• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

SABUR CHOIRUL CHIYAR

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

▸ Baca selengkapnya: apa saja syarat untuk membuat rencana usaha pembenihan ikan konsumsi….

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Sabur Choirul Chiyar

(3)

oleh masyarakat adalah ikan lele. Produksi lele ini bergantung kepada produksi benih yang dihasilkan. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, kondisi produksi benih lele di Kabupaten Bogor masih rendah. Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap produksi daging. Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah tersebut yakni membentuk Koperasi Kabita. Metode penelitian yang digunakan berupa analisis perbandingan yang meliputi perbandingan penggunaan input, pendapatan, dan R/C rasio. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata dan variasi penggunaan input pada petani anggota lebih rendah dan seragam dibandingkan non anggota. Pendapatan yang terima juga menunjukan lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total yang didapatkan petani anggota sebesar Rp 24.830.384 dan Rp 18.691.015. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total yang didapatkan petani non anggota sebesar Rp 7.837.226 Rp 3.963.309. R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total yang diperoleh petani anggota adalah 2,62 dan 1,90. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total yang diperoleh petani non anggota adalah 1,55 dan 1,24. Kondisi usaha yang lebih baik tersebut menunjukan bahwa adanya peran yang diberikan Koperasi Kabita berupa pembelajaran/pelatihan kepada petani anggota.

Kata Kunci : Peran, Koperasi Kabita, Usahatani, Ikan Lele, Pendapatan, R/C rasio

ABTRACT

One of superiority from aquaculture that people interest is cat fish. Cat fish product be hanging on hatchery production. Based on data from breeding and aquaculture departements in bogor, the condition on hatchery cat fish in bogor still low. This condition will be influence about cat fish production. One of effort that farmer do to handle this problem is bulit an Kabita Cooperative. The research method make use of comparison analysts that comprise input comparison, income and R/C ratio. Product analysis show that avarage and variation on input of member farmer more lower and of one kind proportionate non member farmer. The member farmer get more higher income then non member farmer. Income of cash cost dan total cost famer member get amounting to Rp 24.830.384 and Rp 18.691.015. While income of cash cost dan total cost non famer member get amounting to Rp 7,837,226 to Rp 3,963,309. R / C ratio based on cash costs and the total cost is get by farmer members of 2,62 and 1,90. While the R / C ratio of the cash cost and the total cost get by non-member farmers of 1.55 and 1.24. Better operating conditions shows that the role be given Kabita Cooperative learning / training to farmer members.

(4)

2

rokhmindahuri.wordpress.com [diakses 30 juli 2012] 3

agromedia.net [diakses 30 juli 2012]

ANALISIS PERANAN KOPERASI KABITA TERHADAP

USAHA TANI PEMBENIHAN IKAN LELE SANGKURIANG

SABUR CHOIRUL CHIYAR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)
(6)

Judul Skripsi : Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Nama : Sabur Choirul Chiyar NIM : H34096101

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2012 sampai Juli 2013 ini dengan Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku pembimbing, Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator pada saat penulis kolokium, Dr. Ir. Ratna Winandi, MS sebagai dosen penguji utama dan Dra. Yusalina, MSi sebagai Komdik pada saat penulis ujian skripsi yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh pihak dan pengurus Koperasi Kabita dan petani pembenih lele yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Penelitian Mengenai Peranan Kelembagaan Agribisnis 5 Penelitian Mengenai Struktur Biaya dan Pendapatan 7

KERANGKA PEMIKIRAN 8

Kerangka Pemikiran Teoritis 8

Konsep Usaha tani 9

Struktur Biaya Usaha Tani 10

Pendapatan Usaha Tani 10

Konsep Koperasi 11

Prinsip-prinsip Koperasi 11

Fungsi dan Peran Koperasi 12

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Metode Pengumpulan Data 15

Metode Penentuan Responden 15

Metode Analisis Data 16

Analisis Penggunaan Input 16

Analisis Penerimaan Usaha Tani 17

Analisis Struktur Biaya Usaha Tani 17

Analisis Pendapatan Usaha Tani 18

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) 19

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20

(9)

Karakteristik Responden 21

Usia Petani 21

Tingkat Pendidikan 22

Pengalaman Berusaha Tani 23

Status Usaha Tani 24

Luas Kolam Pembenihan 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 25

Perbandingan Penggunaan Input Produksi 25

Lahan 26

Pakan Induk 26

Pakan Larva 27

Vitamin dan Obat-obatan 29

Tenaga Kerja 30

Listrik 31

Peralatan 31

Analisis Perbandingan Pendapatan 32

Analisis Peran Koperasi KABITA 37

SIMPULAN DAN SARAN 43

Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 45

(10)

DAFTAR TABEL

1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha (Miliar Rupiah), 2007 – 2011. 1 2. Produksi Ikan Konsumsi Air Tawar di

Kabupaten/Kota Bogor 2

3. Keunggulan Lele Sangkuriang Dibandingkan Lele

Dumbo 3

4. Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten

Bogor Tahun 2006-2010 3

5. Perhitungan Analisis Pendapatan dan Nilai R/C Rasio 19 6. Jumlah Petani Aktif Pada Koperasi Kabita dalam

Kegiatan Usaha Tani Lele Sangkuriang 20 7. Persentase Responden Petani Anggota dan Non

Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Umur 22 8. Persentase Responden Petani Anggota dan Non

Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pendidikan 23 9. Persentase Responden Petani Anggota dan Non

Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pengalaman

Berusaha Tani 23

10. Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan

Status Usaha Tani 24

11. Persentase Responden Petani Anggota dan Non

Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Luas Kolam 25 12. Rata-rata Penggunaan Input Pembenihan Lele

Sangkuriang Pada Petani Anggota dan Non Anggota

Koperasi KABITA per siklus per 1000 m2 27 13. Rata-rata Penggunaan Pakan Benih Pada Petani

Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita per siklus

per 1000 m2 29

14. Penerimaan Usaha Tani Pembenihan Ikan lele Sangkuriang Pada Petani Anggota Dan Non Anggota

Koperasi Kabita per 1000 m2 per siklus 32 15. Rata-rata Biaya Yang Dikeluarkan Petani Anggota

dan Non Anggota Koperasi Dalam Kegiatan Budi daya Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang per 1000 m2

per siklus 34

16. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele di Kecamatan Dramaga per

1000 m2 per siklus tahun 2012 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Operational Penelitian Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan

Ikan Lele Sangkuriang 14

2. Struktur Kepengerusan Koperasi Kabita 21 3. Peserta Pelatihan Koperasi Kabita 38

4. Kolam Pemeliharaan Induk 38

5. Kolam persiapan wadah 39

6. Pemilihan Induk dan Pemasangan Kakaban 40

7. Pemberian Pakan Benih 40

8. Sortir Benih 41

9. Proses Panen 41

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor agribisnis yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Sektor perikanan berkontribusi besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Berdasarkan perbandingan PDB perikanan dengan PDB total pada Tabel 1, besarnya kontribusi sektor perikanan dalam pembentukan PDB nasional mencapai 20,82 persen pada tahun 2011. Sektor perikanan menempati urutan kedua setelah sektor tanaman bahan makanan. Nilai kontribusi sektor perikanan terhadap PDB nasional terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor perikanan merupakan sektor yang prospektif dan berperan penting di masa yang akan datang. Kontribusi sektor perikanan dalam pembentukan PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2008 – 2012.

Sumber: BPS, 2009 (diolah)1 Ket: (*) adalah Angka Sementara (**) adalah Angka Sangat Sementara

Selain itu sektor perikanan berkontribusi juga dalam hal pemenuhan gizi masyarakat, karena pada ikan memiliki kandungan gizi berupa protein yang mudah dicerna bagi tubuh, vitamin A, vitamin D, omega 3 dan omega 6. Selain itu, kandungan lemak omega 3 berperan meningkatkan kekebalan tubuh, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, menghambat pertumbuhan beberapa jenis kanker dan mempertahankan fungsi otak terutama yang berhubungan dengan daya ingat sehingga dapat meningkatkan kecerdasan otak pada anak.

(13)

2

rokhmindahuri.wordpress.com [diakses 30 juli 2012] 3

agromedia.net [diakses 30 juli 2012]

Perikanan budi daya air tawar memiliki potensi produksi yakni sebesar 5,7 juta ton/tahun akan tetapi baru diproduksi sebesar 0,3 juta ton/tahun atau 5,5 persen pada tahun 20032. Melihat adanya potensi yang dimiliki, salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi perikanan budi daya air tawar yakni melakukan penetapan kawasan minapolitan yang intensif, efisien dan terintegrasi. Beberapa kawasan yang dijadikan sebagai kawasan minapolitan adalah Bogor, Bonyolali, Gunung kidul, dan Garut. Program ini dimaksudkan untuk mendorong produksi dengan kawasan yang dekat dengan pasokan input dan pasar, sehingga petani bekerja lebih efisien. Selain itu, dapat meningkatkan pendapatan, sehingga akhirnya petani dapat lebih sejahtera. Beberapa komoditas unggulan dari unggulan yang bisa dibudi dayakan di perairan air tawar adalah ikan nila, patin, lele, mas, gurami, bawal air tawar.

Bisnis ikan lele meliputi penjualan benih, daging dan pengolahan lele. Hasil olahan ikan lele yang saat ini paling diminati oleh masyarakat adalah pecel lele. Saat ini usaha ikan lele mengalami perkembangan yang sangat pesat. Begitu banyaknya masyarakat yang membuka usaha warung pecel lele di pinggir jalan, bahkan sudah ada yang mendirikan usaha pecel lele berbentuk restoran. Hal ini menyebabkan kebutuhan ikan lele terus meningkat. Pasar Jabodetabek sendiri pemintaan daging lele mencapai 75 sehari3. Pasokan daging lele ini berasal dari berbagai daerah di antaranya adalah Bogor, Indramayu, Boyolali, Tulungagung yang merupakan daerah sentra produksi ikan lele.

Kabupaten/Kota Bogor merupakan salah satu sentra produksi ikan lele di Jawa Barat untuk memenuhi pasokan di Jabodetabek. Kabupaten/Kota Bogor memiliki produksi ikan lele terbesar dibandingkan dengan jenis ikan unggulan lainnya. Kondisi produksi ikan lele di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produksi Ikan Konsumsi Air Tawar di Kabupaten/Kota Bogor No Komoditas Realisasi produksi (ton/tahun)

2006 2007 2008 2009 2010 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

Tampak terlihat pada Tabel 2 bahwa produksi ikan lele di Kabupaten/Kota Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun 2006-2010. Produksi ikan lele sendiri merupakan produksi terbesar pada tahun 2010 jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Total produksi ikan lele pada tahun 2010 adalah sebesar 24.884,52 ton. Namun, produksi tersebut masih rendah, jika melihat permintaan daging ikan lele yang mencapai 100 ton per hari. Produksi yang dihasilkan tersebut belum sepenuhnya dipenuhi oleh Kabupaten/Kota Bogor. Berdasarkan kondisi produksi lele pada tahun 2010 tersebut, permintaan yang dapat dipenuhi kurang lebih sebesar 69 ton per hari.

(14)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

keberhasilan dari produksi daging ikan lele. Benih yang berkualitas akan menghasilkan produksi daging yang baik pula. Upaya pemerintah untuk mendukung produksi daging ikan lele tersebut, pemerintah terus melakukan perbaikan mutu benih. Perbaikan mutu benih ikan lele tersebut dengan ditemukannya varietas baru dari ikan lele yakni jenis ikan lele sangkuring oleh Balai Besar Pengembangan Budi daya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Penemuan varietas ini merupakan perbaikan mutu dari lele dumbo yang mengalami penurunan produksi karena ketidakstabilan pertumbuhan yang disebabkan terjadinya perkawinan sekerabat yang tinggi.

Ikan lele sangkuriang memiliki keunggulan dibandingkan dengan lele dumbo dari segi jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak, waktu panen yang relatif lebih cepat serta ketahanan tubuh terhadap penyakit lebih baik. Keunggulan lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo yang tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Keunggulan Lele Sangkuriang Dibandingkan Lele Dumbo

No Karakteristik Lele sangkuriang Lele dumbo

1 Fekunditas (butir/kg induk betina) 40.000-60.000 20.000 - 30.000

2 Derajat penetasan telur (%) > 90 > 80

3 Pertumbuhan harian bobot benih umur 5-26 hari (%)

29,26 20,38

4 Intensitas Trichodina, sp. pada

pendederan di kolam (individu)

30-40 > 100

5 Intensitas Ichthiopthirius, sp. pada pendederan di kolam (individu)

6,30 19,50

Sumber: BPBAT Sukabumi4

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa ikan lele jenis sangkuriang lebih unggul jika dibandingkan dengan ikan lele jenis dumbo. Keunggulan ikan lele sangkuriang dari kandungan telur yang dimiliki mencapai dua kali lipat dari lele dumbo yakni, derajat penetasan mencapai 90 persen sedangkan dumbo sebesar 80 persen, tingkat pertumbuhan yang lebih cepat serta ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik. Penemuan varietas lele sangkuriang ini memberikan kontribusi produksi benih yang dihasilkan menunjukan peningkatan sejak tahun 2006-2008. Namun pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan faktor fluktuasi cuaca yang kurang mendukung terhadap usaha pembenihan lele. Produksi benih di Kabupaten/Kota Bogor yang terjadi pada tahun 2006-2009 yang tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2011)

No Komoditas Produksi (ribu ekor)

2006 2007 2008 2009 2010

1 Bawal 708.594,00 716.660,00 33.133.000 622.191.810 671.321.250

2 Lele 211.312,50 227.482,00 244.634.000 62.020.270 81.063.793

3 Mas 204.026,08 187.847,00 166.502.000 56.663.190 60.715.562

4 Nila 106.273,58 94.438,00 109.580.000 35.700.400 36.995.789

5 Gurame 79.705,66 78.770,00 92.282.000 36.166.890 37.779.599

(15)

Pada Tabel 4 memperlihatkan bagaimana perkembangan produksi benih ikan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006-2010. Pada Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa produksi benih ikan lele memiliki tren positif pada tahun 2006-2008. Namun, produksi benih lele pada tahun 2009 mengalami penuurunan, akan tetapi pada tahun 2010 mulai menunjukan kenaikan produksi kembali.

Penemuan lele jenis sangkuriang ini tentunya memberikan dampak positif bagi para petani. Namun perbaikan genetik tersebut bukan merupakan solusi utama dalam memperbaiki produksi benih, petani juga harus memperbaiki memajemen produksi benih. Manajemen produksi benih tersebut dimulai dari pemilihan induk, pemijahan, pendederan, dan pembesaran larva. Faktor ini juga yang mempengaruhi terhadap kualitas produksi benih yang dihasilkan oleh petani. Salah satu upaya petani untuk meningkatkan produksi benih yang masih rendah tersebut yakni membentuk Koperasi Kabita.

Perumusan Masalah

Di dalam usaha pembenihan ikan lele tentu tidak terhindar dari permasalahan. Permasalahan yang sering dialami oleh petani dalam menjalani usaha pembenihan ikan lele yakni kenaikan harga pakan dan produksi yang masih rendah. Manajemen usaha yang diimiliki oleh petani yang belum bisa mengatasi masalah tersebut dapat menghambat keberlangsungan usaha yang dijalani oleh petani. Untuk mengatasi permasalahan tersebut para petani membentuk suatu kelompok petani lele. Salah satu bentuk kelembagaan kelompok tani ini yakni berbentuk koperasi. Koperasi merupakan suatu perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya. Dengan adanya perkumpulan ini diharapkan dapat memperbaiki manajemen usaha yang dijalani petani. Salah satu koperasi yang terbentuk dari kumpulan-kumpulan petani pembenih ikan lele adalah Koperasi Kabita. Koperasi ini didirikam akhir tahun 2011.

Koperasi Kabita (Koperasi Budi daya Ikan Air Tawar) merupakan salah satu organisasi yang peduli terhadap produksi ikan lele. Koperasi ini bekerja disemua sektor agribisnis ikan lele yakni sektor hulu, onfarm, dan hilir. Koperasi Kabita terbentuk dari beberapa petani pembenih lele. Pembentukan koperasi ini sendiri merupakan dasar keinginan petani dalam hal meningkatkan produksi benih. Menurut petani pembenih lele di Koperasi Kabita, permintan benih di Bogor dapat mencapai 1 juta hingga 1,5 juta ekor, namun permintaan tersebut sulit untuk dipenuhi. Dengan adanya kondisi permintaan yang belum terpenuhi tersebut tentunya memerlukan peranan koperasi untuk membantu petani memenuhi permintaannya. Dalam memenuhi permintaan benih lele ini disamping dilakukan oleh petani anggota, hal ini juga dilakukan oleh petani non anggota yang tidak dibina oleh Koperasi Kabita.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(16)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

2. Bagaimana peran Koperasi Kabita terhadap usaha yang dijalani petani anggota.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis perbandingan input produksi usaha tani antara petani anggota dan non anggota

2. Menganalisis perbandingan pendapatan yang diterima oleh petani Anggota dan petani non anggota koperasi kabita.

3. Mengetahui peran yang diberikan koperasi kabita terhadap kegiatan usaha tani yang dilakukan oleh petani anggota.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah

1. Bagi petani anggota dan non anggota Koperasi Kabita, penelitian ini menjadi bahan evaluasi petani dalam mengambil keputusan terhadap penggunaan input. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

tambahan informasi literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik Usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang.

3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dalam menganalisa kasus yang terjadi dilapangan serta menerapkan ilmu yang didapatkan selama di bangku kuliah.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Mengenai Peranan Kelembagaan Agribisnis

Penelitian yang mengkaji adanya peranan kelembagaan agribisnis dalam menjalani Usaha taninya adalah Guntur, Sipayung dan Trismadi (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Guntur (2011), kelembagan agribisnis yang berperan terhadap Usaha tani ikan lele bapukan adalah DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan). Peranan yang diberikan oleh pihak DKP dalam hal saluran pemasaran ikan. Sebelum mengikuti program filleting, saluran pemasaran yang dilakukan petani yakni pola I petani- pasar – konsumen akhir dan pola II petani- kolam pemancingan – konsumen akhir. Setelah adanya program filleting saluran pemasarannya adalah pola III petani – DKP Indramayu – pasar dan konsumen akhir. Pihak DKP memberikan bantuan program filleting kepada petani. Program

(17)

setelah adanya program filleting, petani menjual hasil panen seluruhnya kepada pihak DKP yang kemudian dijual ke pasar ikan olahan (fillet). Harga ikan yang didapatkan petani setelah adanya program filleting adalah sebesar Rp 5500. Adanya program filleting yang diberikan oleh pihak DKP tersebut, pendapatan yang didapatan oleh petani lebih besar dibandingkan pendapatan yang didapatkan sebelum adanya program filleting.

Penelitian Nurbayuto (2011) tentang analisis usaha tani dan tataniaga caisin. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa adanya peranan yang diberikan oleh kelompok tani. Peran yang diberikan yakni berupa bantuan modal, dan pelatihan. Bantuan modal ini sangat membatu petani, karena kondisi petani yang tidak memiliki modal atau modal yang kurang untuk memulai suatu usaha. Akan tetapi bantuan modal ini dibatasi agar pengembaliannya tidak lama dan jumlah petani yang meminjam bisa lebih banyak. Sedangkan pemberian pelatihan dimaksudkan untuk mentranfer teknologi kepada petani dan informasi terbaru dari kegiatan usaha tani caisin. Adanya pelatihan ini tentunya dapat meningkatkan keahlian petani dalam berusaha tani caisin. Dengan adanya peranan yang diberikan kelompok tani tersebut, input yang digunakan oleh petani anggota lebih efisien dibandingkan petani non anggota. Pendapatan yang dimiliki oleh petani anggota lebih besar dibandingkan petani non anggota.

Penelitian Sipayung (2011) mengenai Peran Kelompok Peternakan Rakyat Ayam Kampung Sukabumi (KEPRAKS). Peranan yang diberikan oleh KEPRAKS terhadap usaha yang dijalani petani yakni peran terhadap proses budi daya, pengadaan input, dan peran dalam pemasaran.

Peran yang diberikan KEPRAKS dalam proses budi daya yakni pihak KEPRAKS memberikan pelatihan kepada petani. Pelatihan ini berguna untuk meningkatkan keahlian petani dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam kegiatan budi daya. Selain itu KEPRAKS juga mengadakan pertemuan dengan tujuan berbagi informasi dan pertukaran pikiran untu menambah wawasan dan pengetahuan dalam budi daya ayam kampung.

Peran yang diberikan oleh KEPRAKS dalam pengadaan input adalah adanya kepastian kertersedian input-input yang dibutuhkan oleh petani. Pengadaan input ini dilakukan karena tingkat pengetahuan dan informasi petani dalam menentukan input yang tepat masih kurang. Hal ini dilakukan agar kegiatan usaha peternakan dapat berjalan dengan baik. Input-input yang disediakan oleh KEPRAKS yakni input DOC, pakan, dan vaksin.

Peran terakhir yang diberikan oleh KEPRAKS terhadap kegiatan usaha tani peternakan ayam kampung adalah pemasaran. KEPRAKS berperan sebagai penghubung antara penjual dan pembeli. KEPRAKS menampung dan memasarkan hasil ternak yang jumlahnya tidak banyak untuk memenuhi permintaan pembeli yang jumlahnya lebih banyak. Dengan adanya KEPRAKS ini, hasil panen yang dihasilkan oleh petani dapat terjual seluruhnya. Dalam hal ini peran KEPRAKS adalah memberikan kepastian pasar bagi petani sehingga petani dapat menjalani usahanya dengan lebih mudah.

(18)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

petani. Pada penelitian ini juga akan melakukan kajian mengenai peran kelompok tani dalam bentuk koperasi. Peran yang diberikan oleh koperasi ada kemungkinan sama dengan penelitian sebelumnya.

Penelitian Mengenai Struktur Biaya dan Pendapatan

Usaha tani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani yang pada dasarnya untuk mencari keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi hidupnya maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari kegiatannya tersebut diperlukan biaya untuk membeli sarana produksi. Penilaian biaya yang dilakukan yakni memisahkan antara input-input apa yang dikatagorikan menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Di dalam usaha tani biaya yang dikeluarkan untuk pembelian input produksi tersebut dibayar secara tunai. Selain itu di dalam kegiatan usaha tani yang dilakukan kadang kala petani tidak melakukan pencatatan terhadap biaya yang dianggap tidak mengaluarkan biaya namun harus dikeluarkan oleh petani. Biaya ini merupakan biaya yang harus diperhitungkan petani.

Biaya-biaya ini dapat dirasakan oleh petani diberbagai jenis usaha, di antaranya adalah usaha tani di sektor perikanan dan sektor hortikultura. Penelitian mengenai biaya usaha tani yang dilakukan dari sektor perikanan yakni komoditas ikan patin dan ikan lele bapukan sedangkan dari sektor holtikultura penelitian dengan komoditas tanaman caisin. Hasil penelitian menjelaskan bahwa biaya Usaha tani terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan (Zalvina, 2009, Guntur dan Nurbayuto (2011).

Zalvina (2009) menyebutkan bahwa yang dogolongkan menjadi biaya tunai adalah biaya sarana produksi benih patin yang meliputi biaya pakan, alat suntik, obat-obatan, minyak tanah, listrik, kantong plastik, gelang karet, oksigen, transportasi dan garam. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan yakni biaya pakan yakni ± 60 % dari biaya total produksi. Biaya pakan tersebut yakni meliputi biaya pakan pelet, pakan artemia dan pakan cacing sutera. Biaya yang tunai terbesar kedua yakni biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Biaya yang dikeluarkan adalah sebesar ± 20 % dari total biaya produksi. Biaya lainnya yang harus dikeluarkan yakni alat suntik, obat-obatan, minyak tanah, listrik, kantong plastik, gelang karet, oksigen, transportasi dan garam. Sedangkan biaya diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan bangunan dan peralatan, tenaga kerja keluarga yang tidak dibayarkan dan biaya sewa.

Penelitian Guntur (2011) menyebutkan bahwa biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani lele bapukan meliputi biaya pembelian benih, pakan, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang diperhitungkan yang dikelurkan oleh petani adalah biaya sewa lahan dan penyusutan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan dari usaha tani ikan lele bapukan adalah biaya tunai. Tingginya biaya tunai yang dikeluarkan sebabkan oleh pembelian benih lele.

(19)

dari biaya pembelian input-input seperti benih caisin, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang termasuk biaya yang diperhitungkan yakni meliputi sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga. Hasil penelitian menyebutkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani anggota dan non anggota adalah biaya yang diperhitungkan. Hal ini disebabkan tingginya sewa lahan yang harus dikeluarkan oleh petani.

Hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani yakni biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan oleh petani dapat terjadi pada biaya tunai atau biaya yang diperhitungkan. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini akan mengelompokan biaya menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

Pada penelitian Guntur (2011),analisis pendapatan yang dilakukan adalah membandingkan antara pendapatan sebelum program filleting dengan pendapatan setelah adanya program filleting. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan atas biaya tunai yang didapatkan sebelum program petani mengalami kerugian, namun setelah adanya program filleting petani mendapatkan keuntungan. Pendapatan atas biaya tunai sebelum program filleting adalah sebesar – Rp1.337.000 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 3.090.991, sedangkan pendapatan tunai setelah adanya program filleting adalah sebesar Rp 3.709.600 dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 1.955.609.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurbayuto membandingkan antara pendapatan petani anggota gapoktan dan petani non anggota. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan yang didapatkan petani anggota lebih besar dibandingkan petani non anggota. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada kemungkinan petani mengalami kerugian ketika seluruh biaya dilakukan perhitungan. Pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total masing-masing adalah sebesar Rp 209.305 dan – Rp 1.317.866 sedangkan pendapatan non anggota atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total adalah sebesar Rp 149.250 dan – Rp 1.576.278.

Hasil penelitian terdahulu, usaha yang dijalankan baik usaha ikan patin, ikan lele bapukan dan usaha caisin menunjukan bahwa suatu usaha dapat memungkinkan menerima kerugian. Kerugian dapat terjadi pada pendapatan atas biaya total yang merupakan biaya yang kurang diperhatikan oleh petani. Penelitian yang akan dilakukan diharapkan mendapatkan hasil yang berbeda dari sisi keuntungan yang didapatkan, apakah petani mengalami kerugian atau tidak.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(20)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

Konsep Usaha tani

Usaha tani merupakan pertanian rakyat, dimana pelaku dari kegiatan usaha tani tersebut adalah petani. Dari kegiatan usaha tani tersebut petani harus mampu mengorganisasai sumber daya. Sumber daya tersebut meliputi sumber daya alam, modal dan tenaga kerja serta memiliki pengelolaan (manajemen) yang baik untuk dapat melakukan produksi dilapangan pertanian.

Hernanto (1996) menyebutkan bahwa sumber daya alam, modal dan tenaga kerja serta manajemen merupakan unsur-unsur penting dalam usaha tani. Dalam melakukan kegiatan usaha tani diperlukan sumber daya alam di dalamnya termasuk tanah. Tanah ini merupakan tempat atau lahan dimana kegiatan usaha tani dilakukan. Dengan tanah yang dimiliki ini, petani dapat memproduksi produk yang diinginkan. Besarnya usaha tani sangat bergantung pada luas tanah yang dimiliki.

Unsur penting kedua di dalam kegiatan usaha tani yakni modal. Modal yang dimiliki dapat berupa uang atau barang. Sumber modal yang dimiliki oleh petani dapat berasal dari milik sendiri yang diperoleh dari hasil menabung atau menyisihkan pendapatannya yang didapatkan dari hasil kerja di luar usaha tani. Modal juga dapat dimiliki dengan cara melakukan pinjaman dengan pihak bank atau kredit ataupun kerabat terdekat petani. Selain itu dapat juga didapatkan dari hadiah warian orang tua yang pada biasanya berupa warisan tanah serta dapat didapatkan dari usaha lain.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973) modal dapat dibagi dua, yaitu modal tetap dan tidak tetap. Modal tetap adalah barang-barang yang dapat digunakan berkali-kali dalam produksi, misalnya tanah, kolam dan peralatan. Sedangkan modal tidak tetap apabila terpakai habis dalam satu proses produksi, misalnya pakan, vitamin dan obat-obatan, dan tenaga kerja.

Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan memerlukan tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga efektif yang dipakai. Biasanya pada usaha pertanian skala kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tidak perlu tenaga kerja ahli (skilled). Sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan cara sewa dan diperlukannya tenaga kerja yang ahli.

Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tenaga kerja manusia dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usaha tani berdasar kemampuannya. Kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan, ketrampilan, pengalaman tingkat kecukupan, tingkat kesehatan, faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan usaha tani. Tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga.

Unsur yang keempat adalah pengelolaan atau manajemen. Pengelolaan usaha tani adalah kemampuan dari petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor produksi untuk dapat memberikan hasil produksi yang diharapkan. Keberhasilan petani dalam manajemen adalah dari tingkat produktivitas dari faktor produksi maupun dari produktivitas dari usahanya (Hernanto, 1989).

(21)

Usaha tani perikanan skala besar yang berbentuk perusahaan biasanya memiliki spesifikasi kerja yang lebih banyak dalam struktur pelaksana. Sedangkan untuk usahtani perikanan dengan skala yang kecil bertindak pula sebagai pelaksana dan penjaga. Usaha tani pada skala usaha yang luas umumnya bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemen modern, lebih bersifat komersil, dan sebaliknya usaha tani skala kecil umumnya bermodal terbatas, teknologinya tradisional. Di dalam penelitian ini akan membahas bagaimana pengelolaan usaha tani pembenihan ikan lele yang dilakukan oleh petani.

Struktur Biaya Usaha Tani

Di dalam kegiatan usaha tani yang akan menghasilkan produk akan memerlukan pengeluaran biaya dalam pembelian alat dan bahan dari kegiatan menghasilkan produk usaha tani tersebut. Biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut meliputi biaya tetap dan variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang tidak berpengaruh terhadap besarnya produksi. Biaya yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, penyusutan alat-alat produksi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya yang termasuk biaya ini adalah pembelian sarana produksi seperti biaya pakan, biaya vitamin dan obat-obatan, dan tenaga kerja.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), biaya usaha tani dikelompokan menjadi dua yakni biaya yang harus dikeluarkan petani adalah biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan merupakan biaya yang dibayarkan tunai oleh petani yang merupakan biaya untuk pembelian sarana produksi seperti pakan, vitamin dan obat-obatan, listrik. Sedangkan biaya yang tidak dibayarkan (diperhitungkan) adalah biaya yang seharusnya diperhitungkan oleh petani. Biaya yang termasuk biaya yang diperhitungkan adalah sewa lahan biaya tenaga kerja keluarga, penyusutan modal.

Pendapatan Usaha Tani

Kegiatan usaha tani merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan hasil produksi. Dalam kegiatan tersebut perlunya biaya yang harus dikeluarkan dan diharapkan mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Besar-kecilnya keuntungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah luas lahan yang dimiliki, tingkat produktivitas per hektar, efisiensi tenaga kerja (Hernanto, 1996).

Penerimaan yang didapatkan oleh petani adalah hasil penjualan produk usaha tani yang diusahakan. Penerimaan di dalam kegiatan pembenihan ikan lele yakni berupa penjualan benih dengan ukuran tertentu. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh petani merupakan jumlah uang yang dikeluarkan oleh petani atas pembelian barang atau jasa untuk kegiatan usaha tani yang dijalankannya. Menurut Soekartawi (1986) selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan tersebut merupakan pendapatan atas usaha tani (farm net cash flow). Pendapatan tersebut merupakan balas jasa dari faktor-faktor produksi karena petani berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja, dan sebagai penanam modal pada usahanya. Balas jasa yang diterima petani dihitung untuk jangka waktu tertentu.

(22)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

setiap perolehan nilai R/C rasio semakin tinggi, tingkat efisiensi pendapatan pun semakin baik (Soeharjo dan Patong, 1973).

Konsep Koperasi

Koperasi memiliki beberapa definisi menurut beberapa pakar. R.M. Magono Djojohadikoesoemo menyatakan bahwa koperasi adalah perkumpulan manusia seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak berkerja sama untuk memajukan ekonominya. Dr. Fay menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapatkan imbalan sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi. Paul Hubert Casselman mengatakan bahwa koperasi adalah suatu sistem, ekonomi yang mengandung unsur sosial (Firdaus dan Susanto, 2004). Sedangkan Konferensi Buruh Internasional (ILO, 1996) mendefinisikan koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang bergabung secara suka rela untuk mencapai suatu tujuan yang sama melalui pembentukan organisasi yang diawasi secara demokratis, melalui penyetoran suatu kontribusi yang sama untuk modal yang diperlukan dan melalui pembagian risiko serta manfaat yang wajar dari usaha, dimana para anggotanya berperan secara aktif (Sartika, 1998).

Prinsip-prinsip Koperasi

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 dan saat ini berlaku di Indoneesia di antaranya sebagai berikut.

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa, seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri. Setiap orang yang akan menjadi anggota, koperasi akan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonominya. Dengan keyakinan tersebut, maka partisipasi aktif setiap anggota terhadap organisasi dan usaha koperasi akan timbul.

Sifat keterbukaan mengandung makna bahwa, di dalam keanggotaaan kooperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. Keanggotaan koperasi terbuka bagi siapa pun yang memenuhi syarat-syarat keanggotaan atas dasar persamaan kepentingan ekonomi atau karena kepetingan ekonominya dapat dilayani koperasi. Seorang anggota koperasi dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam AD/ART koperasi.

b. Pendidikan Perkoperasian

Keberhasilan koperasi sangat erat hubungannya dengan partisipasi aktif setiap anggotanya. Seseorang anggota akan mau berpatisipasi, bila yang bersangkutan mengetahui tujuan organisasi tersebut bermanfaat terhadap dirinya. Oleh karena itu keputusan seseorang untuk menjadi anggota haruslah didasarkan akan pengetahuan yang memadai tentang manfaat berkoperasi.

(23)

anggota koperasi yang berkualitas, yaitu memiliki kemampuan, berwawasan luas, dan solidaritas yang kuat dalam mewujudkan tujuan koperasi.

c. Pemberian balas jasa terhadap modal

Anggota adalah pemilik koperasi, sekaligus sebagai pemodal dan pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh angggota koperasi akan digunakan koperasi untuk melayani anggota, termasuk dirinya sendiri. Modal dalam koperasi pada dasarnya digunakan untuk melayani anggota dan masyarakat sekitarnya, dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Pemberian balas jasa atas modal yang ditanamkan pada koperasi akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh koperasi.

Koperasi bukanlah badan usaha yang berwatak kapitalis sehingga SHU (sisa hasil usaha) yang dibagikan kepada anggota tidak berdasarkan modal yang dimiliki anggota dalam koperasinya, tetapi berdasarkan kontribusi jasa usaha yang diberikan anggota kepada koperasi Setiap anggota yang memberikan partisipasi aktif dalam usaha koperasi akan mendapatkan bagian sisa hasil usaha yang lebih besar dari pada anggota yang pasif.

Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Baga (2009), Koperasi diharapkan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjalankan fungsi representatif bagai seluruh petani dan kelembagaan-kelembagaan lain yang levelnya lebih rendah. Koperasi diharapkan menjadi gerbang tidak hanya untuk kepentingan ekonomi, tapi juga pemenuhan modal, kebutuhan pasar, dan informasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu mekanisme untuk mengevaluasi kinerja dan keberadaan koperasi tersebut itu bagi anggotanya.

Keterlibatan petani dalam gerakan koperasi petani menyebabkan meningkatnya produksi dan nilai tambah produksi di satu sisi, disisi lain petani terlindung dari kekejaman pasar maupun lingkungan bisnis lain yang tidak bersahabat dengan upaya kesejahteraan mereka. Gerakan koperasi dapat meningkatkan kekuatan tawar (bergaining power) para petani. Berdasarkan alasan tersebut maka peran koperasi pertanian menjadi penting dalam peningkatan produksi serta kesejahteraan hidup petani, dimana :

a. Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisis tawar mereka baik dalam memasarkan hasil produksi maupun dalam pengadaan input produksi yang dibutuhkan.

b. Dalam mekanisme pasar tidak menjamin terciptanya keadilan, koperasi dapat mengupayakan pembukaan pasar baru bagi produk anggotanya. pada sisi lain koperasi dapat memberikan akses kepada anggotanya terhadap berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar. c. Dengan bergabung dalam koperasi, para petani dapat lebih mudah

melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan pasca panen sehubungan dengan permintaan pasar. Pada gilirannya hal ini akan memperbaiki efisiensi pemasaran yang memberikan manfaaat bagi kedua belah pihak, dan bahkan kepada masyarakat umum maupun perekonomian nasional.

(24)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

pertanian, seperti pengaruh iklim, heterogenitas kualitas produksi dan sebaran daerah produksi.

e. Dalam wadah organisasi koperasi, para petani lebih mudah berinteraksi secara positif terkait proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia mereka. Koperasi sendiri memiliki misi khusus dalam pendidikan bagi anggotanya.

f. Berdirinya koperasi sekaligus membuka lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi para petani maupun masyarakat di sekitarnya.

g. Koperasi mampu memainkan peranan sebagai subsistem pendukung dalam agribisnis yang selama ini masih dimainkan oleh pemerintah karena para petani tidak akan mampu memainkan peranan tersebut jika berjalan sendiri. Di dalam Bab III, bagian pertama Pasal 4 UU RI No.25/1992 dijelaskan bagaimana fungsi dan peran koperasi, yakni membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya, berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (Firdaus dan Susanto, 2004).

Sartika (1998) menjelaskan bahwa koperasi yang merupakan perusahaan yang dimiliki bersama, para anggota memperoleh peningkatan pelayanan dengan pengadaan secara langsung barang dan jasa atas dasar persayaratan yang lebih baik dibandingkan dengan dapat diperoleh di pasar umum atau disediakan negara, para anggota yang termasuk ke dalam golongan penduduk yang sosial ekonominya “lemah”, dapat memanfaatkan sarana swadaya itu, yaitu koperasi untuk memperbaiki situasi ekonomi dan sosialnya dan mengitegrasikan dirinya dalam proses pembangunan sosial ekonomi.

Menurut Subandi (2009), fungsi dan peran yang diberikan koperasi di dalam bidang ekonomi di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Menekan biaya usaha

b. Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran, antara kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan

c. Meningkatkan penghasilan anggota

Kerangka Pemikiran Operasional

Proses berfikir dawali adanya kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang yang dijalani petani. Petani yang menjalani usaha tani tersebut dikelompokan menjadi dua yakni petani anggota dan petani non anggota Koperasi Kabita. Petani anggota merupakan petani yang aktif dalam keanggotaan koperasi, sedangkan petani non anggota yakni petani individu yang menjalani usaha pembenihan ikan lele.

(25)

masih rendah dan harga bahan baku yang masih tinggi. Untuk mengatasi masalah tersebut petani membetuk Koperasi Kabita. Koperasi Kabita berperan dalam kegiatan usaha tani yang dijalankan petani.

Untuk mengetahui peran Koperasi Kabita tersebut, penelitian ini disusun dengan cara melakukan analisis perbandingan usaha antara petani anggota dan non anggota meliputi perbandingan input produksi, pendapatan dan R/C rasio. Analisis input produksi dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan keragaman penggunaan input berdasarkan satu siklus dan luas lahan 1000 meter persegi. Adapun input-input yang dianalisis yakni input pakan, input obat-obatan, tenaga kerja, listrik, dan perlatan. Sedangkan analisis pendapatan meliputi perhitungan penerimaan dan biaya. Analisis pendapatan ini dikelompokan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya yang diperhitungkan. Untuk mengukur besarnya tingkat efisien usaha yang dijalankan oleh petani anggota dan non anggota, metode yang digunakan yakni dengan R/C rasio. Dari hasil R/C rasio tersebut petani mana yang lebih baik dalam menjalani usaha pembenihan ikan lele. Berdasarkan hasil analisis perbandingan usaha antara petani anggota dan non anggota kemudian dilakukan analisis peran koperasi terhadap usaha tani tersebut.

Hasil analisis peran koperasi tersebut akan menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan bagi petani anggota koperasi dan non anggota koperasi terhadap kegiatan pembenihan ikan lele. Bagan kerangka pemikiran operasional yang tersaji dalam Gambar 2.

Gambar 1. Kerangka Operational Penelitian Analisis Peranan Koperasi Kabita Terhadap Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Analisis Peran Koperasi Kabita Ikan lele merupakan komoditas unggulan

Bahan Evaluasi Bagi Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Permasalahan yang dihadapi oleh petani :

(26)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah petani anggota yang tergabung pada Koperasi Kabita yang berlokasi di Perum Arta Bina Ciherang Blok B no.1 Ciherang Kaum Kp.Kidul Dramaga, Bogor. Sedangkan untuk petani non anggota merupakan petani individu yang tersebar didaerah Kabupaten Bogor dan didaerah Depok. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) karena pada daerah ini terdapat petani yang melakukan kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang (Clarias bathtracus, sp). Sedangkan waktu pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2012.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari pengamatan langsung dari kegiatan produksi yang dilakukan oleh responden di lokasi penelitian dan wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data primer yang akan dikumpulkan meliputi data produksi pembenihan ikan lele, yang terdiri data penerimaan yang berasal dari hasil penjualan benih ikan lele, data biaya yang dikeluarkan dari hasil pembelian sarana produksi. Hasil penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan nantinya akan dihitung berapa nilai pendapatannya.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten/Kota Bogor yang meliputi data produksi ikan konsumsi air tawar di Kabupaten/Kota Bogor, data perkembangan produksi benih ikan di Kabupaten//Kota Bogor tahun 2006-2010, serta data kontribusi perikanan terhadap nilai PDB Produksi Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) pada tahun 2007 – 2012 yang diperoleh dari BPS, buku-buku (text book), internet serta literatur dan referensi relevan yang mendukung dalam mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu, data sekunder diperoleh dari Koperasi Kabita mengenai kegiatan pelatihan usaha pembenihan ikan lele yang diberikan oleh koperasi kepada para petani anggota.

Metode Penentuan Responden

(27)

Pemilihan responden non anggota juga dipilih secara sengaja (purposive). Jumlah petani yang dipilih menjadi responden adalah sebanyak 9 orang.

Mengingat terdapat petani yang tidak memiliki simpanan catatan (data tertulis) secara menyeluruh mengenai kegiatan produksi yang dibutuhkan peneliti, maka pengambilan sampel dilakukan dengan wawancara langsung kepada petani. Supaya data yang diperoleh mendapatkan hasil yang baik maka peneliti akan melakukan wawancara dengan bantuan menggunakan daftar pertanyaan yang akan dibuat sebelumnya sebelum turun ke lapang. Form wawancara dan beberapa contoh hasil isian dapat dilihat pada Lampiran 14.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif merupakan pengolahan data perhitungan. Metode kuantitatif ini untuk menghitung nilai pendapatan serta menghitung nilai R/C ratio petani dari kegiatan usaha tani yang dijalankan. Penghitungan data dilakukan dengan alat bantu seperti MS. Excel 2007.

Metode pengolahan data secara kualitatif dijelaskan secara deskriptif dengan batuan tabel untuk mempermudah menganalisis data. Pengolahan data secara kualitatif dilakukan untuk menjelaskan bagaimana peran yang diberikan oleh koperasi terhadap usaha pembenihan ikan lele pada petani anggota. Untuk mengetahui bagaimana peranan Koperasi Kabita dilakukan analisis perbandingan usaha antara petani anggota dengan petani non anggota. Analisis perbandingan usaha yang dilakukan yakni meliputi penggunaan input, pendapatan usaha tani serta R/C rasio yang didapatkan petani selama satu siklus produksi. Analisis perbandingan yang dilakukan berdasarkan satuan luas lahan yang sama yakni 1000 meter persegi.

Analisis Penggunaan Input

Analisis penggunaan input dilakukan dengan menghitung rata-rata dan keragaman (simpangan baku) dari input tersebut. Adapun rumus rata-rata dan simpangan baku adalah sebagai berikut :

= � ... (1)

S = � − 2

−1 ... (2) Dimana :

Xi = Jumlah input ke-i (dalam satuan tertentu)

(28)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

Analisis Penerimaan Usaha Tani

Menurut Soekartawi (2006), penerimaan usaha tani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam bentuk rumus matematik sebagai berikut :

�� = ……….. (3) Dimana :

TRi = Total penerimaan

Yi = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu usaha tani i

Pyi = Harga Y

Penerimaan usaha tani ini merupakan penerimaan yang diterima petani dalam satu siklus produksi dari kegiatan usatani yang dijalani oleh petani. Penerimaan ini merupakan pendapatan kotor yang diterima sebelum dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan.

Analisis Struktur Biaya Usaha Tani

Biaya usaha tani menurut Hernanto (1996) dibedakan menjadi dua, yakni biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya tidak berpengaruh terhadap besar atau kecilnya produksi. Disisi lain biaya tidak tetap bergantung pada besar-kecilnya produksi yang dihasilkan. Contoh biaya tetap antara lain sewa tanah, biaya listrik, sedangkan yang termasuk dalam kelompok biaya variabel adalah biaya untuk sarana produksi seperti tenaga kerja, biaya pakan, vitamin dan obat-obatan apabila kegiatan usahatan menginginkan produksi yang tinggi maka biaya produksi tersebut ditambahkan. Sehingga biaya variabel ini bersifat berubah-ubah tergantung besar kecilnya produksi yang diinginkan.

Soekartawi (2006), memperhitungkan biaya tetap dengan menggunakan rumus seperti berikut :

FC = =1 ………..…... (4) Dimana :

FC = biaya tetap

Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap

Pxi = harga input

n = macam input

(29)

Di dalam kegiatan usaha tani kebanyakan petani tidak melakukan perhitungan biaya yang seharusnya dikeluarkan. Biaya tersebut di antaranya adalah biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja keluarga ataupun biaya sewa tanah. Oleh karena itu karena itu di dalam penelitian ini digunakan konsep biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai tersebut untuk mengatahui berapa besar biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha taninya, sedangkan biaya yang diperhitungkan nantinya akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani.

Menurut (Soeharjo dan Patong, 1973) biaya penyusutan merupakan biaya atas nilai inventaris yang berkurang karena hilang, rusak, atau karena penyusutan. Perhitungan nilai penyusutan dapat dilakukan dengan menggunakan metode metode garis lurus yakni harga pembelian dikurangi harga tidak terpakai dibagi dengan lama pemakaian. Rumus nilai penyusutan secara matematis dapt dituliskan sebagai berikut :

� = (� −� )

� ……….………..(5)

Keterangan :

Nb = nilai pembelian (Rp) Ns = nilai sisa (Rp)

N = umur ekonomis (tahun)

Analisis Pendapatan Usaha Tani

Pendapatan (keuntungan) usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Di dalam usaha tani pembenihan ikan lele penerimaan yang didapatkan merupakan hasil penjualan benih lele selama periode tertentu. Sedangkan biaya yang dikeluarkan meliputi biaya produksi yang dikeluarkan selama produksi berlangsung. Biaya produksi tersebut di antaranya adalah biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya pembelian sarana produksi, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan produksi benih ikan lele.di dalam penelitian ini akan dihitung pendapatan terhadap biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan. Secara tematik, pendapatan (keuntungan) usaha tani pembenihan ikan lele dirumuskan sebagai berikut :

� = �� − � ……….……… (6) = (P*Q) – (biaya tunai + biaya yang diperhitungkan)

Pendapatan atas biaya tunai = TR – Biaya tunai ……… (7) Pendapatan atas biaya total = TR – (biaya tunai + biaya yang diperhitungkan) (8) Dimana :

Pd = total pendapatan dalam suatu periode pemeliharaan (Rp) TR = total penerimaan dalam suatu periode pemeliharaan (Rp) TC = total biaya dalam suatu periode pemeliharaan (Rp) P = harga produk dalam suatu periode pemeliharaan (Rp)

(30)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

kegiatan usaha tani. Analisis pendapatan ini memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan Usaha taninya yang dijalankan berhasil atau tidak.

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)

Tujuan utama dari kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele ini adalah mendapatkan keuntungan. Untuk menghitung tingkat keuntungan petani yakni menggunakan analisis R/C rasio. Analisis R/C rasio ini disebut juga analisis imbangan penerimaan dan biaya. Rasio R/C dapat dibagi menjadi dua yakni R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C rasio tunai merupakan perbandingan penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C rasio total merupakan perbandingan penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Rumus matematis dari R/C rasio adalah sebagai berikut :

R/C atas biaya tunai = � ��

� � ……….. (9)

R/C atas biaya total = � (��)

� � + � � � h� � .…. (10)

Secara teoritis R/C rasio menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikleuarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C rasio yang dihasilkan. Menurut Soekartawi (2002) usaha tani yang dijalankan dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C usaha tersebut adalah lebih dari satu (R/C >1) maka usaha tani yang dilakukan menguntungkan dan dapat dikatakan efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu, apabila R/C < 1 maka petani tersebut tidak mendatangkan keuntungan atau mengalami kerugian dan dapat dikatakan kegiatan usaha tani tersebut tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil, dan apabila usaha tersebut mendapatkan nilai R/C = 1 maka petani tersebut berada pada kondisi normal atau yang sering dikatakan impas.

Pendapatan usaha tani dan nilai R/C rasio dapat diperoleh dengan menentukan nilai penerimaan dan biaya, dimana perhitungan penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio dapat disusun dalam sebuah tabel terstruktur yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Analisis Pendapatan dan Nilai R/C Rasio

No Uraian Keterangan

1 Penerimaan Harga (Rp) x Hasil Panen (ekor)

2 Biaya Tunai Pakan 781-polos, Pakan Vitality, Cacing sutera,

Pakan FengLi, Pakan PF 800, Pakan PF 1000, Pakan L1, Vitamin, Obat-obatan, Listrik, Tenaga Kerja Luar Keluarga

3 Biaya Diperhitungkan Sewa lahan, Penyusutan peralatan, Tenaga kerja dalam keluarga

4 Total Biaya Tunai 2 + 3

5 Pendapatan Atas Biaya Tunai 1 – 2 6 Pendapatan Atas Biaya Total 1 – 4

7 R/C Atas Biaya Tunai 1 / 2

(31)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Profil Koperasi Budi Daya Ikan Air Tawar (KABITA)

Koperasi KABITA berdiri pada bulan November tahun 2011. Awal mula berdirinya koperasi ini berawal adanya gagasan dari sekelompok anggota koperasi yang berkeinginan adanya sekelompok petani yang yang memiliki keorganisasian yang jelas. Oleh sebab itu sekelompok orang tersebut membentuk keorganisasian berbentuk koperasi. Adapun tujuan dari pembentukan Koperasi KABITA ini adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pembudi daya ikan air tawar khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekenomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Koperasi KABITA merupakan koperasi yang bergerak dalam kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang. Jumlah petani anggota koperasi yang aktif di dalam kegiatan usaha tani ikan lele dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Petani Aktif Pada Koperasi Kabita dalam Kegiatan Usaha Tani Lele Sangkuriang

Petani Jumlah Petani (Orang)

Pembenihan Pembesaran

Petani Aktif 26 11

Petani Tidak Aktif 26 11

Visi Koperasi KABITA adalah : “Menjadikan koperasi sebagai pilar

pembangunan ekonomi rakyat” sedangkan misi Koperasi KABITA adalah : (1)

meningkatkan pendapatan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya, (2) mensejahterakan anggota khususnya dan mayarakat luas pada umumnya, (3) membentuk stabilitas ketahanan pangan masyarakat luas melalui perluasan swasembada pangan yang kokoh dan berkelanjutan, (4) membangun kesadaran masyarakat akan kehidupan bergotong royong dalam melakukan aktivitas usahanya, (5) Menciptakan pengusaha-pengusaha yang tangguh dilingkungan masyarakat bebas.

Fungsi dan peran dari pembentukan Koperasi KABITA adalah :

(1) Membangun, mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya serta meningkatkan kesejahteraan sosial, (2) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggota dan masyarakat pada umumnya, (3) Memperkokoh dan menjaga berkelanjutan perekonomian anggota dan masyarakat melalui kegiatan ekonomi.

(32)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ] Gambar 2. Struktur Kepengerusan Koperasi Kabita

Sumber : Koperasi Kabita, Cikreteg Bogor, 2012

Modal yang dimiliki koperasi berasal dari pihak internal dan eksternal koperasi. Modal internal yang dimiliki berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, hibah, dan donasi. Besarnya simpanan pokok yang diberikan adalah sebesar Rp 500.000 dan simpanan wajib sebesar Rp 25.000 yang diberikan setiap bulan. Sedangkan modal yang didapatkan dari pihak ekstenal berasal dari pinjaman koperasi lain, pihak bank, obligasi dan surat-surat berharga, dan dana lain yang sah. Modal yang dimiliki ini akan digunakan untuk dana cadangan pengembangan koperasi, SHU anggota, dana pengurus, dana kesejahteraan karyawan, dana sosial (shodaqoh dan zakat), pendidikan, dan keperluan lainnya yang sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Karakteristik Responden

Pada penelitian ini petani yang menjadi responden adalah petani yang berusaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang yang menjadi anggota Koperasi Kabita dan petani diluar keanggotaan koperasi. Karakteristik yang mempengaruhi dalam kegiatan produksi benih ikan lelesangkuriangadalah umur, pendidikan, pengalaman usaha tani, sifat usaha tani dan luas lahan. Karakteristik ini dianggap penting karena dapat berpengaruh terhadap kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang.

Usia Petani

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 23 responden yang terdiri dari 14 orang petani anggota koperasi dan 9 orang petani non anggota koperasi.Usiapetani respondenadalah dengan usia diantara 20 – 59 tahun. Bedasarkan data yang didapatkan jumlah petani yang memiliki umur antara 20-29

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Bendahara Humas Pengawas Produksi

dan Kemitraan

Perdagangan umum

Penelitian dan Pengemban

(33)

tahun adalah sebanyak 7 orang petani anggota dengan persentase sebesar 50 persentase sebesar 55,60 persen. Data jumlah petani responden pembenihan ikan lele Sangkuriang pada anggota dan non anggota Koperasi Kabita berdasarkan umur yang tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Umur

No Usia

(tahun)

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden

Pada Tabel 7. tersebut dapat dijelaskan bahwa umur responden pada petani anggota koperasi lebih muda jika dibandingkan petani non anggota. Jumlah petani anggota dengan umur 20-29 tahun sebanyak 7 orang (55%) sedangkan petani non anggota jumlah petani dengan umur 20-29 hanya sebanyak 2 orang (22%). Petani non anggota lebih banyak petani dengan umur diatas 40 tahun yakni mencapai 5 orang (55,60 %) sedangkan petani anggota hanya 1 orang (7,10%).

Dari data responden tersebut dapat membuktikan bahwa usaha pembenihan ikan lele ini tidak ada batasan umur dalam melakukan usaha ini. Baik petani yang masih muda maupun yang sudah tua bisa menjalani usaha ini. Akan tetapi umur ini dapat mempengaruhi bagaimana kinerja dari masing-masing tingkatan umur yang dimiliki.

Tingkat Pendidikan

Karakteristik kedua yang penting dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele adalah tingkat pendidikan. Dari hasil wawancara dengan petani responden, bahwa pendidikan yang dimiliki oleh petani sangat bervariasi, baik pada tingkatan pendidikan yang terendah maupun tingkatan pendidikan yang tertinggi. Pendidikan yang dimiliki petani pembenih ikan lele yang menjadi anggota Koperasi Kabita dan non angota yakni petani dengan pendidikan lulusan sekolah dasar sampai dengan petani yang memiliki pendidikan lulusan pasca sarjana (S2). Data responden petani pembenihan ikan lelesangkuriang pada anggota dan non anggota Koperasi Kabita berdasarkan tingkat pendidikan tersaji dalam Tabel 8.

(34)

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

petani anggota pendidikan terendah yang dimiliki petani nona anggota adalah SD dengan jumlah petani sebanyak 2 orang

Tabel 8.Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden

Dari hasil data yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa pendidikan yang dimiliki petani anggota lebih baik dibandingkan petani non anggota yang memiliki pendidikan hingga S2. Akan tetapi jumlah petani yang memiiliki tingkat pendidikan S2 sangat sedikit dengan jumlah petani yang ada yang memiliki pendidikan paling banyak adalah pendidikan SMA. Sedangkan pendidikan yang dimiliki oleh petani non anggota masih rendah dengan tingkat pendidikan yakni tingkat pendidikan sekolah dasar. Namun pendidikan yang dimiliki oleh petani non anggota cukup baik karena terdapat petani yang memiliki pendidikan D3 dan S1.

Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman berusaha tani menunjukan berapa lama petani dalam menjalankan usaha tani pembenihan ikan lele ini. Hasil pengolahan data responden, pengalaman responden dalam berusaha tani pembenihan ikan lele ini memiliki pengalaman yang cukup lama yakni pengalaman berusaha tani selama 1-10 tahun. Data responden yang menunjukan pengalaman berusaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang tersaji dalam Tabel 9.

Tabel 9. Persentase Responden Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani

Pengalaman Berusaha Tani

(tahun)

Petani Anggota Petani Non Anggota

(35)

selama 1-2 tahun dengan jumlah petani sebanyak 6 orang dengan persentase sebesar 66,67 persen. Pengalaman yang dimiliki oleh petani anggota diatas 4 tahun yakni dengan pengalaman paling lama yakni selama 8 tahun sedangkan pengalaman diatas 4 tahun yang dimiliki petani non anggota yakni pengalaman selama 10 tahun.

Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pengalaman yang dimiliki oleh petani responden yang cukup dengan pengalaman diatas minimal selamasatu tahun. Dengan pengalaman yang cukup ini akan membantu petani dalam menjalani usahanya, membantu petani dalam membuat keputusan yang tepat bagaimana menjalani usaha pembenihan ikan lele secara baik dan benar.

Status Usaha Tani

Berdasarkan status usahataninya, petani responden memiliki status usaha tani utama dan sampingan. Pada Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar responden mengusahkan usaha tani pembenihan lele ini menjadi pekerjaan utama. Persentase jumlah responden yang menjadikan usaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang sebagai pekerjaan utama untuk petani anggota koperasi adalah sebesar 78,57 persen.dengan jumlah petani sebanyak 11 orang, sedangkan persentase untuk petani non anggota yang menjadikan usaha tani pembenihan ikan lele Sangkuriang sebagai pekerjaan utama adalah sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar 88,89 persen. Sedangkan jumlah petani yang menjadikan usaha tani ini sebagai pekerjaan sampingan adalah sebanyak 3 orang untuk petani anggota dan 1 orang untuk petani non anggota, dengan persentase masing-masing adalah 21,43 persen untuk petani anggota dan 11,11 persen untuk petani non anggota.Data responden yang menunjukan status usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang tersaji dalam Tabel 10.

Tabel 10. Persentase Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usaha Tani

Status Usaha

Petani Anggota Petani Non Anggota

Jumlah Responden

Gambar

Tabel 1 PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar
Tabel 4 Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2006-
Gambar 1. Kerangka Operational Penelitian Analisis Peranan Koperasi Kabita
Tabel 5. Perhitungan Analisis Pendapatan dan Nilai R/C Rasio
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Kedalam Daerah 1

bahwa dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

stone column mampu mereduksi lendutan sebesar 25,18 % untuk pembebanan sentris, reduksi lendutan terjadi karena adanya perkuatan pada tanah daasar lunak tersebut, sehingga

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai

Oleh itu hasil kajian literatur berkaitan kaedah dan proses pengajaran menulis mendapati bahawa banyak kajian memberi tumpuan kepada huruf rumi yang digunakan dalam tulisan

Berdasarkan hasil penelitian, penerapan kelas homogen dan heterogen terhadap motivasi belajar tergolong &#34;cukup baik&#34;kelas heterogen mendapati 79% sedangkan

The results show that dot plots do help students to see data as an aggregate by visually exhibiting the characteristics of the data set, thus helping the

Namun hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan La Vere, yang menyatakan bahwa RPA paling retentif pada gigi alami, baik untuk melawan kekuatan tarik