• Tidak ada hasil yang ditemukan

g. Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap

Dalam dokumen Buku Beton (1).pdf (Halaman 101-111)

o Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan

o Disiram air untuk menghilangkan debunya

o Buat acian pewarnaan

o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam

Retak dan perbaikan cacat beton V-13

h. Retak Rambut (lebar <0.5mm)

o Permukaan yang retak dibersihkan

o Disiram dengan air untuk menghilangkan debunya

o Buat acian pewarnaan

o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam o Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

i. Retak Besar dan Dalam (lebar >0.5mm dan dalam >1cm)

o Bagian yang retak digerinda sedalam 5-10 mm dengan lebar 5 cm

o Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih

o Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan dengan Sikadur 731

o Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741

o Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat o Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis

o Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian

yang retak

o Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan

o Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam

V-16

Tabel 5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Tutup Lubang Bekas TieRod Parapet No. Jenis

Cacat/Kerusakan Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Tutup lubang bekas

tie-rod parapet dan

pewarnaannya

Sikadur 741 Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa Sikadur 741:

1kg Sika warna abu-abu 2kg Sika warna putih 3kg Sika pasir

perbandingan 1:2:3

Aplikasi 82 lubang

(struktur parapet)

5.3 Aplikasi Acian Pewarnaan

V-17

Tabel 5.4 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Udara Terperangkap Besar dan Tali Air/Lubang Akibat Udara Terperangkap

Kecil

No. Jenis

Cacat/Kerusakan Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Udara terperangkap dan pewarnaannya

Semen putih (alternatif 1)

Semen biasa (Tipe 1) Air Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa(tiga roda) 400g air bersih perbandingan 2:1:2 Aplikasi 2.40m’ (struktur parapet) 2. Udara terperangkap dan pewarnaannya Semen putih (alternatif 2)

Semen biasa (Tipe 1) Air Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

1800g semen putih (tiga roda) 600g semen biasa (gresik) 1500g air bersih perbandingan 3:1:2.5 Aplikasi 2.40m’ (struktur parapet) 3.. Udara terperangkap dan pewarnaannya (alternatif 3) Semen putih

Semen biasa (Tipe 1) Air Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Kain lap Ember Kain/busa

1800g semen putih (tiga roda) 600g semen biasa (gresik) 1500g air bersih

perbandingan 3:1:2.5

Aplikasi 10.00m’ (struktur parapet)

V-18

Tabel 5.5 Aplikasi Acian Pewarnaan Untuk Plinth dan Keropos-Kolom No. Jenis

Cacat/Kerusakan Material Peralatan Acian Pewarnaan Keterangan

1. Plinth dan keropos kolom dan

pewarnaannya

Semen putih Semen biasa (tipe 1) Air Sikadur 741 Lem beton (Cebond) Kain lap Gerinda mangkok Sendok semen Kape Amplas Kuas cat Ember Kain/busa Palu Pahat Gerinda potong Tahap 1: Sikadur 741:

0.5kg Sika warna abu-abu

1kg Sika warna putih 1.5kg Sika pasir perbandingan 1:2:3

Tahap 2 (altr. 1):

400g semen putih (tiga roda)

200g semen biasa (tiga roda)

400ml air bersih perbandingan 2:1:2

Tahap 2 (altr.2):

400g semen putih (tiga roda) 200g semen biasa (gresik) 400g air bersih perbandingan 2:1:2 Aplikasi panjang 100cm dan lebar 30cm

6.1 PENDAHULUAN

Self-compacting concrete (SCC) adalah sebuah beton yang inovatif yang tidak memerlukan penggetaran saat penuangan dan pemadatan. SCC mampu mengalir dibawah pengaruh berat sendirinya (hanya dengan mengandalkan gravitasi), mengisi formwork secara menyeluruh dan mencapai pemadatan penuh, bahkan dalam keadaan tulangan yang sangat rapat. Beton yang telah mengeras memiliki struktur yang rapat, homogen dan memiliki sifat-sifat serta daya tahan seperti beton yang dipadatkan secara konvensional.

Keuntungan penggunaan SCC dibandingkan beton yang dipadatkan secara konvensional:

1. Mempercepat masa konstruksi, karena waktu penuangan yang lebih cepat dan dapat langsung mengisi celah antar tulangan yang rapat

2. Homogenitas yang tinggi, jumlah rongga yang minimal dan kekuatan beton yang seragam (sehingga memberikan hasil akhir dan daya tahan yang tinggi), karena memiliki fluiditas dan ketahanan segregasi yang lebih baik dibandingkan beton normal

3. Kuat awal yang lebih tinggi, waktu pelepasan cetakan yang lebih cepat, karena memiliki rasio air-semen yang lebih rendah dari beton normal

4. Dapat dipompa hingga jarak yang lebih jauh, karena memiliki daya alir tinggi dan daya penahan segregasi yang lebih baik dari beton normal

5. Permukaan yang dihasilkan lebih halus, karena mengalir dengan baik dan mempunyai permukaan nyaris horisontal setelah dialirkan

6. Mengurangi paparan terhadap kebisingan dan penggetaran yang dialami oleh pekerja dan lingkungan

7. Lebih tahan terhadap resiko thermal cracking akibat panas dibandingkan beton normal

Kombinasi antara pelaksanaan yang mudah dan performance yang baik serta keuntungan dalam kesehatan dan keselamatan kerja, membuat SCC menjadi solusi yang sangat menarik bagi industri beton pracetak maupun konstruksi teknik sipil umumnya. SCC sering digunakan sebagai salah satu alternatif pemakaian beton normal pada:

1. Pembetonan struktur dengan tulangan rapat, terutama pada struktur-struktur penahan beban dinamis

2. Pembetonan dengan banyak lokasi maupun titik-titik yang sulit dijangkau, misalnya: cetakan dengan bentuk yang rumit dan pile

3. Kepentingan arsitektural, untuk menghasilkan permukaan yang sempurna tanpa lubang dan retak-retak

4. Struktur yang terekspos kondisi cuaca buruk sehingga memerlukan durabilitas yang lebih tinggi

Pengenalan SCC VI-2

Pemanfaatan Self-Compacting Concrete pada Industri Beton Pracetak

6.2 SIFAT-SIFAT BETON KERAS

1. Kuat tekan

Untuk SCC biasanya memiliki kuat tekan yang sedikit lebih tinggi dari beton normal dengan FAS yang sama. Hal ini diakibatkan ikatan yang lebih baik antara agregate dan pasta yang telah mengeras, karena tidak adanya penggetaran. 2. Kuat tarik

Besarnya kuat tarik pada SCC dapat diasumsikan sama dengan beton normal, karena volume pasta (semen+agregat halus+air) tidak memiliki efek yang signifikan terhadap kuat tarik

3. Modulus elastisitas

SCC memiliki modulus elastisitas yang sedikit lebih rendah dari beton biasa karena memiliki pasta semen yang lebih banyak dari beton biasa

• Karena bagian terbesar dari beton adalah agregatnya, maka jenis dan jumlah agregat sebagaimana juga nilai modulus elastisitasnya (E) memiliki pengaruh terbesar. Memilih agregat dengan nilai E yang makin tinggi akan membuat E beton juga makin tinggi

• Semakin tinggi volume pasta semen, semakin rendah nilai E 4. Rangkak

SCC memiliki koefisien rangkak yang lebih besar akibat volume pasta semen yang lebih banyak dibandingkan beton biasa dengan kekuatan yang sama

• Semakin tinggi kekuatan beton, rangkak semakin berkurang

• Jika menggunakan semen dengan kemampuan hidrasi yang lebih cepat akan memiliki kekuatan yang lebih tinggi saat pembebanan, memiliki rasio

• Makin tinggi volume agregat kasar, rangkak makin berkurang

• Makin tinggi nilai modulus elastisitas (E) agregat, rangkak makin berkurang 5. Susut

Susut pada SCC lebih kecil dibandingkan beton normal karena FAS-nya lebih rendah

• Semakin tinggi volume agregat, susut semakin berkurang

• Semakin tinggi nilai modulus elastisitas agregat (E), susut semakin berkurang • Semakin kecil ukuran agregat maksimum (yang berarti volume pasta semen

semakin besar), semakin besar susutnya 6. Koefisien ekspansi thermal

Menggunakan agregat dengan koefisien ekspansi thermal yang rendah, akan mengurangi koefisien ekspansi thermal dari beton yang dihasilkannya juga

7. Lekatan terhadap tulangan

Dibandingkan beton biasa dengan kuat tekan yang sama, SCC memiliki fluiditas dan kohesi yang lebih baik, sehingga memiliki ikatan dengan tulangan yang lebih kuat. Sedangkan beton biasa sering mengalami kegagalan untuk meyelimuti tulangan secara menyeluruh akibat segregasi dan bleeding saat penuangan maupun sebelum mengeras

8. Kapasitas gaya geser pada bidang pengecoran

Permukaan SSC yang telah mengalami pengerasan agak lebih halus dan impermeabel/tidak tembus air, oleh karena itu kapasitas gaya geser antara lapis pertama dan kedua lebih rendah dari beton yang dipadatkan dengan penggetaran konvensional dan tidak mampu menahan gaya geser. Oleh karena itu perlu diberikan perawatan untuk permukaannya, misalnya retarder permukaan, penyikatan atau dengan membuat permukaan menjadi kasar

9. Ketahan terhadap api

Ketahanan terhadap api yang dimiliki SCC hampir sama dengan beton normal. Tetapi jika menginginkan ketahanan api yang lebih tinggi dapat menggunakan serat polypropylene. Serat ini akan meleleh dan akan diserap matrix semen saat terbakar. Rongga bekas serat yang telah meleleh akan menjadi ruang pemuaian untuk uap yang terjadi, sehingga mengurangi resiko pengelupasan.

Durabilitas/Daya Tahan

Pemadatan dengan penggetaran seringkali merupakan proses yang tidak kontinu, misalnya pada penggetaran eksternal dan hand tamping. Penggetaran internal yang meskipun dilaksanakan dengan benar juga seringkali masih menimbulkan ketidakseragaman hasil pemadatan, karena volume beton yang berada dalam daerah pengaruh vibrator tidak menerima energi pemadatan yang sama.

Konsekuensi dari pemadatan yang tidak benar adalah, seperti: lubang-lubang sarang lebah/keropos, segregasi, bleeding dll, memiliki pengaruh negatif yang besar pada permeabilitas sekaligus mempengaruhi durabilitas beton.

Pengenalan SCC VI-4

SCC bila dikerjakan dengan benar akan bebas dari kerugian-kerugian pemadatan tersebut dan menghasilkan suatu material beton yang memiliki permeabilitas yang seragam dan rendah, sehingga hanya memiliki sedikit kelemahan terhadap lingkungan yang merugikan dan karenanya memberikan durabilitas yang lebih baik.

Detail Permukaan pada Elemen Pracetak yang Menggunakan SCC

6.3 SIFAT-SIFAT BETON SEGAR DAN CARA

PENGUJIANNYA

Tabel 6.1 Metode Pengujian Beton Segar

Sifat-sifat Beton Segar Metode Pengujian

Daya alir Slump-flow test

Kekentalan (kecepatan alir) T500 Slump-flow/V-funnel test

Passing ability L-Box test

Segregasi Segregation resistance (sieve) test

Beberapa catatan untuk memilih pengujian yang perlu dilakukan:

1. Jika struktur tidak menggunakan/hanya memerlukan sedikit tulangan, pengujian

passing ability dapat ditiadakan

2. Pengujian kekentalan hanya diperlukan bila menginginkan hasil permukaan yang bagus, atau bila penulangan sangat rapat

3. Pengujian segregasi menjadi pengujian yang penting bila diinginkan SCC yang memiliki fluiditas yang lebih tinggi dan kekentalan yang lebih rendah

Dalam dokumen Buku Beton (1).pdf (Halaman 101-111)

Dokumen terkait