• Tidak ada hasil yang ditemukan

76 Gambar 19 Timbulan dan Layanan Persampahan di Kabupaten Solok Tahun

Timbulan dan layanan persampahan dianalisa berdasarkan perkiraan timbulan sampah per hari. Kemudian dipilah berdasarkan pengelolaan sampahnya yaitu dikumpulkan dan diangkut ke TPA oleh petugas yang ditunjuk, dan sebagian lagi dikelola sendiri oleh masyarakat dengan cara di bakar atau dibuang kedalam lubang. Pengelolaan sampah paling banyak dilakukan adalah pengelolaan oleh masyarakat dengan cara dibakar. Pada kategori kedua yaitu timbulan dan layanan persampahan, hasil kompilasi data dalam penyusunan database cakupan pelayanan sanitasi disampaikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6.30. Cakupan Timbulan dan Layanan Persampahan 14 Kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2014

No Kecamatan Penduduk Jumlah & Diangkut ke Dikumpulkan

TPA Dibakar Dibuang Ke Lubang

Tidak Dikelola I Lembah Gumanti 56.554 2,64 8,61 3,13 1,40 II X Koto Singkarak 31.744 1,06 6,07 0,14 1,58 III Hiliran Gumanti 16.593 0,66 1,65 0,72 1,61 IV Payung Sekaki 8.181 0,30 1,35 0,04 0,59 V Tigo Lurah 9.918 0,17 1,97 0,06 0,57 VI Lembang Jaya 26.429 1,35 3,47 1,11 1,44 VII Gunung Talang 48.764 2,37 8,67 0,41 2,17 VIII Junjung Sirih 11.845 0,72 1,57 - 1,01 IX Pantai Cermin 20.538 1,29 2,18 2,11 0,14 X Danau Kembar 19.433 0,63 3,92 0,24 0,64 XI X Koto Diatas 17.703 0,45 3,88 0,51 0,10 XII Kubung 57.822 3,16 11,49 0,79 0,70 XIII Bukit Sundi 23.253 1,05 4,10 0,14 1,20

BAB VI - 77

XIV IX Koto Sungai Lasi 9.605 0,20 1,96 0,37 0,14 TOTAL 358.382 16,04 60,89 9,76 13,30

Berdasarkan tabel diatas, timbulan dan layanan persampahan yang dikumpulan dan diangkut ke TPA oleh petugas yang ditunjuk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Solok Tahun 2015 secara berturut-turut adalah Kecamatan Kubung (3,16%), Kecamatan Lembah Gumanti (2,64%), Kecamatan Gunung Talang (2,37%), Kecamatan Lembang Jaya (1,35%), Kecamatan Pantai Cermin (1,29%), Kecamatan X Koto Singkarak (1,06%), Kecamatan Bukit Sundi (1,05%), Kecamatan Junjung Sirih (0,72%), Kecamatan Hiliran Gumanti (0,66%), Kecamatan Danau Kembar (0,63%), Kecamatan X Koto Diatas (0,45%), Kecamatan Payung Sekaki (0,30%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (0,20%), dan Kecamatan Tigo Lurah (0,17%).

Timbulan dan layanan persampahan yang dikelola oleh masyarakat dengan cara dibakar berdasarkan kecamatan dengan jumlah terbesar secara berturut-turut adalah Kecamatan Kubung (11,49%), Kecamatan Gunung Talang (8,67%), Kecamatan Lembah Gumanti (8,61%), Kecamatan X Koto Singkarak (6,07%), Kecamatan Bukit Sundi (4,10%), Kecamatan Danau Kembar (3,92%), Kecamatan X Koto Diatas (3,88%), Kecamatan Lembang Jaya (3,47%), Kecamatan Pantai Cermin (2,18%), Kecamatan Tigo Lurah (1,97%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (1,96%), Kecamatan Hiliran Gumanti (1,65%), Kecamatan Junjung Sirih (1,57%), dan Kecamatan Payung Sekaki (1,35%).

Timbulan dan layanan persampahan yang dikelola oleh masyarakat dengan cara dibuang ke dalam lubang berdasarkan kecamatan dengan jumlah terbesar secara berturut-turut adalah Kecamatan Lembah Gumanti (3,13%), Kecamatan Pantai Cermin (2,11%), Kecamatan Lembang Jaya (1,11%), Kecamatan Kubung (0,79%), Kecamatan Hiliran Gumanti (0,72%), Kecamatan X Koto Diatas (0,51%), Kecamatan Gunung Talang (0,41%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (0,37%), Kecamatan Danau Kembar (0,24%), Kecamatan X Koto Singkarak (0,14%), Kecamatan Bukit Sundi (0,14%), Kecamatan Tigo Lurah (0,06%), Kecamatan Payung Sekaki (0,04%), sedangkan Kecamatan Junjung Sirih data timbulan dan layanan persampahan tidak teridentifikasi.

Timbulan dan layanan persampahan yang tidak dikelola oleh petugas ataupun oleh masyarakat berdasarkan kecamatan dengan jumlah terbesar secara berturut-turut adalah Kecamatan Gunung Talang (2,17%), Kecamatan Hiliran Gumanti (1,61%), Kecamatan X Koto Singkarak (1,58%), Kecamatan Lembang Jaya (1,44%), Kecamatan Lembah Gumanti (1,40%), Kecamatan Bukit Sundi (1,20%), Kecamatan Junjung Sirih (1,01%), Kecamatan Kubung (0,70%), Kecamatan Danau Kembar (0,64%), Kecamatan Payung Sekaki (0,59%), Kecamatan Tigo Lurah (0,57%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (0,14%), Kecamatan Pantai Cermin (0,14%), dan Kecamatan X Koto Diatas (0,10%).

2. Sarana Dan Prasarana Penanganan Sampah

Dalam rangka menunjang operasional sehari-hari untuk pengumpulan dan pengangkutan, pemerintah Kabupaten Solok telah menyediakan berbagai sarana dan

BAB VI - 78

prasarana yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan kabupaten. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana dan prasarana yang tersedia di KPLHK dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel: 6.31

Sarana dan Prasarana KPLHK Kabupaten Solok Tahun 2015

No Jenis Jumlah (unit)

1 Amroll truck 2

2 Dump truck 3

3 Becak motor 24

4 Perahu Motor -

5 Mesin potong rumput 8

6 Mesin semprot lalat -

7 Container 24 8 Bak sampah (TPS/LPS) 400 9 Gantungan sampah - 10 Box sampah - Sumber: KPLHK,2015 3. Tempat Pembuangan

a) Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

Tahap pengumpulan sampah dibedakan atas kegiatan pada penyapuan jalan dan pengumpulan langsung dari sumber-sumber ke kendaraan pengumpul. Pengumpulan sampah pemukiman dilakukan dengan sistem door to door

menggunakan becak motor dan becak dayung menuju TPS. Sampah dari TPS akan diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan menggunakan truk yang dilakukan dua hari sekali. Untuk kawasan komersial, seperti pasar, rumah makan, dan pertokoan, pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan

armroll truck dan dump truck kemudian dibawa ke TPA. Untuk kawasan pasar, pengangkutan dilakukan satu kali sehari sedangkan untuk rumah makan dan pertokoan dilakukan dua hari sekali. Pengangkutan sampah dari institusi dilakukan dua hari sekali.

b) Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

TPA sampah Kabupaten Solok masih bergadung dengan TPA regional di Kota Solok, terletak di Kelurahan Air Dingin dan Kelurahan Baringin, Kecamatan Koto Tangah. Luas area ± 33,3 Ha terdiri dari 18,4 HA yang sedang digunakan dengan status tanah Pemerintah, 11,3 HA belum bebas (milik masyarakat) dan 6000 m2 dalam proses pembebasan lahan. Sampah yang berada pada lokasi ini merupakan sampah padat yang berasal dari TPS, transfer depo, pasar, dan industri yang tersebar di Kabupaten Solok dan sekitarnya. Pada tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), LPA Air Dingin menerima 115.841.430 ton sampah selama 1 (satu) tahun atau sekitar 317.37 ton/hari.

BAB VI - 79

B. Pendanaan

Dalam penanganan masalah persampahan di Kabupaten Solok, pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran melalui APBD Kabupaten Solok yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

Struktur biaya operasional bidang persampahan di Kabupaten Solok meliputi : 1. Biaya operasional pengumpulan dan penyempurnaan

2. Biaya penampungan sementara 3. Biaya pelayanan pengangkutan 4. Pembuangan/pemrosesan akhir

Pendapatan daerah dari sektor persampahan antara lain dari penerimaan retribusi dari masyarakat. Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Solok dikenakan biaya retribusi pengelolaan sampah rumah tangga berkisar sebesar Rp 5.000 – Rp. 8.000 per KK tiap bulan. Besarnya pendapatan dari sektor retribusi sampah masyarakat tersebut masih belum mampu membiayai total biaya operasional pengelolaan persampahan Kabupaten Solok.

C. Kelembagaan

Pengelolaan sampah di Kabupaten Solok merupakan tanggung jawab dari Kantor Pengelolaan LIngkungan Hidup dan Kebersihan dibawah seksi Kebersihan, dengan rincian sebagai berikut:

D. Peraturan Perundangan

Aspek hukum dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Solok meliputi: 1. Perda No. 10 Tahun 1982 tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban

2. Perda No. 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Solok Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum

E. Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan sistem pengelolaan persampahan konstribusinya sangat besar. Keikutsertaan masyarakat secara aktif dapat mempercepat penanganan masalah persampahan di Kabupaten Solok. Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Solok dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat adalah dengan melakukan penyuluhan, pembinaan dan pendataan mengenai kebersihan khususnya untuk lokasi-lokasi pada jalan-jalan protokol, daerah pertokoan, terminal-terminal, dermaga, stadion dan tempat-tempat keramaian umum lainnya.

Secara umum sikap dan kesadaran masyarakat Kabupaten Solok dalam bidang persampahan sudah cukup tinggi. Masyarakat secara swadaya dan sukarela membayar iuran retribusi kebersihan. Selain itu, mulai tumbuhnya kesadaran dari masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan persampahan. Sebagian masyarakat telah melakukan pengelolaan sampah rumah tangga secara swadaya. Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya kemudian memusnahkannya dengan cara dibakar. Untuk jenis sampah anorganik dan logam dilakukan daur ulang.

BAB VI - 80

Sebagaimana di kabupaten-kabupaten lain, inisiatif pihak swasta dalam persampahan sudah bermunculan dengan sendirinya karena mereka melihat adanya peluang bisnis. Mereka mengumpulkan sampah non organik baik yang bersumber dari rumah tangga maupun dari fasilitas umum dan kawasan bisnis (hotel, restoran dan lain-lain) yang memiliki nilai jual. Sejauh ini belum ada interaksi formal antara Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan dengan para pelaku bisnis terkait pengelolaan sampah tersebut.

6.4.2.4. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan pengembangan persampahan di Kabupaten Solok dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sistem Persampahan

 Belum tersedianya perencanaan masterplan sistem persampahan skala kabupaten yang terintegrasi.

 Belum tersedianya DED Sarana Persampahan Kabupaten Solok

 Tingkat pelayanan persampahan baru mencapai 16.04 % dari area pelayanan sekitar 373.800 Ha

 Pola penanganan masih bersifat individual tidak langsung, yaitu sampah dikumpulkan di container/TPS/depo kemudian diangkut oleh truk ke TPA yang terletak di Ampang Kualo Solok.

Total timbulan volume sampah sekitar 98.725 ton, sedangkan yang dapat

terangkut sebesar 1.543 m³ atau sekitar 1.57% 2. Kelembagaan:

 Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan masih berfungsi sebagai operator dan regulator.

Masalah persampahan dibawah seksi Kebersihan yang hanya setingkat eselon IV.

3. Pendanaan:

Penganggaran terkait pengelolaan persampahan masih kurang dari 1.0 %. Pola penanganan sampah belum optimal.

Rendahnya dana penarikan restribusi.

 Masih minimnya sarana dan prasana persampahan 4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta:

 Potensi masyarakat belum dikembangkan secara sistematis.

 Rendahnya peran serta dunia usaha/swasta. 5. Peraturan Perundangan dan penegakan hukum:

Belum adanya peraturan daerah tentang persampahan

Masih kurangnya sosialisasi ketentuan penanganan sampah terhadap masyarakat

Sedangkan tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Solok meliputi:

1. Sistem penanganan pengelolaan sampah yang sesuai dengan standar teknis dan ramah lingkungan

2. Penyediaan regulasi dan advokasi pengelolaan sampah

3. Peningkatan cakupan pelayanan angkutan sampah untuk skala kabupaten 4. Mengurangi timbulan sampah dari sumbernya

5. Mendorong keterlibatan pihak swasta dan kelompok masyarakat dalam pewadahan dan pengumpulan sampah

BAB VI - 81

6. Peningakatn kualitas dan kuantitas tempat pembuangan sampah

6.4.2.5. KRITERIA KESIAPAN DAERAH

Kriteria kesiapan daerah Kabupaten Solok dalam pengembangan persampahan adalah sebagai berikut:

Sudah memiliki dokumen Buku Putih Sanitasi yang disusun pada tahun 2012

 Sudah memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten yang disusun pada tahun 2012  Sudah memiliki dokumen Memorandum Program Santiasi yang disusun pada tahun

2013

Sudah memiliki kajian pengelolaan persampahan pada tahun 2013

6.4.2.6. ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN

Perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Solok dilakukan dengan proyeksi penduduk dan standar produksi sampah yang dihasilkannya. Berdasarkan besaran-besaran tersebut, maka dapat dihitung produksi sampah dan perkembangannya, standar volume sampah yang dihasilkan dari kegiatan domestik adalah 2,5 liter/jiwa/hari. Pada tabel berikut dapat dilihat proyeksi timbulan sampah Kabupaten Solok sampai akhir periode perencanaan pada tahun 2030.

Tabel: 6.32

Proyeksi Timbulan Sampah Domestik Kabupaten Solok Tahun 2010 - 2030

Uraian Satuan 2015 2020 2025 2030 2035

Jumlah Penduduk Jiwa 364.344 380.740 397.873 415.265 433.952

Rencana Tingkat Pelayanan % 20 25 30 35 40

Jiwa 72.867 114.222 159.149 207.632 260.371 Total Sampah Domestik m³/hari 91.0861 95.185 99.468 103.816 108.488 Sampah Domestik Dikelola m³/hari 18 24 30 36 43 Sampah Non Domestik m³/hari 170 190 210 235 260 Total Timbulan Sampah m³/hari 261.086 285.185 309.468 338.816 368.488 Sumber: KPLHK, 2015

Berdasarkan proyeksi timbulan sampah sebagaimana tabel di atas, perkiraan kebutuhan sarana pengelolaan dan pengolahan sampah Kabupaten Solok sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel: 6.33

Perkiraan Kebutuhan Sarana Pengelolaan Dan Pengolahan Sampah Kabupaten Solok Tahun Tahun 2010 - 2030

Uraian Satuan 2010 2015 2020 2025 2030

Jumlah Penduduk Jiwa 364.344 380.740 397.873 415.265 433.952

Total Sampah Dikelola m³/hari 18 24 30 36 43

Reduksi Sampah: a. Penggunaan kembali di

sumber m³/hari % - - 15 5 10 30 15 50 20 75

BAB VI - 82

Dokumen terkait