• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adapun hasil kompilasi data per kecamatan 14 kecamatan disampaikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 6.27. Jumlah Pengguna Jamban Berdasarkan Kecamatan

No Kecamatan Jml PDD Jamban Akses Jamban Tidak Tangki Septik Cubluk

I Lembah Gumanti 56.554 12,11 3,67 9,25 8,69

II X Koto Singkarak 31.744 5,79 3,07 3,50 5,07

III Hiliran Gumanti 16.593 3,72 0,91 3,60 1,91

IV Payung Sekaki 8.181 1,18 1,10 0,57 1,17

V Tigo Lurah 9.918 1,95 0,82 1,70 1,19

VI Lembang Jaya 26.429 3,81 3,56 1,15 4,50

VII Gunung Talang 48.764 10,27 3,33 6,76 8,45

VIII Junjung Sirih 11.845 1,27 2,04 0,06 1,82

IX Pantai Cermin 20.538 4,91 0,82 2,11 5,16

X Danau Kembar 19.433 1,13 4,30 0,41 1,27

BAB VI - 68

XII Kubung 57.822 12,27 3,86 7,63 10,55

XIII Bukit Sundi 23.253 2,93 3,56 1,65 2,68

XIV IX Koto Sungai Lasi 9.605 2,19 0,49 1,86 1,39 JUMLAH 358.382,00 67,54 32,46 41,45 58,56

Berdasarkan tabel diatas, secara berturut-turut sistem pengolahan limbah dan akses jamban rumah tangga di masing-masing Kecamatan yang mempunyai akses jamban adalah Kecamatan Kubung (12,27%), Kecamatan Lembah Gumanti (12,11%), Kecamatan Gunung Talang (10,27%), Kecamatan X Koto Singkarak (5,79%), Kecamatan Pantai Cermin (4,91%), Kecamatan X Koto Diatas (4,01%), Kecamatan Lembang Jaya (3,81%), Kecamatan Hiliran Gumanti (3,72), Kecamatan Bukit Sundi (2,93%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (2,19%), Kecamatan Tigo Lurah (1,95%), Kecamatan Junjung Sirih (1,27%), Kecamatan Payung Sekaki (1,18%), dan Kecamatan Danau Kembar (1,13%).

Sistem pengolahan limbah dan akses jamban rumah tangga di masing-masing Kecamatan yang tidak mempunyai akses jamban secara berturut-turut adalah Kecamatan Danau Kembar (4,30%), Kecamatan Kubung (3,86%), Kecamatan Lembah Gumanti (3,67%), Kecamatan Bukit Sundi (3,56%), Kecamatan Lembang Jaya (3,56%), Kecamatan Gunung Talang (3,33%), Kecamatan X Koto Singkarak (3,07%), Kecamatan Junjung Sirih (2,04%), Kecamatan Payung Sekaki (1,10%), Kecamatan X Koto Diatas (0,93%), Kecamatan Hiliran Gumanti (0,91%), Kecamatan Pantai Cermin (0,82%), Kecamatan Tigo Lurah (0,82%), dan Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (0,49%).

Sistem pengolahan limbah dan akses jamban rumah tangga di masing-masing Kecamatan yang menggunakan tangki septik secara berturut-turut adalah Kecamatan Lembah Gumanti (9,25%), Kecamatan Kubung (7,63%), Kecamatan Gunung Talang (6,76%), Kecamatan Hiliran Gumantic (3,60%), Kecamatan X Koto Singkarak (3,50%), Kecamatan Pantai Cermin (2,11%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (1,86%), Kecamatan Tigo Lurah (1,70%), Kecamatan Bukit Sundi (1,65%), Kecamatan X Koto Diatas (1,22%), Kecamatan Lembang Jaya (1,15%), Kecamatan Payung Sekaki (0,57%), Kecamatan Danau Kembar (0,41%), dan Kecamatan Junjung Sirih (0,06%).

Sistem pengolahan limbah dan akses jamban rumah tangga di masing-masing Kecamatan yang menggunakan cubluk secara berturut-turut adalah Kecamatan Kubung (10,55%), Kecamatan Lembah Gumanti (8,69%), Kecamatan Gunung Talang (8,45%), Kecamatan Pantai Cermin (5,16%), Kecamatan X Koto Singkarak (5,07%), Kecamatan X Koto Diatas (4,72%), Kecamatan Lembang Jaya (4,50%), Kecamatan Bukit Sundi (2,68%), Kecamatan Hiliran Gumanti (1,91%), Kecamatan Junjung Sirih (1,82%), Kecamatan IX Koto Sungai Lasi (1,39%), Kecamatan Danau Kembar (1,27%), Kecamatan Tigo Lurah (1,19%), dan Kecamatan Payung Sekaki (1,17%).

C. Pendanaan

Secara hukum, pengelolaan air limbah di Kabupaten Solok, belum memiliki peraturan daerah khusus sedangkan untuk retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja. Besarnya tarif retribusi penyedotan tinja berdasarkan Perda retribusi tersebut adalah sebagai berikut:

BAB VI - 69

2. Jarak lebih dari 20 Km dengan volume 0 – 2,5 m3 dikenakan tambahan biaya angkutan sebesar Rp. 3.000,-/Km

Pembayaran restribusi dilakukan secara tunai pada saat setelah mendapatkan pelayanan. Hasil penarikan restribusi tersebut disampaikan ke Bendahara Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan untuk selanjutnya disetorkan ke Rekening Pemerintah Kabupaten Solok. Biaya operasi dan pemeliharaan yang dibelanjakan selama ini terdiri dari biaya BBM, biaya servis dan onderdil kendaraan, serta biaya personil.

D. Kelembagaan

Upaya penanganan air limbah domestik di Kabupaten Solok saat ini merupakan upaya yang masih bertumpu pada peran dan upaya pemerintah. Masyarakat baik secara individu maupun kelompok, dan juga sektor swasta telah menunjukkan peran dan keterlibatannya dalam penanganan masalah subsektor ini, namun demikian tingkat pelaksanaan peran atau keterlibatannya masih relatif minimal. Dalam penanganan sub sektor air limbah domestik, peran Pemerintah Kabupaten untuk sementara ini dijalankan oleh institusi:

a. Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan, yang dijalankan oleh seksi persampahan khususnya untuk pengoperasiaon truk tinja, pembangunan IPAL dan IPLT.

b. Dinas Pekerjaan Umum dibawah bidang Pengembangan Kawasan khusus menangani MCK

c. Dinas Kesehatan melalui pelaksanaan tugas Seksi Penyehatan Lingkungan dan mengkoordinasikan 18 (delapan belas) puskesmas.

Hingga saat ini upaya nyata yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Solok dalam rangka penanganan subsektor air limbah domestik dapat diamati dari upaya kebijakan yang bersifat strategis, upaya penanganan layanan yang bersifat teknis operasional, serta upaya pembinaan dan peningkatan kesadaran. Upaya kebijakan yang terkait dengan penanganan air limbah domestik dilakukan dengan penerbitan dan penegakkan kebijakan.

Kantor Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kebersihan menjalankan fungsi sebagai regulator kebijakan di level teknis dan pelaksana (operator) kegiatan operasional di bidang pengelolaan air limbah. Dalam pelaksanaan fungsi sebagai regulator teknis, KPLHK bertanggungjawab untuk merencanakan dan mengawasi penanggulangan air limbah. Sementara dalam fungsi sebagai operator dalam hal layanan pengelolaan air limbah KPLHK menjalankan tugas untuk:

a. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan dan penanggulangan limbah dengan berkoordinasi dengan SKPD teknis lainnya seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum

b. Memberikan rekomendasi pembuangan air kotor / limbah dalam pendirian industri- industri, rumah, bengkel-bengkel, dan tempat cuci kendaraan, hotel, rumah sakit dan lain-lain.

BAB VI - 70

E. Peraturan Perundangan

Peraturan perundangan yang ada di Kabupaten Solok yang terkait dengan pengelolaan air limbah adalah Perda No.6 Tahun 2002 tentang retribusi penyedotan kakus dan atau pemusnahan tinja.

F. Peran Serta Masyarakat dan Swasta

Di samping peran pemerintah, peran masyarakat Kabupaten Solok dalam pengelolaan air limbah domestik juga telah nampak meski dalam skala peran yang terbatas. Peran tersebut dijalankan oleh masyarakat Kabupaten Solok secara individual ataupun tingkatan rumah tangga dalam bentuk:

a. Upaya pengadaan atau pembangunan saluran penyaluran air limbah rumah tangga/domestik seperti sambungan saluran pembuangan air limbah bekas cucian, mandi dan sebagainyake saluran/riol;

b. Upaya pengadaan atau pembangunan serta pemanfaatan tangki septic sebagai sarana penampungan limbah tinja domestik (black water).

Beberapa kegiatan berbasis masyarakat yang telah dan akan dilakukan guna meningkatkan akses sanitasi diantaranya ialah yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan melalui program jamban dan sumur yang bertujuan untuk terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu terdapat juga pembangunan MCK++ yang dan program SANIMAS yang bersumber dari dana DAK dan telah dibangunan dibeberapa nagari di Kabupaten Solok.

Upaya masyarakat di tingkat kelompok dalam fungsi pengelolaan air limbah domestik saat ini juga telah mulai muncul. Upaya ini dapat dilihat dari peran kelompok masyarakat pada level kelurahan dalam bentuk upaya pembangunan serta pemanfaatan sarana jamban keluarga meski dalam kondisi yang masih sederhana.

Peran stakeholder lainnya yaitu sektor swasta dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Solok saat ini baru terwujud dalam bentuk pengelolaan fasilitas sarana umum MCK milik Pemerintah Kabupaten Solok. Sementara keterlibatan sektor swasta secara langsung dalam pengelolaan polutan limbah domestik belum terlihat di Kabupaten Solok.

6.4.1.4. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN

Permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Solok dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sistem Air Limbah

Belum tersedianya perencanaan masterplan sistem pengolahan air limbah skala

kabupaten yang terintegrasi.

Belum adanya DED Rencana Induk Sistem dan Teknologi Pengelolaan Air Limbah  Pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Solok masih bersifat individual dengan sistem setempat (onsite system) menggunakan cubluk dan septic tank. Persentase penduduk menggunakan jamban yang layak sekitar 67%

 Kabupaten Solok belum memiliki jaringan perpipaan air limbah.

BAB VI - 71

2. Pendanaan

 Belum tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi.

 Masih terbatasnya alokasi pendanaan untuk sektor air limbah baik dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN

 Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat. 3. Kelembagaan dan Peraturan Undang-Undang:

Belum adanya Perda pengelolaan air limbah.

Masih rendah dan terbatasnya SDM yang terkait pengelolaan air limbah

Masih belum jelasnya kewenangan SKPD dalam pengelolaan Air Limbah dan

masih terjadi tumpang tindih khususnya antara KPLHK dan Dinas Pekerjaan Umum.

4. Peran Masyarakat:

 Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan air limbah.

 Masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya pengelolaan air limbah.

Rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam menggerakkan peran

masyarakat.

Sedangkan beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengelola sektor air limbah meliputi:

a. Miningkatnya rumah tangga yang memiliki jamban dengan tangki septik dan bidang resapan yang belum sesuai dengan standar SNI

b. Meningkatnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelayanan pengelolaan air limbah

c. Mengembangkan perencanaan sistem pengelolaan air limbah yang terintegrasi dan komprehensif

6.4.1.5. KRITERIA KESIAPAN DAERAH

Kriteria kesiapan daerah Kabupaten Solok dalam pengembangan air limbah adalah sebagai berikut:

Sudah memiliki dokumen Buku Putih Sanitasi yang disusun pada tahun 2012

 Sudah memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten yang disusun pada tahun 2012  Sudah memiliki dokumen Memorandum Program Sanitasi pada tahun 2013

6.4.1.6. ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH

Kebutuhan pengembangan pelayanan pengelolaan air limbah di Kabupaten Solok dilakukan dengan sistem perpipaan tertutup melalui pengembangan sistem terpusat di kawasan industri, sedangkan kawasan lainnya menggunakan sistem on-site yang diangkut menuju IPLT.

Tabel: 6.28

Perkiraan Volume Air Limbah Kabupaten Solok Tahun 2035

NO. URAIAN SAT 2015 2020 TAHUN PERENCANAAN 2025 2030 2035 1 Penduduk

Administratif Jiwa 364.344 380.740 397.873 415.265 433.952

BAB VI - 72

Minum

Volume Air Limbah (80% Kebutuhan Air

Minum) lt/det 395 413 431 450 471

Kebutuhan sarana pengolahan air limbah dan limbah padat berdasarkan hasil proyeksi penduduk sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel: 6.29

Perkiraan Kebutuhan Sarana Pengolahan Air Limbah Kabupaten Solok 2030

NO URAIAN SAT 2015 2020 TAHUN 2025 2030 2035

1 Jumlah Penduduk Jiwa 364.344 380.740 397.873 415.265 433.952

2 Tingkat Pelayanan % 70 77.5 85 92.5 100

3 Penduduk Terlayani Jiwa 255.040 295.074 338.192 384.120 433.952 4 Penduduk Wilayah

Pelayanan 364.344 380.740 397.873 415.265 433.952

5 Kriteria Pelayanan:

- Off site - Sewerage % 0 2.5 5 7.5 10

- On site - Jamban Keluarga % 68 70 75 80 85 - On site - MCK Umum % 2 5 5 5 5 6 Pelayanan Penduduk Sewerage Jiwa 0 9518 19.893 31.145 43.395 % 0 2.5 5 7.5 10

Jamban Keluarga Jiwa 247.754 266.518 298.404 332.212 368.859

% 68 70 75 80 85 MCK Umum Jiwa 7.287 19.037 19.894 20.763 21.697 % 2 5 5 5 5 7 Kebutuhan Prasarana Sewerage M 0 96.695 274.263 438.340 718.900 Jamban Keluarga unit 49.550 53.303 59.680 66.442 73.772

MCK Umum unit 20 40 40 40 40

Vacuum Truck Unit 1 1 1 1 2

IPLT Paket 0 1 1 1 2

Sumber : Satgas RPI2JM Kabupaten Solok

Berdasarkan hasil perhitungan dan kebutuhan pengembangan di atas maka rencana penanganan air limbah di Kabupaten Solok sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan air limbah sistem on site direncanakan sebagai berikut

 Pengembangan pengelolaan air limbah on site di kawasan perumahan dan permukiman dengan kepadatan rendah dan kepadatan sedang

 Pembangunan sistem on-site komunal pada kawasan padat penduduk yang berada di pusat kabupaten dan daerah PKLp

Pengembangan fasilitas jamban dan tangki septik untuk menggantikann fasilitas

cubluk.

b. Pengelolaan air limbah sistem off site direncanakan sebagai berikut :

 Pengembangan prasarana pengolahan air limbah diarahkan melalui pengembangan pelayanan sistem perpipaan tertutup terpusat pada kawasan

BAB VI - 73

pemerintahan, kawasan perdagangan dan jasa dengan kepadatan tinggi dan permukiman padat penduduk

 Pembangunan sistem sewerage pada kawasan pusat kabupaten dan ibukota Kecamatan yang padat.

c. Pengembangan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah direncanakan sebagai berikut :

 Peningkatan pelayanan pengurasan dari instansi terkait;

Penambahan/pengadaan mobil tangki tinja seiring dengan rencana peningkatan

pelayanan pengurasan;

 Mengoptimalkan penarikan retribusi pengurasan;

 Pembangunan IPLT

 Penyiapan regulasi tentang sistem pengolahan air limbah padat kawasan industri;

 Penyiapan infra struktur pengolahan air limbah apabila terjadi kondisi darurat akibat bencana alam.

6.4.2. PERSAMPAHAN

6.4.2.1. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

Kebijakan untuk pengembangan permukiman di Kabupaten Solok tetap mengarah pada kebijakan pengembangan permukiman yang mengacu pada amanat peraturan perundangan :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya

kabupaten tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya. 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang ini menjadi dasar dan acuan pemerintah daerah dalam menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Solok yang bertujuan untuk mengatur pemanfataan dan pengelolaan ruang wilayah di Kabupaten Solok sehingga kedepannya pembangunan menjadi lebih terarah khususnya dalam pengembangan sistem penyediaan air minum.

3. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019

Pada era kepresidenan Jokowi dan Jusuf Kalla, Pemerintah Indonesia telah menetapkan target universal access 100-0-100, dimana pada tahun 2019 nanti ditargetkan seluruh masyarakat Indonesia telah memiliki akses air minum yang layak.

4. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

Pasal 22 – Mengisyaratkan akan pentingnya kesehatan lingkungan melalui antara lain pengamanan limbah padat dan cair

5. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pasal 21 ayat (2) butir d – Mengisyaratkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya air.• Pasal 40 ayat (6) – Menyatakan bahwa pengaturan pengembangan sistem air minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi

6. UU No. 32 Tahun 2009Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BAB VI - 74

lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.• Pasal 14 – Untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup, setiap usaha dan atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup

7. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan PP 16/2005 tentang Pengembangan Sismstem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum

6.4.2.2. ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN

Isu-isu utama/strategis yang teridentifikasi dalam pengelolaan sub-sektor Persampahan di Kabupaten Solok terdiri dari isu teknis operasional maupun non teknis. Masalah teknis operasional berkaitan dengan layanan pengelolaan persampahan dan ketersediaan sarana prasarananya, sedangkan isu non teknis adalah masalah operasional yang muncul yang terkait dengan dukungan aspek-aspek lain dalam pengelolaan persampahan. Adapun isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut:

A. Kebijakan

Kebijakan nasional berkenaan dengan pelimpahan fungsi serta tanggung jawab

kepada pemerintah kabupaten belum jelas.

Pelimpahan peran dan tanggunjawab pada tingkat nasional tidak meliputi seluruh

stakeholder.

 Kerangka kerja hukum dan peraturan kurang efektif.

Pemerintah kabupaten memiliki keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan

penerimaan daerah.

Kebijakan subsidi kurang terencana.

B. Kelembagaan

 Lembaga-lembaga pemerintah pusat dan provinsi tidak dapat menyediakan

sanitasi secara efektif di kabupaten.

Secara umum terdapat pemahaman yang sangat terbatas terhadap model

pengelolaan yang sangat efektif untuk menyediakan layanan persampahan.

 Pemerintah kabupaten saat ini belum memiliki kapasitas untuk mengelola

persampahan.

 Pengalaman swasta dalam menyediakan pelayanan persampahan terbatas.

C. Keuangan

Rumah tangga tidak mau atau tidak mampu membayar biaya pengelolaan

sampah.

 Sistem pengelolaan sampah masih bergantung pada bantuan pemerintah pusat

atau donor.

Pemerintah kabupaten tidak memiliki akses terhadap pinjaman.

Swasta tidak bisa berperan lebih besar dalam pendanaan persampahan. Teknologi

BAB VI - 75

Dokumen terkait