• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.3 Fungsi Kejenakaan

4.2.3.2 Fungsi Memengaruhi

Berikut beberapa tuturan kejenakaan mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang ditemukan dalam penelitian ini, yakni tuturan kejenakaan yang dimaksud adalah tuturan kejenakaan yang memiliki fungsi memengaruhi. Fungsi memengaruhi dalam tuturan ini bersifat memiliki makna pragmatik untuk mitra tutur ketika sedang memengaruhi mitra tutur.

Data 37

BJ/M/2019/D10 Konteks:

Percakapan antara dua orang saat sedang istirahat dengan latar belakang suku Jawa dan memiliki umur 21 tahun. Penutur memengaruhi dan menyarankan mitra tutur agar wajahnya putih berseri dan tidak kusam.

Tuturan: “Lu mending beli bedak aja biar kinclong dikit”

Penanda: kinclong dikit

Tuturan tersebut memiliki fungsi memengaruhi mitra tutur sehingga mitra tutur tergerak untuk membeli sebuah bedak, sehingga wajahya akan terasa sangat bersih dan cantik. Fungsi tersebut diperkuat dengan kehadiran konteks yang menyarankan agar mitra tutur memiliki wajah yang putih berseri. Penanda kejenakaan terletak pada frasa “kinclong dikit” karena kata ‘kinclong’ merujuk pada sesuatu yang bersih dan mengkilap. Penutur membandingkan wajah dengan sesuatu yang mengkilap. Menurut

Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek bahasa, yakni jawaban pasti. Penutur mengatakan kepada mitra tutur agar mitra tutur menggunakan bedak sebagai alternatif untuk mendapatkan wajah yang bersih berseri. Kata kinclong dapat disandingkan dengan kata yang bersih tanpa noda.

Data 38

BJ/M/2019/D20 Konteks:

Percakapan anatara dua orang saat sedang mengikuti sebuah rapat dengan latar belakang umur yang berbeda dan suku yang berbeda yaitu 22 tahun dan 19 tahun dan suku Jawa dan Dayak. Penutur

mengajak mitra tutur untuk pindah karena situasi yang tidak terlalu disukai dan terlihat sagat kaku.

Tuturan: “De kayo ikut aku, disana sepaneng kayak seminar”

Penanda: disana sepaneng kayak seminar

Tuturan tersebut memiliki konteks penutur mengajak mitra tutur untuk pindah karena situasi yang tidak terlalu disukai dan terlihat sagat kaku. Hal tersebut ditandai dengan ajakan mitra tutur untuk meninggalkan ruangan. Dalam tuturan tersebut, penyebab kelucuan ada pada penanda “di sana sepaneng kayak seminar”. Hal tersebut lucu karena penggunaan kata ‘sepaneng’ yang artinya tidak ada pencair suasana. Menurut Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek logika, yakni kiasan. Kata tersebut umumnya digunakan oleh pemuda-pemuda suku Jawa untuk mendeskripsikan sesuatu yang terlampau kaku. Seminar diketahui sebagai acara yag serius dan jarang sekali ada lawakan-lawakannya. Fungsi memengaruhi dari tuturan tersebut yakni penutur memengaruhi dan mengajak mitra tutur agar menghindari acara rapat tersebut karena suasannya yang kaku dan tidak bisa bercanda. Penutur dan mitra tutur memilih untuk pergi.

Data 39

BJ/M/2019/D22 Konteks:

Percakapan antara dua orang saat malam hari dan berada di kantin yang memiliki latar belakang umur yang sama yaitu 22 tahun dan suku yang sama yaitu suku Jawa. Penutur mengisyaratkan kepada mitra tutur untuk pulang nanti saja dan Realino biasanya ditutup jam 23.00 WIB.

Tuturan: “Ntar aja pulangnya, nunggu alarm aja”

Penanda: nunggu alarm aja

Konteks dari tuturan tersebut yakni penutur mengisyaratkan kepada mitra tutur untuk pulang nanti saja atau lebih larut malam lagi karena tempat kantin Realino biasanya ditutup jam 23.00 WIB. Tuturan tersebut memiliki penanda kejenakaan dalam frasa “nunggu alarm aja”. Hal tersebut lucu dikarenakan penggunan kata ‘alarm’ yang sangat dipahami maksudnya dikalangan pengunjung kantin realino atau biasa disebut dengan ‘satpam’. Menurut Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek logika, yakni kiasan. Maksud dalam tuturan tersebut yakni penutur dan mitra tutur akan pulang dari kantin Realino ketika sudah ditegur oleh satpam, walaupun jam yang sudah ditentukan oleh pihak kampus adalah jam 23.00 WIB. Fungsi dari tuturan tersebut yakni penutur memengaruhi seseorang agar pulangnya menunggu diusir oleh satpam. Alarm tersebut disandingkan dengan satpam di Realino karena sering menegur mahasiswa yang masih berada di area Realino untuk segera pulang.

Data 40

BJ/M/2019/D62 Konteks:

Percakapan antara dua orang laki-laki saat sedang di kamar kost dan berusia 21 tahun dengan latar belakang suku yang sama yaitu suku Jawa. Penutur mengingatkan kepada mitra tutur tentang tugas yang akan dikumpulkan besok jangan lupa dibawa dan penutur memberikan arahan berupa ungkapan jenaka kepada penutur.

Tuturan: “Jika ingin kuliah besok jangan lupa minta restu pada cap orang tua”

Penanda: Jangan lupa minta restu pada cap orang tua

Tuturan tersebut memiliki konteks penutur mengingatkan kepada mitra tutur tentang tugas yang akan dikumpulkan besok jangan lupa dibawa dan penutur memberikan arahan berupa ungkapan jenaka kepada penutur. Fungsi memengaruhi dari tuturan tersebut yakni penutur memengaruhi mitra tutur agar sebelum kuliah terlebih dulu minum anggur. Klausa “Jangan lupa minta restu pada cap orang tua” memiliki arti yang beragam salah satunya yakni meminta restu kepada orang tua merupakan hal yang wajib sebelum berangkat atau melakukan aktivitas. Berbeda dengan ungkapan oleh penutur yang merekomendasikan meminum anggur merk cap orang tua dengan tambahan frasa “meminta restu” kepada orang tua. Menurut Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek logika, yakni kiasan. Anggur orang tua merupakan produk minuman beralkhohol yang sering disalahgunakan oleh orang-orang untuk mabuk-mabukan.

Data 41

BJ/M/2019/D65 Konteks:

Percakapan antara dua orang laki-laki dan perempuan saat sedang di kelas dan berusia 21 tahun dengan latar belakang suku yang berbeda yaitu suku Jawa dan Betawi. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk mengumumkan sesuatu karena mitra tutur dikenal memiliki suara yang sangat keras.

Tuturan: “Kamu aja Ca yang ngomong. Kan kamu Toa” Penanda: Kan kamu Toa

Tuturan data tersebut memiliki konteks penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk mengumumkan sesuatu karena mitra tutur dikenal memiliki suara yang sangat keras. Fungsi memengaruhi dari tuturan tersebut yaitu penutur memengaruhi mitra tutur dan mengejek seperti Toa. Penanda kejenakaan dalam tuturan tersebut yakni “Kan

kamu Toa”. Klausa tersebut lucu karena mitra tutur diibaratkan seperti pengeras suara. Kata “Toa” bukan berarti merek pengeras suara seperti di masjid-masjid. Kata Toa memiliki maksud suara mitra tutur sangat keras dan dapat menjangkau lebih jauh lagi. Menurut Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek bahasa, yakni ejekan. Penutur memengaruhi dan menyarankan mitra tutur ager mitra tutur saja yang berbicara. Penutur menganggap dirinya kurang dalam bersuara keras dan berbanding terbalik dengan mitra tutur yang memiliki suara yang keras layaknya sebuah pengeras suaran bermerk Toa.

Data 42

BJ/M/2019/D98 Konteks:

Percakapan antara dua orang perempuan saat sedang di kantin dan berusia 21 dan 22 tahun dengan latar belakang suku yang berbeda yaitu suku Sunda dan Jawa. Penutur merasa risih ketika melihat makeup mitra tutur yang terlampau keputihan.

Tuturan: “Kalau dandan biasa aja. Jangan heboh-heboh, nanti malah kaya badut.”

Penanda: Nanti malah kayak badut

Tuturan tersebut memiliki konteks penutur merasa risih ketika melihat makeup mitra tutur yang terlampau keputihan. Penanda kejenakaan dari tuturan tersebut adalah “Nanti malah kayak badut”. Klausa tersebut lucu karena penutur mengejek layaknya badut yang memliki dandanan yang tebal. Menurut Berger (2012), penciptaan humor melalui aspek bahasa, yakni sarkasme. Penutur menyamakan mitra tutur seperti badut jika merias wajahnya berlebihan atau dapat disebut juga keputihan wajah seperti seorang badut. Fungsi memengaruhi tuturan tersebut yakni penutur memberikan pemahaman dan nasehat kepada mitra tutur agar tidak berdandan berlebihan. Penutur memengaruhi mitra tutur agar kedepannya mitra tutur tidak berdandan seperti itu.

Dokumen terkait