• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Bank Sampah Mapess

Bank Sampah Mapess “masyarakat peduli sampah sejahtera” berdiri sejak

Tahun 2011 dan merupakan program lingkungan yang diinisiasi oleh PT. Pertamina melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bentuk kepedulian Pertamina terhadap lingkungan dan sosial. Program ini merupakan kerjasama antara Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W-IPB), Pertamina dan pemerintah Jakarta Utara. Mapess menjawab issu lingkungan yang menjadi salah satu fokus utama pemprov DKI Jakarta yaitu terkait permasalahan sampah. Beberapa pihak yang terlibat melihat keresahan

masyarakat akibat dampak (impact) yang muncul karena masalah sampah yaitu

dampak kesehatan, dampak folusi dan banjir. Stakeholders paham betul

permasalahan sampah bukan hanya permasalahan pemerintah tetapi merupakan permasalahan bersama baik dari akademisi, swasta, pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini, akademisi berperan sebagai konseptor dan rencana aksi,

perusahaan/swasta sebagai supporting pendanaan, pemerintah sebagai regulator dan masyarakat sebagai ujung tombak program pengentasan masalah sampah.

Perencanaan bank sampah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan beberapa stakeholder seperti tokoh masyarakat, Badan Lingkungan Hidup (BLH), Kelurahan, tim IPB dan tim Pertamina. Melalui proses ini, didapatkan issu strategis yang pada akhirnya menjadi rencana aksi yaitu program Bank Sampah Mapess. Mapess dijadikan sebagai simbol bentuk keprihatinan dan kepedulian masyarakat terhadap permasalah sampah yang selama ini mereka rasakan. Motto

dari Mapess adalah “masyarakat peduli dengan lingkungan karena harapan itu

masih ada untuk hari esok yang lebih baik”.

Dalam perjalanannya, perjuangan stakeholders untuk menyelenggarakan

program bank sampah tidaklah semudah yang dibayangkan. Pemanfaatan fasilitas umum (fasum) sebagai lokasi Mapess mendapat kritikan dari beberapa pengembang dan pihak-pihak yang berkepentingan dan ingin memanfaatkan

lokasi tersebut sebagai tempat usaha dan property. Sampai pada akhirnya

bagaikan gayung bersambut, walikota memberikan dukungan penuh terhadap program ini.

Dengan semangat memperbaiki lingkungan, stakeholder melalui tim

pendamping dari IPB berkampanya “stop nyampah di kali” mengajak masyarakat

di kelurahan Kapuk Muara khususnya RT 02 dan RT 03 RW 5 berperan aktif dalam mengurangi (reduce), memilah dan memanfaatkan kembali (reuse). Jumlah nasabah yang semula hanya sembilan pada awal berdirinya Mapess hingga tahun kedua nasabahnya menjadi 120 nasabah.

Lokasi Bank Sampah Mapess

Bank Sampah Mapess berlokasi di RW 05 Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta

Utara, DKI Jakarta. Mapes terletak ditanah fasilitas umum dengan luas 80 dan

terletak 100 m dari kantor kelurahan Kapuk Muara. Bagian depan berbatasan dengan jalan komplek perumahan RW 05, belakang berbatasan dengan pabrik tekstil.

Lokasi Bank Sampah Mapess cukup strategis, selain mudah diakses, letaknya yang dekat dengan kelurahan mudah pihak kelurahan memonitoring perkembangan bank sampah ini. Hanya saja, letakknya yang tidaklangsung

berdekatan dengan RT 02 dan 03 sebagai pilot project lokasi dampingan

mengurangi keefektifan dalam pengangkutan sampah terpilah dari warga.

Struktur Organisasi Bank Sampah Mapess

Berbeda dengan perusahaan konvensional yang memiliki karyawan didalamnya, Bank Sampah Mapess tidak memiliki karyawan tetapi volunter (relawan) yang berasal dari masyarakat kelurahan Kapuk Muara yang memiliki kesamaan misi yaitu peduli terhadap lingkungan. Sebagian dari mereka selain menjadi volunter di Bank Sampah Mapess juga bekerja di tempat lain. Bagi mereka, Mapess merupakan wadah untuk mengekspresikan bentuk kepedulian mereka terhadap lingkungan yang tentu saja tidak semua orang memilikinya.

Meskipun begitu, Mapess masih memiliki struktur organisasi yaitu bank sampah dikepalai oleh manajer lapangan bernama Tafsir Munir. Manajer bertugas

memegang wewenang dan mengkoordinir relawan-relawan lainnya. Dalam setiap keputusannya, manajer meminta pertimbangan kepada tim pendamping lapangan dari akademisi (P4W-IPB), selanjutnya pendamping memberi masukan dan keputusan diserahkan sepenuhnya kepada manajer. Pada mulanya terdapat lima yang bertindak sebagai manajer sebanyak satu relawan, satu relawan bertanggung jawab sebagai administrasi dan tiga relawan lainnya bertanggung jawab mengumpulkan sampah terpilah dari masyarakat. Tingkat pendidikan relawan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat pendidikan relawan di bank sampah Mapes pada Oktober 2013

No Tingkat Pendidikan Jumlah Relawan Jabatan

1 Sarjana dan D3 2 1. Kordinator pendamping

lapangan

2. Pendamping lapangan

2 SMA 3 1. Manajer lapangan

2. Sekretaris

3. Ketua operasional

3 SMP 1 1. Anggota operasional

4 Tidak bersekolah 1 1. Anggota operator

Selain bekerja sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi), masing- masing relawan membantu satu sama lain saat pekerjaan berlebih tidak terkecuali manager juga ikut membantu. Struktur organisasi dan aturan main Bank Sampah Mapess merepresentasikan kondisi kerja yang egaliter (setara), masing-masing tahu apa yang menjadi tugasnya tanpa terikat dengan struktur organisasi yang

telah disepakati bersama. Dalam konsep partisipasi sering disebut sebagai full

participatory. Struktur organisasi disajikan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Struktur organisasi di Bank Sampah Mapes pada Oktober 2013

Pada prinsipnya, para relawan tidak terikat waktu hanya saja selalu mereka sempatkan diwaktu senggang setelah bekerja ditempat lain terutama disore hingga malam hari untuk menyotir kembali sampah yang terkumpul. Sebagai gantinya, mereka akan padatkan kegiatan bank sampah pada hari sabtu dan minggu untuk mengumpulkan, memilah dan menggiling sampah. Sesekali jika sampah terpilah sudah cukup banyak dan telah tergiling (biasanya sekitar satu bulan) untuk segera

Manajer

Ketua Operasional Administrasi

dijual ke pabrik yang membutuhkan bahan baku plastik, kertas dan besi. Hasil penjualan sampah terpilah dibagi sebagian untuk nasabah, bank sampah dan para relawan. Meski secara nominal tidak begitu banyak tetapi menurut mereka ada nilai dan tujuan yang lebih penting dari pada sekedar uang yaitu nilai sosial.

Fasilitas Bank Sampah

Fasilitas yang dimiliki Bank Sampah Mapess yaitu berupa bangunan, energi, unit pengolahan sampah organik dan anorganik, pengepres plastik dan kaleng, laptop dan transportasi (gerobak motor).

a. Bangunan

Bank Sampah Mapess memiliki bangunan yang disebut sebagai rumah kompos dengan luas 10mx8m. merupakan bangunan permanen yang berdiri di tanah fasum. Lokasi cukup strategis berdekatan dengan kantor kelurahan Kapuk Muara dan sangat mudah untuk diakses.

Rumah kompos digunakan sebagai tempat menyimpan, menyortir dan menggiling sampah palastik serta membuat kompos sekaligus tempat edukasi. Rumah kompos yang rampung di akhir tahun 2011 ini dibangun oleh PT. Pertamina bekerja sama dengan P4W-IPB. Saat ini masih digunakan dan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.

Gambar 6. Rumah kompos Bank Sampah Mapess (gambar diambil pada 24 November 2011)

b. Energi

Sumber energi berupa listrik berasal dari PLN Jakarta Utara dengan kapasitas 2 200 watt. Listrik digunakan untuk penerangan karena kegiatan sortir biasanya dilakukan para relawan pada sore hingga malam hari. Rencana akan ditingkatkan dayanya menjadi 6 600 watt apabila sekala produksi bank sampah meningkat. Sedangkan sumber energi yang digunakan untuk proses pengolahan sampah (penggilingan dan pengayakan) menggunakan diesel solar. Dengan spesifikasi merek Kubota Jepang, 8.5 PK HP sebanyak dua diesel dan 3 HP sebanyak satu diesel. Masing-masing digunakan untuk pengolahan sampah organik sebanyak satu diesel dan dua diesel untuk pengolahan kompos.

c. Unit pengolahan sampah organik dan anorganik

Terdapat dua mesin penggiling yaitu pengiling sampah organik dan plastik. Masing-masing memiliki diesel penggerak dan berbahan bakar solar. Saat ini, hanya mesin giling plastik yang sering digunakan karena sebagian besar sampah organik di bung ke TPS dan sebagian lagi dimasukkan kedalam lubang biopori.

Mesin penggiling sampah organik berkapasitas 1 500 kg per jam menggunakan alat penggerak diesel dengan potongan 0,5- 5 cm dengan 10 pisau

baja. Sementara untuk mesin pengayak berkapasitas 10 m3per jam dengan mesin

penggerak berupa diesel elektro 3 HP. Satu unit pencacah sampah organik dan pengayak dibeli dengan harga Rp30 000 000.

(a) (b)

Gambar 7. Mesin pengolahan sampah organik; (a) mesin penggiling sampah organik (b) pengayak kompos

Mesin pencacah yang dimuliki berkapasitas 1000 kg/hari (8 jam), mesin penggerak berupa diesel 8.5 PK HP dengan hasil potongan 0.5-1 cm. Terdapat enam pisau baja steel (58-60 hrc), sistem knock down dan bisa dibongar. Biaya yang dibutuhkan untuk satu unit mesin pencacah plastik yaitu Rp50 000 000.

Gambar 8. Mesin penggiling sampah plastik di Bank Sampah Mapess

d. Mesin pengepres

Mesin press yang dimiliki berjumlah satu unit, berdiameter 0.8x1 m dan menggunakan tenaga listrik (Gambar 9). Bisa digunakan untuk mengepres kertas, plastik (botol mineral) dan kaleng. Mekanisme kerjanya menggunakan sistem hidrolik dengan memompakan minyak kedalam selang hidrolik selanjutnya memberikan tekanan. Mesin pres ini dibeli denga harga Rp45 000 000 dengan umur teknis 10 tahun.

Gambar 9. Mesin pengepres plastik dan kertas

e. Tranportasi

Fasilitas tranportasi yang dimiliki berupa satu unit germor dengan kapasitas angkut tiga kwintal (Gambar 10). Germor telah diseting agar lebih operasional untuk mengangkut sampah dari nasabah dan menjual sampah kertas. Harga germor sebesar Rp20 000 000 dengan umur teknis lima tahun.

Gambar 10. Germor (gerobak motor) alat pengangkut sampah dari warga

f. Tabung komposter

Tabung komposter yang dimiliki sebanyak 20 tabung digunakan untuk proses pembuatan kompos. Terbuat dari drum berukuran sedang (volume 20 liter) dengan lubang paralon dibagian bawah tabung (Gambar 11). Dibeli dengan harga Rp170 000 per unit dengan umur ekonomis selama 10 tahun.

g. Timbangan duduk dan timbangan gantung

Timbangan yang dimili Mapess berupa timbangan duduk dan timbangan gantung (Gambar 12). Timbangan duduk sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas maksimal 500 kg. Digunakan untuk menimbang plastik yang siap dijual. Sedangkan timbangan gantung yang dimiliki sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas maksimal 50 kg. Harga timbangan duduk dan timbangan gantung masing-masing adalah Rp250 000 dan Rp3000 000 per unit dengan umur ekonomis 10 tahun.

(a) (b)

Gambar 12. Timbangan; a) timbangan duduk, b) timbangan gantung

h. Bak cuci dan pompa air

Bak cuci yang dimiliki sebanyak 1 (satu) unit terdiri dari tiga sekat dan dibuat secara perpanen mengunakan semen dan batako. Bak cuci digunakan untuk mencuci plastik setelah digiling. Biaya pembuatan bak cuci sebesar Rp3000 000 dengan waktu ekonomis 10 tahun.

Pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari bak culi menuju mesin giling menggunakan selang 1 inch dan kembali ke bak cuci lagi (resirkulasi). Harga satu set pompa air Rp700 000 dengan waktu ekonomis 5 (lima) tahun.

Proses Produksi

Proses prosuksi terdiri atas proses (i) pengelolaan sampah organik dan (ii) pengeloaan sampah anorganik. Sampah organik diproses menjadi kompos sedangkan sampah anorganik menjadi plastik cacah.

(ii) Proses pengelolaan sampah organik

Proses pembuatan kompos secara sederhana yaitu dengan mengumpulkan, memilah, menggiling, fermentasi, mengeringkan, mengayak dan mengepak. Alur

kegiatan operasional produksi secara sederhana dilukiskan dalam Gambar 13

Gambar 13. Proses pembuatan kompos

1. Pengangkutan

Sampan organik tidak secara rutin dikumpulkan sebagai bahan baku kompos karena sebagian besar digunakan untuk biopori dan sisanya diangkut ke TPS. Pengumpulan sampah biasanya dilakukan pada hari sabtu atau minggu. Sampah dikumpulkan dan diangkut dengan menggunakan gerobak motor. Sampah yang telah dikumpulkan kemudian diangkut ke Rumah Kompos. Biasanya petugas mengangkut sampah mulai dari pukul 09:00 WIB sampai pukul 17:00 WIB.

2. Pemilahan

Sampah yang telah diangkut kemudian dipilah di rumah kompos. Proses pemilahan sampah dilakukan oleh dua relawan. Sampah organik dipilah berdasarkan sampah yang tidak bisa didaur ulang dan sampah yang dapat didaur ulang. Sampah organik yang tidak ikut dikomposkan yaitu kayu, bambu, tulang, dan tanduk. Sampah-sampah ini bisa dikomposkan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama dan jumlahnya tidak terlalu banyak sehingga tidak dicampurkan dengan sampah organik yang lain. Proses pemilahan sampah merupakan proses yang cukup rumit, membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

3. Pencacahan

Pencacahan sampah organik dengan menggunakan mesin pencacah dilakukan setelah proses pemilahan. Sampah organik yang telah telah siap selanjutnya dimasukkan kedalam penggilingan hingga menjadi potongan- potongan kecil. Proses pencacahan sampah organik ditunjukkan dalam Gambar 14.

Gambar 14. Proses pencacahan sampah organik dilakukan oleh pengelola Bank Sampah Mapess

4. Fermentasi

Proses fermentasi hakekatnya memanfaatkan bakteri anaerob untuk membusukkan sampah organik. Proses dimulai dengan memasukkan sampah yang telah dicacah kedalam tong berukuran 20 liter. Selanjutnya, ditambahkan

sebanyak 300 ml Effective Microorganism-4 (EM4) dan diatuk secara merata.

Selanjutnya tong komposter ditutup agar tidak terkontaminasi dan menunggu hingga 14 hari. Proses fermentasi disajikan dalam Gambar 15.

(a) (b)

Gambar 15. Proses fermentasi a) memasukkan sampah dalam komposter, b) menyemprotkan EM-4

5. Pengeringan

Setelah proses pengomposan selama 14 hari, selanjutnya di tuangkan ke terpal dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan selama 2-3 hari memanfaatkan sinar matahari. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan proses fermentasi. Kompos kering berdasarkan Gambar 16.

Gambar 16. Kompos yang telah kering sebelum diayak

6. Pengayakan

Kompos yang telah dikeringkan selanjutnya dicampur dengan kotoran hewan dengan perbandingan 3:1 yaitu tiga untuk kompos dan satu untuk kotoran. Setelah tercampur dengan merata, tunggu hingga kering yaitu kira-kira 3 hari. Selanjutnya kompos diayak menggunakan mesin pengayak untuk mesisahkan kompos yang kasar dan halus.

7. Pengepakan

Kompos yang telah kering selanjutnya dipacking kedalam karung masing- masing 5 kg. Sebelumnya, karung dilapisi dengan plastik dan kompospun siap dipasarkan.

(iii) Proses pengelolaan sampah anorganik

Pengelolaan sampah anorganik yaitu dengan mengumpulkan, memilah, mencacah menjemur dan mengepak. Alur kegiatan operasional produksi secara sederhana dilukiskan dalam Gambar 17 melalui tahapan proses berikut:

Gambar 17. Proses pengelolaan sampah anorganik

1. Pengangkutan

Sejauh ini masyarakat di lokasi RT 02 da 03 telah memilah sampah menurut jenisnya. Pemilahan sampah tersebut dilakukan dengan menyediakan karung di setiap lini rumah tangga yaitu untuk sampah anorganik. Sampah anorganik dipilah berdasarkan sampah jenis plastik, kertas dan besi.

Sampah dikumpulkan setiap satu kali per dua minggu yaitu pada hari sabtu atau minggu. Sebelum diangkut, sampah terpilah dari warga ditimbang dan dicatat kedalam buku tabungan. Selanjutnya, sampah dikumpulkan dan diangkut dengan menggunakan gerobak motor sampah dengan kapasitas 3 kwintal. Sampah yang telah dikumpulkan kemudian diangkut ke Rumah Kompos. Biasanya petugas mengangkut sampah mulai dari pukul 09:00 WIB sampai pukul 17:00 WIB. Adapun proses pengumpulan penimbangan sampah warga dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Pengumpulan dan penimbangan sampah terpilah

2. Pemilahan

Sampah yang telah diangkut kemudian dipilah di rumah kompos. Proses pemilahannya relative lebih mudah karena warga telah memilah berdasarkan sampah plastik, kertas dan besi. Sampah plastik selanjutnya dipilah berdasarkan

warna, jenis plastik. Untuk mempermudah prosespenggilingan, sampah yang berukuran besar di cacah menggunakan golok atau kapak. Pemilahan sampah dari nasabah dan non nasabah dilakukan bersama.

3. Pencacahan dan pencucian

Sampah yang telah terpilah berdasarkan jenis dan warna selanjutnya di cacah. Sebelum itu, isi bak pencucian dengan air dan deterjen. Pompa air dihidupkan dan pastikan sirkulasi air lancer dari bak pencucian menuju pencacah dan kembali lagi ke bak pencucian. Selanjutnya, sampah dimasukkan secara bertahap kedalam mesin cacah. Sampah yang telah bersih diambil menggunakan saringan dan dimasukkan ke dalam karung. Adapun proses pencacahan dan pencucian plastik dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Penggilingan dan pencucian plastik

4. Pengeringan

Pengeringan dengan memanfaatkan sinar matahari yaitu dengan menebarkan plastik yang telah dicacah dan dicuci ke terpal. Plastik dibalik secara bertahap agar kering merata. Proses ini memerlukan waktu kira-kira 3-4 jam tergantung intensitas sinar matahari. Adapun proses pencacahan dan pencucian plastik dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Pengeringan plastik cacah

5. Pengepakan

Pengepakan dilakukan setelah Plastik benar-benar kering. Plastik cacah dimasukkan kedalam karung 25 kg dan ditimbang masing-masing 25 kg per karung. Selanjutnya ditata dan siap untuk dipasarkan.

Dokumen terkait