BAB V HASIL PENELITIAN
C. Gambaran Beda Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program
Kelamin
Berikut ini ialah tabel mengenai gambaran beda nilai profesional keperawatan mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5.9
Gambaran Beda Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Jenis Kelamin
(n=54) Jenis
kelamin N Mean Min Max SD
Nilai profesional keperawatan Perempuan 47 98,81 78 123 10,129 Laki-laki 7 105,57 89 128 13,100 Komponen caring Perempuan 47 35,79 27 44 4,364 Laki-laki 7 37,00 29 44 4,865 Komponen activism Perempuan 47 18,15 12 25 2,694 Laki-laki 7 20,00 16 25 3,055 Komponen trust Perempuan 47 19,49 15 24 2,457 Laki-laki 7 20,43 17 24 2,820 Komponen professionalism Perempuan 47 14,32 11 20 2,138 Laki-laki 7 15,57 13 20 2,440 Komponen justice Perempuan 47 11,06 8 15 1,566 Laki-laki 7 12,57 11 15 1,618
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari nilai profesional secara keseluruhan, maupun nilai profesional setiap komponen, yakni caring, activism, pofessionalism, trust, dan justice, mahasiswa berjenis kelamin laki-laki memiliki nilai mean yang lebih besar dari mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Untuk nilai minimal, mahasiswa berjenis kelamin laki-laki memiliki nilai minimal yang lebih tinggi daripada mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk nilai maksimal, baik mahasiswa berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki nilai maksimal yang sama pada kelima komponen nilai profesional.
D. Gambaran Beda Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Angkatan Profesi
Berikut ini ialah tabel mengenai gambaran beda nilai profesional keperawatan mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan angkatan profesi
Tabel 5.10
Gambaran Beda Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Berdasarkan Angkatan Profesi
(n=54)
Angkatan N Mean Min Max SD
Nilai profesional keperawatan Tujuh 13 100,15 87 116 9,146 Delapan 33 100,33 78 128 11,269 Sembilan 8 96,25 85 116 11,016 Komponen caring Tujuh 13 35,69 29 41 3,881 Delapan 33 36,33 27 44 4,708 Sembilan 8 34,75 29 40 4,132 Komponen activism Tujuh 13 18,85 16 23 1,951 Delapan 33 18,33 12 25 3,048 Sembilan 8 17,88 14 24 2,997 Komponen trust Tujuh 13 20,00 16 24 2,858 Delapan 33 19,73 15 24 2,349 Sembilan 8 18,50 17 23 2,507 Komponen professionalism Tujuh 13 13,92 11 18 2,060 Delapan 33 14,85 12 20 2,347 Sembilan 8 13,88 11 16 1,553 Komponen justice Tujuh 13 11,69 8 14 1,797 Delapan 33 11,09 9 15 1,646 Sembilan 8 11,25 9 13 1,389
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada total nilai profesional keperawatan, mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tujuh memiliki nilai Mean tertinggi, yakni 87. Angkatan delapan dan angkatan sembilan memiliki nilai mean masing-masing ialah 78 dan 85. Pada komponen caring, angkatan tujuh dan sembilan memiliki nilai mean yang sama, yakni 29. Sedangkan angkatan delapan untuk nilai caring memiliki nilai mean yang lebih rendah, yakni 27.
Untuk nilai minimal pada total nilai profesional keperawatan, angkatan delapan memiliki nilai minimal yang paling tinggi, yakni 128. Sedangkan angkatan tujuh dan sembilan memiliki nilai minimal yang sama, yakni 116.
46 BAB VI
PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan atau penerjemahan mengenai hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang muncul. Keterbatasan penelitian akan menguraikan beberapa hambatan dan kekurangan yang muncul dalam proses penelitian maupun dalam hasil penelitian.
A. Karakteristik Responden 1. Angkatan
Penelitian ini melibatkan responden dari mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Responden yang diambil merupakan mahasiswa yang masih berstatus mahasiswa aktif atau masih menjalani program profesi terhitung pada bulan Maret dan April. Responden terdiri dari tiga angkatan Program Profesi Ners, yakni angkatan tujuh, delapan, dan sembilan. Mahasiswa dalam tiga angkatan tersebut berjumlah 54 mahasiswa, dengan perincian 13 mahasiswa (24,1%) angkatan tujuh, 33 mahasiswa (61,1%) angkatan delapan, dan 7 mahasiswa (14,8%) angkatan sembilan. Seluruh mahasiswa dilibatkan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode total sampling. Seluruh mahasiswa yang berjumlah 54 orang (100%) tersebut menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dan telah mengisi kuesioner penelitian dengan lengkap.
2. Jenis Kelamin
Responden pada penelitian ini terdiri dari 47 orang perempuan (87%) dan 7 orang laki-laki (13%). Jika dirincikan, angkatan tujuh terdiri dari 2 mahasiswa laki-laki dan 11 mahasiswa perempuan. Angkatan delapan terdiri dari 3 mahasiswa laki-laki dan 30 mahasiswa perempuan. Sedangkan angkatan sembilan terdiri 2 mahasiswa laki-laki dan 6 mahasiswa perempuan. Perbedaan proporsi mahasiswa berjenis kelamin perempuan dan laki-laki sangat signifikan. Angka tersebut menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berjenis kelamin perempuan.
Mengenai dominasi perempuan dalam keperawatan (female dominated-occupation), Hollup (2009) menyampaikan bahwa praktik keperawatan merupakan praktik yang berhubungan erat dengan persepsi mengenai gender, dipengaruhi dan didukung oleh tradisi dan budaya. Meskipun dalam menjalankan peran profesional seharusnya tidak mementingkan masalah gender, namun persepsi mengenai dominasi perempuan pada dunia keperawatan memang masih kental.
B. Gambaran Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Gambaran Total Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nilai profesional keperawatan yang dikaji menggunakan instrumen Nurses Professional Values Scale – Revised memiliki lima komponen,
yakni caring, activism, professionalism, trust, dan justice (Weis & Schank, 2009). Kelima komponen tersebut dijewantahkan dalam 26 pernyataan positif dalam skala likert. Instrumen tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada bulan Maret 2015 melalui Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan teruji validitas dan reliabilitasnya (Cronbach‟s alpha = 0,890).
Kuesioner telah diberikan kepada 54 orang mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah dianalisa, penelitian ini menemukan bahwa nilai profesional mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki nilai terendah 78 dan nilai tertinggi 128 (dari 26 pernyataan dengan rentang nilai 26-130 : Weis & Schank, 2009). Semakin mendekati angka 130, maka nilai profesional keperawatan milik mahasiswa semakin baik. Nilai para mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat bervariasi, dengan nilai terendah 78 dan nilai tertinggi 128.
Peneliti tidak mengubah data numerik tersebut ke dalam data kategorik untuk mengklasifikasikan tingkat nilai profesional keperawatan responden. Hal itu sejalan dengan konsep yang digagaskan Weis & Schank (2009), bahwa untuk menginterpretasikan hasilnya, dapat dilihat dari jumlah total nilai profesional keperawatan yang dikaji dengan NPVS-R. Semakin tinggi total nilainya, maka menunjukkan bahwa orientasi nilai profesionalnya semakin kuat. Artinya, semakin tinggi nilai seseorang, maka nilai profesional keperawatannya semakin baik.
Hasil penelitian sejalan dengan yang ditemukan oleh Kobra, dkk (2012), nilai profesional yang ia temukan pada mahasiswa perawat di universitas tipe 1 di Iran ialah berkisar 48 hingga 130 (n=120 M=90,92 SD 16,54), dan mahasiswa perawat di universitas tipe 3 ialah berkisar pada 65 hingga 120 (n=120 M=95,08 SD=12.56).
Nilai rata-rata dari 54 nilai profesional keperawatan tersebut ialah 99,69 dengan standar deviasi 10,664. Nilai tersebut dapat dikatakan cukup tinggi karena mendekati angka 130 sebagai nilai teratas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Fisher (2014), ia menemukan nilai profesional pada para mahasiswa tingkat Bachelor of Science in Nursing berada pada rata-rata 108,7. Hal serupa ditemukan Iacobucci, dkk (2012) pada penelitiannya menemukan mahasiswa perawat memiliki rata-rata nilai profesional keperawatan 101.43 (n=47, SD=12,78).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke-54 mahasiswa tersebut, 46,3% mahasiswa (n=25) memiliki nilai profesional keperawatan di bawah rata-rata (<99,69), dan 53,7% mahasiswa (n=29) lainnya ditemukan memiliki nilai profesional keperawatan di atas rata-rata (>99,69). Hal itu menunjukkan kondisi yang baik, karena lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai profesional keperawatan di atas rata-rata.
Banyaknya mahasiswa yang memiliki nilai profesional keperawatan di atas rata-rata, kmeungkinan dapat disebabkan karena nilai-nilai tersebut telah diajarkan kepada mahasiswa saat menjalani program akademik (Pendidikan Strata 1). Pengajaran tersebut membantu mahasiswa membangun konsep pemahaman mengenai nilai profesional keperawatan.
Hal itu sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa pengenalan dan penanaman nilai profesional keperawatan seharusnya dilakukan sedini mungkin (AACN, 2008).
Selain itu, cukup tingginya nilai profesional keperawatan yang dimiliki mahasiswa dapat dikarenakan cukup tingginya skor aspek caring pada mahasiswa. Skor aspek caring ini menyumbangkan banyak nilai pada total nilai profesional keperawatan. Karena, dari kelima aspek nilai profesional keperawatan (caring, activism, trust, justice, professionalism), aspek caring merupakan satu-satunya aspek yang memiliki lebih banyak mahasiswa dengan nilai di atas rata-rata.
Institusi perlu meningkatkan nilai profesional keperawatan yang dimiliki mahasiswa. Karena nilai profesional keperawatan yang tinggi merupakan faktor pendukung bagi mahasiswa untuk memiliki motivasi melanjutkan pendidikan keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi (Unn, 2011). Motivasi tersebut merupakan hal yang sangat baik, karena semakin banyak yang memiliki pendidikan keperawatan dengan jenjang yang lebih tinggi, maka akan tersedia lebih banyak lagi perawat yang berkualitas. Hal itu akan berimplikasi pada kualitas pelayanan keperawatan, sekaligus pada profesi keperawatan.
2. Gambaran Nilai Kepedulian (Caring) Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Mayeroff (1971) mendefinisikan caring ialah membantu orang lain untuk tumbuh. Maksudnya, perawat memberikan perhatian khusus kepada
pasien dalam hal sehat-sakit untuk membantu pasien tersebut untuk tumbuh sebagaimana fase yang seharusnya. Bagi profesi perawat, mendapatkan tugas dalam merawat individu dengan cara yang holistik merupakan pusaka dari profesi perawat sebagai caring dan healing profession (Donahue, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kepedulian (caring) yang dimiliki mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berada pada rentang 27 hingga 44 (dari 9 pernyataan dengan rentang nilai 9-45 : Weis & Schank, 2009). Nilai terendah yang dimiliki mahasiswa ternyata jauh lebih tinggi dari nilai terendah yang tersedia, yakni 27 dari nilai terendah 9. Selain itu, 59,3% mahasiswa (n=32) memiliki nilai caring diatas rata-rata (M=35,94, SD=4,402). Sedangkan 40,7% (n=22) lainnya memiliki nilai caring di bawah rata-rata. Hal itu menunjukkan bahwa lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai caring di atas rata-rata.
Lebih banyaknya mahasiswa yang memiliki nilai caring diatas rata-rata dapat dimaknai bahwa nilai caring mahasiswa responden semakin baik. Menurut pengamatan peneliti, hal tersebut dapat dikarenakan PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menyelenggarakan Program Praklinik sebagai early clinical exposure sejak semester 3. Sehingga program tersebut membuat mahasiswa lebih dini dan lebih banyak berinteraksi dengan pasien serta mengasah dan mengimplementasikan nilai caring.
Fenomena adanya program praklinik tersebut sebagaimana yang ditemukan oleh Christine, dkk (2012), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi nilai caring seseorang ialah pengalaman. Ketika seseorang memiliki kesempatan untuk berpengalaman memberikan perawatan atau caring, maka pengalaman tersebut akan memberikan penegasan tersendiri terhadap konsep caring yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Pengalaman dapat meningkatkan nilai caring seseorang.
Beberapa hal lain yang ditemukan Christine, dkk (2012) dapat mempengaruhi nilai caring pada seseorang ialah pengalaman berdasar model pelayanan rumah sakit dan pemahaman mengenai teori Jean Watson mengenai caring. Melalui program praklinik tersebut pula, mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pengalaman untuk mengobservasi dan belajar memberikan pelayanan pada setting rumah sakit. Di samping itu, mahasiswa diajarkan mengenai profesi keperawatan sejak tahun pertama pendidikan, sehinggga konsep mahasiswa mengenai profesi keperawatan telah terbentuk sejak awal.
Peneliti juga mengamati bahwa dalam penyelenggaraan praktikum keterampilan asuhan keperawatan, para dosen selalu menanamkan nilai caring dan mengutamakan pengimplementasian nilai caring oleh mahasiswa.
Hasil pengamatan peneliti pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut sejalan dengan yang ditemukan Fahrenwald, dkk (2005) yang menyatakan bahwa pendidikan keperawatan memiliki tanggung jawab dalam menanamkan nilai kepedulian (caring) pada para mahasiswa,
mengingat sangat pentingnya nilai caring sebagai core value dalam keperawatan. Ia menjelaskan bahwa profesi keperawatan merupakan caring profession, sehingga penanaman caring adalah sebuah hal yang utama. Pemberian teladan peran (role model) mengenai nilai caring merupakan salah satu cara yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan keperawatan. Selain itu, untuk sebaik-baiknya menguatkan nilai caring pada mahasiswa sebagai calon perawat di masa mendatang, institusi pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai profesional lain dalam lingkungan belajar. Agar melalui lingkungan yang penuh nilai profesional tersebut, mahasiswa akan lebih masif terpapar dan menghayati nilai-nilai profesional dalam keperawatan.
3. Gambaran Nilai Aktivisme (Activism) Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komponen aktivisme ini diwujudkan dengan keterlibatan seseorang dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan profesi keperawatan, seperti turut andil dalam asosiasi keperawatan, berpartisipasi dalam melaksanakan riset keperawatan, dan memahami kebijakan-kebijakan publik terkait profesi (Weis & Schank, 2009). Sebagai salah satu praktisi kesehatan, perawat memiliki tanggung jawab moral untuk terlibat dalam advokasi pengembangan profesi dan organisasi kesehatan serta sistem kesehatan lain yang melibatkan profesi kesehatan (Simon, 2012).
Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki nilai aktivisme (activism) dengan nilai tertinggi 25 dan
nilai terendah 12 (dari 5 pernyataan dengan rentang nilai 5-25 : Weis & Schank, 2009). Semakin tinggi skornya, maka semakin tinggi nilai aktivismenya.
Nilai mean dari komponen nilai aktivisme adalah 18,39 (SD=2,784). Sebanyak 55,6% mahasiswa (n=30) memiliki nilai aktivisme di bawah rata-rata (<18,39), dan 44,4% mahasiswa (n=24) memiliki nilai aktivisme di atas rata-rata. Ternyata lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai aktivisme di bawah rata-rata.
Lebih banyaknya mahasiswa dengan nilai aktivisme di bawah rata-rata, kemungkinan disebabkan karena pada tingkat mahasiswa program profesi belum seluruhnya dilakukan aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan aktivisme. Sebagai contoh, mahasiswa pendidikan profesi belum dapat terlibat dalam Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai asosiasi profesi perawat profesional di Indonesia. Mereka dapat menjadi anggota aktif PPNI dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan PPNI jika sudah lulus sebagai Ners. Selain itu, menurut pengamatan peneliti, keterlibatan dalam organisasi mahasiswa keprofesian serta kajian mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai profesi keperawatan belum menjadi prioritas pada tingkat mahasiswa program profesi. Sehingga pemahaman, implementasi, serta kepemilikan nilai aktivisme mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini masih sebagian besar di bawah rata-rata.
Sebenarnya terdapat organisasi perawat di tingkat mahasiswa, yakni Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI).
ILMIKI dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk meningkatkan nilai aktivisme yang dimiliki mahasiswa. Melalui keterlibatan di ILMIKI, mahasiswa akan turut mengkaji isu-isu dan kebijakan-kebijakan mengenai perawat.
Namun berdasarkan aturan organisasi ILMIKI, mahasiswa yang dapat mengikuti ILMIKI ialah mahasiswa pada tingkat Strata 1 (S1), sehingga tidak dapat diikuti oleh mahasiswa Program Profesi Ners. Selain itu, tidak semua mahasiswa dapat mengambil peran sebagai pengurus ILMIKI. Karena pengurus yang dibutuhkan berjumlah terbatas. Selain itu, kegiatan-kegiatan ILMIKI biasanya dapat diikuti oleh sebagian kecil mahasiswa perawat karena kegiatan tersebut bersifat delegasi. Artinya, tidak semua mahasiswa dalam suatu institusi dapat mengikuti sebuah kegiatan ILMIKI.
Keterbatasan tersebut tentu perlu disiasti. Salah satu siasat yang dapat dilakukan adalah meningkatkan peran dan fungsi dari Organisasi Eksekutif di tingkat mahasiswa atau dikenal dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) jika di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peningkatan peran dan fungsi yang dimaksud ialah HMPS menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang membahas seputar isu dan kebijakan dalam keperawatan, baik dalam bentuk seminar, dikusi umum, dan sebagainya.
Selain itu, untuk mengembangkan kemampuan mengadvokasi profesi, mahasiswa perlu terlebih dahulu memahami tentang faktor budaya, sosial, dan politik yang memberikan dampak dan pengaruh kepada
praktik keperawatan dan profesi (Dyal & Cohen, 2014). Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tersebut, dapat digunakan konsep final project yang dilakukan mahasiswa dengan menginvestigasi kebijakan-kebijakan terkait, pembiayaan, pendidikan, hingga efektifitas pelayanan keperawatan di lapangan. Final project tersebut diakhiri dengan presentasi hasil yang dikemas dalam sebuah seminar. Cara tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan nilai aktivisme mahasiswa (Dyal & Cohen, 2014). Cara tersebut dapat digunakan oleh Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakara sebagai salah satu metode untuk meningkatkan nilai profesionalisme mahasiswa.
4. Gambaran Nilai Kepercayaan (Trust) Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Trust merupakan sebuah fenomena dalam sebuah hubungan serta sebuah proses yang di dalamnya memiliki resiko untuk terjadi keruntuhan kepercayaan. Untuk membangun sebuah kepercayaan antara perawat dan pasien, dibutuhkan kompetensi perawat profesional dan kepedulian interpersonal (Gastmans, dkk, 2013). Trust ditunjukkan dengan sikap dapat dipercayai oleh orang lain (Dinc, dkk, 2012).
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai kepercayaan (trust) yang dimiliki mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ialah dimulai dengan angka terendah 15 hingga angka tertinggi 24 (dari 5 pernyataan dengan rentang nilai 5-25 : Weis & Schank, 2009).
Nilai mean yang muncul ialah 19,61 dan standar deviasi 2,498. Dari nilai mean tersebut, diketahui terdapat 29 mahasiswa (53,7%) yang memiliki nilai trust di bawah rata-rata dan 25 mahasiswa (46,3%) lainnya memiliki nilai trust di atas rata-rata.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki nilai trust di bawah rata-rata. Hal itu dapat disebabkan karena aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan nilai trust pada kuesioner NPVS-R belum banyak dilaksanakan pada tingkat mahasiswa program profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebagai contoh, dalam kegiatan berkolaborasi ketika tidak mampu memenuhi kebutuhan klien (NPVS-R item 2), mahasiswa program profesi masih belum dituntut atau diminta untuk melaksanakan kolaborasi dengan lintas praktisi tersebut. Melainkan, hal itu dilakukan oleh perawat profesional yang sedang bertugas di rumah sakit.
Untuk meningkatkan nilai trust, pendidik maupun pembimbing klinik dapat membentuk sebuah forum reflektif yang memberikan ruang kepada mahasiswa profesi untuk mendiskusikan refleksi mereka tentang nilai trust (Johns, 2009). Hal itu dimaksudkan agar pendidik dan pembimbing dapat mengarahkan mahasiswa serta memberikan role model melalui diskusi.
5. Gambaran Nilai Profesionalisme (Professionalism) Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komponen nilai profesionalisme (professionalism) ini diwujudkan dengan ditegakkannya standar-standar praktik dalam pelaksanaan praktik, menginisiasi diri untuk menciptakan dan meningkatkan lingkungan praktik yang tepat dan baik, hingga terlibat langsung dalam evaluasi teman sejawat secara obyektif (Weis & Schank, 2009). Dehghani (2015) menemukan ada tiga pilar yang membangun profesionalisme dalam keperawatan, yakni prinsip kepedulian, komunikasi, dan etik. Profesionalisme perawat juga ditentukan oleh tiga hal penting, yakni kognitif, sopan santun, dan psikomotorik (Ghadirian, dkk, 2014).
Pada komponen profesionalisme ini, mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan nilai terendah 11 dan nilai tertinggi 20 (dari nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 20 : Weis & Schank, 2009). Nilai yang bervariasi tersebut memiliki nilai mean 14,48 (SD=2,196). Dari nilai mean tersebut, diketahui bahwa lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai profesionalisme di bawah rata-rata, yakni sejumlah 30 orang (55,6%), dan hanya 24 orang (44,4%) yang memiliki nilai profesionalisme di atas rata-rata.
Menurut pengamatan peneliti, lebih sedikitnya mahasiswa yang memiliki nilai di atas rata-rata kemungkinan disebabkan karena mahasiswa program profesi belum memiliki tanggung jawab secara penuh (100%) dalam mengelola klien, dan yang dilakukan masih sebatas pada tuntutan yang diterima dari kampus. Sehingga nilai profesionalisme tersebut kurang terasah.
Untuk mengasah nilai profesionalisme mahasiswa, Fowler (2013) melakukan penelitian eksperimental, yang menunjukkan bahwa seorang mahasiswa yang diberikan kesempatan untuk terlibat dalam pertemuan perawat profesional, kesempatan untuk mengobservasi perilaku leadership, dan melakukan diskusi mendalam atas dua hal tersebut ternyata memiliki skor nilai profesional yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang diberi kesempatan untuk terlibat dalam program Service Learning (SL) yang melibatkan mahasiswa pada pelayanan organisasi non-profit, penyuplai peralatan medis, serta penyedia pelayanan kesehatan sebagai suatu komunitas pelayanan. Cara ini dapat digunakan institusi pendidikan untuk meningkatkan nilai profesional mahasiswanya.
Kawamoto, dkk (2014) dan Tanaka, dkk (2014) mengatakan bahwa profesionalisme seorang perawat sangat berhubungan signifikan dengan lamanya pengalaman yang dimiliki oleh perawat dan persiapan pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Karimi, dkk (2014), mahasiswa keperawatan mempelajari profesionalisme dengan menggunakan metode yang berbeda serta sumber yang berbeda.
Rhodes, dkk (2012) menemukan strategi kurikulum untuk meningkatkan profesionalisme peserta didik. Strategi tersebut ialah dengan memberikan seminar untuk meningkatkan interaksi mahasiswa, mengeksplorasi isu-isu mengenai profesionalisme, melatih mahasiswa berpikir kritis, pemberian perkuliahan interaktif dengan para ahli profesionalisme, serta menggabungkan strategi-strategi tersebut dengan penggunaan Miller‟s Wheel of Professionalism in Nursing dalam diskusi.
Cara tersebut dapat meningkatkan perkembangan perlilaku profesionalisme.
6. Gambaran Nilai Keadilan (Justice) Mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nilai keadilan (justice) ini mengarahkan perawat untuk tidak membeda-bedakan pemberian pelayanan keperawatan kepada klien dengan latar belakang yang berbeda. Melalui nilai keadilan, perawat dituntun untuk dengan obyektif memperhatikan setiap klien dari suku yang berbeda, agama, ras, negara, warna kulit, dan budaya yang berbeda.
Mengenai komponen ini, mahasiswa Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki nilai keadilan (justice) dengan nilai paling kecil 8 dan nilai paling besar ialah 15 (dari nilai terendah 3 dan nilai tertinggi 15 : Weis & Schank, 2009). Mahasiswa tersebut ternyata ada yang mencapai nilai tertinggi yang tersedia, yakni 15. Nilai mean yang dimiliki komponen ini ialah 11,26 dan standar deviasi 1,639. Pada komponen ini, ternyata lebih banyak mahasiswa yang memiliki nilai keadilan (justice) yang lebih kecil dari pada rata-rata, yakni sebanyak 59,3% (n=32), dan 40,7% lainnya (n=22) memiliki milai keadilan (justice) di atas rata-rata.
Belum dapat diketahui secara pasti mengenai lebih banyaknya mahasiswa yang memiliki nilai di bawah rata-rata. Namun, mahasiswa tetap perlu difasilitasi dan ditanamkan lebih dalam mengenai nilai justice. Karena melalui komitmen pada penerapan keadilan sosial, perawat
memainkan peran & pengaruh penting dalam usaha pemerataan kesehatan secara global (Schmidt & Lobo, 2012). Mahasiswa perawat sebagai calon perawat perlu memperkuat nilai justice serta mengimplementasikannya dalam praktik keperawatan, karena hal itu penting dan sangat bermanfaat bagi klien maupun bagi profesi (Schulyer, 2013).
Pada PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah dilakukan pula usaha untuk meningkatkan nilai justice pada mahasiswa. Salah satu cara tersebut ialah mengajarkan keperawatan islami yang di dalamnya terdapat