• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di komunitas pengelola sampah berbasis masyarakat yang berada di Jakarta khususnya Kapuk Muara. Penelitian tersebut akan didukung dengan adanya wawancara langsung secara dua arah dengan masyarakat yang berada di lokasi penelitian untuk melihat respon masyarakat tentang adanya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang telah dilakukan di lokasi penelitian.

Pemilihan lokasi penelitian di Jakarta dilakukan dengan sengaja (purposive) terhadap satu lokasi dengan pertimbangan tujuan penelitian terhadap analisis kelayakan pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Lokasi tersebut yaitu Kelurahan Kapuk Muara sebagai komunitas pengolah sampah anorganik. Pemilihan Kelurahan Kelurahan Kapuk Muara dengan pertimbangan bahwa lokasi ini memiliki usaha yang mampu mengelola sampah rumah tangga yang ada di sekitarnya dan telah berhasil menjadi salah satu teladan dalam usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas di Jakarta Utara yaitu Bank Sampah Mapess. Sejak tahun 2011, komunitas penggiat daur ulang sampah ini berhasil melakukan pengelolaan sampah walaupun cakupannya masih relatif kecil dengan mengangkut sampah dari lingkungan perumahan, kemudian dipisah menurut jenisnya. Sampah organik sebagian digunakan untuk biopori dan sebagian lagi diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik digiling dan selanjutnya dijual sebagai bahan baku industri plastik. Selain itu, penulis merasa perlu melakukan studi kelayakan finansial dengan acuan terhadap usaha yang telah dijalankan oleh Rumah Kompos dan Mapess sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola maupun investor yang akan membuka usaha dengan bahan dasar sampah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa informasi tentang usaha pengelolaan sampah di Rumah Kompos Bank Sampah Mapess. Data diperoleh melalui pengamatan langsung seperti wawancara dengan pengelola rumah kompos, rumah tangga, pemulung, lapak-lapak, dan pihak-pihak yang terkait. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Informasi diperoleh dari dua kelompok yaitu sampel nasabah (pelaku rumah kompos) dan informan kunci. Wawancara terhadap pelaku rumah kompos hanya dilakukan kepada warga Kelurahan Kapuk Muara yang tergabung sebagai nasabah. Sebanyak 40 sampel dipilih dengan metode nonprobabilitas yaitu melalui metode (purposive sampling) dari dua RT yaitu RT 02 dan RT 03 masing- masing 20 nasabah paling aktif. Sedangkan untuk informan kunci, penggalian

informasi dilakukan melalu wawancara mendalam (depth interview). Sebanyak 5

(lima) informan yang akan diwawancarai berasal dari latar belakang pemulung, penanggungjawab kebersihan (BPLHD DKI), lurah dan tokoh masyarakat. Diharapkan melalui wawancara ini dapat melihat sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangganya dan bagaimana pandangan masyarakat terhadap

pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah saat ini serta pandangan terhadap usaha yang dijalankan oleh Bank Sampah Mapess.

Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), BPLHD DKI Jakarta, dan instansi-instansi terkait. Selain itu data sekunder juga didapat dari literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini misalnya buku, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data meliputi analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif, khususnya mengenai kegiatan usaha pengelolaan sampah, kegiatan manajemen, kegiatan pemasaran pengelolan sampah, lingkungan sosial yang mempengaruhi pengelolaan tersebut serta melihat sikap dan tindakan sampel tentang masalah persampahan secara umum. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisa aspek finansial kelayakan usaha pengelolaan sampah dengan membandingkan biaya dan manfaat yang diperoleh pada masa sekarang dengan masa yang akan datang melalui tingkat diskonto tertentu. Pengambilan sampel data diperoleh dari pengelola Rumah Kompos yang berada di Kelurahan Kapuk Muara Provinsi DKI Jakarta. Data dan informasi yang telah diperoleh dan diolah secara manual yaitu dengan menggunakan kalkulator

maupun dengan komputer dengan menggunakan program Excel, kemudian

hasilnya diinterpretasikan secara deskriptif.

Analisis finansial mengolah data dengan menggunakan kriteria kelayakan finansial yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Periode. Sedangkan analisis non

finansial meliputi aspek teknis aspek pasar, aspek manajemen, aspek ekonomi,

aspek sosial dan lingkungan. Pengolahan data tersebut dilakukan berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah disusun. Selain itu, dilakukan pula analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha pengelolaan sampah dalam menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan.

Analisis Kriteria Kelayakan Finansial

Terdapat dua skenario yang digunakan yaitu i) biaya investasi oleh CSR dan ii) biaya investasi dari swadaya. Skenario I merupakan kondisi eksisting dan skenario II merupakan kondisi ideal yang dapat diaplikasikan. Karena pada skenario I menggunakan dana CSR, maka dalam memilih komponen investasi terkadang tidak mempertimbangkan kapasitas tetapi kwalitas sehingga terjadi pemborosan biaya investasi yang berimplikasi terhadap penurunan manfaat (benefit) bahkan kerugian usaha. Perbedaan kedua skenario terletak pada komponen dan spesifikasi beberapa komponen investasi. Beberapa komponen yang kurang begitu termanfaatkan dihilangkan dan sebagian komponen diturunkan kapasitasnya. Perubahan komponen ini berimplikasi terhadap besarnya biaya investasi.

Masing-masing skenario dihitung tingkat kelayakannya mengunakan analis

cash flow dan analisis laba rugi. Analisis cashflow digunakan untuk mengukur

kriteria kelayakan berupa NPV, IRR, Net B/C dan Payback periode. Berikut

a. Net Present Value ( NPV)

Net Present Value adalah manfaat bersih yang diterima selama umur usaha

pada tingkat diskonto tertentu. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger, 1986) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Jumlah tahun (umur usaha)

i = Tingkat suku bunga (DR)

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan NPV yaitu :

1) NPV > 0, berarti secara finansial usaha layak dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya

2) NPV = 0, berarti secara finansial usaha sulit untuk dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh diperlukan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

3) NPV < 0, berarti secara finansial usaha tidak layak dilaksanakan

karena manfaat yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan yang melaksanakan investasi dan dinyatakan dalam

persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV usaha sama

dengan nol. Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV = NPV yang bernilai positif

NPV’ = NPV yang bernilai negatif

Suatu usaha dikatakan layak jika nilai IRR yang diperoleh usaha tersebut lebih besar dari tingkat diskonto, dan dikatakan tidak layak jika nilai IRR yang diperoleh lebih kecil dari tingkat diskonto.

c. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang (present value) dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C (Kadariah et al,1999) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Bt = Penerimaan pada tahun ke-t

Ct = Biaya pada tahun ke-t

N = Umur usaha (tahun)

i = Tingkat diskonto (%).

Penilaian kelayakan finansial berdasarkan Net B/C yaitu :

1) Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak atau menguntungkan.

2) Net B/C < 1, maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan.

d. Payback Periode

Payback Periode atau tingkat pengembalian investasi merupakan metode untuk mengukur periode jangka waktu atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal (investasi). Dalam hal ini biasanya digunakan pedoman untuk menentukan suatu usaha yang akan dipilih adalah suatu usaha yang paling cepat mengembalikan biaya investasi tersebut. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut:

Keterangan :

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih setiap tahunnya

Jika masa pengembalian investasi ( Payback Periode) lebih singkat daripada

umur usaha yang ditentukan, maka usaha tersebut layak untuk dilaksanakan.

Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menunjukkan semakin kecil

resiko yang dihadapi oleh investor (pengusaha). Tabel 1. Kriteria kelayakan aspek finansial

No Kriteria Kelayakan Layak Tidak Layak

1 Net Present Value (NPV) > 0 < 0

2 Internal Rate of Return

(IRR) > DR (Discount rate) < DR (Discount rate) 3 B/C Rasio > 1 < 1

4 Payback Periode < Umur usaha > Umur usaha

Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial

1. Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai pemilihan lokasi, kapasitas produksi, pemilihan teknologi proses dan peralatan, penentuan kapasitas produksi disesuaikan berdasarkan jumlah sampah kota sebagai bahan baku. Penggunaan mesin dan peralatan disesuikan dengan teknologi proses yang dipilih. Apabila teknologi yang digunakan dapat dengan mudah dioperasikan dan diterapkan, kapasitas produksi dapat

memenuhi target dan input produksi (sampah) melimpah serta mudah didapat, maka bisa dikatakan layak berdasarkan aspek teknis.

2. Analisis Aspek Pasar

Analisis yang dilakukan pada aspek ini adalah menganalisis potensi pasar listrik dan hasil ikutannya berupa abu, karena yang dihasilkan merupakan kebutuhan pokok masyarakat perkotaan, analisis potensi pasar dengan bauran

pemasaran yang ada seperti Product, Price, Place, Promotion dan

Distribution. Sebagai indikator kelayakan aspek pasar ini yaitu ketersediaan pasar produk yang dihasilkan oleh komunitas berupa kompos dan plastik giling, memiliki harga yang cukup tinggi dan promosi pemasaran dapat dilakukan dengan mudah.

3. Analisis Aspek Manajemen

Kajian terhadap manajemen meliputi pemilihan bentuk perusahaan untuk unit

usaha dan stuktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja serta

deskripsi tugas masing-masing jabatan. Sebagai indikator kelayakannya yaitu dengan pendekatan sejauhmana manajemen dapat mencapai berbagai macam tujuan bisnis. Apabila manajemen dapat mencapai tujuan usaha rumah kompos maka dapat dikatakan layak secara aspek manajemen.

4. Analisis Aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

Analisis Aspek sosial, ekonomi dan budaya dilihat dengan pertimbangan apakah usaha mendapat tanggapan yang baik dan memberi dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Apabila bisnis pengolahan sampah yang dilakukan mendapat tanggapan dan antusias yang baik dari masyarakat, dapat meningkatkan taraf hidup (memberi nilai tambah bagi masayarakat), dan tidak menyalahi aturan kebudayaan, maka bisa dikatakan layak secara Aspek sosial, ekonomi dan budaya.

Analisis aspek lingkungan yaitu dengan melihat apakah dengan adanya bisnis dapat menciptakan lingkungan semakin baik atau rusak. Apabila bisnis pengolahan sampah yang dilakukan menciptakan lingkungan yang semakin baik, maka bisa dikatakan layak secara aspek lingkungan.

Tabel 2. Kriteria kelayakan aspek non finansial

No Aspek Kelayakan Kriteria Kelayakan Layak

1 Teknis 1. Penentuan tempat Mudah diakses dan dekat dengan bahan baku

2. Layout tempat Layout memudahkan proses 3. Pemilihan teknologi Mudah diaplikasikan dan diterima 2 Pasar 1. Potensi pasar Potensi pasar terbuka luas

2. Target pasar Target pasar jelas

3. Bauran pemasaran Strategi 4 bauran pemasaran 4. Perkiraan penjualan Menutupi biaya

3 Manajemen 1. Sistem manajemen Solid dan sesuai tupoksi 4 Sosial, ekonomi

dan lingkungan

1. Manfaat social Bermanfaat dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat

2. Manfaat ekonomi Bermanfaat dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat

3. Manfaat lingkungan Bermanfaat, memperbaiki kualitas ligkungan dandapat dirasakan langsung oleh masyarakat

Analisis Switching Value

Analisis switching value adalah suatu analisis yang dapat melihat pengaruh- pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis switching value bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha jika terdapat suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Hal tersebut perlu karena analisis usaha didasarkan pada usaha-usaha yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada tingkat biaya dan manfaat dapat terjadi, sehingga masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi.

Analisis switching value dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan parameter terhadap perubahan terhadap arus manfaat dan biaya selama usaha berlangsung. Tingkat diskonto yang digunakan sebesar 6,25 persen yang diperoleh dari rata-rata tingkat dari bank konvensional rate tanggal 5 Juni 2014. Analisis dilakukan pada dua perubahan, yaitu: (1) Penurunan harga plastik cacah; dan (2) Penurunan jumlah produksi plastik. Dua parameter perubahan ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhadap manfaat (benefit) yang akan didapatkan. Perubahan produksi kompos tidak dihitung sebab tidak begitu berpengaruh terhadap manfaat karena produksinya yang masih terbatas. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan kalkulator dan komputer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Asumsi Dasar dalam Perhitungan Analisis Finansial

Analisis kelayakan finansial usaha pengelolaan sampah berbasis komunitas menggunakan beberapa asumsi yaitu

1. Terdapat dua Skenario, Skenario I yaitu usaha pengelolaan sampah

berbasis komunitas menggunakan modal awal berasal dari dana CSR,

Total investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp263 453 000. Skenario II

yaitu usaha menggunakan modal yang berasal dari swadaya masyarakat. Total biaya investasi yang dikeluarkan sebanyak Rp128 453 000. Perbedaan kedua skenario terletak pada i) penggunaan teknologi dan penurunan spack berdasarkan kapasitas beberapa komponen investasi berupa bangunan, mesin pencacah plastik, dan unit komposter dan ii) peniadaan beberapa komponen investasi berupa laptop dan mesin pengepress.

2. Dilakukan analisis sensitivitas terhadap perubahan penurunan harga

plastik dan penurunan produksi plastik cacah.

3. Perolehan sampah rata-rata 13.68 Kg/Jiwa/Bulan, sehingga diperoleh

rata-rata produksi sampah adalah 0.46 kg/jiwa/hari. Dari total timbulan sampah, sebesar 0.296 kg (65%) merupakan sampah organik. Dengan 120 nasabah yang dimiliki Bank Sampah Mapess maka jumlah sampah organik yang dapat digunakan sebagai bahan baku kompos adalah 35.6 kg per hari dengan penyusutan 40-60% (tergantung jenis bahan organik) menjadi 21.35 kg per hari.

4. Harga jual yang ditetapkan untuk kompos adalah Rp1 250 per kg.

250. Dari jumlah produksi kompos serta harga jual, dapat diperhitungkan besarnya penerimaan jika dikomersilkan. Penerimaan dari produksi kompos diperoleh sebesar Rp800 280 per bulan atau setara Rp9 603 360 per tahun.

5. Jumlah sampah terpilah sebanyak 19.15 kg per hari atau dalam satu

bulan rata-rata sampah terkumpul sebanyak 574.56 kg. Sampah didominasi jenis plastik sebanyak 50 persen, kertas 40 persen dan sisanya sebanyak 10 persen berupa besi. Setiap bulannya, Bank Sampah Mapess mampu menghasilkan penghasilan sebesar Rp2 056 924.8 atau setara Rp24 683 097.6 per tahun.

6. Umur proyek disesuaikan dengan umur pemakaian lahan yaitu selama

10 tahun, karena lahan merupakan aset yang penting dalam proses pengelolaan sampah yang ada di Rumah Kompos saat ini.

7. Harga yang digunakan dalam perhitungan manfaat dan biaya adalah

harga yang berlaku pada bulan Maret 2014.

8. Produksi kompos dan plastik cacah selalu meningkat sebanyak 10

persen pertahun.

9. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 6.25 persen yang berasal

dari rata- rata tingkat suku bunga bank konvensional tanggal 5 Juni 2014.

10. Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus

dimana harga beli dikurang nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur ekonomis ketika umur usaha telah berakhir

11. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pengelolaan sampah terdiri dari

biaya investasi dan biaya operasional. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional selalu meningkat sebanyak 10 persen setiap tahunnya sesuai dengan peningkatan produksi dan peningkatan harga bahan baku akibat inflasi.

Dokumen terkait