• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Representasi dalam Teks Berita V a) Representasi dalam Kosakata

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Representasi Budaya Populer dalam Kolom Parodi di Harian Umum Kompas

1) Fungsi Representasi dalam Teks Berita V a) Representasi dalam Kosakata

Teks berita "I'm Nobody‖, kembali mempermasalahkan identitas seseorang, khususnya fenomena ‘orang terkenal‘ dalam budaya populer. Menurut penulis, budaya populer telah mensubjeksi

orang menjadi ‘orang biasa‘ dan ‘orang terkenal‘ yang melahirkan

perlakuan yang berbeda terhadap dua jenis orang tersebut. Penulis terlebih dahulu mengurai kasus yang menimpa Adnan Buyung Nasution di bandara Singapura. Namun titik tolak gagasan penulis bukanlah pada kasus tersebut, melainkan pada bagaimana cara orang terkenal menyelesaikan masalahnya dengan menggunakan jaringannya. Secara singkatnya teks artikel tersebut kemudian

berbicara mengenai kenyamanan menjadi ‘orang terkenal‘, yang menurut penulis sebenarnya ‘seorang warga biasa saja yang kekesalannya bisa diterbitkan di majalah atau koran‘.

Dalam tingkatan kosakata, representasi fenomena ‘orang

terkenal‘ dalam budaya populer dapat dilihat misalnya dalam

penggunaan nama-nama orang terkenal misalnya; Pak Ali Alatas, Pak Ketua DPR/MPR, Bu Miranda Goeltom, Artalyta, Sjamsul Nursalim, Ratu Elizabeth, Sarkozy, Carla Bruni juga Bernard Arnaud. Untuk menegaskan bagaimana orang terkenal ini berbeda dengan orang biasa

penulis mengkontraskan nama-nama tersebut pada orang biasa yang diwakili oleh kosakata misalnya: ketua RT dan penjual nasi liwet.

Pada akhirnya penulis tetap mengidentifikasikan budaya populer ini sebagai budaya massa sebagai media yang mempunyai peran penting dalam mendefinisikan siapa yang layak dikenali atau tidak dikenali. Hal ini dapat dilihat dalam kosakata majalah dan koran, stasiun televisi swasta, wartawan majalah gaya hidup juga

daftar harga iklan di majalah.

b) Representasi dalam Tata Bahasa

Dalam tingkatan tata bahasa, fenomena orang terkenal ini dapat dilihat dari misalnya kalimat di bawah ini:

Waktu itu saya berpikir, beginilah kalau orang terkenal, punya jejaring bukan hanya dengan ketua RT dan penjual nasi liwet. Waduh... saya merasa selama ini saya sudah puas dengan jejaring kerja yang saya miliki ternyata KO setelah melihat kehebatan si Abang (Proses mental ).

Dalam teks di atas penulis menampilkan fenomena orang terkenal yang membentuk kesadaran khalayak bahwa orang terkenal berbeda dengan orang biasa. Ia lebih hebat dari penulis sendiri, dalam hal masalah jaringan kerja. Hal ini kemudian dianggap penulis sebagai penentuan identifikasi seseorang dalam budaya populer seperti terlihat dalam teks berikut: "You are nobody, Mas;" kata teman perempuan saya. Saya iri saja karena perlakuan yang saya terima dan yang diterima somebody itu beda” (Partisipan Pelaku).

Dalam teks di atas penulis berada sebagai pelaku dalam teks tersebut. Ia diidentifikasi oleh temannya sebagai ‗nobody‘ (bukan

siapapun) yang dikontraskan dengan orang terkenal yang merupakan

somebody‘ (seseorang). Hal yang kemudian dilihat penulis

menentukan cara bagaimana memperlakukan seseorang. Dengan demikian, bagaimana seseorang, dalam budaya populer, menurut penulis, ditentukan oleh terkenal atau tidak terkenalnya seseorang yang salah satunya berfungsi menentukan jaringan kerja.

c) Representasi dalam Kombinasi Anak Kalimat

Dalam budaya populer, orang terkenal mempunyai kelebihan ketimbang orang biasa saja hal ini terlihat dalam tipe koherensi

kalimat berikut: ―Si Abang kondang, yang kekesalannya sebagai warga biasa saja bisa diterbitkan di majalah dan koran sehingga seantero Nusantara bisa membaca betapa ia kesal‖ (Koherensi: penjelas).

Penulis menggunakan koherensi penjelas ‘yang‘ dalam kalimat

di atas untuk menghubungkan si Abang yang kondang dengan kekesalannya sebagai warga biasa saja namun bisa diterbitkan di majalah dan koran sehingga seluruh orang Indonesia tau bahwa ia kesal.

Dalam teks di atas sebenarnya penulis mengidentifikasi si Abang yang kondang sebagai manusia biasa. Akan tetapi ia menjadi tidak biasa karena kekesalannya dapat diterbitkan di majalah dan

koran hingga ke seluruh Indonesia. Kategori manusia dalam budaya populer menurut gagasan penulis juga dapat dilihat dalam koherensi kalimat: ―Sesak untuk saya dan sesak untuk Pak Adnan ternyata berbeda bak rambut saya yang hitam dan rambut beliau yang putih‖

(Koherensi: perpanjangan tambahan).

Penulis menyamakan posisinya dengan pak Adnan sebagai orang yang sama-sama mempunyai ‗sesak‘. Seperti halnya kedua orang tersebut mempunyai rambut. Akan tetapi kemudian penulis tetap membedakan pengertian sesak menurutnya dengan sesak menurut pak Adnan, seperti halnya rambut penulis yang hitam dan rambut pak Adnan yang putih.

d) Representasi dalam Kombinasi Antarkalimat

Gagasan penulis bahwa terdapat dua golongan orang ini kemudian didukung lewat pendapat orang lain yang terdapat dalam kombinasi antarkalimat berikut:

“You are nobody, Mas," kata teman perempuan saya. Saya iri saja karena perlakuan yang saya terima dan yang diterima

somebody itu beda. "Lo tu ya, diem aja. Kita ini cuma rakyat biasa, bukan pejabat. Fasilitasnya beda, hidupnya beda, yaaa... perlakuan yang diterima juga beda."

Dalam teks di atas, teman perempuan penulis mendefinisikan penulis sebagai nobody yang berarti rakyat biasa, bukan pejabat sehingga fasilitasnya berbeda, hidup dan perlakuan yang diterima juga berbeda.

2) Fungsi Relasional dalam Teks Berita V

Bagaimana posisi pembaca dan aktor dalam teks dapat diketahui melalui kalimat-kalimat berikut ini:

Saya tertarik sekali dengan masalah yang menimpa Pak Adnan Buyung Nasution. Untuk selanjutnya saya akan menggunakan kata Abang, meminjam sebutan yang digunakan sang asisten untuk memanggilnya. Yang menarik buat saya bukan soal ia diinterogasi, tetapi bagaimana ia memiliki jejaring kerja luar biasa sehingga ketika kejadian itu menimpanya, ia bisa menghubungi koleganya bernama Pak Ali Alatas. Dan melalui Pak Alatas, Duta Besar Indonesia untuk Singapura langsung mengirimkan seorang stafnya ke bandara di kota singa itu. Relasi yang dibangun dalam kalimat tersebut adalah:

 Penulis – Adnan Buyung Nasution  Penulis – Pembaca

Dalam teks di atas penulis merelasikan dirinya sebagai orang awam yang mendengar berita mengenai Adnan Buyung Nasution dan

kemudian membicarakannnya. Kata ‘pak‘ yang dipakai penulis untuk

menyebut Adnan Buyung Nasution merepresentasikan bagaimana penulis telah mendudukkan dirinya sebagai orang yang menghormati,

atau setidaknya ‘kalah besar‘ dengan Adnan Buyung Nasution.

Kebesaran Adnan Buyung di hadapan penulis ditegaskan lagi dengan hubungan kolegial Adnan Buyung dengan Ali Alatas, Duta Besar Indonesia yang langsung mengirimkan seorang stafnya ke bandara di Singapura. Sementara itu, kata saya digunakan penulis untuk membangun relasi dengan pembacanya yang sama-sama awam, sama-sama tidak terkenal seperti Adnan Buyung Nasution. Dimana ia kemudian secara bebas mengurai gagasannya bahwa bukan soal ia

diinterogasi yang menjadi ketertarikannya pada masalah tersebut, akan tetapi pada masalah jejaring kerja luar biasa milik Adnan Buyung Nasution.