• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)

1. Gambaran Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Inflasi dan Dana

Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinis Sulawesi

Selatan. Data yang digunakan dalam penelitianini yaitu menggunakan

data Time Series mulai dari tahun 2010-2019 dengan menggunakan

aplikasi SPSS. Oleh sebab itu, perlu diketahui gambaran secara umum

dari pertumbuhan ekonomi, inflasi dan dana perimbangan di Provinsi

Sulawesi Selatan selama kurun waktu tertentu.

a. Data Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan

Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadinya kenaingan harga

secara umum dalam kurun waktu yang lama. Laju inflasi yang tinggi

tentu akan membuat perokonomian akan berjalan tidak stabil, karena

tingginya berbagai bahan kebutuhan yang tidak dapat dijangkau oleh

masyarakat dan tentu saja hal ini akan membuat menurunya tingkat

Sedangkan jika tingkat laju inflasi rendah akan mendorong laju

pertumbuhan ekonomi, daya beli masyakat akan tinggi, kualitas

produksi akan meningkat dan tentu saja invitasi akan bertambah.

Dalam pemabahasan ini akan dilihat tingkat laju inflasi dari tahun

2010-2019 di Badan Psuat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan,

gambaran secara umum dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.2

Data Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010-2019 Tahun IHK (%) 2010 6.56 3.39 2011 130.39 6.56 2012 136.13 4.41 2013 107.77 6.22 2014 116.89 8.61 2015 122.13 4.48 2016 125.71 2.94 2017 131.29 4.44 2018 135.89 3.50 2019 139.08 2.35

Sumber : BPS (data diolah)

Berdasrkan dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa laju inflasi di

Provinsi Sulawesi Selatan selama periode sepuluh tahun terkahir yaitu

dari tahun 2010-2019 mengalami fluktuatif, dimana tingkat laju inflasi

tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 8.61 persen sedangkan

54

persen. Ini menggambarkan bahwa pada tahun 2019 harga barang dan

jasa secara umum mengalami kenaikan sebesar 2.35 persen.

Hal ini lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2018, dimana

kenaikan harga barang dan jasa secara umum sebesar 3.50 persen.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kestabilan harga 2019 lebih

baik dibandingkan tahun 2018.

b. Data Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi

Dana Perimbangan diartikan sebagai dana yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), yang

dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. Gambaran secara umum dana

perimbangan Provinis Sulawesi Selatan dari tahun 2010-2019 data

diliaht dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Realisasi Dana Primbangan Provinsi Sulawesi Selatan

Uraian Realisasi % Tahun

Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 11.043.012.110.003,00 1.194.694.384.085,00 8.817.553.023.450,00 1.030.764.702.468,00 100.38 % 93.56 % 101.43 % 100.00 % 2010 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

12.309.371.464.859,00 1.178.686.241.539,00

98.86 %

2. DAU 3. DAK 9.860.791.723.320,00 1.269.893.500.000,00 99.48 % 99.98 % Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 14.602.112.829.863,00 1.340.513.699.811,00 12.033.666.060.052,00 1.227.933.070.000,00 100.91 % 110.94 % 100.00 % 100.00 % 2012 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 442.886.647.042.852,00 101.536.557.348.001,00 310.663.639.285.551,00 30.686.450.409.300,00 102.23 % 111.62 % 99.93 % 97.79 % 2013 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 17.689.799.961.118,0 979.018.091.642,00 15.182.491.129.476,00 1.528.290.740.000,00 99.90 % 100.20 % 99.97 % 98.95 % 2014 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAK 3. DAK 20.550.446.073.664,00 775.210.450.714,00 15.824.367.172.000,00 3.950.868.450.950,00 109.99 % 71.85 % 99.74 % 221.47% 2015

56

Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 27.641.379.902.297,00 7 1.216.616.902.397,00 17.341.573.000.000,00 9.083.190.000.000,00 70.91% 70.72% 83.33% 30.23% 2016 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU 3. DAK 27.628.750.045.836,00 964.193.324.775,00 18.219.335.212.000,00 8.445.221.509.061,00 99.70 % 82.78 % 99.52 % 102.51 % 2017 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAK 3. DAU 27.992.606.789.767,00 890.217.621.417,00 18.315.263.194.692,00 8.787.125.973.658,00 97.25% 81.77% 99.70 % 94,22 % 2018 Dana Perimbangan 1. Dana Bagi Hasil

Pajak / Bukan Pajak

2. DAU

3. DAK

2019

Sumber : djpk kemenkeu

Struktur pendapatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010– 2019 berdasarkan djpk kemenkeu yang berupa dana transfer dari

pada tahun 2010 mencapai Rp. 11.001.288.933.674,00 dengan dari

total realisasi pendapatan sebesar Rp. 16.062.174.543.432,00. Dan

sebagian dana transfer dialokasikan dalam bentuk Dana Alokasi

Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) serta dana bagi hasil pajak

dan bukan pajak. Pada tahun 2012 anggaran dana perimbangan

meningkat sebesar Rp. 12.451.678.623.649,00 dengan total realisasi

sebesar Rp. 12.309.371.464.859,00.

c. Data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan

Pertumbuhan ekonomi adalah sautu gambaran bagaimana

keadaan perekonomian suatu wiayah dalam suatu periode tertentu.

Didalam pembahasan ini kan dilihat pertumnuham ekonomi di Provinsi

Sulawesi Selatan tahun 2010-2019, dimana dalam tabel 4.4 dapat

dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan

mengalami fluktuatif selama periode sepuluh (10) tahun terakhir.

Tabel 4.4

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha

Tahun (Miliar Rp) (%) 2010 171.740,7 8.63 2011 185.708,5 8.13 2012 202.184,6 8.87 2013 217.618,6 7.62 2014 234.084,0 7.54

58 2015 250.758,28 7.19 2016 269.338,55 7.42 2017 288.908,62 7.21 2018 309.243,63 7.06 2019 330.605,13 6.92

Sumber : BPS (data diolah)

Dimana pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2012

yaitu sebesar 8.87 persen dengan julmah PDRB sebesar Rp. 228.28

Miliar. Dan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 2019

yaitu sebesar 6.92 persen dengan jumlah nilai PDRB sebesar Rp.

330.61 miliar.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut

terdistribusi normal atau tidak peneliti menggunakan metode uji

probability plot, adapun beberapa kriterianya :

1) Jika titik-titik data berada di sekitara garis diagonal maka

dapatdinyatakan bahwa data tersebut terdistribusi normal.

2) Sebaliknya jika titik-titik tidak berada di sekitar garis diaogonal

maka nilai residual pada data tersebut tidak terdistribusi normal

Adapun hasil data yang telah diolah berdasarkan data tabel dibawah

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas menunjukkan

bahwa t itik-titik berada di sekitar garis diagonal, hal ini

menunjukkan bahwa data tersebut terdstribusi secara normal. Yang

berarti bahwa data tersebut layak dijadikan sebagai bahan penelitian.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui

apakah ada hubungan linear (hubungan yang kuat) antara satu

variabel bebas (independen) dengan variabel lainnya didalam model

regresi. Uji ini juga dapat digunakan untuk menghindari kebiasaan

dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji

persial masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF dan tolerance, jika nilai

VIF < 0,01 atau nilai Tolerance > 0,01 maka tidak terjadi

60

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikoleniaritas

Sumber : Output SPSS (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, menunjukkan bahwa

nilai VIF variabel X1 dan variabel X2 sebesar 1.000 < 10. Dan nilai

Tolerance variabel X1 variabel X2 sebesar 1.000 > 0.01 yang berarti

bahwa tidak terjadi gejala multikoleniaritas atau tidak terjadi hubungan

diantara kedua variabel bebas (independent).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui ada tidaknya korelasi antara varaibel penganggu pada

periode tertentu dengan varaibel sebelumnya. Untuk data time series

autokorelasi sering terjadi, namun untuk data crossetion hal ini jarang

terjadi karena varaibel penganggu satu berbeda dengan yang lain.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan nilai

Durbin Watson, dengan beberapa kriteria :

4) Angka DW di bawah -2 bererti ada autokorelasi positif

5) Angaka DW di anatara -2 dan 2 berarti tidak ada autokorelasi Model (Variabel) Collinearity Statistics Keteranga

Tolerance VIF (Constant)

Inflasi (X1)

1.000 1.000 Tidak terjadi multikoleniaritas Dana Perimbangn (X2)

6) Angka dw di atas 2 berarti ada autokorelasi negative

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Output SPSS (data diolah tahun 2020)

Berdasarkan hasil uji autokorelasi pada tabel diatas, menyatakan

bahwa nilai DW sebesar 0.627 berada diantara -2 dan 2 yang

menyatakan bawa tidak ada terjadi gejala autokorelasi dan terjadi korelasi

positif.

d. Uji Heteroskedesitas

Heteroskedesitas adalah untuk menguji terjadinya perbedaan

variance residual suatu periode pengamatan ke pengamatan yang

lain. Untuk melihat ada tidaknya gejala heteroskedesitas dapat dilihat

dengan menggunakan pola gambar Scatterplot. Dikatakan tidak

terjadi gejala heteroskedesitas apabila titik-titik data menyebar diatas

dan dibawah nol, titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau

dibawah saja, penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan kemudian melebar

kembali, penyebaran titik-titik tidak bole berpolah. Dimana dapat

dilihat dalam tabel dibawah ini : Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .561a .315 .087 44.85878 .627

62

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedesitas

Sumber : Output SPSS (data diolah tahun 2020)

Hasil pengolahan menunjukan bahwa ttitik-titik pada gambar

menyebar diatas dan dibawah angka 0, titik-titik yang tergambar tidak

berpola sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedesitas.

Dokumen terkait