• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL,

Dalam dokumen Buku Beton (1).pdf (Halaman 33-39)

Jumlah Air Optimum (JAO)

3.1 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL,

SNI T-15-1990-03

a. Penentuan kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu Yaitu kuat tekan beton dengan kemungkinan lebih rendah dari nilai itu hanya sebesar 5% saja.

b. Penetapan deviasi standar (sd)

Ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya.

Tabel 3.1 Nilai Deviasi Standar

Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (Mpa)

Memuaskan 2.8 Sangat baik 3.5 Baik 4.2 Cukup 5.6 Jelek 7.0 Tanpa kendali 8.4

1). Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang lalu. Jumlah data hasil uji minimum 30 buah (satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua silinder yang dibuat dari contoh beton yang sama dan diuji pada umur 28 hari atau umur pengujian lain yang ditetapkan). Jika jumlah data uji kurang dari 30, maka dilakukan koreksi dengan suatu faktor pengali nilai deviasi standar.

Tabel 3.2 Faktor Pengali Deviasi Standar

Jumlah Data 30 25 20 15 <15

Faktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh

2). Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa yang lalu/bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai margin langsung diambil sebesar 12 Mpa.

Perencanaan campuran beton III-2

c. Penghitungan nilai tambah (M)

o Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke

Langkah d

o Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar Sd, maka

dilakukan dengan rumus berikut:

M = k * Sd

Dengan: M = Nilai tambah, Mpa

k = 1.64

Sd = deviasi standar, MPa

d. Penetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan fcr’ = fc’ + M

Dengan: fcr’ = Kuat tekan rata-rata, MPa

fc’ = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa

M = Nilai tambah, Mpa

e. Penetapan jenis semen Portland

Lihat macam-macam semen pada Poin 2.1.b f. Penetapan jenis agregat

Lihat poin 2.2 dan dipilih agregat alami atau batu pecah.

g. Tetapkan faktor air semen dengan salah satu dari dua cara berikut:

o Berdasarkan jenis semen yang dipakai dan kuat tekan rata-rata silinder beton yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Gambar 3.1

Gambar 3.1 Hubungan Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Rata-Rata

o Berdasarkan jenis semen, jenis agregat kasar dan kuat tekan rata-rata yang direncanakan pada umur tertentu. Lihat Tabel 3.3 dan Gambar 3.2 Langkahnya sebagai berikut:

• Tabel 3.3 Dengan data jenis semen, jenis agregat kasar dan umur beton yang dikehendaki, dibaca perkiraan kuat tekan silinder beton yang akan diperoleh jika dipakai faktor air semen 0.5.

Tabel 3.3 Perkiraan Kuat Tekan Beton (MPa) dengan FAS 0.5

Umur (hari) Jenis

Semen Jenis Agregat Kasar 3 7 28 91

Alami 17 23 33 40 I, II, V Batu pecah 19 27 37 45 Alami 21 28 38 44 III Batu pecah 25 33 44 48

• Gambar 3.2 Lukislah titik A pada Gambar 3.2, dengan FAS 0.5 sebagai absis dan kuat tekan beton yang diperoleh dari Tabel 3.3 sebagai ordinat. Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

Perencanaan campuran beton III-4

h. Penetapan faktor air semen maksimum

Lihat Tabel 3.4 Jika FAS maksimum ini lebih rendah dari langkah g, maka FAS maksimum ini yang digunakan.

Tabel 3.4 FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan & Lingkungan

Khusus

Jenis Pembetonan FAS Maksimum

Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi

0.60 0.52 Beton diluar ruang bangunan:

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik

matahari langsung

0.55 0.60 Beton yang masuk kedalam tanah:

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali

dari tanah

0.55

Tabel 3.8

Beton yang selalu berhubungan dengan

air tawar/payau/laut Tabel 3.9

i. Penetapkan nilai slump

Penetapan nilai slump dilakukan dengan memperhatikan pelaksanaan pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya. Misal: pengecoran dengan conncrete pump membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 3.5 sebagai pertimbangan.

Tabel 3.5 Penetapan Nilai Slump

Pemakaian Beton Maks Min

Dinding, plat fondasi dan fondasi

telapak bertulang 12.5 5.0

Fondasi telapak tidak bertulang,

kaison dan struktur dibawah tanah 9.0 2.5

Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5

Pengerasan jalan 7.5 5.0

Pembetonan masal 7.5 2.5

Tabel 3.6 Perkiraan Kebutuhan Air Per Meter Kubik Beton (Liter)

Slump (mm) Besar Ukuran Maksimum Kerikil (mm) Jenis Batuan 0-10 10-30 30-60 60-180 10 Alami Batu pecah 150 180 180 205 205 230 225 250 20 Alami Batu pecah 135 170 160 190 180 210 195 225 40 Alami Batu pecah 115 155 140 175 160 190 175 205 Catatan:

• Koreksi suhu diatas 20o

C, setiap kenaikan 5OC harus ditambah air 5

liter per m3 adukan beton

• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus

ditambah air ± 10 liter per m3

adukan beton

j. Penetapan besar butir agregat maksimum

Penetapan besar butir agregat maksimum dilakukan berdasarkan nilai terkecil dari ketentuan pada poin 2.2.c

k. Penetapan jumlah air yang diperlukan per meter kubik beton, berdasarkan ukuran maksimum agregat, jenis agregat dan slump yang diinginkan. Lihat Tabel 3.6

Jika menggunakan agregat halus dan agregat kasar dari jenis yang berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan diperbaiki dengan rumus:

A = 0.67Ah + 0.33 Ak

Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3)

Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya

Perencanaan campuran beton III-6

l. Hitung berat semen yang diperlukan

Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah k dengan FAS yang diperoleh pada Langkah g dan h

m. Hitung kebutuhan semen minimum

Ditetapkan dengan Tabel 3.7-3.9. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.

Tabel 3.7 Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan

Lingkungan Khusus

Jenis Pembetonan

Semen Minimum (kg/m3 beton)

Beton didalam ruang bangunan: a. Keadaan keliling non-korosif

b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosif

275 325 Beton diluar ruang bangunan:

a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

b. Terlindung dari hujan dan terik matahari

langsung

325 275 Beton yang masuk kedalam tanah:

a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

325

Tabel 3.8

Beton yang selalu berhubungan dengan air

Tabel 3.8 Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang

Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3) Dalam Tanah Total SO3 SO3

Dalam dokumen Buku Beton (1).pdf (Halaman 33-39)

Dokumen terkait