• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Penggunaan Input Produksi

Kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan oleh petani yakni kegiatan memproduksi telur hingga menjadi benih sampai ukuran tertentu. Kegiatan pembenihan ikan lele tersebut tentunya membutuhkan sarana input produksi. Sarana input produksi yang digunakan kedua petani responden yakni petani anggota dan non anggota koperasi untuk menghasilkan benih lele pada dasarnya adalah sama. Sarana produksi yang digunakan meliputi lahan, pakan induk, pakan larva, pakan benih, obat-obatan, tenaga kerja, dan peralatan produksi. Input-input ini harus dikorbankan oleh petani untuk menghasilkan output berupa benih lele dengan ukuran tertentu. Pada tahap pertama, penelitian

ini akan membahas bagaimana perbandingan penggunaan input pada kedua petani responden dari kegiatan usaha tani pembenihan yang dijalaninya dan selanjutnya pada tahap kedua dijelaskan tentang hasil pendapatan yang diperoleh mereka.

Lahan

Input pertama yang digunakan petani dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele yakni lahan. Lahan merupakan sarana produksi yang terpenting dalam menjalani usaha tani pembenihan ikan lele sangkuriang. Apabila petani tidak memiliki lahan maka usaha pembenihan lele tentu tidak bisa dijalankan. Luas lahan yang dimiliki oleh petani pembenih lele pada umumnya masih berlahan sempit yakni dibawah satu hektar.

Masih rendahnya lahan yang dimiliki oleh kedua petani responden untuk budi daya pembenihan ikan lele ini dikarenakan petani masih mempertimbangkan modal yang dimiliki dan kemampuan manajemen usaha yang dimiliki. Apabila petani memiliki modal yang lebih besar tentunya petani akan meningkatkan jumlah lahan untuk kegiatan pembenihan ikan lele. Pertimbangan kedua yang harus dimiliki oleh petani yakni kemampuan manajemen petani terhadap usaha yang dijalaninya. Kemampuan manajemen yang dimiliki petani berdasarkan pengalaman dalam berusaha tani. Semakin lama petani berusaha tani, maka kemampuan manajemen berusaha tani petani semakin baik.

Rata-rata luasan lahan yang digunakan oleh petani anggota adalah seluas 250,9 m2, sedangkan lahan yang dimiliki petani non anggota adalah seluas 224,3 m2. Status kepemilikan lahan yang dimiliki oleh kedua petani responden adalah hak milik dan sewa. Akan tetapi dalam penelitian ini luasan lahan yang dimiliki petai adalah seluas 1000 m2. Selain input lahan, input yang digunakan oleh petani anggota dan non anggota meliputi pakan induk, pakan larva, pakan benih, vitamin dan obat-obatan, tenaga kerja, listrik dan peralatan. Adapun rincian perbandingan input yang digunakan oleh petani anggota dan non anggota dapat dilihat pada Tabel 12.

Pakan Induk

Pakan induk merupakan input yang harus digunakan oleh petani. Pakan induk ini selain untuk mempertahankan kelangsungan hidup induk, pakan induk juga berguna untuk meningkatkan kematangan gonad induk. Jenis pakan induk yang digunakan oleh petani anggota dan petani non anggota koperasi adalah jenis Vitality dan 781-Polos. Jenis pakan induk yang digunakan oleh kedua petani responden merupakan hasil pengalaman selama berusaha tani serta hasil pelatihan yang didapatkan oleh petani. Jenis pakan yang paling banyak digunakan oleh petani anggota yakni pakan vitality, sedangkan petani non anggota pakan yang paling banyak digunakan adalah pakan 781-polos. Penggunaan pakan induk pada petani anggota dan non anggota dapat dilihat pada Tabel 12.

Pada Tabel 12 dapat dilihat jumlah rata-rata penggunaan pakan induk petani anggota adalah sebanyak 263,88 kg untuk sedangkan petani non anggota adalah sebanyak 308,71 kg. Sedangkan nilai standar deviasi atau keragaman dari penggunaan pakan induk untuk petani anggota adalah sebesar 186,05 kg sedangkan nilai standar deviasi penggunaan pakan induk pada petani non anggota mencapai 316,52 kg. Dapat dilihat bahwa penggunaan pakan induk pada petani anggota lebih seragam dibandingkan petani non anggota. Hal ini dikarenakan pada

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

petani anggota dilakukan pengontrolan penggunaan pakan induk, sedangkan petani non anggota jarang dilakukan pengotrolan penggunaan pakan.

Tabel 12. Rata-rata Penggunaan Input Pembenihan Lele Sangkuriang Pada Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi KABITA per siklus per 1000 m2

No Input Satuan Jumlah Rata-rata dan Standar Deviasi

Petani Anggota (n =14) Petani Non Anggota (n = 9) Rata- rata Std. Dev Nilai standar Rata- rata Std. Dev Nilai standar 1. Lahan m2 1000 - - 1000 - - 2. Pakan Induk Kg 263,88 186,05 - 308,71 316,52 -

3. Pakan Larva Takar 292,86 218,83 - 369,36 187,26 -

4. Pakan Benih a. Fengli Kg 32,72 44,28 11,45 69,77 113,90 30,45 b. PF 800 Kg 51,44 96,26 11,45 68,57 85,38 17,02 c.PF 1000 Kg 113,58 71,39 11,45 232,91 238,25 4,92 d. L1 Kg 75,98 106,99 18,00 158,64 184,01 4,10 e. Optima Kg 96,34 167,64 10,27 - - - f. 781-2 Kg 105,60 228,20 30,29 - - - 5. Vitamin dan Obat-obatan a. vitamin Liter 2,12 1,45 - 2,55 4,16 - b. obat- obatan Kg - - - 5,09 10,30 - 6. Tenaga Kerja a. luar keluarga Rp 7.459.6 82 4.053.82 5,48 - 8.587.0 77 2.533.2 81,9 - b.dalam keluarga Rp 670.04 8 2.533.28 1,9 - 296.29 6 888.88 8,889 - 7. Listrik Rp 725.11 3 409.246, 96 - 823.68 7 431.02 1,31 - 8. Peralatan Rp 4.584.0 27 5.268.25 6,30 - 2.964.5 57,03 983.63 4,50 - Pakan Larva

Larva adalah ikan lele ketika masih berumur 3-7 hari setelah telur menetas. Pakan yang diberikan untuk larva ini berupa cacing sutera yang masih hidup. Pakan cacing sutera ini merupakan pakan alami yang sesuai dengan kandungan gizi yang diperlukan dan sesuai dengan bukaan mulut ikan lele yang masih dalam bentuk larva. Pakan cacing sutera ini cocok diberikan kepada larva karena larva hanya dapat menangkap pakan melalui respon warna, bau, dan pergerakan (pakan hidup).

Pemberian pakan cacing sutera ini harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. Jika pemberian pakan cacing cutera ini berlebihan akan mengakibatkan menurunnya kualitas air kolam. Apabila hal ini terjadi akan mengakibatkan timbulnya penyakit pada ikan. Oleh karena itu perlunya manajemen pemberian pakan cacing yang baik.

Jumlah rata-rata penggunaan pakan larva per siklus adalah sebanyak 292,86 takar untuk petani anggota koperasi sedangkan petani non anggota adalah sebanyak 369,36 takar. Sebagaimana perhitungan pada pakan induk, perhitungan

pada pakan larva ini juga didasarkan per siklus per 1000 m2 luas lahan. Penggunaan pakan cacing sutera pada petani anggota lebih rendah dibandingkan petani anggota. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pakan cacing sutera pada petani anggota lebih efisien dibandingkan petani non anggota.

Pada masalah pakan untuk larva ini, meskipun petani anggota menggunakan rata-rata jumlah pakan yang lebih rendah dari petani non anggota, tapi ternyata petani anggota mempunyai nilai standar deviasi yang lebih tinggi yakni 218,83 takar dibandingkan petani non anggota yang hanya 187,26 takar. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pakan cacing sutera pada petani anggota lebih tidak seragam dibandingkan petani non anggota sehingga pada masalah pakan cacing sutera ini memerlukan pengontrolan dan perhatian yang lebih dari pihak koperasi.

Input selanjutnya yang harus dikorbankan oleh petani adalah pakan benih. Benih lele adalah ikan lele yang awalnya berukuran antara 0,75 sampai 1 cm. Pakan benih yang digunakan oleh kedua petani responden cenderung sama. Terdapat beberapa jenis pakan benih yang digunakan oleh kedua petani responden. Pakan-pakan ini diberikan ke ikan disesuaikan dengan umur atau ukuran benih lele. Jenis-jenis pakan benih yang digunakan oleh kedua petani responden yakni fengli, pf 800, pf 1000, l1, Optima, dan 781-2.

Masing-masing pakan memiliki ukuran berbeda sesuai dengan ukuran benih yang akan diberi makan. Pakan fengli merupakan pakan jenis crumble diberikan untuk benih ukuran 2-3 cm, pakan pf 800 diberikan ketika benih berukuran 2-3 cm hingga 3-4 cm, pakan pf 1000 diberikan ketika benih berukuran 3-4 cm hingga 4-6 cm, pakan L1 diberikan benih berukuran 4-6 cm hingga 5-7 cm, dan pakan optima diberikan ketikan benih berukuran 5-7 cm hingga 7-8 cm.

Berdasarkan pada Tabel 12, rata-rata penggunaan pakan yang dimiliki oleh kedua petani responden pada masing-masing jenis terlihat perbedaan. Tampak terlihat bahwa secara keseluruhan jumlah rata-rata pakan yang dihabiskan oleh petani anggota lebih rendah dibandingkan petani non anggota. Lebih rendahnya penggunaan pakan pada petani anggota dikarenakan petani anggota menggunakan pakan jenis Optima dan 781-2 sebagai pakan alternatif, sedangkan petani non anggota tidak menggunakannya. Penggunaan pakan alternatif tersebut dimaksudkan untuk menekan biaya produksi karena harga pakan Optima dan 781- 2 lebih murah dibandingkan pakan jenis L1. Hasil perhitungan analisis biaya akan dibahas pada subbab berikutnya. Adapun rincian perbandingan input pakan benih yang digunakan oleh petani anggota dan non anggota dapat dilihat pada Tabel 13.

Pada Tabel 13 terlihat juga nilai standar penggunaan pakan yang digunakan oleh kedua petani responden. Nilai standar yang digunakan didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dimana hasil perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan pada Tabel 13 tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan input pada petani anggota secara keseluruhan sudah mendekati nilai standar yang dianjurkan kecuali untuk pakan altrnatif Optima dan 781-2. Berbeda halnya dengan petani anggota, pakan yang digunakan oleh petani non anggota terdapat dua jenis pakan yang melebihi nilai standar yang ditetapkan yakni pakan PF 1000 dan L1.

Terkait dengan nilai standar deviasi, dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi penggunaan pakan pada petani anggota pada umumnya juga lebih kecil dari petani non anggota kecuali untuk pakan PF 800. Namun demikian nilai

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

standar deviasi ini sangat besar baik untuk petani anggota maupun non anggota. Besarnya nilai standar deviasi ini dikarenakan tidak semua petani menggunakan pakan yang sama, artinya ada suatu jenis pakan yang tidak digunakan petani sehingga nilai penggunaan pakan ini sama dengan nol dimana nilai ini akan memberi nilai standara deviasi yang sangat besar terhadap nilai rata-ratanya. Nilai standar deviasi yang besar juga terjadi pada pakan altrnatif Optima dan 781-2 yang khusus digunakan oleh petani anggota koperasi. Besarnya nilai standar deviasi ini juga disebabkan oleh karena tidak semua petani anggota menggunakan pakan alternatif karena masalah ini merupakan keputusan dari petani terhadap mau tidaknya mengadopsi teknologi pakan alternatif yang disarankan oleh koperasi. Untuk itu perlunya pembinaan koperasi bagi para petani anggota untuk mengikuti saran yang diberikan.

Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Pakan Benih Pada Petani Anggota dan Non Anggota Koperasi Kabita per siklus per 1000 m2

(*) Perhitungan nilai standar dapat dilihat pada lampiran 1

Vitamin dan Obat-obatan

Input selanjutnya yang dibutuhkan oleh kedua petani responden adalah vitamin dan obat-obatan. Input vitamin dan obat-obatan berfungsi untuk mencegah dan atau menanggulangi timbulnya penyakit. Apabila ikan terserang penyakit akan mempengaruhi besarnya produksi. Penyakit yang menyerang benih ikan lele adalah berasal dari bakteri. Jenis bakteri yang sering menyerang benih ikan lele adalah Aeromoniasis.sp dan Aeromonas hydrophila. Penyakit tersebut terjadi dikarenakan kualitas air yang buruk, kepadatan ikan yang terlalu padat, dan pemberian pakan yang tidak baik.

Dari hasil survei yang dilakukan, terdapat perbedaan dari penggunaan input obat-obatan yang digunakan oleh kedua petani responden. Pada petani anggota, obat-obatan yang digunakan berupa vitamin dan obat-obatan alami, sedangkan petani non anggota menggunakan vitamin dan obat-obatan kimia yang banyak dijual di pasar.dalam menanggulangi penyakit.

Input Sat uan Lama pengg unaan (hari)

Jumlah Pakan Rata-rata dan Standar Deviasi

Petani Anggota (n =14) Petani Non Anggota (n = 9) Rata- rata Std. Dev Peng gunaa n per hari Nilai standar (*) Rata -rata Std. dev Penggu naan per hari Nilai stand ar (*) Pakan Benih a. Fengli Kg 3 32,72 44,28 10,91 11,45 69,7 7 113, 90 23,26 30,4 5 b. PF 800 Kg 5 51,44 96,26 10,30 11,45 68,5 7 85,3 8 13,71 17,0 2 c. PF 1000 Kg 15 113,5 8 71,39 7.53 11,45 232, 91 238, 25 15,53 4,92 d. L1 Kg 5 75,98 106,99 15.20 18,00 158, 64 184, 01 10,57 4,10 e. Optima Kg 5 96,34 167,64 19.27 10,27 - - - f. 781- 2 Kg 5 105, 60 228,20 21.12 30,29 - - -

Vitamin yang digunakan petani anggota yakni berupa vitamin C, EM 4 dan vitamin lainnya. Sedangkan pada petani non anggota vitamin yang digunakan adalah vitamin C, EM 4, boster, dan premix. Sedangkan Obat-obatan sendiri digunakan apabila ikan sudah terserang oleh penyakit. Obat-obatan yang digunakan oleh petani anggota yakni tanaman daun pepaya yang dapat diperoleh tanpa mengeluarkan biaya. Sedangkan obat-obatan yang digunakan petani non anggota yakni arang dan garam.

Rata-rata input vitamin yang digunakan oleh petani anggota adalah 2,12 liter, sedangkan rata-rata input vitamin yang digunakan oleh petani non anggota adalah sebanyak 2,55 liter dengan obat-obatan sebanyak 5,09 kg. Pada petani anggota, obat-obatan tidak diperhitungkan karena obat-obatan yang digunakan diperoleh tanpa mengeluarkan biaya. Dari data ini dapat dilihat bahwa jumlah vitamin dan obat-obatan yang digunakan pada petani non anggota lebih banyak dibandingkan dengan petani non anggota.

Nilai standar deviasi yang dimiliki oleh petani anggota dari penggunaan input vitamin adalah sebesar 1,45 liter, sedangkan petani non anggota memiliki nilai sebesar 4,16 liter untuk input vitamin dan 10,30 kg untuk input obat-obatan. Dapat diketahui bahwa petani anggota memiliki nilai keragaman yang lebih kecil dibandingkan petani non anggota. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan input pada petani anggota lebih seragam dibandingkan petani non anggota.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan satu hal yang dianggap penting dalam kegiatan usaha tani. Tenaga kerja ini digunakan oleh petani untuk melakukan aktivitas usaha tani. Tenaga kerja yang digunakan oleh baik petani anggota maupun petani non anggota adalah tenaga kerja laki-laki dewasa, namun ada juga petani yang menggunakan tenaga kerja yang masih berumur anak-anak. Tenaga kerja perempuan tidak digunakan oleh petani dikarenakan pekerjaan yang dilakukan cukup berat apabila dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja terdiri dari dua macam, yakni tenaga kerja dari luar keluarga dan tenaga kerja dari dalam keluarga sendiri.

Aktivitas yang dilakukan pekerja dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele adalah meliputi pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan benih, penyortiran benih, dan panen. Aktivitas pemeliharaan induk yang dilakukan meliputi pemberian pakan, pergantian air kolam, serta pencegahan dan pengobatan penyakit. Pemeliharaan benih yang dilakukan seperti aktivitas pada pemeliharaan induk. Aktivitas pemijahan induk melakukan perkawinan induk jantan dengan betina untuk menghasilkan benih. Sedangkan proses penyortiran merupakan aktivitas memisahkan benih sesuai dengan ukuran. Aktivitas terakhir yang dikerjakan oleh pekerja yakni panen. Aktivitas panen merupakan aktivitas menjual benih yang ukurannya sudah siap dijual. Aktivitas yang dilakukan tenaga kerja yakni selama 8 jam kerja yakni dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00.

Dalam penelitian ini, satuan tenaga kerja yang digunakan yakni satuan orang. Rata-rata jumlah pekerja luar keluarga yang digunakan oleh petani anggota adalah sebanyak 5 orang untuk luas lahan 1000 m2. Sedangkan dengan luasan yang sama, rata-rata jumlah pekerja luar keluarga yang digunakan petani non anggota adalah sebanyak 5 orang juga. Selanjutnya tenaga kerja dalam keluarga

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

yang digunakan oleh kedua kedua petani responden adalah sebanyak 5 orang untuk petani anggota dan 3 orang untuk petani non anggota. Perlu dikemukakan bahwa responden yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga adalah hanya satu orang baik responden anggota maupun non anggota. Hal ini dikarenakan usaha tani yang dijalankan oleh petani banyak menggunakan (sewa) tanah orang lain, sehingga harus mencari pekerja yang berada di sekitar lokasi usaha.

Upah yang diberikan petani untuk pekerja yakni setiap bulan. Upah yang diberikan oleh masing-masing petani relatif berbeda-beda. Rata-rata biaya upah/gaji tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh petani anggota selama dua bulan untuk 5 orang adalah sebesar Rp 7.459.682. Sedangkan rata-rata biaya upah/gaji yang dikeluarkan oleh petani non anggota selama dua bulan untuk 5 orang adalah sebesar Rp 8.587.077. Selanjutnya biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga pada petani anggota adalah sebesar Rp 670.048, sedangkan petani non anggota biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 296.296.

Listrik

Listik merupakan komponen yang penting dalam kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele. Penggunaan listrik ini digunakan untuk menyalakan lampu oleh petani untuk penerangan pada malam hari. Selain itu, listrik ini juga dibutuhkan oleh petani dalam kegiatan usaha taninya yakni untuk penggunaan pompa air. Beberapa petani menggunakan pompa air yang berfungsi untuk menyedot air kolam pada proses pengeringan kolam.

Penggunaan listrik ini merupakan komponen biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Biaya listrik pada umumnya dibayarkan oleh petani per bulan. Rata- rata biaya listrik yang dikeluarkan petani anggota dalam satu siklus adalah sebesar Rp 725.113, sedangkan biaya rata-rata listrik yang dikeluarkan petani non aggota adalah sebesar Rp 823.687. Dapat dilihat bahwa biaya listrik yang dikeluarkan oleh petani anggota lebih kecil dibandingkan petani non anggota. Hal ini menunjukan bahwa petani anggota lebih efisien dibandingkan petani non anggota.

Peralatan

Peralatan merupakan sarana yang penunjang dari kegiatan usaha tani yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki baik petani anggota dan non anggota pada umumnya sama. Peralatan-peralatan yang dimiliki petani dari kegiatan pembenihan ikan ini yakni meliputi kolam pemeliharaan induk, larva dan benih, bak sortir, induk, dan peralatan lain.

Peralatan-peralatan yang digunakan tersebut akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan oleh petani. Biaya yang dikeluarkan oleh petani dari pembelian peralatan tersebut berupa biaya penyusutan. Besarnya biaya yang dikeluarkan petani untuk penyusutan peralatan dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini.

Rata-rata biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh petani anggota adalah sebesar Rp 4.584.027 per siklus per 1000 meter persegi. Sedangkan biaya rata-rata penyusutan yang dikeluarkan oleh petani non anggota adalah sebesar Rp 2.964.557. Dapat diketahui bahwa biaya rata-rata penyusutan yang dikeluarkan oleh petani anggota lebih besar dibandingkan petani non anggota. Hal ini dikarenakan peralatan yang dimiliki petani anggota lebih banyak dibandingkan petani anggota.

Analisis Perbandingan Pendapatan

Analisis pendapatan dilakukan untuk menghitung berapa besar pendapatan yang didapatkan terhadap biaya yang dikeluarkan. Analisis pendapatan yang dilakukan berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya yang diperhitungkan.

Pendapatan kotor yang diterima oleh petani merupakan penerimaan sebelum dikurangi dengan biaya. Penerimaan yang didapatkan merupakan hasil penjualan benih dengan ukuran benih 4-6 cm, 5-6 cm, 6-7cm, dan 7-8 cm. Sedangkan biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan petani adalah biaya secara tunai untuk membeli sarana produksi yang meliputi pakan induk,pakan larva, pakan pelet benih, vitamin dan obat- obatan,biaya listrik, dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya secara tidak langsung dibayarkan oleh petani. Biaya yang diperhitungkan yakni meliputi biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan dan biaya tenaga kerja dalam keluarga.

Penerimaan Usaha Tani Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang

Penerimaan usaha tani merupakan seluruh pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha tani selama satu siklus atau dua bulan. Penerimaan yang didapatkan yakni berupa hasil penjualan benih yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani pembenihan ikan lele tersebut sebelum dikurangi biaya-biaya pembelian sarana produksi. Benih yang dijual baik petani anggota dan non anggota adalah benih ukuran 4-6 cm, 5-6 cm, 6-7 cm dan 7-8 cm. Rincian penerimaan yang didapatkanoleh petani anggota dan non anggota koperasi kabita dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penerimaan Usaha Tani Pembenihan Ikan lele Sangkuriang Pada Petani Anggota Dan Non Anggota Koperasi Kabita per 1000 m2 per siklus

Tabel 14 menjelaskan rata-rata penerimaan yang didapatkan petani selama dua bulan atau satu siklus produksi. Penerimaan yang didapatkan petani tersebut merupakan hasil perkalian antara produksi benih yang dihasilkan dikalikan dengan harga benih yang berlaku. Harga yang berlaku untuk benih 4-6 cm, 5-6

Benih (cm)

Petani Anggota (n = 14)

(Rp)

Petani Non Anggota (n =9) (Rp) Produksi (ekor) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) Produksi (ekor) Harga (Rp) Penerimaan a. 4-6 45798 120 5495717 112561 120 13507280 b. 5-6 70750 130 9197472 68060 130 8847743 c. 6-7 41079 140 5751050 19685 140 2755880 d. 7-8 121164 180 21809584 16395 180 2951080 Total 42253824 28061984 Maksimum - - 85290920 - - 34736880 Minimum - - 18583940 - - 11728348 Standar Deviasi - - 18509915,32 - - 7390019,51

4

indoorcommunity.files.wordpress.com [ diakses 22 juli 2013 ]

cm, 6-7 cm, dan 7-8 cm masing-asing adalah Rp 120, Rp 130,Rp 140, dan Rp 180 cm.

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa besarnya penerimaan rata-rata yang didapatkan oleh petani anggota lebih tinggi dibandingkan petani non anggota. Penerimaan yang didapatkan oleh petani anggota hampir dua kali penerimaan yang didapatkan oleh petani non anggota. Sama halnya dengan penerimaan rata- rata, penerimaan maksimum dan minimum dari penerimaan petani anggota juga lebih besar dibandingkan petani non anggota.

Penerimaan yang didapatkan oleh petani anggota lebih besar dari petani non anggota dikarenakan adanya peran yang diberikan koperasi dalam kegiatan usaha tani yang dijalankan oleh petani. Benih yang diproduksi petani anggota lebih banyak menghasilkan benih ukuran 7-8 cm sedangkan petani non anggota yang lebih banyak menghasilkan benih ukuran 4-6 cm. Dengan produksi yang lebih banyak menghasilkan benih ukuran 7-8 cm, penerimaan yang didapatkan petani anggota lebih besar karena memiliki harga yang lebih tinggi. Besarnya penerimaan rata-rata yang didapatkan petani anggota mencapai Rp 42.253.824 per siklus per 1000 m2, sedangkan petani non anggota hanya mencapai Rp 28.061.984. Aspek pendapatan maksimum dan minimum, nilai penerimaan yang didapatkan oleh petani anggota juga lebih baik dibandingkan dengan petani non anggota. Penerimaan yang tertinggi pada petani anggota mencapai Rp 85.290.920 sedangkan petani non anggota lebih rendah yakni Rp 34.736.880. Selanjutnya penerimaan terendah petani anggota adalah Rp 18.583.940 lebih besar dibandingkan dengan petani non anggota yang hanya sebesar Rp 11.728.348.

Tabel 14 tersebut juga menunjukan bagaimana keragaman penerimaan yang didapatkan oleh kedua petani. Pada aspek keragaman penerimaan ini ternyata petani anggota memiliki nilai keragaman yang kebih besar dibandingkan petani

Dokumen terkait