• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Wilayah

Pabrik gula Semboro terletak pada lokasi yang sangat tepat untuk melakukan produksinya dikarenakan :

1. Berada pada daerah pedesaan yang jauh dari keramaian kota

2. Tenaga kerja yang cukup banyak disekitar pabrik karena dekat dengan pemukiman

3. Dekat dengan sumber air dan irigasi teknis (Bondoyudo)

4. Kondisi pertanian yang cocok digunakan untuk menanam tebu sebagai bahan baku gula.

Secara administratif PG Semboro terletak di Desa Semboro, Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur, tepatnya 5 km ke arah selatah dari Kecamatan Tanggul. Wilayah kerja PG Semboro berbatasan dengan :

a. Batas Barat : Kabupaten Lumajang b. Batas Timur : Kabupaten Banyuwangi

c. Batas Utara : Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten bondowoso d. Batas Selatan : Samudera Indonesia

Pada umunya lahan tebu di wilayah kerja Pabrik Gula Semboro terletak di ketinggian 50 m diatas permukaan laut dengan Garis Lintang 18,12o dan Garis Busur 113,29o. Wilayah PG Semboro termasuk kriteria sedang. Rata-rata curah hujan ± 80-90 mm dengan suhu ± 19,9o -32,6o C. Intensitas sinar matahari berkisar antara 40%-85%, kecepatan angin ± 1,4 km/jam.

Luas Areal Lahan Tebu

Areal lahan tebu di wilayah kerja PG Semboro berasal dari lahan yang diusahakan sendiri oleh pabrik gula (tebu sendiri) dan lahan yang diusahakan petani (tebu rakyat). Berdasarkan Tabel 4. diketahui bahwa rata-rata luas areal lahan tebu rakyat relatif lebih besar dibandingkan rata-rata luas areal lahan tebu sendiri. Selama lima tahun terakhir, rata-rata luas areal lahan tebu rakyat adalah sebesar 8.610,87 hektar (79,20%) sedangkan rata-rata luas areal lahan tebu sendiri adalah sebesar 2.100,07 hektar (19,31%). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lahan tebu rakyat mempunyai kontribusi terbesar terhadap total lahan tebu di PG Semboro maka tebu rakyat mempunyai peranan penting dalam pengadaan bahan baku tebu di PG Semboro.

Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Lahan Tebu Berdasarkan Penguasaan Lahan di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Rataan Tebu Rakyat 4.769,87 (69,80) 7.918 (82,13) 9.079,24 (81,34) 9.312,34 (75,52) 11.974,88 (83,21) 8.610,87 (79,20) Tebu Sendiri 2.062,91 (30,19) 1.732 (17,96) 2.084,93 (18,68) 2.213,97 (17,95) 2.415,56 (16,78) 2.100,07 (19,31) Total 6.832,78 9.641 11.161,17 12.330,68 14.390,44 1.0871,2 Sumber : Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

42

Berdasarkan jenis lahannya perkembangan luas areal lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu areal lahan kering dan luas areal lahan sawah. Rata-rata luas areal lahan kering relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata luas areal lahan sawah. Rata-rata luas areal lahan kering adalah sebesar 7297,498 hektar sedangkan rata-rata luas areal lahan sawah adalah sebesar 3808,3 hektar. Dari Tabel 5. Dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja PG Semboro, lahan kering lebih mendominasi daripada lahan sawah.

Tabel 5. Perkembangan Luas Areal Lahan (hektar) Tebu Berdasarkan Jenis Lahan di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Lahan Sawah 3.481,3 3.824,8 3.800,9 4.057,5 3.876,8 Lahan Kering 4.446,0 5.816,1 7.360,2 8.351,5 10.513,5

Total 7.927,3 9.641,0 11.161,1 12.409,0 14.390,4

Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

Pada Tabel 6. yang menggambarkan luas areal lahan tebu tanam maupun luas areal luas lahan tebu kepras selama lima tahun terakhir diketahui rata-rata luas areal kepras di wilayah kerja PG relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata luas areal lahan tebu tanam. Rata-rata luas areal lahan tebu kepras adalah sebesar 8.309,497 hektar dan rata-rata areal lahan tebu tanam adalah sebesar 1.394,781 hektar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja PG Semboro tebu keprasan lebih mendominasi daripada tebu tanam.

Tabel 6. Perkembangan Luas Areal Lahan Tebu (hektar) Berdasarkan Penanaman Tebu di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Tebu Tanam 919,7 1.123,9 1.546,6 1.488,1 1.895,3

Tebu Kepras 7.007,6 8.517,0 9.614,5 10.920,8 12.495,1

Total 7.927,3 9.641,0 11.161,1 12.409,0 14.390,4

Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

Perkembangan areal luas lahan tebu untuk petani Keprasan selama lima tahun terakhir rata-rata luas areal lahan tebu tanam di lahan sawah relatif lebih tinggi dibandingkan di lahan kering.

Tabel 7. Perkembangan Luas Areal Lahan Tebu (hektar) Berdasarkan Petani Keprasan di Wilayah Kerja PG Sembor Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Lahan Sawah -Tebu Tanam 394,010 298,200 265,970 188,688 476,710 -Tebu Kepras 3.049,700 3.101,800 2.952,320 3.527,030 3.079,620 Lahan Kering -Tebu Tanam 69,920 65,510 98,542 102,713 138,792 -Tebu Kepras 1.256,240 1.434,500 1.868,258 1.365,208 2.272,641 Sumber; Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

43 Rata-rata luas areal lahan tebu tanam di lahan sawah adalah 324,71 hektar sedangkan rata-rata luas areal lahan tebu tanam di lahan kering adalah sebesar 95,09 hektar. Sementara itu, rata-rata luas areal lahan tebu kepras di lahan sawah realtif lebih tinggi dibandingkan dengan luas areal lahan tebu kepras. Hal ini dikarenakan usahatani tebu di lahan sawah untuk tebu kepras lebih mendukung kondisi tanahnya yang lebih subur. Di sisi lain, di lahan kering tebu yang dikepras kurang mendukung kondisi kesuburan tanahnya, apalagi dilakukan keprasan sebanyak lebih dari dua kali.

Produksi Tebu

Selama lima tahun terakhir ini rata-rata produksi tebu pada lahan kering relatif lebih tinggi dibandingkan produksi tebu pada lahan sawah. Rata-rata produksi tebu di lahan kering sebesar 525.881,1 ton dan rata-rata produksi tebu di lahan sawah sebesar 323.044,8 ton. Hal ini sejalan dengan luas areal lahan kering yang relatif lebih tinggi dibandingkan luas areal lahan sawah (Tabel 8)

Tabel 8. Perkembangan Produksi Tebu Berdasarkan Jenis Lahan Tebu di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Sawah 351.175,9 262.640,0 335.664,7 322.470,1 343.273,3 Kering 394.582,6 388.975,0 532.018,7 648.139,6 665.689,6 Total 745.758,50 651.615,0 867.663,4 970.609,7 1.008.962,9 Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

Selanjutnya untuk produksi tebu rakyat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan produksi terlihat dari tahun 2010 sebesar 468.762,30 ton, tahun 2011 sebesar 533.445,20 ton, tahun 2012 sebesar 706.129,10 ton, tahun 2013 sebesar 739.848,40 ton dan tahun 2014 sebesar 838.140,70 ton. Hal ini terlihat dari peningkatan luas areal lahan tebu rakyat di wilayah kerja PG Semboro dalam lima tahun terakhir ini.

Rata-rata produksi tebu untuk tebu kepras mempunyai produksi sebesar 737.339,9 ton sedangkan rata-rata produksi untuk tebu tanam sebesar 111.582 ton. Dari data Tabel 9. Dapat disimpulkan bahwa di wilayah PG Semboro produksi tebu untuk tebu kepras relatif lebih tinggi dibandingkan produksi tebu untuk tanam. Hal ini dikarenakan luas areal tebu kepras relatif lebih tinggi dibandingkan luas areal lahan tebu tanam.

Tabel 9. Perkembangan Produksi Tebu Berdasarkan Penanaman Tebu di wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Tebu Tanam 90.936,1 81.238,3 121.662,5 111.735,6 152.337,3 Tebu Kepras 654.822,4 570.376,7 746.000,9 858.874,1 856.625,6 Total 745.758,5 651.615,0 867.663,4 970.609,7 1.008.962,9 Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

44

Selanjutnya pada Tabel 10. menggambarkan perkembangan produksi tebu petani Keprasan berdasarkan penanaman tebu yaitu tebu tanam dan tebu kepras selama lima tahun terakhir, dimana diketahui rata-rata produksi tebu petani Keprasan dengan tebu kepras di wilayah kerja PG Semboro lebih tinggi dibandingkan rata-rata produksi tebu petani Keprasan dengan tebu tanam. Dan rata-rata produksi tebu di lahan sawah lebih tinggi dibandingkan produksi tebu di lahan kering baik itu untuk tebu tanam maupun kepras. Diketahui besarnya rata- rata produksi tebu dengan tebu kepras di lahan sawah adalah sebesar 265.883,2 ton dan rata-rata produksi dengan tebu kepras dilahan kering adalah sebesar 109.919,7 ton. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah kerja PG Semboro produksi tebu petani Keprasan didominasi di lahan sawah dengan penanaman tebu melalui tebu kepras daripada tebu tanam.

Tabel 10. Perkembangan Produksi Tebu Petani Keprasan di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014 Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Sawah -Tebu Tanam 44.290,5 22.316,2 25.488,8 20.783,2 45.455,9 -Tebu Kepras 302.699,8 209.258,1 266.795,7 277.152,0 273.510,5 Kering -Tebu Tanam 6.299,6 4.656,0 5.794,7 7.006,8 11.675,1 -Tebu Kepras 110.472,4 97.061,5 96.560,9 110.543,1 134.960,6 Produktivitas Tebu per Hektar

Berdasarkan data dari Tabel 11. dapat disimpulkan bahwa produktivitas tebu per hektar di lahan tebu tanam relatif lebih rendah dibandingkan produktivitas tebu per hektar di lahan tebu kepras. Selama lima tahun terakhir rata-rata produktivitas tebu per hektar di lahan tebu tanam adalah sebesar 81,053 ton per ha sedangkan rata-rata produktivitas tebu per hektar di lahan tebu kepras adalah sebesar 77,040 ton per ha. Dengan demikian, berdasarkan Tabel 6 dan 9 dapat disimpulkan bahwa meskipun luas areal lahan tebu tanam dan produksi tebu tanam relatif lebih rendah dibandingkan tebu kepras namun produktivitas tebu per hektar di lahan tebu tanam relatif lebih tinggi dibandingkan produktivitas tebu per hektar di lahan tebu kepras.

Tabel 11. Perkembangan Produktivitas Tebu Per Hektar Berdasarkan Jenis Lahan Tebu di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014 (ton per hektar)

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

Tebu Tanam 98,869 72,277 78,663 75,081 80,375

Tebu Kepras 93,444 66,969 77,590 78,645 68,556

Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 2014 (diolah)

Rata-rata produktivitas tebu per hektar petani Keprasan pada tebu tanam baik di lahan sawah maupun di lahan kering relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas tebu per hektar pada tebu keprasan. Tebu tanam di lahan sawah mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan produktivitas tebu tanam di lahan kering. Rata-rata produktivitas tebu tanam di lahan sawah adalah sebesar

45 97,715 ton per ha dan rata-rata produktivitas tebu tanam di lahan kering adalah sebesar 74,462 ton per ha. Disisi lain produktivitas tebu kepras yang terdapat di lahan sawah relatif lebih tinggi dibandingkan produktivitas tebu kepras di lahan kering. Rata-rata produktivitas tebu kepras dilahan sawah sebesar 84, 895 ton per ha. Di lahan kering rata-rata produktivitas tebu kepras sebesar 69,528 ton per ha (Tabel 12)

Tabel 12. Perkembangan Produktivitas tebu per Hektar Petani Keprasan di Wilayah Kerja PG Semboro Tahun 2010-2014

Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Lahan Sawah Tebu Tanam 112,41 74,84 95,83 110,15 95,35 Tebu Kepras 99,255 67,463 90,368 78,579 88,813 Lahan Kering Tebu Tanam 90,097 71,073 58,804 68,217 84,119 Tebu Kepras 87,938 67,662 51,684 80,971 59,384

Sumber: Bagian Tanaman PG Semboro, 201 (diolah)

Karakteristik Petani Responden

Karakteristik petani responden meliputi umur, tingkat pendidikan, motivasi berusahatani, pengalaman usahatani tebu, pengalaman Keprasan usahatani tebu, jumlah tanggungan keluarga, penguasaan luas lahan yang digunakan untuk usahatani tebu dan untuk usahatani tebu kepras musim tanam tebu tahun 2012/2013. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan dapat mengetahui cara petani dalam mengelola usahatani tebunya.

Umur Petani

Petani responden yang berusahatani tebu kepras pada musim tanam tebu tahun 2012/2013 di lokasi penelitian berusia antara 22 sampai 49 tahun dengan rata-rata usianya adalah 35 tahun (Tabel 12). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh petani responden berada pada usia produktif.

Tabel 13. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Pabrik Gula Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur Tahun 2014

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

<31 12 30

31-40 17 42,5

>40 11 27,5

Total 40 100,00

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden diketahui bahwa pada umumnya tingkat pendidikan petani di wilayah kerja PG Semboro masih relatif rendah. Rata-rata tingkat pendidikan yang ada di lokasi penelitian yaitu SD.

Petani responden yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan mereka banyak yang membantu orang tuanya bekerja pada

46

usia muda. Namun pendidikan yang rendah tidak menjadi hambatan bagi petani responden untuk berusahatani tebu.

Tabel 14. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja PG Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 19 47,5

SMP 13 32,5

SMA 3 7,5

S1 5 12,5

Total 40 100,00

Motivasi Berusahatani Tebu

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden di lokasi penelitian diketahui bahwa petani memiliki motivasi yang beragam dalam berusahatani tebu. Hampir sebagian besar petani memilih untuk mengusahakan tebu dengan alasan kondisi daerah di wilayah kerja PG Semboro cocok untuk ditanami tebu yaitu menurut 21 orang (52,5%), walaupun lahan yang digunakan responden adalah lahan kering.

Tabel 15. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Motivasi Berusahatani Tebu di Wilayah Kerja PG Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur Tahun 2014.

Motivasi Jumlah (orang) Persentase (%)

Kondisi derah yang cocok 21 52,5

Lebih menguntungkan 8 20

Pemeliharaan lebih mudah 11 27,5

Total 40 100,00

Petani yang memilih mengusahakan tebu dengan alasan tanaman tebu lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanaman padi dan palawija berjumlah 8 orang (20 %). Menurut petani tanaman tebu, usahatani tebu sudah dilakukan sejak lama dengan kata lain merupakan warisan dari orang tuanya (meneruskan usaha orang tua) sehingga enggan untuk beralih ke usahatani lain walaupun lebih lama memberikan pendapatan. Selain itu juga lebih menguntungkan karena lahan tebu yang disewa petani masih berpotensi untuk menghasilkan produksi lebih banyak, walaupun dengan tanam keprasan.

Menurut petani, tanaman tebu lebih mudah dalam pemeliharaannya dibandingkan dengan tanaman lain (padi dan jeruk). Dalam berusahatani tebu, petani akan membutuhkan banyak tenaga dan waktu hanya di awal penanaman, karena dalam penelitian ini respondennya petani tebu keprasan maka tidak memerlukan penanaman lagi. Setelah itu, pemeliharaan tebu dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga petani dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan lain selain berusahatani tebu. Petani responden yang menyatakan tanaman tebu lebih mudah dalam pemeliharaannya adalah sebanyak 11 orang (27,5 %).

47

Pengalaman Usahatani Tebu

Pengalaman petani dalam berusahatani tebu mempunyai peranan yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam usahatani tebunya. Pada umumnya semakin lama pengalaman petani dalam usahatani maka kemampuan mengelola dalam usahatani akan semakin baik. Pengalaman petani responden dalam berusahatani tebu di wilayah kerka PG Semboro bervariasi antara 1 sampai 10 tahun dengan pengalaman rata-rata 4 tahun. Sebagian besar petani berada pada pengalaman usahatani selama 3- 6 tahun yaitu 20 orang (50 %) dengan rata-rata pengalaman selama 4 tahun. Sebanyak 13 orang (32,5%) petani yang berpengalaman dibawah 3 tahun dengan rata-rata pengalaman selama 2 tahun dan 7 orang (17,5 %) petani yang berpengalaman lebih dari 6 tahun dengan rata- rata pengalaman 8 tahun (Tabel 16 )

Tabel 16. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Tebu di Wilayah Kerja PG Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur

Tahun 2014 Pengalaman Usahatani

(Tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

< 3 13 32,5

3-6 20 50

> 6 7 17,5

Total 40 100,00

Pengalaman Keprasan Usahatani Tebu

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa petani dengan jumlah keprasan tebu antara 1 - 10 tahun dengan jumlah keprasan rata-rata 4 tahun. Dari Tabel menunjukkan bahwa sebagian besar petani dengan keprasan kurang dari 4 tahun yaitu 19 orang (47,5%) dengan keprasan rata-rata 2 tahun. Terdapat 19 orang (47,5%) petani dengan keprasan antara 4-7 tahun dan rata-rata 5 tahun dan 2 orang (5%) petani dengan keprasan lebih dari 7 tahun dan rata-rata 9 tahun. Di samping itu, berdasarkan tabel semakin tinggi pengalaman petani tebu maka semakin tinggi pula pengalaman petani dalam Keprasan.

Tabel 17. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jumlah Keprasan di wilayah Kerja PG Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur musim tanam 2012/2013 Jumlah Keprasan (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) <4 19 47,5 4-7 19 47,5 >7 2 5 Total 40 100,00

Produksi Tebu Keprasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 responden di daerah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi tebu petani keprasan musim tanam

48

2012/2013 sebesar 767,625 ku/ha. Dengan produksi tebu keprasan antara 120 ku/ha sampai 1800 ku/ha.

Tabel 18. Sebaran Petani Responden Di Wilayah Kerja PG Semboro Berdasarkan Produksi Tebu Keprasan pada musim tanam 2012/2013

Produksi (hektar) Jumlah (orang) Persentase (%) ≤ 120 680 – 1239 1800 9 30 1 22.5 75 2.5 Total 40 100

Hubungan antara jumlah keprasan dengan produksi tebu (ku/ha) didaerah penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi tebu berkisar antara 520 ku/ha sampai 977,78 ku/ha dan dengan kisaran jumlah keprasan antara 1 sampai 5. Dan rata-rata jumlah produksi tebu tertinggi didominasi pada tebu keprasan kelima yaitu sebesar 977,78 ku/ha sebanyak 9 responden (22.5%) dari total secara keseluruhan (Gambar 14).

Gambar 14. Hubungan jumlah keprasan dengan produksi tebu

Penguasaan Luas Lahan Petani

Luas lahan tebu keprasan yang diusahakan petani responden di wilayah kerja PG Semboro beragam antara 0,175 sampai 60 ha. Rata-rata luas lahan keprasan petani responden sebesar 8 ha.

Tabel 19. Sebaran Petani Responden di Wilayah Kerja PG Semboro Berdasarkan Penggunaaan Luas Lahan Tebu Keprasan pada musim tanam 2012/2013.

Luas Lahan (hektar) Jumlah (orang) Persentase (%)

<20 35 87,5 20-40 2 5 >40 3 7,5 Total 40 100 520 617,14 769,44 735 977,78 805 700 0 200 400 600 800 1000 1200 0 2 4 6 8 10 12 p ro d u k s i/ h a Keprasan produksi

49 Dari data Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar luas lahan keprasan tebu yang diusahakan petani responden kurang dari 20 ha dengan rata-rata lahan sebesar 3 ha, luas lahan tebu antara 20 sampai 40 ha dengan rata-rata lahan sebesar 31,168 ha dan luas lahan tebu lebih dari 40 ha dengan rata-rata luas lahan sebesar 49 ha.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Berdasarkkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden di wilayah kerja PG Semboro adalah 3 orang dengan jumlah tanggungan antara 1 sampai 7 orang. Dan diketahui sebagian besar petani memiliki tanggungan keluarga antara 2 sampai 4 orang yaitu sebanyak 21 orang (52,5%).

Tabel 20. Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Wilayah Kerja PG Smboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur Tahun 2014

Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)

<2 9 22,5

2-4 21 52,5

>4 10 25

Total 40 100,00

Tehnik Budidaya Tebu Lahan Kering untuk Tebu Keprasan

Tebu keprasan merupakan tanaman tebu yang tumbuh setelah tanam pertama ditebang atau dari sisa tanaman yang ditebang. Budidaya tebu kepras dimulai setelah tebu ditebang. Setelah itu di tebang daun-daun yang tak terpakai dikumpulkan dan dibakar. Hal ini dilakukan agar mempermudah pengeprasan. Pengeprasan tebu yaitu memotong batang tebu bekas tebangan sampai kedalaman 20 cm dari atas permukaan tanah dengan menggunakan cangkul dan tanah dibuat seperti bedengan. Pengeprasan sampai kedalam sekitar 20 cm dari atas permukaan tanah dimaksudkan supaya tebu yang nanti tumbuh merupakan tebu anakan dari tebu induknya sehingga tebu yang nanti akan tumbuh diharapkan masih memiliki kualitas yang tak jauh berbeda dari tebu induknya. Kualitas tebu yang baik dilihat dari besarnya kandungan gula yang dapat dihasilkan oleh tebu tersebut.

Setelah satu bulan dari pengeprasan, tanaman tebu akan tumbuh anakan (tunas) lalu di pedhot oyot. Kegiatan pedhot oyot atau putus akar yaitu memutuskan akar lama yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru. Jarak pedhot oyot 15 cm dari tebu serta 15 cm untuk arah sebaliknya dengan menggunakan ganco. Kegiatan selanjutnya adalah pemeliharaan tebu yang meliputi penyiangan, penyulaman, pemupukan, pembumbunan dan kletek seperti pada tebu tanam.

Panen dan Pasca Panen

Pelaksanaan tebang angkut di wilayah Pabrik Gula Semboro dapat dilakukan oleh petani dan pabrik. Namun tebang dan angkut yang dilakukan petani responden semuanya melaksanakan tebang dan angkut sendiri. Hal ini

50

dikarenakan petani yang kekurangan modal dapat pinjam ke pabrik untuk melaksanakan tebang dan angkut.

Penentuan jadwal gilir tebang yang ada di wilayah pabrik gula Semboro dilakukan sesuai tingkat kemasakan tebu, sesuai taksasi yang dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini taksasi dilakukan oleh pabrik sebanyak dua kali dalam bulan Maret dan Desember, dimana bulan Desember dilakukan untuk kesiapan tahun giling berikutnya dan bulan Maret merupakan hasil kesiapan yang mendekati riil meliputi jadwal tanam, jadwal giling dan perkiraan hasil tebu. Pabrik gula melakukan penentuan tingkat kemasakan tebu berdasarkan hasil pengambilan contoh dari tebu untuk melihat apakah tebu memiliki rendemen layak tebang sekitar enam sampai tujuh persen.

Kondisi tebu yang akan digiling harus dalam keadaan MBS (Manis, Bersih dan Segar) dimana manisnya tebu ditentukan dari pengambilan contoh tebu yang akan ditebang, bersihnya tebu dilihat dari persentase kotoran yang ada saat akan digiling dan segarnya dilihat dari kondisi tebu saat akan digiling. Artinya saat tebang dan angkut, tebu yang telah ditebang sebaiknya tidak diinapkan di luar lebih dari 24 jam serta segera dibawa ke pabrik untuk digiling. Hal tersebut dilakukan agar rendemen tebu tidak turun.

Penggunaan Input-input Produksi

Input-input produksi yang digunakan dalam usahatani tebu keprasan lahan kering meliputi lahan, pupuk dan tenaga kerja. Gambaran penggunaan input produksi tebu dapat dilihat pada Tabel 21

Tabel 21. Penggunaan Input Produksi Per hektar Usahatani Tebu Kepras di Wilayah Kerja PG Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur musim tanam 2012/2013

Uraian

Tebu Keprasan

Jumlah Fisik Harga/Satuan

Lahan (hektar) 1 14.985.900 Pupuk (ku/ha) : a. Pupuk Organik b. Pupuk Non-Organik 8,5 9 1.298.343 2.591.716

Tenaga Kerja (HKO) 156,075 1.972.000

Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani tebu. Berdasarkan status penguasaan lahan, usahatani tebu keprasan lahan kering diusahakan di atas lahan milik sendiri dan lahan sewa. Namun mayoritas banyak diusahakan di lahan sewa. Untuk lahan sewa petani penyewa memperoleh lahan sewa dari petani lain yang menyewakan lahannya atau dari lelang lahan yang dilaksanakan pihak desa. Lahan-lahan tersebut disewakan selama setahun. Artinya dengan kondisi seperti ini petani menyewa lahan tebu yang sudah ada tebunya, dengan kata lain tidak melakukan tanam baru (plan cane) dan mampu memperkirakan jumlah keprasan yang masih bisa menghasilkan produksi tebu yang baik.

Pada umunya petani yang menyewa lahan untuk usahatani tebunya sangat memperhatikan lokasi lahan yang akan disewa. Petani akan berusaha mendapatkan lahan yang lokasinya di pinggir jalan walaupun biaya sewanya lebih

51 mahal dibandingkan lahan yang lokasinya jauh dari jalan. Hal ini terkait dengan masalah pengangkutan tebu saat panen. Petani yang lokasi lahan tebunya jauh dari jalan harus membayar ke petani lain sebagai jalan bagi truk yang mengangkut tebu yang telah ditebang. Oleh akrena itu, petani lebih memilih lahan yang lokasinya di pinggir jalan. Rata-rata biaya sewa lahan selama setahun yang dibayar petani responden yang mengusahakan tebu di lahan kering sebesar Rp14.985.900,- per ha.

Pupuk yang digunakan petani responden dalam usahatani tebu adalah pupuk organik dan pupuk non organik. Pupuk tersebut dapat diperoleh dari PG Semboro, APTRI (Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia) maupun KPTR (koperasi Tebu Rakyat. Pada usahatani tebu kepras responden menggunakan pupuk organik sebanyak 8,5 ku per ha dengan harga Rp 1.298.343,- dan pupuk non organik sebanyak 9 ku per ha dengan harga Rp 2.591. 716,-

Seluruh tenga kerja yang digunakan dalam usahatani tebu kepras berasal dari luar keluarga. Disamping itu sebagian besar tenaga kerja yang dipakai menggunakan sistem borongan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk pengusahaan tebu kepras adalah sebesar 156,075 HKO dengan upah sebesar Rp. 1.972.000 per HKO

Dokumen terkait