• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISI DATA

5.1 FUNGSI KOORDINASI CAMAT DALAM MELAKSANAKAN

PEMBANGUNAN DIKECAMATAN SILIMA PUNGGA-PUNGGA

KABUPATEN DARI

Fungsi koordinasi ialah mengsinkronisasikan dan melaraskan kegiatan semua unit departemen organisasi menuju tercapainya suatu hasil akhir yang sama. Koordinasi menyangkut semua orang, kelompok, umit organisasi dan semua kegiatan di dalam tiap perusahaan dimana orang bekerja sama. Tanpa koodinasi terjadi pemborosan waktu, daya upaya, dan uang yang sangat banyak. Menurut George R.Terry dalam buku Sutarto, koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha untuk menciptakan kepantasan kwantitas, waktu, dan pengarahan pelaksanaan yang menghasilkan keselarasan dan kesatuan tindakan untuk tujuan yang telah ditetapkan. Atas dasar itu dapatlah kiranya asas koodinasi diartikan sebagai berikut yaitu di dalam organisasi harus ada keselarasan aktivitas antar satuan organisasi atau keselarasan tugas antar pejabat.

Pembangunan adalah upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan, baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan alam. Pembangunan yang dilaksanakan didalam wiayah kecamatan silima pungga-pungga dikoordinasikan oleh camat sehingga terlaksananya pembangunan dapat dicapai dengan baik.

Untuk mencapai pembangunan dengan sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat maka ada tahap-tahap yang harus dilakukan camat sebagai koordinator pelaksana pembangunan agar seluruh bagian yang turut aktif dalam melaksanakan pembangunan dapat berjalan dengan harmonis. Tahap-tahap tersebut yaitu dari empat variabel yaitu komunikasi, penentuan waktu, fleksibilitas, dan pengendalian. Berikut analisis variabel terhadap fungsi koordinasi camat dalam melaksanakan pembangunan dikecamatan silima pungga-pungga.

5.1.1 Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Komunikasi sangat vital dalam melaksanakan koordinasi sebab mustahil bisa melakukan koordinasi jika tidak ada penyampaian pesan kepada bagian-bagian yang ingin dipengaruhi dengan sesuai yang dimaksudkan.

Komunikasi yang dilakukan camat dengan bagian-bagian yang turut aktif dalam pelaksanaan pembangunan dilakukan dengan cara sms, telepon, secara lisan, tulisan, dan juga pendekatan secara personal. Komunikasi dilakukan secara

teratur, terus menerus dan dimana saja selama komunikasi perlu dilakukan oleh camat. komunikasi sangat diperlukan camat untuk mendapatkan informasi karna camat juga turut aktif dalam memonitor pembangunan diwilayah kecamatatan, sehingga evaluasi selama proses dapat dilaksanakan.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menjelaskan bahwa camat juga melakukan komunikasi dengan masyarakat, sebab ada kesadaran camat bahwa masyarakatlah yang menjadi objek pembangunan diwilayah kecamatan silima pungga-pungga. Dengan menjalankan motto bupati dairi Jhonny sitohang bekerja untuk rakyat dengan tiga pilar pembangunan yaitu pendidikan, kesehatan, dan pertanian kerap disampaikan ketika forum musrenbang berlangsung. Komunikasi dengan masyarakat perlu dilangsungkan agar pemerintah lebih memahami apa yang dibutuhkan masyarakat.

Camat silima pungga-pungga juga menemukan masalah-masalah ketika melakukan komunikasi dengan orang lain, seperti perbedaan persepsi dengan orang lain sebagai contoh kejadian yang pernah terjadi saat pengumpulan tanda tangan masyarakat yang lahannya kena pengaspalan sebagai tanda persetujuan akan dibangun aspal, karna penyampaian maksud seorang warga sebagai perwakilan camat kurang baik ditanggapi salah seorang masyarakat yang maka terpaksa camat langsung turun kelapangan berbicara untuk memperjelaskan duduk masalahnya. Kemudian permaslahan komunikasi karena kestabilan emosi yang diajak berbicara juga turut mempengaruhi, dan yang terakhir kesalahan teknis teknologi juga mengurangi kualitas komunikasi yang baik.

5.1.2 Penentuan Waktu

Didalam koordinasi penentuan waktu yang cermat menjadi salah satu syarat yang mengupayakan efektivitas dalam berbagai kegiatan pembangunan. Analisa yang tepat untuk menciptakan keteraturan pekerjaan dan menjawab permasalahan kapan dikerjakan dan kapan diberhentikan kegiatan yang dimaksud. Para pihak yang aktif dalam pembangunan juga akan dipermudah melakukan manajemen pekerjaan karna analisa waktu yang cermat sehingga pekerjaan dapat dilakukan tidak terburu-buru ataupun lambat.

Keuntungan manajeman waktu juga berupa mengurangi stress kerja, dan juga merangsang pegawai untuk lebih produktif dalam bekerja. Manjemen waktu yang baik dapat mengurangi stress disebabkan karena akan berkurangnya pekerjaan pegawai yang deadline sehingga berkurangnya pekerjaan yang terburu-buru tidak menimbulkan frustasi bekerja dan kembrawutan yang mengganggu orang lain. Keuntungan yang lain yaitu merangsang pegawai untuk lebih produktif sebab pegawai akan tahu seberapa sibuk dirinya dalam satu hari ini. Berapa banyak laporan yang harus dibuat dan tenggang waktu yang harus ditepati, berapa banyak rapat yang harus dihadiri, Planning yang di lakukan akan berfungsi sebagai panduan sehingga pegawai lebih produktif dan menghindari overtime saat melakukan tugas, aktivitas dan rencana. Selain itu pegawai tidak akan lagi bengong dan bingung mencari hal apa yang harus dilakukan.

Didalam melakukan pembangunan yang dimaksud, dalam penelitian dikantor camat silima pugga-pungga bahwa bapak camat Kadir Boang Manalu

mengikuti mekanisme dalam proses pembangunan yaitu pada bulan January mengirimkan utusan dari kantor camat untuk memonitoring pelaksanaan forum musrenbang ditingakat desa, kemudian pada bulan February dilaksanakan forum musrenbang tingkat kecamatan dengan pesertanya tiga delegasi dari masing-masing desa dengan perempuan harus ada dalam komposisi tiga orang tersebut. Kemudian camat mengeluarkan hasil dari forum musrenbang tersebut sebagai Usulan kegiatan yang direkomendasikan untuk ditampung SKPD sebagai kegiatan yang akan dikerjakan oleh SKPD dengan biaya APBD maupun sumber-sumber pendanaan yang lain untuk dibahas pada forum Musrenbang tingkat Kota/kabupaten.

Dari data yang diperoleh bahwa pada tahun ini akan dibangun aspal di kota Parongil dari jalan sisingamangaraja atas hingga seluruh jalan gereja atas, jalan pertanian dari lokkotan hingga pagar pulo sapokomil, dan satu unit pemadam kebakaran. Dari pengamatan saya selama penelitian memang bahwa banguan fisik aspal merupakan fasilitas yang sangat perlu mendapatkan perhatian. Selain itu berdasarkan cerita observasi saya masyarakat pada tahun ini bapak camat rutin mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti pada hari jum’at,

dan harus menanam bunga pucuk merah didepan rumah masing-masing. 5.1.3 Fleksibilitas

Pemimpin senantiasa harus mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan menyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi di

waktu mendatang. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan, semakin pentingnya tanggunga jawab sosial organisasi, dan sebagainya. Pengelolaan perubahan secara efektif tidak hanya diperlukan bagi kelangsungan hidup organisasi tetapi juga sebagai tantangan pengembangan.

Seperti pada penelitian yang dilakukan pada kantor camat silima pungga-pungga menerangkan bahwa bapak camat menganggap perubahan kebijakan atau prosedur administrasi merupakan hal yang penting namun tetap perubahan yang dilakukan harus dalam lingkaran mekanisme pembangunan yang sudah diatur. Berkoordinasi dengan seluruh kepala desa diwilayah kecamatan dan lurah parongil sangat membantu dalam melaksanakan pembangunan.

Pembangunan yang dilakukan memiliki perubahan dari tahun 2014-2015, dimana pada tahun 2014 camat memiliki orientasi pembangunan bersifat kebudayaan dan masyarakat seperti contohnya membangun LED (light-emitting Diode) tampilan informasi dipusat kota silima pungga-pungga, membangun portal jalan masuk disetiap desa-desa, dan mengubah gaya bangunan kantor camat menjadi gaya adat pak-pak. Pada tahun 2015 gaya pembangunan yang diterapkan oleh camat berubah kepada pembangunan dengan gaya pembangunan fisik, seperti aspal dan pemadam kebakaran contohnya.

Didalam pembangunan tersebut camat harus melakukan koordinasi dengan SKPD dikota sidikalang Kab. Dairi, kemudian kami berkoordinasi dengan bina

marga dengan cipta karya selama pelaksanaan pembangunan. Kami menyiapkan data-data apa yang dibutuhkan oleh instansi-instansi SKPD kabupaten dairi yang turut melaksanakan pembangunan. Seperti ukuran luas dan panjang jalan salah satu contohnya.

5.1.4 Pengendalian

Koordinasi dengan sendirinya bergantung pada pengendalian yang efektif. Akan tetapi, jika orang-orang tidak ingin bekerja sama, koordinasi dalam suatu pekerjaan akan menjadi sangat sulit, sekalipun dengan adanya pengendalian efektif. Pengendalian biasanya baik, bila diciptakan suasana yang menyebabkan orang-orang bekerja sama sebagai satu tim. Ini dapat dicapai dengan memberi sasaran yang jelas, standar prestasi, kebijaksanaan, jadwal, dan kriteria untuk mengukur prestasi. Bilamana diberi media yang tepat agar mereka dapat mempertahankan pengendalian dan disiplin diri sendiri.

Dikantor camat Silima pungga-pungga camat sebagai koordinator melakukan pengendalian agar seluruh pegawai dikantor kecamatan melakukan pekerjaan dengan kontribusi yang maksimal dalam melaksanakan pembangunan. Camat melakukan pengendalian melalui rapat bulanan di awal bulan dengan mengundang lurah dan seluruh kepala desa diwilayah kecamatan silima pungga-pungga.

Camat mengupayakan suasana harmonis berkeluarga dalam lingkungan kantor camat, meskipun memang terkadang permasalahan-permasalahan sosial organisasi muncul seperti kecemburuan atau rasa jengkel satu terhadap yang lain.

Camat juga tidak segan-segan menegur siapa saja jika mereka tidak mematuhi aturan-aturan yang telah dibuat bersama, pengendalian juga dituntut melalui tupoksi-tupoksi yang mana menjadi pekerjaan-pekerjaan bagian yang telah ditentukan.

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran atas koordinasi camat dalam pelaksanaan pembangunan kecamatan silima pungga-pungga kabupaten dairi.

6.1 Kesimpulan

1. Didalam pelaksanaan pembangunan yang melibatkan berbagai pihak maka camat melakukan komunikasi melalui SMS, telepon, Surat menyurat, lisan, danjuga pendekatan personal. Komunikasi terus dilakukan camat untuk dapat memonitoring perkembangan dalam pelaksanaan pembangunan yang berlangsung. Komunikasi juga dilaksanakan dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi penting mengenai kebutuhan-kebutuhan sebenarnya yang diperlukan oleh masyarakat. Dalam pelaksanaan komunikasi oleh camat silima pungga-pungga kabupaten dairi pernah mengalami masalah-masalah seperti kestabilan emosi, perbedaan persepsi, dan juga kesalahan teknis teknologi. Komunikasi dalam melaksanakan pembangunan dilakukan dengan berbagai satuan-satuan unit SKPD kabupaten Dairi.

2. Pelaksanaan pembangunan dikantor camat silima pungga-pungga kabupaten dairi menurut camat bahwa mereka bekerja berdasarkan mekanisme yang telah ditentukan, berperan sebagai koordinator dari bupati maka pada bulan january camat melakukan monitoring musrenbang pada tingkat kelurahan dan desa, kemudian pada bulan february melaksanakan forum musrenbang ditingkat kecamatan, dan pada bulan maret mengirim delegasi dari kecamatan untuk melaksanakan musrenbang pada tingkat kabupaten, yang mana pembangunan berbentuk bottom up ini menjadi gambaran bahwa pembangunan melibatkan masyarakat dan seluruh keluaran ini akan diajukan kepada SKPD Kabupaten Dairi untuk diperhitungkan sebagai masuk Anggaran dalam pembangunan tahun berikutnya. Pada tahun ini juga bahwa kecamatan silima pungga-pungga membangun Aspal kota parongil, jalan pertanian pagar pulo Sapokomil, dan 1 unit pemadam kebakaran.

3. Didalam pelaksanaan pembangunan dikantor camat mendapati perubahan-perubahan gaya pembangunan yang diterapkan, sifat fleksibilitas tampaknya diwujudkan oleh camat dalam melaksanakan pembangunan dikantor camat silima pungga-pungga. Pada tahun 2014 camat memiliki gaya pembangunan yang berorientasi terhadap pembangunan budaya, seperti pembangunan portal disetiap jalan masuk desa, pembangunan LED (light-emitting Diode) untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat di pusat kota parongil, dan mengubah gaya bangunan kantor camat menjadi gaya adat pak-pak. Perubahan gaya pembangunan pada tahun 2015 menjadi pembangunan yang berorientasi fisik seperti aspal, jalan pertanian, dan pemadam kebakaran

4. Dalam pelaksanaan pengendalian pembangunan kecamatan maka camat melakukan rapat bulanan di awal bulan, dengan mengundang seluruh kepala desa diwilayah kecamatan silima pungga-pungga kabupaten Dairi untuk sekaligus melaksanakan koordinasi. Camat mengendalikan suasana kerja untuk tetap harmonis, dan tidak segan-segan jika ada seseorng yang melanggar tupoksi yang dijalankan.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan sesuai dengan analisa pelaksanaan koordinasi camat dalam menjalankan pembangunan masyarakat di kantor kecamatan silima pungga-pungga adalah sebagai berikut.

1. Camat harus segera mengusahakan mengisi kekosongan bangku pegawai sebab ibu Evi Saorma, S.sos harus merangkap jabatan di Sekretaris Kecamatan dan Seksi Tata Pemerintahan, bahkan bangku kepala seksi Perekonomian dam pembangunan juga mengalami kekosongan. Ini semua akan melambankan kinerja tim untuk melaksanakan pembangunan.

2. Melakukan evaluasi kepada pegawai tidak dengan hanya peneguran dalam keseharian, sebaiknya melakukan penilaian presetasi kerja pegawai secara periodik semester ataupun tahunan. Sehingga dengan hal ini akan membantu pegawai mendapatkan gambaran kedepannya untuk bekerja lebih baik.

3. Pembangunan fasilitas LED (light-emitting Diode) untuk menyampaikan pesan menurut saya merupakan keputusan yang kurang bermanfaat untuk masyarakat, sebab dari apa yang saya amati selama saya melakukan penelitian bahwa pesan yang disampaikan tidak pernah berubah dalam 2 minggu lebih. Ini mengindikasikan bahwa manfaat dari fasilitas yang dimaksudkan sebelumnya tidak digunakan maksimal.

4. Orientasi pembangunan harus diubah yang mana pembangunan fisik yang mendukung perekonomian harus menjadi pilihan yang lebih diutamakan dari pada pembangunan budaya.

Dokumen terkait