• Tidak ada hasil yang ditemukan

(b) Gambar 1 (a) Peta Kawasan Perumnas Panakkukang, (b) Peta Lokasi Permukiman

Dalam dokumen UB Local Tripod 26 Maret 2011.compressed (Halaman 182-188)

Perumnas Panakkukang

(a)

d. Active Engagement, suatu ruang publik dikatakan berhasil jika dapat mewadahi aktivitas kontak/interaksi antar anggota masyarakat (teman, family atau orang asing) dengan baik.

e. Discovery, merupakan suatu proses mengelola ruang publik agar didalamnya terjadi suatu aktivitas yang tidak monoton. Aktivitas dapat berupa acara yang diselenggarakan secara terjadwal (rutin) maupun tidak terjadwal diantaranya berupa konser, pameran seni, pertunjukan teater, festival, pasar rakyat (bazaar), promosi dagang. Menurut Widayati (2002) rumah merupakan bagian dari suatu permukiman. Rumah saling berkelompok membentuk permukiman dengan pola tertentu. Pengelompokkan permukiman dapat didasari atas dasar:

a. Kesamaan golongan dalam masyarakat, misalnya terjadi dalam kelompok sosial tertentu antara lain kompleks kraton, kompleks perumahan pegawai.

b. Kesamaan profesi tertentu, antara lain desa pengrajin, perumahan dosen, perumahan bank. c. Kesamaan atas dasar suku bangsa tertentu, antara lain kampung Bali, kampung Makassar.

Menurut Trigger (1978) pengelompokkan permukiman juga bisa terbentuk atas dasar kepercayaan dari masyarakat dan atas dasar sistem teknologi mata pencahariannya. Pengelompokkan permukiman tersebut tidak selalu menghasilkan bentuk denah dan pola persebaran yang sama, tetapi tergantung pada latar belakang budaya yang ada.

Metode Penelitian

Dikarenakan topik permasalahan berasal dari teori yang telah ada sebelumnya, maka metode yang digunakan adalah pengamatan fisik dilapangan, parameter penilaian kualitas ruang kawasan permukiman, akan melengkapi personal interview dari beberapa responden. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive survey yaitu penelitian yang datanya diperoleh dari hasil observasi. Fokus penelitian adalah mengetahui peran ruang publik dalam meningkatkan/menurunkan kualitas ruang permukiman. Obyek penelitian yaitu ruang-ruang publik yang terdapat pada permukiman masyarakat menengah ke atas (Panakkukang Mas) dan permukiman masyarakat menengah ke bawah (Perum Perumnas), Makassar.

Analisis dan Pembahasan

Ruang publik yang ada berupa ruang terbuka sebagian jalan (gang), sebagian ruang-ruang privat rumah tinggal, langgar dan mesjid, gereja. Ruang publik umum milik masyarakat difungsikan sebagai area untuk kegiatan bersama dengan komunitas yang lebih luas (masyarakat umum). Mesjid dan langgar, gereja selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat kegiatan sosial budaya kemasyarakatan. Karena keterbatasan ruang, disamping tempat ibadah, interaksi sosial juga dilakukan di tempat-tempat umum lainnya antara lain ruang di sisi jalan serta ruang terbuka lainnya yang memungkinkan untuk berinteraksi sosial.

Gambar 2. Tata Letak Fasilitas/Ruang Publik Pada Permukiman Perumnas Panakkukang

Gambar 3. Ruang publik berupa lapangan yang biasanya digunakan untuk kegiatan olahraga, sosial budaya dan

keagamaan 1 2 3,4 5 6 8 9 7 10 11 13 12

174

Gambar 5. Ruang publik berupa lapangan yang biasanya digunakan untuk kegiatan berinteraksi sosial budaya, menjemur pakaian dan tempat bermain anak-

anak

Gambar 6. Ruang Publik berupa lapangan dan area open space Gambar 4. Area Publik berupa Lapangan untuk

kegiatan olahraga, tempat bermain anak-anak dan interaksi sosial

Gambar 7. Public Space berupa lapangan olahraga untuk berinteraksi sosial dan tempat

bermain anak-anak

Gambar 8. Public Space berupa lapangan di samping gereja digunakan sebagai ruang bersama untuk simpul aktivitas, ruang

S

Gambar 9. Ruang Publik berupa lapangan yang menyatu dengan mesjid selain digunnakan untuk berolahraga juga berinteraksi

sosial dan tempat bermain anak-anak serta sebagai ruang sirklulasi

Gambar 10. Ruang Publik berupa open space yang ditengah- tengahnya dibangun baruga (rumah panggung) untuk berinteraksi sosial dan tempat bermain anak-anak, tempat

memancing ikan sebagai simpul aktivitas

Gambar 11. Ruang Publik berupa open space untuk berinteraksi sosial, tempat bermain anak-anak, sebagai simpul

aktivitas, ruang antara dan ruang sirkulasi

Gambar 12. Ruang Publik berupa lapangan olahraga, tempat bermain anak-anak, dan sebagai ruang antara

176

Beberapa peran ruang publik pada permukiman masyarakat menengah ke bawah Perumnas Panakkukang yang dapat diidentifikasikan menurut pembentukannya, yaitu :

a. Ruang bersama sebagai simpul aktivitas

Pada permukiman terdapat ruang bersama untuk aktivitas budaya seperti mesjid, mushola, serta tempat pendidikan keagamaan. Ikatan sosial warga dari kampung dengan berbagai aktivitas sosialnya dapat menggunakan ruang bersama tersebut. Ruang bersama itu terbentuk karena dorongan tekanan sosial seperti globalisasi ( misalnya narkoba ) yang kuat sehingga memotivasi warga untuk mewujudkan suatu organisasi sosial kampung sebagai wadah mereka untuk berkomunikasi. Lalu karena terlalu banyaknya aktivitas mereka maka warga berinisiatif menciptakan ruang bersama baru sebagai simpul interaksi warga. Kompleksitas fungsi ruang bersama tergambar dalam berbagai jenis ruang yang ada dan melengkapi sistem kehidupan di kampung. Publik space tersebut menjadi bagian terpenting untuk warga berinteraksi. Terbentuknya beberapa ruang bersama tersebut diatas, merupakan budaya baru sebagai bentuk fasilitas umum dan sosial masyarakat kampung yang berkembang menuju modern dimana ruang bersama tersebut dibangun atas dasar partisipasi warga sendiri. Ikatan keruangan yang menjadi dasar kehidupan bermasyarakat pada permukiman ditumbuhkan melalui kebersamaan membuat ruang untuk keperluan bersama. Artinya ruang-ruang tersebut merupakan respon masyarakat dalam membentuk keruangan terhadap adanya perubahan lingkungan yang mengancam keberadaan kampung baik secara fisik maupun sosial. Perubahan sosial budaya masyarakat akibat perkembangan kota sehingga menyebabkan beberapa budaya lokal tersisih dapat dipertahankan kembali melalui ruang sosial tersebut.

b. Ruang sirkulasi

Jalan dan gang merupakan alternatif sebagai ruang bersama adalah ciri dari masyarakat permukiman khususnya permukiman masyarakat menengah ke bawah. Jalan tidak hanya berfungsi sebagai sirkulasi tetapi fungsi lain termasuk rekreasi. Namun pada sisi lain secara positif mendukung kehidupan sosial kampung untuk berinteraksi. Hal ini akan mendorong warga untuk membangun jalan dan mempertahankan kebersihannya. Karena berdampak pada kepentingan mereka sendiri. Berbagai aktivitas dapat dilakukan di jalan mulai dari jual-beli, duduk-duduk, mengobrol, bermain, dan kebutuhan lainnya. Di beberapa permukiman masyarakat menengah ke bawah, gang atau jalan biasa digunakan oleh warga untuk mencuci pakaian mereka karena biasanya di jalan terdapat selokan atau tempat pembuangan limbah. Sebaliknya hal negatif dapat terjadi yaitu pemanfaatan jalan untuk kepentingan pribadi yang mengakibatkan terjadinya penyempitan dan ketidaknyamanan pemakai jalan.

Gambar 15. (a) dan (b). Ilustrasi pada pagi hari dimana gang bukan hanya sebagai ruang sirkulasi tapi jual ruang bersama

untuk aktivitas jual beli dan menjemur hasil panen serta aktivitas lainnya.

(a)

(b)

Gambar 16. Ilustrasi pada siang hari dimana warga melakukan aktivitas menjemur pakaian dan

parkir kendaraan di ruang publik yang berupa lapangan olahraga.

c. Ruang antara

Ruang bersama yang tidak kalah penting di permukiman Perumnas Panakkukang ialah halaman dan teritisan rumah sebagai ruang bersama untuk ngobrol dan sirkulasi. Kepadatan dan kesesakan warga mendorong banyak aktivitas rumah tangga atau pribadi dilaksanakan di ruang bersama. Penggunaan halaman dan teritisan hanya terjadi karena pemiliknya memperkenankan untuk dipakai untuk aktivitas warga meskipun hanya sebatas ngobrol dan numpang lewat. Penggunaan ruang antara atau ruang sisa untuk sirkulasi hanya terjadi ketika ada kesadaran untuk memberikan sebagian ruang pribadinya untuk keperluan umum dan hal ini membutuhkan rasa toleransi serta kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Kesadaran semacam ini berdampak pada perilaku sopan santun dan saling menghormati antar warga.

Kesimpulan

Ruang publik merupakan kebutuhan penting masyarakat yang dapat meningkatkan kualitas ruang permukiman. Kecenderungan terjadinya penurunan kualitas ruang publik di kawasan permukiman pada sepuluh tahun terakhir sangat signifikan. Ruang publik yang ada sebagian besar telah dikonversi menjadi infrastruktur perkotaan seperti jaringan jalan, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan kawasan permukiman baru. Dalam upaya mewujudkan ruang publik yang nyaman, produktif dan berkelanjutan, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian yang cukup besar terhadap keberadaan ruang publik. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain membuat peraturan tentang standar penataan ruang berkaitan dengan penyediaan ruang publik serta upaya-upaya dalam skala kecil yang dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri seperti menanam pohon atau tanaman perdu, selain udara menjadi lebih sejuk, polusi udara juga bisa dikurangi.

Sebagai suatu kawasan yang relatif “seperti sebuah kampung kota”, Perumnas Panankukang tumbuh sebagai suatu kawasan yang “ramah”. Peran dari area publik untuk aktifitas bersama sangatlah besar. Ruang publik mempunyai kedudukan yang bertingkat-tingkat sesuai dengan peran dan fungsinya. Ruang publik di tingkat paling sederhana terletak di masing-masing rumah melalui konsep butulan (ruang antara) rumah. Area publik yang lebih luas terletak di luar rumah dengan konsep bertingkat dari tingkat RW sampai tingkat Kelurahan.

Daftar Pustaka

Darmawan, Edy, 2003, Teori dan Kajian Ruang Publik Kota, Badan Penerbit UNDIP, Semarang Darmawan, Edy, 2005, Analisa Ruang Publik dan Arsitektur Kota, Badan Penerbit UNDIP,

Semarang

Frey, Hidlebrand, 1999, Designing The City, Towards a more Sustainable Urban Form, E & FN SPON. Krier, Rob, 1979, Urban Space, Academi Edition 42 Leinster Gardens, London.

Lim, Sung bin and Park, Joon seo, 2004, Urban Environment Design 2: Park, Archiworld Co.Ltd, Korea.

Moughtin,Cliff, 1992, Urban Design Street And Square, An Imprint of Butterworth Heinemann Ltd Xinacre House,Oxford.

Rubeinstein, Harvey M, 1992, Pedestrian Malls, Streetscapes, and Urban Spaces, John Wiley & Sons Inc, Canada. Shirvani, Hamid, 1996, The Urban Design Process, VNR Company Inc, New York.

Spreiregen, Paul D, 1995, Urban Design; The Architecture of Towns And Cities, McGraw-Hill Book Company, New York, San Francisco, Toronto, London, Sydney.

Carr, Stephen, Francis, Mark, Rivlin, Leanne G, Stone, Andrew M, 1992, Public Space, Cambridge University Press, USA.

Terima Kasih kepada beberapa pihak yang turut serta mesukseskan acara sayembara, call

Dalam dokumen UB Local Tripod 26 Maret 2011.compressed (Halaman 182-188)