• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Mangrove .1 Pengertian

2.1.2 Fungsi dan manfaat mangrove

Fungsi mangrove dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis), dan fungsi ekonomis (Kusmana 2005). Fungsi fisik dari mangrove, yaitu dapat menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil, mempercepat perluasan lahan, mengendalikan intrusi air laut, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang. Fungsi biologis/ekologis mangrove, yaitu tempat mencari makan, memijah, berkembang biak berbagai jenis biota laut, tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove, yaitu memproduksi berbagai jenis hasil hutan (kayu) maupun hasil hutan bukan kayu dan sebagai lahan untuk kegiatan produksi pakan lainnya.

Sumberdaya mangrove dalam tingkat primary biotic component berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Manfaat mangrove dalam tingkat ekosistem secara keseluruhan, yaitu sebagai lahan tambak, pertanian, kolam garam dan lahan pariwisata. Manfaat mangrove sebagaiprimary biotic component adalah peningkatan skala komersial berbagai jenis flora mangrove sebagai chips, polywood, scalfold,kayu bakar, arang, dan berbagai jenis biota laut (ikan, udang, kepiting, burung) yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, budidaya, dan sumber pangan serta bahan obat-obatan tradisional. Contoh jenis dan bagian

4

tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional adalah kulit batang dan daunR. mucronata yang diyakini dapat mengatasi penyakit astrigen, anti muntah, antidiare, hoemostatic, dan antiseptik (Kusmana 2005). Menurut Rohini et al. (2010), kandungan polysaccharide dalam kulit R. mucronatadapat menjadi obat anti HIV.

2.2 Bakau (R. mucronataLamk.) 2.2.1 TaksonomiR. mucronata

Taksonomi bakau (R. mucronataLamk.) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub kelas : Rosidae

Ordo : Mytales

Famili : Rhizophooraceae Genus : Rhizophora

Spesies :R. mucronataLamk. (Tomlinson 1986). 2.2.2 Nama daerahR. mucronata

Nama daerah R. mucronata Lamk. adalah bakau, bakau gundul, bakau genjah, bakau bandul, bakau hitam, tancang lanang, tokke-tokke, bakao, bakau laki, blukap, tongke besar, lului, bakau-bakau, wako, bako, dan bangko (Baehaqie dan Indrawan 1993). R. mucronata merupakan jenis pohon dari anggota Genus Rhizophora famili Rhizophoraceae. Berdasarkan kunci genus yang didasarkan pada ciri vegetatifnya, selain genus Rhizophora, terdapat genus Bruguira, Ceriops, dan Kandelia (Tomlinson 1986).

Sistem perakaran R. mucronata berupa akar tunjang. Berdasarkan identifikasi Kusmana et al. (2003) di Teluk Bintuni, Irian jaya, R. mucronata mampu tumbuh hingga mencapai diameter 35 cm dengan tinggi 30 m. Batang berdiri tegak, tidak berlekuk, tidak berpilin, dan tidak berbenjol. Kulit luar

5

berwarna abu-abu terang, retak-retak membentuk persegi empat dengan tepi terangkat, bersisik, dan mengelupas.

Jenis ini mempunyai daun tunggal dengan susunan opposite. Bentuk daun elliptical membesar sampai oblong dengan ukuran panjang 16-22 cm, lebar 8-11 cm, dan panjang 3-4,5 cm. Septa ujung daun acute dan pangkal daun cunute. Ujung daun memilikimucro(jarum). Permukaan atas daun bewarna hijau, sedang permukaan bawah hijau kekuningan dan berbintik-bintik hitam.

Bunga tersusun menggarpu dengan 2-3 bunga.Calyxbewarna krem sampai kuning dan petal bewarna krem sampai putih (Kusmana et al. 2003). Buah bewarna coklat dengan ukuran panjang 3-5 cm dan lebar kurang lebih 2 cm. Hipokotil bewarna hijau dengan lentisel jelas, banyak, dan menyebar. Panjang hipokotil ± 60 cm dan diameter ± 2 cm (Kusmanaet al.2003).

2.2.3 Karakteristik morfologi dan fisiologiR. mucronata

Mangrove adalah istilah umum bagi komunitas tumbuhan yang tumbuh pada zona peralihan yang dipengaruhi air laut pada daerah pesisir atau mulut sungai di kawasan tropis dan sub tropis. Komunitas tumbuhan mangrove tahan terhadap kondisi lingkungan yang asin (salt-resistant) sehingga memiliki karakter yang unik (Ewuisie 1980). Para ahli ekologi mengklasifikan tumbuhan yang mampu tumbuh dalam kondisi kadar garam yang tinggi ini sebagai halofit (Kusmana et al. 2003) dari jenis yang sudah dikenal sebanyak 90 jenis utama, yaitu srict, sub, dan minor mangrove (Tomlinson 1986). Tomlinson (1986) mengelompokkan jenis mangrove ke dalam tiga kelompok, yaitu komponen mayor, komponen minor, dan mangrove associates. Berdasarkan laju pertumbuhannya, mangrove dikelompokkan ke dalam jenis mangrove cepat tumbuh dan lambat tumbuh (Karsten 1983 dalam Chapman 1976). R. mucronata merupakan salah satu jenis yang termasuk ke dalam kelompok strict mangrove (Kato 1976), mangrove major(Tomlinson 1986) termasuk jenis lambat tumbuh, jenis ini banyak tumbuh di daerah pesisir.

Perakaran R. mucronata berbentuk melengkung (still root), tumbuh pada bagian bawah batang utama berfungsi sebagai akar nafas dan tumbuh dari batang utama ke arah samping dan masuk ke dalam tanah. Sistem perakaran ini

6

merupakan adaptasi morfologi dalam kondisi anaerobik tanah mangrove. Akar muda mengandung klorofil sehingga mampu melakukan proses fotosintesis.

Secara fisiologis pada beberapa jenis mangrove memiliki sistem yang cocok untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tingkat salinitas tinggi, yaitu berupa organ khusus untuk proses skresi (kelenjar garam). Bakau (R. mucronata) dapat mengendalikan keseimbangan kandungan garam dengan cara menggugurkan daun tua yang berisi akumulasi garam.

2.2.4 InteraksiR. mucronatadengan lingkungan

Saenger dan Hutching (1987) menyatakan bahwa faktor-faktor fisik kimia lingkungan merupakan penentu utama terhadap pertumbuhan dan perkembangan mangrove. Struktur, fungsi, komposisi, distribusi spesies, dan pola pertumbuhan mangrove sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan (Kusmana 2005). Keterkaitan antara faktor lingkungan dengan penyebaran beberapa jenis mangrove yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Penyebaran mangrove berdasarkan tingkat penggenangan.

No Tipe pasang Watson (1928) Kelas penggenangan, Watson (1928) Kelas penggenangan (salinitas dan frekuensi pasang), De Haan (1931) Frekuensi penggenangan, Chapman (1944) Jenis mangrove dominan 1 All high tides

0-8 kaki dari garis pantai atau 56-62 kali/bulan A. Payau sampai asin, salinitas 10-30 ppt, selalu tergenang A1. 1-2 kali/hari, minimal 20 hari/bulan 530-700 + kali Avicenniaspp. Sonneratia spp. 2 Medium high tides 8-11 kaki dari garis pantai atau 45-59 kali/bulan A2. 10-19 hari/bulan 400-530 kali/hari Rhizophora spp. Bruguieraspp. 3 Normal high tides 11-13 kaki dari garis pantai atau 20-45 kali/bulan

A3. 9 hari/bulan - Xylocarpus spp.

Heritieraspp. 4 Spring

tides only

13-15 kaki dari garis pantai atau 2-20 kali/bulan A4. Beberapa hari/bulan 150-250 kali/tahun Lumnitzera spp.Bruguiera spp. Scyphyphora spp. 5 Strom high tides only

15 kaki dari garis pantai atau 2 kali/bulan (abnormal/ equinoctial tides) B. Air tawar sampai payau

4-100 kali/tahun Jenis marginal halophyta B1. Jarang tergenang pasang - Nypa fruticans, Oncosperma, Cerbera Sumber: Tomlinson (1986)

7

Tabel 2 Interaksi faktor lingkungan terhadap penyebaran mangrove secara alami.

Zonasi Pola pasang Frekuensi penggenangan (hari/bulan) Salinitas Tipe tanah Jenis-jenis mangrove Pinggir pantai Harian 20 + 10–30 Koral, berpasir, lempung berpasir Avicenia marina, Sonneratia caseolaris, R. stylosa, R.apiculata

Tengah Harian 10–19 10–30 Berdebu sampai liat berdebu A.alba, A. officinalis, R.mucronata,Aegiceras corniculatum, A. floridum, Bruguiera gymnorrhiza, B. sexangula, Ceriops tagal, C. decandra, Excoecaria agallocha, Lumnitzera racernosa, Xylocarpus granatum Pedalaman Tergenang hanya saat pasang purnama 4–9 0–10 Berdebu, liat berdebu sampai liat A.alba, B. sexangula, C. tagal, E. agallocha, Heritiera littoralis, Scyphiphora hydrophylaceae, X. granatum, X. mekongensis, Nypa fruticans Pinggir sungai (Reveriae) Jarang tergenang: air tawar-payau 2 0–10 Berpasir sampai liat berdebu Muara sungai: A.marina, A. officinalis, Aegiceras corniculatum, A. floridum, Carnptosternon philipinensis, R. apiculata, R. mucronata,R. stylosa, Hulu sungai: A.alba, A. officinalis, Aegiceras corniculatum, A. floridum, B. cylindrical, B. gymnorrhiza, B. parviflora, Camtostemon philippinensis, E. agallocha, Heritiera littoralis, Nypa fruticans, R. mucronata,R.

apiculata, X. granatum, X. mekongensis

Sumber: Kusmana (2005)

Jenis mangrove umumnya menyebar di pantai yang terlindung dalam komposisi jenis yang berbeda sesuai kondisi habitatnya. R. mucronata memiliki kemampuan tumbuh pada habitat dari yang tergenang dalam hingga daerah muara. Adapun beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan R. mucronata meliputi topografi pantai, salinitas, tanah, iklim, dan faktor lainnya seperti kondisi genangan, pasang surut air laut, jenis media yang digunakan, asal-usul mangrove.

8

2.2.4.1 Topografi pantai

Topografi pantai merupakan faktor penting yang mempengaruhi karakteristik struktur mangrove, khususnya komposisi dan distribusi R. mucronata, serta luas hutan mangrove. Semakin datar pantai dan semakin besar pasang surut air laut maka semakin lebar hutan mangrove yang akan tumbuh (Kusmana 2005).

2.2.4.2 Salinitas

Salinitas air dan salinitas tanah rembesan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Menurut Kusmana (2005), tumbuhan mangrove tumbuh subur di daerah estuaria dengan salinitas 10-30 ppt, sedangkan kadar salinitas jenis tegakanRhizophoraspp. berkisar antara 32-36 ppt (Tomlinson 1986), pada saat keadaan air laut tidak pasang surut. Kadar salinitas Rhizophora spp. tersebut menunjukkan bahwa Rhizophora spp. dapat tumbuh di daerah dengan salinitas tinggi (>30 ppt). Menurut Kusmana (2005) melalui perhitungan Anova, salinitas terbesar yang dapat mempengaruhi distribusi mangrove adalah kondisi salinitas dibawah 0,5 ppt (p<0,0005) dan untuk mengatasi perubahan salinitas, jenis R. mucronata secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya hanya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Anwar dan Gunawan 2007).

2.2.4.3 Tanah

Jenis mangrove mampu tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia, substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan R. mucronata (Sianipar et al. 1989). Karakteristik tanah mangrove yang selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen, dan kaya akan bahan organik, biasanya berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove. Bahan organik tersebut berupa serasah yang dihancurkan oleh mikroorgaisme, seperti bakteri dan jamur, sedimen halus, partikel pasir, bahan kasar, potongan batu, koral, pecahan kulit kerang, dan siput. Tanah mangrove yang berlempung menentukan warna yang bervariasi dari abu-abu muda dan hitam (Sianiparet al.1989). Jenis tanah yang mendekomposisi

9

kawasan mengrove biasanya adalah fraksi lempung berdebu. Akibat rapatnya bentuk perakaran yang ada, fraksi lempung berpasir hanya terdapat di bagian depan ke arah pantai. Nilai pH tanah di kawasan mangrove berbeda-beda. Tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh di kawasan tersebut. Jika kerapatan tanah rendah, tanah akan mempunyai nilai pH yang tinggi. Nilai pH tidak banyak berbeda, antara 4,6-6, di bawah tegakanRhizophoraspp. (Arief 2003).

2.2.4.4 Iklim

Iklim merupakan bagian dari lingkungan mangrove yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan mangrove. Adapun jenis iklim tersebut adalah sebagai berikut:

a. Cahaya

Cahaya adalah salah satu faktor terpenting dalam proses fotosintesis untuk mendukung performance pertumbuhan jenis tumbuhan hijau seperti R. mucronata. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi, dan struktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya di dalam kualitas dan lama penyinaran merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuhan di ekosistem mangrove yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi (MacNae 1968).

b. Curah hujan

Menurut Aksornkoae (1993) dalam Rismunandar (2000), jumlah dan lama pada distribusi curah hujan merupakan faktor yang mengatur perkembangan dan penyebaran tumbuhan. Curah hujan sangat mempengaruhi faktor lingkungan yang lain, misalnya suhu udara dan air, kadar garam air tanah yang ada pada gilirannya dapat mempengaruhi kelangsungan hidup spesies-spesies di mangrove. Tumbuhan mangrove tumbuh dengan baik pada daerah curah hujan dengan kisaran 1500-3000 mm/tahun, tetapi tumbuhan mangrove juga dapat ditemukan dengan curah hujan 4000 mm/tahun berkisar antara 8-10 bulan dalam satu tahun.

c. Suhu

PadaRizophoraspp.,Ceriops spp., Exocoecariaspp., dan Lumnitzeraspp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28oC, untukBruguieraspp. pada suhu 27oC, dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20oC (Saenger dan Hutchings 1987).

10

2.3 Biomassa

Pendugaan biomassa R. mucronata bagian di atas maupun di bawah tanah berperan penting untuk mengetahui aspek fungsional hutan seperti produktiitas primer, siklus nutrient, dan aliran energi serta dapat membandingkan diantara ekosistem seperti evaluasi produktiitas (Morikawa 2002). Cintron et al. (1978) menyatakan bahwa biomassa di atas tanah adalah jumlah bahan organik per unit area pada waktu tertentu, yang berhubungan dengan fungsi sistem produktiitas, umur tegakan, alokasi bahan organik, dan strategi pemindahan. Menurut Robertet al. (1993) dalam Bulan (2010), biomassa tanaman adalah berat bahan tanaman hidup yang terdiri bagian atas dan bawah area permukaan tanah pada waktu tertentu. Biomassa semai R. mucronata dapat diduga oleh peubah-peubah bebas seperti diameter yang berhubungan dengan biomassa total pohon. Chapman (1976) membagi dua kelompok metode pendugaan biomassa di atas tanah, yaitu: 1. Metode pemanenan individu pohon yang mempunyai luas bidang dasar

rata-rata.

2. Metode pendugaan tidak langsung yang terdiri dari metode alometik dan metodecrop meter.

2.4 Riap

Menurut Arief (2003), riap adalah pertambahan volume pohon atau tegakan per satuan waktu tertentu. Riap dapat digunakan untuk menyatakan pertambahan nilai tegakan atau pertambahan diameter atau tinggi tanaman setiap satuan waktu tertentu. Riap dibentuk oleh tanaman yang masih hidup yang membentuk pola pertumbuhan sepanjang suatu generasi yang secara khas dicirikan oleh suatu fungsi pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid (bentuk seperti huruf S) yang terdiri dari empat fase, yaitu fase eksponensial, fase linier meningkat, fase linier menurun, dan fase mantap (pematangan fisiologis) (Undaharta et al. 2008). Riap dibedakan menjadi tiga, yaitu riap tahunan berjalan (current annual increaement, CWI), riap periodik (periodic increament, PI), dan riap rata-rata tahunan (mean annual increment, MWI). CWI adalah riap dalam satu tahun berjalan, PI adalah riap dalam satu waktu periode tertentu, sedangkan MWI adalah riap rata-rata (per tahun) yang terjadi sampai periode tertentu (Hendromonoet al.2003).

11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai bulan Maret sampai Juni 2011. Lokasi penelitian, yaitu di Kawasan Ekowisata Mangrove (Mangrove Education Center)Jalur hijau Tol Sedyatmo KM 22 sampai 23, Angke Kapuk, Jakarta Utara (Gambar 1).

Keterangan: : Lokasi penelitian

Gambar 1 Denah lokasi penelitian. 3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah camera digital, buku catatan lapang, meteran panjang, mistar, spidol permanen, tali rafia, jangka sorong, alat tulis, meteran jahit, gunting, pisau, timbangan digital, dan oven.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media lumpur, polibag, semai bakau (R. mucronata Lamk.), bambu, dan plastik. Mengingat bahwa

13

Tabel 3 Skema peletakan data penelitian

Kelas umur semai /blok (bulan)

Perlakuan penggenangan

a t b

7 bulan (blok 1) 1a1 1a2 1a3 1a4 1a5 1a6 1a7 1t1 1t2 1t3 1t4 1t5 1t6 1t7 1b1 1b2 1b3 1b4 1b5 1b6 1b7 3 bulan (blok 2) 2a1

2a2 2a3 2a4 2a5 2a6 2a7 2t1 2t2 2t3 2t4 2t5 2t6 2t7 2b1 2b2 2b3 2b4 2b5 2b6 2b7 2 bulan (blok 3) 3a1

3a2 3a3 3a4 3a5 3a6 3a7 3t1 3t2 3t3 3t4 3t5 3t6 3t7 3b1 3b2 3b3 3b4 3b5 3b6 3b7

Keterangan: a = penggenangan sampai batas leher akar semai t = penggenangan sampai batas 50% tinggi batang semai b = penggenangan sampai batas bawah tajuk bebas cabang 3.4 Tahapan Pelaksanaan

3.4.1 Persiapan sandaran dan peletakan semai

Kegiatan prapenanaman setelah pemilihan jenis semai adalah persiapan sandaran semaiR. mucronata. Persiapan tersebut meliputi:

a. Pengukuran kedalaman air di lokasi peletakan sandaran dengan mengatur tingkat kedalaman penggenangan.

b. Pengukuran perencanaan panjang dan lebar maksimal sandaran yang mampu menampung kapasitas 63 semai (7 semai x 3 perlakuan x 3 blok).

c. Penentuan lokasi peletakan sandaran, yaitu lokasi di area yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari tinggi. Pembuatan sandaran disesuaikan dengan lokasi dan bentuk guludan sebagai tempat peletakan sandaran semai R. mucronata. Adapun pembagian blok didasarkan pada umur semai. Blok satu untuk semai berumur tujuh 28 minggu, blok dua untuk semai berumur 12 minggu, dan blok tiga untuk semai berumur 8 minggu (Gambar 3).

16

g. Biomassa

Biomassa dihitung di akhir penelitian pada pengamatan ke 12 dengan mengambil 3 sampel dari setiap perlakuan untuk dihitung biomasaanya. h. Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran data di BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Stasiun Maritim Tanjung Priok, Jakarta Utara. Data BMKG yang diambil, meliputi curah hujan, suhu, dan kelembaban. Pengambilan data ini dikhususkan untuk wilayah Jakarta Utara Kawasan Ekowisata Mangrove Jl. Tol Sedyatmo. Selain itu, data ini dapat diperoleh melalui penelusuran dokumen di Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta.

3.4.4 Pengukuran biomassa

Pengukuran biomassa tanaman dilaksanakan pada minggu ke-12. Pengukuran biomassa semaiR. mucronatadilakukan dengan mengambil beberapa sampel uji. Pemilihan sampel semai dilakukan secara acak terpilih (purposive random) yang dianggap mewakili kondisi ekosistem. Jenis sampel yang dipilih, yaitu sampel yang memiliki diameter tertinggi, diameter rata-rata, dan diameter terendah untuk setiap perlakuan penggenangan. Jadi, total pengambilan sampel sebanyak 3 semai dari 7 semaiR. mucronatadi setiap penggenangan untuk 3 blok pengamatan adalah 27 anakan.

Dalam pengukuran biomassa setiap individu semai contoh dipisahkan ke dalam komponen daun, batang dan cabang, serta akar dan propagul. Sehingga dapat diketahui biomassa dari masing-masing komponen dan biomassa totalnya. Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kadar biomassa dalam setiap sampel contoh. Sampel semai yang dibawa ke laboratorium dianalisis untuk mengukur kadar air dan berat kering tanur yang dikeringkan dalam oven pada suhu 103 ± 2ºC selama 24 jam sampai mencapai berat konstan. Penurunan kadar air yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur adalah kadar air uji contoh. Sedangkan berat kering tanur merupakan konversi hasil dari kadar air yang ditemukan.

17

3.5 Analisis Data

3.5.1 Respon pertumbuhanR. mucronata

Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (randomize block design) lengkap. Model Rancangan Acak Kelompok (RAK) digunakan dengan pertimbangan keheterogenan unit percobaan yang berasal dari satu sumber keragaman, yaitu percobaan yang melibatkan umur semai sebagai blok keragaman dengan perbedaan tinggi penggenangan sebagai ulangan percobaan. Respon yang diukur adalah tinggi, diameter, jumlah daun, jumlah cabang, jumlah buku, dan biomassa. Respon pertumbuhan dihitung untuk mengukur rata-rata dan riap pertumbuhan mangrove, yaitu sebagai berikut:

a. Rata-rata ukuran respon pertumbuhanR. mucronata

̅= ... (1)

Keterangan:

̅= rata-rata ukuran respon pertumbuhan (diameter (mm)/tinggi (mm)/jumlah buku (buku)/jumlah daun (helai)/panjang buku (mm)/biomassa (gram)) semaiR. mucronata,

= jumlah rata-rata respon pertumbuhan (diameter (mm)/tinggi (mm)/jumlah buku (buku)/jumlah daun (helai)/panjang buku (mm)/biomassa (gram)) semai individu ke-i pada respon pertumbuhan (khusus untuk panjang buku/biomassa ke-j),

n= jumlah individu semai.

b. Riap respon pertumbuhanR. mucronata

1. Riap mingguan berjalan (current weekly increament, CWI)

Δ x= ... (2)

Keterangan:

Δ x = riap diameter (mm/minggu); tinggi (mm/minggu),

xn-1=ukuran diameter (mm); tinggi (mm) sebelum minggu ke n, xn = ukuran diameter (mm); tinggi (mm) pada minggu ke n, t = minggu pengukuran (minggu).

18

2. Riap rata-rata mingguan (mean weekly increament,MWI)

Δ x = ... (3)

Keterangan :

Δ x = Riap diameter (mm/minggu); tinggi (mm/minggu); biomassa (gram/minggu),

xn = ukuran diameter (mm); tinggi (mm) pada minggu ke n, = umur semai (minggu ke-n).

c. Kondisi semai

Kondisi semai secara keseluruhan akan dikemukakan secara deskriptif baik kondisi akar, percabangan, daun, dan pengaruh gangguan luar terhadap pertumbuhan semai. Pengaruh luar ini dapat berupa iklim dan hama. Uraian secara deskriptif didukung oleh studi literatur dan data sekunder.

Prosedur penggunaan model RAK dimulai dengan menguraikan keragaman jenis ulangan (tingkat penggenangan) dalam waktu. Pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali (dari total 12 minggu), maka model Anova sebagai sumber-sumber keragaman dalam tabel sidik Ragam (Tabel 4).

Tabel 4 Struktur tabel sidik ragam Anova model RAK lengkap

Sumber keragaman (SK) Derajat bebas (Db) Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F-hitung F-tabel Perlakuan (P) t-1 JKP KTP KTP/KTG Taraf nyata 0,05 dan 0,01 Blok (B) r-1 JKB KTB KTB/KTG Galat (G) (t-1)(r-1) JKG KTG Total (T) tr-1 JKT

Keterangan : t : treatment tingkat penggenangan sebayak 3 ulangan r : blok sebanyak 3 blok berdasarkan kelas umur

Sumber: (Matjik dan Sumertajaya 2006)

Berdasarkan perlakuan yang ditentukan untuk mengukur tingkat pertumbuhan sesuai respon yang diamati, maka ANOVA model RAK sesuai rancangan lingkungan yang telah ditentukan dapat dituliskan sebagai berikut: Yij= μ + τi+ βj+ εij... (4)

Keterangan: Yij : Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ : Rataan umum

τi : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : pengaruh kelompok ke-j

εij : pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

i : 1,2,3

19

Beberapa hipotesis yang di uji dari RAK lengkap yaitu pengaruh perlakuan (tingkat penggenangan air) dan pengelompokan (blok) pada pertumbuhan R. mucronataadalah:

a. Pengaruh perlakuan terhadap respon pertumbuhanR. mucronata

H0 : τi =... = τi = 0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)... (5)

H1: paling sedikit ada satu i dimana τi≠ 0... (6)

b. Pengaruh pengelompokan terhadap respon pertumbuhanR. mucronata

H0 : βj = ... = βj = 0 (Kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)... (7)

H1:βj≠ 0 paling sedikit ada satu j dimanaβj≠ 0... (8)

Pengujian dilakukan pada α=0,05 dan α=0,01. Apabila Fhitung>Ftabel maka akan dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan (duncan’s multiple range test/DMRT) atau uji wilayah bergandan Duncan.

Wilayah nyata terpendek dalam DMRT dari berbagai nilai tengah dapat ditentukan dengan rumus:

= , , ̅... (9)

= , , ... (10)

Kriteria pengujian DMRT:

Jika│µi- µj│ >Rptolak H0(berbeda nyata

Rpterima H0(tidak berbeda nyata) 3.5.2 Penentuan biomassa

Penentuan kadar biomassa dihitung melalui tiga tahap, yaitu penimbangan prapengeringan untuk mengetahui berat basah, pengeringan dalam oven dengan suhu 103±2ºC selama 24 jam, dan penimbangan pasca pengeringan untuk mengetahui berat kering setiap bagian semai R. mucronata. Penentuan kadar biomassa dapat dihitung melalui pengukuran persen kadar air dan berat kering tanur:

a. Persen kadar air

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989) perhitungan kadar air menggunakan rumus:

20

% KA = x 100%... (11)

Keterangan:% KA = persen kadar air

BBc = Berat basah contoh (gram) BKTc = Berat kering tanur contoh (gram) b. Berat Kering Tanur (BKT)

Berat kering masing-masing sampel uji dihitung dengan menggunakan rumus (Heygreen dan Bowyer 1989):

BKT = % ... (12)

Keterangan: BKT = berat kering tanur (gram) BB = berat basah (gram) % KA = persen kadar air 3.6 Sintesis Data

Sintesis data ditujukan untuk menganalisis data secara deskriptif terhadap data keseluruhan baik data primer yang sudah diolah maupun data sekunder sebagai data tambahan. Dalam sintesis data, hasil dari pengukuran pertumbuhan, biomassa, dan riap semai R. mucronata dapat diakumulasikan untuk menguji kebenaran dari hipotesis.

21

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kawasan

Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 220/Kpts-I/2000 tentang penunjukan kawasan hutan dan perairan, luas Mangrove Tol Sedyatmo mencapai 95,5 ha dari 108.475,45 ha luas total kawasan hutan dan perairan di DKI Jakarta. Kawasan ini termasuk dalam wilayah Kelurahan Pluit, Kecamatan Panjaringan, Kota Madya Jakarta Utara (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010).

Kawasan Mangrove Tol Sedyatmo mulai dijadikan sebagai lokasi pembibitan api-api, bakau, tancang, dan Sonneratia pada tahun 1997 hingga mencapai tinggi 4-15 m, tetapi pada tahun 2002 tanaman sebagian besar mati (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). Tahun 2005 mulai dilaksanakan sistem penanaman mangrove dengan sistem guludan hingga sekarang (Antara 2010) dengan presentase tumbuh <50% tanpa penyulaman. Adapun batasan kawasan ekwisata Mangrove Tol Sedyatmo, yaitu:

Sebelah Selatan : Jalan Tol Soekarno Hatta Sebelah Utara : Perumahan

Sebelah Barat : Pantai Indah Kapuk

Sebelah Timur : Perumahan Pantai Indah Kapuk 4.2 Kondisi Tanah

Ekosistem mangrove Tol Sedyatmo didominasi oleh substrat tanah yang berlumpur lunak dan keras (Dinas Kelautan dan Pertanian 2010). Tingkat kematangan tanah berlumpur (n=3) dan keras/matang (n=0,7) dipengaruhi oleh proses fisika dan kimiawi tanah yang selalu terendam oleh air.

4.3 Flora dan Fauna

Jenis flora di Kawasan Ekowisata Mangrove DKI Jakarta didominasi oleh

Dokumen terkait