• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Koperasi Budi Daya Ikan Air Tawar (KABITA)

Koperasi KABITA berdiri pada bulan November tahun 2011. Awal mula berdirinya koperasi ini berawal adanya gagasan dari sekelompok anggota koperasi yang berkeinginan adanya sekelompok petani yang yang memiliki keorganisasian yang jelas. Oleh sebab itu sekelompok orang tersebut membentuk keorganisasian berbentuk koperasi. Adapun tujuan dari pembentukan Koperasi KABITA ini adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pembudi daya ikan air tawar khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekenomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Koperasi KABITA merupakan koperasi yang bergerak dalam kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang. Jumlah petani anggota koperasi yang aktif di dalam kegiatan usaha tani ikan lele dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Petani Aktif Pada Koperasi Kabita dalam Kegiatan Usaha Tani Lele Sangkuriang

Petani Jumlah Petani (Orang)

Pembenihan Pembesaran

Petani Aktif 26 11

Petani Tidak Aktif 26 11

Visi Koperasi KABITA adalah : “Menjadikan koperasi sebagai pilar

pembangunan ekonomi rakyat” sedangkan misi Koperasi KABITA adalah : (1)

meningkatkan pendapatan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, (2) mensejahterakan anggota khususnya dan mayarakat luas pada umumnya, (3) membentuk stabilitas ketahanan pangan masyarakat luas melalui perluasan swasembada pangan yang kokoh dan berkelanjutan, (4) membangun kesadaran masyarakat akan kehidupan bergotong royong dalam melakukan aktivitas usahanya, (5) Menciptakan pengusaha-pengusaha yang tangguh dilingkungan masyarakat bebas.

Fungsi dan peran dari pembentukan Koperasi KABITA adalah :

(1) Membangun, mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan kesejahteraan sosial, (2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggota dan masyarakat pada umumnya, (3) Memperkokoh dan menjaga berkelanjutan perekonomian anggota dan masyarakat melalui kegiatan ekonomi.

Susunan pengurus pada awal berdirinya Koperasi KABITA dapat dilihat pada Gambar 2.

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ] Gambar 2. Struktur Kepengerusan Koperasi Kabita

Sumber : Koperasi Kabita, Cikreteg Bogor, 2012

Modal yang dimiliki koperasi berasal dari pihak internal dan eksternal koperasi. Modal internal yang dimiliki berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah, dan donasi. Besarnya simpanan pokok yang diberikan adalah sebesar Rp 500.000 dan simpanan wajib sebesar Rp 25.000 yang diberikan setiap bulan. Sedangkan modal yang didapatkan dari pihak ekstenal berasal dari pinjaman koperasi lain, pihak bank, obligasi dan surat-surat berharga, dan dana lain yang sah. Modal yang dimiliki ini akan digunakan untuk dana cadangan pengembangan koperasi, SHU anggota, dana pengurus, dana kesejahteraan karyawan, dana sosial (shodaqoh dan zakat), pendidikan, dan keperluan lainnya yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Karakteristik Responden

Pada penelitian ini petani yang menjadi responden adalah petani yang berusaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang yang menjadi anggota Koperasi Kabita dan petani diluar keanggotaan koperasi. Karakteristik yang mempengaruhi dalam kegiatan produksi benih ikan lelesangkuriangadalah umur, pendidikan, pengalaman usaha tani, sifat usaha tani dan luas lahan. Karakteristik ini dianggap penting karena dapat berpengaruh terhadap kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang.

Usia Petani

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 23 responden yang terdiri dari 14 orang petani anggota koperasi dan 9 orang petani non anggota koperasi.Usiapetani respondenadalah dengan usia diantara 20 – 59 tahun. Bedasarkan data yang didapatkan jumlah petani yang memiliki umur antara 20-29

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Bendahara Humas Pengawas Produksi

dan Kemitraan Perdagangan umum Penelitian dan Pengemban gan

tahun adalah sebanyak 7 orang petani anggota dengan persentase sebesar 50 persen, dan 2 orang petani non anggota dengan persentase 22,20 persen, petani dengan umur 30-39 tahun sebanyak 6 orang petani anggota dengan persentase sebesar 42,90 persen dan 2 orang petani non anggota dengan persentase sebesar 22,20 persen dan petani dengan umur diatas 40 tahun sebanyak 1 orang petani anggota dengan persentase 7,10 persen dan 5 orang petani non anggota dengan persentase sebesar 55,60 persen. Data jumlah petani responden pembenihan ikan lele Sangkuriang pada anggota dan non anggota Koperasi Kabita berdasarkan umur yang tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Umur

No Usia

(tahun)

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden (orang)

Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 20-29 7 50,00 2 22,20 2 30-39 6 42,90 2 22,20 3 > 40 1 7,10 5 55,60 Jumlah 14 100 9 100

Pada Tabel 7. tersebut dapat dijelaskan bahwa umur responden pada petani anggota koperasi lebih muda jika dibandingkan petani non anggota. Jumlah petani anggota dengan umur 20-29 tahun sebanyak 7 orang (55%) sedangkan petani non anggota jumlah petani dengan umur 20-29 hanya sebanyak 2 orang (22%). Petani non anggota lebih banyak petani dengan umur diatas 40 tahun yakni mencapai 5 orang (55,60 %) sedangkan petani anggota hanya 1 orang (7,10%).

Dari data responden tersebut dapat membuktikan bahwa usaha pembenihan ikan lele ini tidak ada batasan umur dalam melakukan usaha ini. Baik petani yang masih muda maupun yang sudah tua bisa menjalani usaha ini. Akan tetapi umur ini dapat mempengaruhi bagaimana kinerja dari masing-masing tingkatan umur yang dimiliki.

Tingkat Pendidikan

Karakteristik kedua yang penting dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele adalah tingkat pendidikan. Dari hasil wawancara dengan petani responden, bahwa pendidikan yang dimiliki oleh petani sangat bervariasi, baik pada tingkatan pendidikan yang terendah maupun tingkatan pendidikan yang tertinggi. Pendidikan yang dimiliki petani pembenih ikan lele yang menjadi anggota Koperasi Kabita dan non angota yakni petani dengan pendidikan lulusan sekolah dasar sampai dengan petani yang memiliki pendidikan lulusan pasca sarjana (S2). Data responden petani pembenihan ikan lelesangkuriang pada anggota dan non anggota Koperasi Kabita berdasarkan tingkat pendidikan tersaji dalam Tabel 8.

Pada data pada Tabel 8. tersebut menunjukan bahwa tingkatan pendidikan yang dimiliki oleh petani responden adalah pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah atas (SMA), diploma 3, S1 dan S2. Pada petani anggota memiliki pendidikan yang paling banyak adalah petani dengan pendidikan SMA yakni sebanyak 6 orang, namun pada petani anggota ada juga petani dengan pendidikan tertinggi S2 yakni sebanyak 1 orang. Sedangkan pendidikan yang dimiliki oleh petani non anggota yang paling banyak yakni dengan pendidikan D3, namun pada

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

petani anggota pendidikan terendah yang dimiliki petani nona anggota adalah SD dengan jumlah petani sebanyak 2 orang

Tabel 8.Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) 1 SD 0 0,00 2 22,00 2 SMA 6 43,00 1 11,00 3 D3 4 29,00 4 44,00 4 S1 3 21,00 2 22,00 5 S2 1 7,00 0 00,00 Jumlah 14 100 9 100

Dari hasil data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang dimiliki petani anggota lebih baik dibandingkan petani non anggota yang memiliki pendidikan hingga S2. Akan tetapi jumlah petani yang memiiliki tingkat pendidikan S2 sangat sedikit dengan jumlah petani yang ada yang memiliki pendidikan paling banyak adalah pendidikan SMA. Sedangkan pendidikan yang dimiliki oleh petani non anggota masih rendah dengan tingkat pendidikan yakni tingkat pendidikan sekolah dasar. Namun pendidikan yang dimiliki oleh petani non anggota cukup baik karena terdapat petani yang memiliki pendidikan D3 dan S1.

Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman berusaha tani menunjukan berapa lama petani dalam menjalankan usaha tani pembenihan ikan lele ini. Hasil pengolahan data responden, pengalaman responden dalam berusaha tani pembenihan ikan lele ini memiliki pengalaman yang cukup lama yakni pengalaman berusaha tani selama 1- 10 tahun. Data responden yang menunjukan pengalaman berusaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9. Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman Berusaha Tani

(tahun)

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) a. 1-2 4 28.57 6 66.67 b. 3-4 8 57.14 1 11.11 c. > 4 2 14.29 2 22.22 Jumlah 100 100

Pada Tabel 9 merupakan data yang menunjukan berapa lama petani responden berusaha tani pembenihan ikan lele. Dari data tersebut dapat menunjukan bahwa responden dalam menjalani usaha tani mempunyai pengalaman yang cukup lama yakni mempunyai pengalaman hingga diatas 4 tahun. Pengalaman berusaha tani yang paling banyak dimiliki oleh petani anggota koperasi yakni dengan pengalaman selama 3-4 tahun dengan jumlah responden sebanyak 8 orang dengan pesentase sebesar 57,14 persen. Sedangkan pengalaman paling banyak dimiliki oleh petani non anggota koperasi adalah pengalaman

selama 1-2 tahun dengan jumlah petani sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 66,67 persen. Pengalaman yang dimiliki oleh petani anggota diatas 4 tahun yakni dengan pengalaman paling lama yakni selama 8 tahun sedangkan pengalaman diatas 4 tahun yang dimiliki petani non anggota yakni pengalaman selama 10 tahun.

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pengalaman yang dimiliki oleh petani responden yang cukup dengan pengalaman diatas minimal selamasatu tahun. Dengan pengalaman yang cukup ini akan membantu petani dalam menjalani usahanya, membantu petani dalam membuat keputusan yang tepat bagaimana menjalani usaha pembenihan ikan lele secara baik dan benar.

Status Usaha Tani

Berdasarkan status usahataninya, petani responden memiliki status usaha tani utama dan sampingan. Pada Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar responden mengusahkan usaha tani pembenihan lele ini menjadi pekerjaan utama. Persentase jumlah responden yang menjadikan usaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang sebagai pekerjaan utama untuk petani anggota koperasi adalah sebesar 78,57 persen.dengan jumlah petani sebanyak 11 orang, sedangkan persentase untuk petani non anggota yang menjadikan usaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang sebagai pekerjaan utama adalah sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 88,89 persen. Sedangkan jumlah petani yang menjadikan usaha tani ini sebagai pekerjaan sampingan adalah sebanyak 3 orang untuk petani anggota dan 1 orang untuk petani non anggota, dengan persentase masing-masing adalah 21,43 persen untuk petani anggota dan 11,11 persen untuk petani non anggota.Data responden yang menunjukan status usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang tersaji dalam Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha Tani

Status Usaha

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) a. Utama 11 78.57 8 88.89 b. Sampingan 3 21.43 1 11.11 Jumlah 14 100 9 100

Pada Tabel 10 tersebut dapat ditunjukan bahwa petani responden baik petani anggota maupun petani non anggota menjadikan usaha tani pembenihan ikan Sangkuriang ini menjadi pekerjaan utama. Sedangakan beberapa petani responden yang menjadikan usaha tani pembenihan ini sebagai pekerjaan sampingan karena responden masih bekerja sebagai pegawai di perkantoran dan menjadikan usaha tani ini menjadi tambahan pendapatan. Dengan menjadikan kegiatan usahtani yang dijalankan tersebut menjadi pekerjaan utama dan sampingan tentunya akan mempengaruhi bagaimana pengontrolan dari kegiatan usaha tani yang dijalankannya tersebut. Petani yang menjadikan kegiatan usahataninya sebagai pekerjaan utama tentu tingkat pengawasan lebih baik jika dibandingkan petani yang menjadikan kegiatan usataninya sebagai pekerjaan sampingan.

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

Luas Kolam Pembenihan

Lahan merupakan faktor penting dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang. Luas lahan dapat menentukan berapa besar hasil produksi yang dihasilkan.Luas lahan ini juga menunjukan berapa besar kapasitas produksi yang dimiliki oleh petani responden. Dari data responden yang diperoleh, luas lahan yang diusahakan adalah dengan luasan lahan seluas dibawah 0,1 hektar hingga diatas 4 hektar. Tabel 11 berikut adalah luasan lahan yang diusahakan petani responden.

Tabel 11. Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Luas Kolam

Luas Kolam (Ha)

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Responden (orang) Persentase (%) a. < 0.1 1 7.14 0 0 b. 0.1-0.2 6 42.86 4 44.44 c. 0.2-0.3 2 14.29 3 33.33 d. > 0,4 5 35.71 2 22.22 Jumlah 14 100 9 100

Pada Tabel 11 tersebut dapat ditunjukan bahwa luas lahan yang diusahakan responden berkisaran antara dibawah 0,1 Ha hingga diatas 0,4 Ha. Luasan lahan yang dimiliki yakni paling banyak adalah sebesar 0,1-0,2 Ha baik petani anggota maupun petani non anggota dengan persentase masing-masing adalah sebesar 42,86 persen dan 44,44 persen. sedangkan petani yang memilki luasan lahan diatas 0,4 Ha adalah sebanyak 5 orang untuk petani anggota koperasi dengan persentase sebesar 35,71 persen, sedangkan petani non anggota yang memiliki luasan lahan diatas 0,4 Ha adalah sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar 22,22 persen. Hal ini menunjukan bahwa luasan lahan yang diusahakan masih rendah. Menurut Fadholi (1988), luas lahan petani yang memiliki luas sebesar 0,5 hektar termasuk golongan petani sempit.

Dokumen terkait