) = π΄π½π‘š(π‘˜πœŒ) + π΅π‘Œπ‘š(π‘˜πœŒ) .

Dari pembahasan persamaan Bessel, π‘Œπ‘š(π‘˜πœŒ) singular pada 𝜌 = 0, sehingga saat mencari solusi persamaan Laplace pada koordinat silinder dalam suatu daerah dengan 𝜌 = 0, nila 𝐡 = 0.

Solusi separasi variabel keseluruhan untuk persamaan Laplace βˆ‡2𝑒 = 0 pada silinder dapat dituliskan

𝑒(𝜌, πœ™, 𝑧) = [π΄π½π‘š(π‘˜πœŒ) + π΅π½π‘š(π‘˜πœŒ)][𝐢 cos π‘šπœ™ + 𝐷 sin π‘šπœ™][πΈπ‘’βˆ’π‘˜π‘§ + πΉπ‘’π‘˜π‘§]. (πŸ‘. πŸπŸ—) Prinsip superposisi dapat diterapkan untuk membangun solusi lebih umum dengan menambahkannya bersama dengan solusi (πŸ‘. πŸπŸ—) untuk nilai memungkinkan dari konstanta separasi π‘˜ dan π‘š.

3.3.3 Persamaan Laplace pada Bola

Dalam koordinat bola, persamaan Laplace, βˆ‡2= 0, memiliki bentuk 1 π‘Ÿ2 πœ• πœ•π‘Ÿ (π‘Ÿ2 πœ•π‘’ πœ•π‘Ÿ) + 1 π‘Ÿ2sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ (sin πœƒ πœ•π‘’ πœ•πœƒ) + 1 π‘Ÿ2sin2πœƒ πœ•2𝑒 πœ•πœ™2 = 0 (πŸ‘. πŸ‘πŸŽ) yang merupakan persamaan dengan aplikasi luas dalam fisika.

Sulusinya dimisalkan

𝑒(π‘Ÿ, πœƒ, πœ™) = 𝑅(π‘Ÿ)Θ(πœƒ)Ξ¦(πœ™) .

Substitusi ke persamaan (πŸ‘. πŸ‘πŸŽ) dan dibagi dengan 𝑒 = π‘…Ξ˜Ξ¦, kemudian mengalikannya dengan π‘Ÿ2, diperoleh 1 𝑅 𝑑 π‘‘π‘Ÿ (π‘Ÿ2 πœ•π‘… πœ•π‘Ÿ) + 1 Θ sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ (sin πœƒ πœ•Ξ˜ πœ•πœƒ) + 1 Ξ¦ sin2πœƒ πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = 0 . (πŸ‘. πŸ‘πŸ)

Bagian pertama bergantung hanya pada π‘Ÿ, sementara bagian kedua dan ketiga, secara berurutan, bergantung pada πœƒ dan πœ™. Sehingga persamaan (πŸ‘. πŸ‘πŸ)akan ekuivalen dengan dua persamaan

1 𝑅 𝑑 π‘‘π‘Ÿ (π‘Ÿ2 πœ•π‘… πœ•π‘Ÿ) = πœ† , (πŸ‘. πŸ‘πŸ) 1 Θ sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ (sin πœƒ πœ•Ξ˜ πœ•πœƒ) + 1 Ξ¦ sin2πœƒ πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = βˆ’πœ† . (πŸ‘. πŸ‘πŸ‘) Persamaan (πŸ‘. πŸ‘πŸ) merupakan persamaan homogen,

π‘Ÿ2𝑑2𝑅

π‘‘π‘Ÿ2 + 2π‘Ÿπ‘‘π‘…π‘‘π‘Ÿ βˆ’ πœ†π‘… = 0 ,

yang dapat direduksi dengan substitusi π‘Ÿ = 𝑒𝑑 (menuliskan 𝑅(𝑑) = 𝑆(𝑑)) menghasilkan 𝑑2𝑆

𝑑𝑑2 +𝑑𝑆𝑑𝑑 βˆ’ πœ†π‘† = 0 . Persamaan ini memberikan persamaan

𝑆(𝑑) = π΄π‘’πœ†1𝑑+ π΅π‘’πœ†2𝑑 , serta solusi untuk persamaan radial

𝑅(π‘Ÿ) = π΄π‘Ÿπœ†1 + π΅π‘Ÿπœ†2 ,

dengan πœ†1+ πœ†2 = βˆ’1 dan πœ†1πœ†2 = βˆ’πœ†. Dapat pula diambil πœ†1 dan πœ†2 sebagai 𝑙 dan βˆ’(𝑙 + 1), memberikan πœ† bentuk 𝑙(𝑙 + 1).

Sampai disini, telah diperoleh informasi dari solusi faktor pertama dari keseluruhan solusi, dimana bentuknya

𝑒(π‘Ÿ, πœƒ, πœ™) = [π΄π‘Ÿπ‘™ + π΅π‘Ÿβˆ’(𝑙+1)]Θ(πœƒ)Ξ¦(πœ™) , (πŸ‘. πŸ‘πŸ’) dengan Θ dan Ξ¦ harus sesuai dengan (πŸ‘. πŸ‘πŸ‘)dengan πœ† = 𝑙(𝑙 + 1), sehingga

1 Θ sin πœƒ πœ• πœ•πœƒ (sin πœƒ πœ•Ξ˜ πœ•πœƒ) + 1 Ξ¦ sin2πœƒ πœ•2Ξ¦ πœ•πœ™2 = βˆ’π‘™(𝑙 + 1) . Kalikan dengan sin2πœƒ serta melakukan pengurutan ulang diperoleh

[sin πœƒΞ˜ π‘‘πœƒ (sin πœƒπ‘‘ πœ•Ξ˜πœ•πœƒ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2πœƒ] +Ξ¦1 πœ•πœ•πœ™2Ξ¦2 = 0 . (πŸ‘. πŸ‘πŸ“)

Mengambil konstanta pemisah π‘š2, persamaan dalam sudut azimut πœ™ memiliki solusi yang sama untuk solusi dalam bentuk silinder, yaitu

Ξ¦(πœ™) = 𝐢 cos π‘šπœƒ + 𝐷 sin π‘šπœƒ .

Ketunggalan nilai dari 𝑒 membuat nilai π‘š haruslah bilangan bulat. Untuk π‘š = 0, didapatkan Ξ¦(πœ™) = πΆπœ™ + 𝐷.

sin πœƒ Θ 𝑑 π‘‘πœƒ (sin πœƒ π‘‘Ξ˜ π‘‘πœƒ ) + 𝑙(𝑙 + 1) sin2πœƒ = π‘š2 . (πŸ‘. πŸ‘πŸ”)

Perubahan variabel bebas dari πœƒ menjadi πœ‡ = cos πœƒ, sin πœƒ = (1 βˆ’ πœ‡2)1/2 membuat persamaan ini

tereduksi ke bentuk khusus. Memberikan

πœ‡ = cos πœƒ , π‘‘πœ‡π‘‘πœƒ = βˆ’ sin πœƒ , π‘‘πœƒ = βˆ’π‘‘ (1 βˆ’ πœ‡2)1/2 𝑑 π‘‘πœ‡ , persamaan untuk 𝑀(πœ‡) ≑ Θ(πœƒ) dapat dituliskan

𝑑

π‘‘πœ‡ [(1 βˆ’ πœ‡2)𝑑𝑀

π‘‘πœ‡ ] +[𝑙(𝑙 + 1) βˆ’1 βˆ’ πœ‡π‘š2 2] 𝑀 = 0 . (πŸ‘. πŸ‘πŸ”)

Persamaan khusus ini disebut persamaan Legendre asosiasi. Saat π‘š = 0, persamaan ini tereduksi menjadi persamaan Legendre dan memiliki solusi

𝑀(πœ‡) = 𝐸𝑃𝑙(πœ‡) + 𝐹𝑄𝑙(πœ‡) . (πŸ‘. πŸ‘πŸ•)

Solusinya diberikan oleh fungsi Legendre asosiasi π‘ƒπ‘™π‘š(πœ‡) dan π‘„π‘™π‘š(πœ‡), dimana π‘ƒπ‘™π‘š(πœ‡) = (1 βˆ’ πœ‡2)|π‘š|/2 𝑑|π‘š|

π‘‘πœ‡|π‘š|π‘ƒπ‘™π‘š , (πŸ‘. πŸ‘πŸ–) demikian juga untuk π‘„π‘™π‘š. Dari hasil ini kemudian diperoleh

𝑀(πœ‡) = πΈπ‘ƒπ‘™π‘š+ πΉπ‘„π‘™π‘š (πŸ‘. πŸ‘πŸ—)

dengan π‘š haruslah bilangan bulat, 0 ≀ |π‘š| ≀ 𝑙. Perlu dicatat, jika solusi untuk persamaan Laplace terbatas saat πœ‡ = cos πœƒ = Β±1 (misalnya pada sumbu polar dimana πœƒ = 0, πœ‹), mengharuskan konstanta 𝐹 = 0 pada (πŸ‘. πŸ‘πŸ•) dan (πŸ‘. πŸ‘πŸ—) karena π‘„π‘™π‘š divergen pada Β±1.

Dari penjabaran tersebut, solusi dari setiap tiga PDB yang terdiri dari 𝑅, Θ dan Ξ¦ telah didapatkan. Solusi total dari persamaan Laplace dengan separasi variabel pada koordinat bola kemudian memiliki bentuk

𝑒(π‘Ÿ, πœƒ, πœ™) = (π΄π‘Ÿπ‘™ + π΅π‘Ÿβˆ’(𝑙+1))(𝐢 cos π‘šπœ™ + π·πœ™)[πΈπ‘ƒπ‘™π‘š(cos πœƒ) + πΉπ‘„π‘™π‘š(cos πœƒ)], (πŸ‘. πŸ’πŸŽ) ketiga faktor di dalam kurung dihubungkan hanya dengan parameter 𝑙 dan π‘š, 0 ≀ |π‘š| ≀ 𝑙. Sama seperti sebelumnya, solusi lebih umum dapat dilakukan dengan melakukan superposisi solusi ini untuk nilai yang memenuhi konstanta separas 𝑙 dan π‘š.

4. FUNGSI KOMPLEKS

Dalam dokumen Catatan Fisika Matematika I (Halaman 36-48)

Dokumen terkait