• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Wilayah dan Kependudukan di Kota Bandung

Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di antara 107036‟ Bujur Timur dan 60

55‟ Lintang Selatan. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu:

a. Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara

b. Utara - Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan Pangalengan).

Secara topografi Kota Bandung terletak pada ketinggian 791 meter di atas permukaan laut (dpl), titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1 050 meter dan terendah di sebelah Selatan 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai lajur lintasan kereta api, permukaan tanah relatif datar sedangkan di wilayah kota bagian Utara berbukit-bukit. Dari wilayah perbukitan Bandung Utara inilah orang dapat menyaksikan bentuk dan panorama keseluruhan Kota Bandung.

Keadaan geologis dan tanah yang ada di Kota Bandung dan sekitarnya lapisan alluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta di bagian timur terdiri atas sebaran jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.39

Kota Bandung berada pada ketinggian ±791 m rata-rata di atas permukaan laut (mean sea level), dengan posisi bagian utara pada umumnya lebih tinggi dibanding bagian selatan. Ketinggian di sebelah utara sekitar ±1 050 msl, sedangkan di bagian selatan sekitar ±675 msl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu cekungan (Bandung Basin) yang memiliki cuaca cukup sejuk dan lembab. Temperatur rata-rata pada tahun 2012 sekitar 23 430 dengan tingkat kelembaban 75.75 persen.

Pada tahun 2012, curah hujan di Kota Bandung mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu rata-rata 209.23 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 18.25 hari per bulan, dimana curah hujan di tahun 2011 rata-rata 149.06 mm. Curah hujan tertinggi di tahun 2012 terjadi pada bulan Desember

39

yang mencapai 637 mm, sedangkan pada bulan Agustus hujan terjadi hanya satu hari.40

Secara administratif, wilayah Kota Bandung terdiri dari 30 (tiga puluh) kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 151 kelurahan. Daftar ke-30 kecamatan beserta jumlah penduduk dan rumah tangga di Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 2 Daftar kecamatan, jumlah kelurahan, jumlah penduduk tahun 2013 dan jumlah rumah tangga tahun 2012 di Kota Bandung

Kecamatan Kelurahan Penduduk (orang) Rumah tangga

Bandung Kulon 8 142 411 38 489 Babakan Ciparay 6 147 096 37 718 Bojongloa Kaler 5 120 405 29 381 Bojongloa Kidul 6 85 668 21 587 Astanaanyar 6 68 830 17 136 Regol 7 81 467 20 190 Lengkong 7 71 187 18 600 Bandung Kidul 4 58 957 15 365 Buah Batu 4 95 108 23 572 Rancasari 4 76 895 18 471 Gedebage 4 37 082 9 334 Cibiru 4 72 016 19 710 Panyileukan 4 40 248 10 344 Ujung Berung 5 76 902 18 685 Cinambo 4 25 231 6 638 Arcamanik 4 69 313 16 854 Antapani 4 74 461 17 982 Mandalajati 4 63 578 15 899 Kiaracondong 6 131 972 34 032 Batununggal 8 120 927 31 481 Sumur Bandung 4 36 579 8 857 Andir 6 97 553 25 230 Cicendo 6 99 752 24 701 Bandung Wetan 3 31 124 8 021 Cibeunying Kidul 6 107 806 28 089 Cibeunying Kaler 4 70 924 18 841 Coblong 6 131 530 47 279 Sukajadi 5 108 375 29 520 Sukasari 4 81 908 24 756 Cidadap 3 58 672 16 810 Jumlah 151 2 483 977 653 572

Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2013 (diolah)

40

Jumlah penduduk Kota Bandung pada tahun 2013 sebanyak 2 483 977 jiwa terdiri dari 1 260 565 laki-laki dan 1 223 412 perempuan, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) 103.04 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-laki. Jumlah penduduk Kota Bandung mengalami pertumbuhan sebesar 0.72 persen pada tahun 2012, lebih kecil dibandingkan pertumbuhan penduduk tahun 2011 yang mencapai 1.26 persen, meskipun begitu pertumbuhan penduduk ini tetap berpengaruh terhadap peningkatan kepadatan penduduk di Kota Bandung pada tahun 2012 menjadi 14 677 jiwa/km2 dikarenakan luas wilayah yang tetap.

Dilihat dari bentuk piramida maka penduduk Kota Bandung termasuk piramida ekspansif karena komposisi penduduk Kota Bandung yang didominasi oleh kelompok muda. Kelompok umur 25-29 merupakan kelompok umur dengan jumlah penduduk paling banyak. Dari sisi rasio ketergantungan (independency ratio), pada tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan yaitu 41.55 persen dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 41.41 persen. Hal ini menunjukan ada peningkatan beban ketergantungan bagi penduduk usia produktif, yaitu penduduk usia 15-64 tahun harus menanggung 41.55 persen penduduk usia non produktif.41

Sumber: Dapur Peta

Gambar 3 Peta Kota Bandung

41

Perkembangan Pembangunan di Kota Bandung

Produk Domestik Regional Bruto

Tabel 3 Pendapatan domestik regional bruto Kota Bandung menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku (dalam juta rupiah)

Lapangan usaha 2010 % 2011 % 2012* %

Pertanian 161 743 0.2 192 743 0.2 229 013 0.21

Pertambangan dan penggalian - - - -

Industri pengolahan 19 990 518 24.38 22 482 061 23.51 25 062 739 22.55 Listrik, gas, dan air bersih 1 892 657 2.31 2 201 593 2.3 2 608 429 2.35 Bangunan/konstruksi 3 826 745 4.67 4 425 332 4.63 5 400 662 4.86 Perdagangan, hotel, dan restoran 33 301 560 40.61 39 436 088 41.25 46 304 473 41.67 Pengangkutan dan komunikasi 9 813 959 11.97 11 841 320 12.38 13 854 501 12.47 Keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan 5 110 879 6.23 6 094 630 6.37 7 382 790 6.64 Jasa-jasa 7 904 116 9.64 8 939 096 9.35 10 278 945 9.25 PDRB 82 002 176 100 95 612 863 100 111 121 551 100 Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2012; *Angka sementara

Pendapatan regional domestik bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Bandung pada tahun 2012 mencapai 111 triliun rupiah, meningkat dari tahun 2011 yaitu 95 triliun rupiah. Peningkatan ini menunjukkan adanya kenaikan laju pertumbuhan ekonomi yang mencapai 8.98 persen. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Bandung yaitu sebesar 41.67 persen.42

Tabel 4 Pendapatan domestik regional bruto Kota Bandung per kapita

Tahun PDRB per kapita (juta rupiah)

2003 10.94 2004 12.70 2005 15.63 2006 19.35 2007 22.31 2008 26.37 2009 30.46 2010 34.24 2011 39.22 2012 45.14

Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2012

42

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kota Bandung pada tahun 2012 sebesar 45 135 juta rupiah, meningkat dari tahun 2011 yang mencapai 39 219 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2012 pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung meningkat sebesar 15.08 persen.43

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output agregat (keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian). Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan aspek strategis makro ekonomi yang perlu menjadi perhatian penting dalam menjaga kesinambungan pembangunan. meskipun bukanlah merupakan tujuan akhir dari pembangunan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pembangunan adalah kesejahteraan rakyat seluas-luasnya.

Sumber: BPS Kota Bandung dan BPS Pusat; Angka LPE Kota Bandung tahun 2012 merupakan angka sementara

Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Bandung selama 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2008–2012) menunjukkan peningkatan yang positif. Jika pada tahun 2008 LPE Kota Bandung mencapai 8.17%, pada tahun 2012 mengalami kenaikan menjadi 9.40%. Tingkat LPE Kota Bandung ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja LPE secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Bandung relatif lebih baik jika dibandingkan

43

Sumber: Statistik Daerah Kota Bandung 2013

Gambar 4 Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2008–2012 dan perbandingannya dengan tingkat nasional (%)

dengan kondisi ekonomi secara nasional. Selama periode 2008-2012, rerata LPE Kota Bandung mencapai 8.59%, sedangkan rerata LPE nasional secara periode 2008-2012 hanya berada di kisaran 5.89%.44

Kesejahteraan Masyarakat Kota Bandung

Masyarakat atau penduduk merupakan bagian penting dalam pembangunan suatu daerah. Peran penduduk sejatinya adalah sebagai subjek sekaligus objek dari pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Perkembangan penduduk di Kota Bandung selama ini menunjukkan peningkatan dan ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada

tahun 2011 yang sebanyak 2 424 957 jiwa, meningkat menjadi sebanyak 2 455 517 jiwa pada tahun 2012, dan pada tahun 2013 telah mencapai 2 483 977

jiwa.

Ketenagakerjaan dan Pendidikan Masyarakat

Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat dan didukung dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tinggi diharapkan dapat menciptakan akselerasi agar tercapai kondisi ideal dari pembangunan. Kualitas tersebut dicerminkan oleh beberapa indikator, seperti yang ada dalam Tabel 4, yaitu indikator ketenagakerjaan dan pendidikan Kota Bandung.

Tabel 5 Indikator ketenagakerjaan dan pendidikan Kota Bandung

Uraian 2011 2012 Perubahan

(%)

Jumlah angkatan kerja 1 129 744 1 171 551 3.7

Bekerja 1 012 946 1 064 167 5.06

Pengangguran terbuka 116 798 107 384 -8.06

Tingkat pengangguran (%) 10.34 9.17 -11.32

Pendidikan (penduduk usia> 10 th dan ijazah tertinggi) Tidak/belum pernah sekolah/tidak/belum tamat SD

(orang) 174 292 192 141 10.24

SD/MI/sederajat (orang) 502 426 482 763 -3.91

SMP/MTs/sederajat (orang) 393 689 409 741 4.08

SLTA/sederajat (orang) 655 857 661 857 0.91

Perguruan tinggi (orang) 282 591 292 142 3.38

Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2012

Jumlah angkatan kerja Kota Bandung tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 3.70 persen jika dibandingkan dengan tahun 2011. Sedangkan penduduk yang berstatus bekerja sebanyak 1 064 167 orang atau sekitar 90.83 persen. Pada tahun 2011, angkatan kerja di Kota Bandung tercatat sebanyak 1.129.744 tenaga kerja dan meningkat menjadi 1 171 551 tenaga kerja di tahun 2012. Pada tahun

44

2012, tingkat pengangguran sebesar 9.17 persen dan mengalami penurunan dari sebesar 10.34 persen pada tahun 2011. Hal ini mengindikasikan bahwa secara makro, tingkat perekonomian dan penyediaan lapangan pekerjaan mengalami perbaikan.

Menurunnya tingkat pengangguran mengindikasikan semakin terbukanya kesempatan kerja di Kota Bandung. Dilihat dari sektor lapangan usaha, sebanyak 35.49 persen penduduk Kota Bandung bekerja di sektor perdagangan, 24.60 persen di sektor industri pengolahan dan sektor jasa 19.74 persen. Kondisi ini seiring dengan kontribusi yang dominan dari ketiga sektor tersebut terhadap PDRB Kota Bandung, dengan demikian penyerapan tenaga kerja pada ketiga sektor tersebut cukup tinggi.

Jumlah penduduk dilihat dari aspek kualitas tingkat pendidikan, selama periode 2011-2012 menunjukkan terjadinya peningkatan. Penduduk usia di atas 10 tahun yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD mengalami peningkatan dari 174 292 orang pada tahun 2011, menjadi 192 141 orang pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 10.24 persen. Di sisi lain, penduduk usia di atas 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SLTA/sederajat, dan Perguruan Tinggi mengalami kenaikan. Penduduk usia di atas 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi SLTA/sederajat mengalami kenaikan dari 655 857 orang di tahun 2011 menjadi 661 857 orang pada tahun 2012 atau meningkat sebesar 0.92 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam mengenyam pendidikan telah mengalami perkembangan, selain karena kebijakan pemerintah yang terus menggalakkan urusan wajib di bidang pendidikan.45

Proses pencerdasan SDM melalui peningkatan pendidikan merupakan elemen penting untuk menjaga tingkat daya saing dan keberlanjutan pembangunan di Kota Bandung dalam jangka panjang. Semakin meningkatnya tingkat pendidikan, diharapkan juga dapat terbentuk masyarakat Kota Bandung yang cerdas intelektual, emosional dan sosial, serta spiritual. Dinamika yang berkembang saat ini, aspek pendidikan yang baik memegang peranan sentral dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

45

Pengeluaran Penduduk

Sumber: Susenas tahun 2012

Gambar 5 Perkembangan pengeluaran makanan dan non makanan

Salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat adalah tingkat pendapatan penduduk. Sebagai proxy pendapatan digunakan tingkat pengeluaran penduduk. Nominal rata-rata pengeluaran rumah tangga di Kota Bandung pada tahun 2012 sebesar Rp3 652 872 per bulan per rumah tangga. Pengeluaran penduduk terdiri dari pengeluaran makanan dan non makanan. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan maka konsumsi non makanan lebih besar daripada konsumsi makanan. Pada tahun 2012 pengeluaran makanan sebanyak 42.13 persen, menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 47.77 persen, sedangkan pengeluaran non makanan mecapai 57.87 persen, meningkat 5.64 persen dari tahun 2011.

Tabel 6 Kelompok pengeluaran rumah tangga per bulan tahun 2012

Kelompok pengeluaran (ribu rupiah) Rumah tangga

Jumlah Persentase (%) < 499 488 0.08 500-999 20 155 3.11 1.000-1.499 94 625 14.6 1.500-1.999 11 858 17.57 > 2.000 419 055 64.65

Sumber: Susenas tahun 2012

Berdasarkan data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012, sebagian besar rumah tangga di Kota Bandung berada pada kelompok di atas Rp2 000 000 atau sekitar 64.65 persen dari jumlah rumah tangga. Meskipun

0 10 20 30 40 50 60 70 2008 2009 2010 2011 2012 P er sen tase (%) Tahun Non makanan Makanan

masih ada sebanyak 488 rumah tangga dengan pengeluaran kurang dari Rp500 000 per bulan. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar penduduk di Kota Bandung sudah merasakan kesejahteraan, yang sebagian dari mereka tergolong ke dalam kelas menengah. Namun di sisi lain masih ada penduduk yang masih tergolong miskin.

Indikator Makro

Selain pertumbuhan ekonomi, perkembangan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Kota Bandung juga perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas (multidimensional). Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan tidak berdiri sendiri dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, melainkan saling berkaitan dengan berbagai aspek dan indikator makro lainnya. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi dan memengaruhi indikator-indikator pembangunan lainnya. Hal ini menjadi acuan kerangka pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat secara lebih komprehensif dan holistik.

Tabel 6 menguraikan beberapa indikator makro strategis Kota Bandung untuk dapat melihat pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat secara lebih luas.

Tabel 7 Indikator makro Kota Bandung

Uraian Satuan 2010 2011 2012*

IPM 78.99 79.12 79.32

Indeks pendidikan 90.09 90.14 90.25

Indeks kesehatan 81.22 81.32 81.35

Indeks daya beli 65.66 65.9 66.35

Angka harapan hidup Tahun 73.73 73.79 73.81

Angka melek huruf % 99.54 99.55 99.58

Standar Hidup Layak Konsumsi per kapita yang disesuaikan

(Ribu

rupiah) 584.14 585.15 587.1

Rata-rata lama sekolah Tahun 10.68 10.7 10.74

Laju pertumbuhan ekonomi % 8.45 8.73 9.4

PDRB (berlaku) (Juta rupiah) 82 002 176 97 451 902 110 669 837

PDRB per kapita (berlaku) Rupiah 34 688 875 40 400 465 45 069 872

PDRB (konstan) (Juta rupiah) 31 697 282 34 415 522 37 701 954

PDRB per kapita (konstan) Rupiah 13 408 706 14 267 583 15 353 978

Inflasi % 4.53 2.75 4.02

Tingkat pengangguran

terbuka % 12.17 10.34 9.17

Sumber: BPS Kota Bandung tahun 2012; *Angka sementara

Berdasarkan data yang diuraikan pada tabel tersebut, secara umum indikator makro ekonomi Kota Bandung periode 2008-2012 menunjukkan peningkatan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kota Bandung menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.

Jumlah Usaha

Usaha kecil dan menengah maupun industri memiliki peranan dalam sektor perekonomian Kota Bandung serta turut berpeseran dalam pemerataan pendapatan. Secara statistik, jumlah usaha kecil dan industri kecil masih mendominasi jumlah usaha yang ada di Kota Bandung. Jumlah tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kegiatan ekonomi, salah satunya dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan.

Tabel 8 Potensi jumlah usaha kecil dan menengah serta stastistik industri Kota Bandung

Sektor/kegiatan Jumlah unit usaha

2010 2011 Usaha kecil 10 043 10 067 Usaha menengah 1 912 1 914 Jumlah 11 955 11 981 Industri besar 114 146* Industri menengah 176 211*

Industri kecil formal 3 108 3 164*

Industri kecil non formal 11 906 12 266*

Jumlah 15 304 15 787*

Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kota Bandung (diolah); *Data tahun 2012

Peranan sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kota Bandung sendiri pada tahun 2012 sebesar 22.55 persen dengan nilai 25 062 milyar rupiah. Angka rupiah industri pengolahan terus meningkat namun peranannya terhadap PDRB Kota Bandung mengalami penurunan dari sebesar 25.72 persen pada tahun 2008 menjadi 22.55 persen pada tahun 2012.

Sebagai kota industri kreatif, pertumbuhan sektor industri di Kota Bandung pada tahun 2012 sangat signifikan, khususnya industri kecil. Pada tahun 2010 terdapat 3 108 unit usaha industri kecil formal dan pada tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi 3 164 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 51 366 orang. Selain itu ada juga industri kecil non formal yang jumlahnya 12 266 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja mencapai 43 321 orang.

Pada tahun 2010 terdapat 114 industri besar dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 9 052 orang dan pada tahun 2012 menjadi 146 unit usaha dengan 10 281 orang tenaga kerja. Untuk industri menengah meningkat dari 176 unit usaha pada tahun 2010 menjadi 211 unit usaha pada tahun 2012 dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7 376 orang.46

46

Dokumen terkait