• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INFLASI DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh SRI YUNITA SARI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH INFLASI DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI SULAWESI SELATAN SKRIPSI. Oleh SRI YUNITA SARI NIM"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SRI YUNITA SARI

NIM 105711110116

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)
(3)

i

PENGARUH INFLASI DAN DANA PERIMBANGAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Oleh

SRI YUNITA SARI

NIM 105711110116

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(4)

ii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat

rahmat-Nyalah yang telah memberikan kemudahan dalam peunulisan skripsi ini.

Serta shalawat dan salam yang selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Dari ketulusan hati yang terdalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” penulis persembahkan kepada :

1.

Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Muh. Rustam dan Ibu Rohani yang

saya hormati dan yang sangat saya cintai. Yang telah merawat saya

dengan sepenuh hati, yang selalu sabar menghadapi saya, yang selalu

mendukung dan mendoakan disetiap langkah saya. Semoga selalu dalam

lindungan Allah SWT dan keberkahan-Nya.

2.

Kedua kakak saya Fitriani dan Fatmawati yang selalu mendukung dan

mendoakan saya.

3.

Kelima keponakan saya A. Rezki Aulia Pratiwi, A. Muh Faldi, A. Ahmad

Dani, A. Muh Faisal dan Aisyah Varisha yang selalu memberikan saya

hiburan diselah-selah penyusunan skripsi ini.

4.

Kepada kedua pembimbing saya Bapak Muhammad Rusydi, M.Si dan

Bapak Nasrullah, SE., M.M selalu memberikan masukan-masukan yang

sangat membantu saya dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.

5.

Kepada sahabat-sahabt saya Sri Ulfayanti, Fitriani Asman, Mommy dam

(5)

iii

menghibur saya. Serta yang paling spesial kepada sahabat saya Nunu

yang selalu ada untuk saya, yang selalu mendukung dan yang selalu

mengantar saya ketika penelitian.

6.

Dan yang terakhir kepada almamater saya tempat saya menimbah ilmu

yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar. Terkhusus Jurusan Ekonomi

(6)

iv

MOTTO

“Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman, bahkan terhadap tangan yang menghancurkannya”

(7)
(8)
(9)
(10)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta

para keluarga, sahabat dan para pegikutnya. Merupakan nikmat yang tiada

ternilai manakala penulisan skripsi yag berjudul “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” mampu penulis selesaikan dengan tepat waktu.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada kedua orang tua penulis Bapak Muh. Rustam dan Ibu Rohani yang

senantiasa memberi dukungan dan kasih sayang serta doa yang tulus. Dan

saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bantuan dandorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat

(11)

ix

1. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse., M. Ag., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah., SE., M.SI., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Muhammad Rusydi, M.Si., selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga

skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Nasrullah., SE., M.M., selaku Pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama penyusunan skripsi ini hinga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah memberikan ilmunya

kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Seganap staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program Studi

Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama

yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu

persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan

dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh

(12)

x

penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan

skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fatsabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 23 Oktober 2020

(13)

xi

ABSTRAK

SRI YUNITA SARI, Tahun 2020, “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” (Dibimbing oleh Pembimbing I Muhammad Rusydi dan Pembimbing II Nasrullah).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pengaruh Inflasi dan Dana

Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinisi Sulawesi Selatan.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitaif dengan

pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan yaitu data time seris

dengan rentan waktu tahun 2010-2019 yang didapatkan dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, data publikasi Bank Indonesia (BI) dan

data publikasi Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK). Data yang telah terkumpul

kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil dari penelitian ini,

secara parsial variabel inflasi (X1) berpengaruh positif namun tidak signifikan

secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan

tahunn 2010-2019. Sedangkan untuk variabel dana perimbangan (X2)

berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010-2019. Dan

variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu

variabel inflasi (X1). Sedangkan secara simultan variabel inflasi dan dana

perimbangan tidak berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinis Sulawesi selatan tahun 2010-2019.

(14)

xii

ABSTRACT

Sri Yunita Sari, 2020. “The effect of Inflation and Intergovermental Revenue on Economic Growth in South Sulawesi Province", Thesis Faculty Of Economics and

Business Departement of Economic of Development Muhammadiyah University

Of Makassar. (Supervised by Advisor I Muhammad Rusydi and Advisor II

Nasrullah).

This study aims to determine the effect of inflation and intergovermental

revenue on economic growth in the province of South Sulawesi. The type of

research used is a quantitative research type with a quantitative descriptive

approach. The data used are time series data with time vulnerabilities for

2010-2019 which were obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of South

Sulawesi Province, published data from Bank Indonesia (BI) and published data

from the Directorate General of Fiscal Balance (DJPK). The data that has been

collected is then processed using the SPSS application. The results of this study,

partially variable inflation (X1) has a positive but not significant statistically effect

on economic growth in South Sulawesi Province in 2010-2019. Meanwhile, the

balance fund variable (X2) has a positive and not significant effect on economic

growth in South Sulawesi Province in 2010-2019. And the most dominant variable

influencing economic growth is the inflation variable (X1). Meanwhile, the variable

supply and balance funds simultaneously affect economic growth in the province

of South Sulawesi in 2010-2019.

(15)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii MOTTO ... iv LEMBAR PERSETUJUAN ... v LEMBAR PENGESAHAN ... vi

SURAT PERNYATAAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK BAHASA IDONESIA ... ix

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

(16)

xiv

A. Tinjauan Teori ... 10

1. Tinjauan Teori Inflasi ... 10

2. Tinjauan Teori Dana Perimbangan ...15

3. Tinjauan Teori Pertumbuhan Ekonomi………. 20

B. Tinjauan Empiris ...27

C. Kerangka Konsep ...32

D. Hipotesis ...33

BAB III METODE PENILITIAN ...34

A. Jenis Penelitian ...34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...34

1. Lokasi Penelitian ...34

2. Waktu Penelitian ...35

3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...35

C. Populasi dan Sampel ...38

1. Populasi ...38

2. Sampel ...38

D. Teknik Pengumpulan Data ...39

E. Teknik Analisis Data ...40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN ...34

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...45

(17)

xv

2. Topografi ………...56

3. Sejarah Singkat Provinsi Sulawesi Selatan ………...…56

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ...49

1. Gambaran Data Penelitian ...50

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...50

3. Hasil Uji Hipotesis ...53

4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda...56

C. Analisis dan Interpretasi (Pembahasan) ...58

1. Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbagan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provins Sulawesi Selatan Secara Parsial ...58

2. Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbagan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provins Sulawesi Selatan Secara Simultan ...62

BAB V Penutup...65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ...72

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Table 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

Table 3.1 Definisi Oeprasional Variabel ... 39

Table 4.1 Daftar Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan ... 49

Table 4.2 Data Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010-2019 ... 50

Table 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan ... 51

Table 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2010-2019 ... 54

Table 4.5 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 57

Table 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 58

Table 4.8 Hasil Uji t ... 59

Table 4.9 Hasil Uji F ... 61

Table 4.10 Hasil Uji Determinasi ... 62

(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 32

Gambar 4.1 Gambaran Persebaran Hasil Uji Normalitas ... 50

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 ... 75

2. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 ... 76

3. Data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 . 75 4. Hasil Uji Normalitas ... 75

5. Hasil Uji Normalitas ... 75

6. Hasil Uji Normalitas ... 75

7. Hasil Uji Normalitas ... 75

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuham ekonomi merupakan proses perubahan kondisi

perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang

lebih baik selama kurun waktu tertentu. Keberhasilan suatu Negara dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dapat diukur melalui tingkat

pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai suatu wilayah.

Sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Negara kerena

akan berdampak pada kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dalam

mensejahterakan masyarakatnya. Ada berbagai indikator yang dapat menjadi

tolak ukur dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara misalnya pendapatan

negara, pendapatan perkapita, jumlah tenaga kerja, tingkat inflasi dan

berkurangnya tingkat kemiskinan dalam Negara tersebut.

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat atau mengukur stabilitas

perekonomian suatu Negara adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana

tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Inflasi tidak

hanya memiliki dampak negatif tetapi juga bisa dampak positif tergantung parah

atau tidaknya inflasi tersebut. Apabila inflasi yang terjadi masih di taraf ringan,

maka inflsi tersebut akan memberikan pengaruh yang positif dalam mendorong

perekonomian lebih baik, yaitu dengan meningkatkan pendapatan nasional,

membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

(22)

2

terkendali (hiperinflasi), maka keadaan perekonomian menjadi tidak stabil dan

perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja,

menabung, serta mengadakan investasi dan produksi karena disebabkan oleh

meningkatnya harga dengan cepat. Dan apabila inflasi tidak dikelola dengan baik,

akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat dan hal ini dapat

mengganggu kesejahteraan masyarakat.

Di Indonesia tingkat laju inflasi berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS),

pada periode 2009-2018 yang terbesar berada pada tahun 2009 sebesar 11.06%,

sedangkan angka inflasi yang terendah terjadi pada 2016 dengan laju inflasi

sebesar 2.72%, dan pada 2018 laju inflasi sebesar 3.13%. Hal ini mejelaskan

bahwa, perkembangan laju inflasi di Indonesia mengalami fluktuatif yang berarti

bahwa keadaan inflasi dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu, sehingga

diperlukan penanganan yang tepat agar inflasi tetap berada pada taraf merayap

agar perekonomian dapat berjalan dengan stabil.

Untuk mempermudah Pemerintah dalam menjaga kestabilan inflasi maka

pengendalian inflasi diserah tugaskan kepada Bank Indonesia. Sesuai dengan

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kemudian diubah dengan UU

NO. 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia yang kemudian

menjadi Undang-Undang Bank Indonesia, dimana dalam UU tersebut mengatur

tentang tugas pokok Bank Indoensia (BI) yaitu menjaga kestabilan nilai rupiah.

Kestabilan nilai rupiah dalam hal ini adalah kestabilan terhadap barang dan jasa

yakni inflasi dan kestabilan terhadap nilai tukar negara lain. Kemudia pada tahun

2017 Bank Indonesia mulai menggunakan Inflation Targeting Framework (ITF)

(23)

kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa

periode kedepan.

Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri tingkat inflasi juga mengalami fluktuatif,

dimana laju inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan pada triwulan I 2016 sebesar

5.70 % (yoy) kemudian menurun pada triwulan ke IV sebesar 2.94 % (yoy). Pada

tahun 2017 triwulan I inflasi meningkat sebesar 3.42 % (yoy), kemudain

meningkat lagi pada twiwulan IV sebesar 4.44 % (yoy). Kemudian pada tahun

2018 realisasi inflasi kseseluruhan tercatat sebesar 3.50 % (yoy), meningkatnya

tekanan inflasi pada akhir 2018 dibandingan triwulan IV 2018 sebesar 3.50 %

(yoy) tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah yang

ada di Sulawesi Salatan.

Selain pengendalaian inflasi, tugas besar pemerintah yang sampai saat ini

belum terselesaikan adalah belum meratanya pertumbuhan ekonomi di seluruh

wilayah di Indoensia.

Dari data yang dipublikasikan BPS laju pertumbuhan ekonomi di seluruh

wilayah Indonesia pada triwulan I tahun 2018, seluruh pulau mengalami

pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di

Maluku dan Papua. Rata-rata pertumbuhan Maluku dan Papua, Sulawesi, dan

Jawa diatas rata pertumbuhan 34 provinsi di Indonesia. Sementara itu,

rata-rata pertumbuhan wilayah yang lain lebih rendah. Pekonomian Maluku dan

Papua rata-rata tumbuh sebesar 18,4 % (YoY), tumbuh lebih cepat dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,4 % (YoY) dan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,4 % (YoY). Sementara untuk pulau

(24)

4

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5.6 % (YoY), dimana ada tiga provinsi

penyumbang perekonomian terbesar di Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur dan

Jawa Barat. Pada triwulan I tahun 2018, ekonomi DKI Jakarta tumbuh sebesar

6,0 % (YoY). Pertumbuhan ekonomi tersebut melambat dari triwulan I tahun

2017 yang besarnya 6,5 % (YoY), namun lebih cepat dari triwulan sebelumnya

sebesar 5,9 % (YoY). Adapun kontribusi Jakarta terhadap perekonomian daerah

pada triwulan I tahun 2018 adalah sebesar 29,9 %, sedikit lebih besar dari

triwulan I tahun 2017 yang sebesar 29,8 % meskipun lebih kecil dari triwulan

sebelumnya sebesar 30,0 %.

Selanjutnya disusul oleh Sumatera tumbuh sebesar 21.66 %, dimana

kontribusi perekonomian terbesar di Sumatera berturut-turut adalah Riau,

Sumatera Utara serta Sumatera Selatan dengan kontribusi masing-masing Riau

sebesar 23,2 %, Sumatera Utara sebesar 22,9 % dan Sumatera Selatan sebesar

12,9 % terhadap perekonomian daerah. Pada triwulan I tahun 2018, Sumatera

Selatan merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu

sebesar 5,9 % (YoY). Pertumbuhan ini relatif sama dengan triwulan sebelumnya,

namun lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I tahun 2018

besarnya 5,2 % (YoY).

Kemudian pertumbuhan ekonomi di Kalimatan adalah sebesar 8.20 %,

dimana provinsi yang memilki peranan terbesar bagi perekonomian nasional

adalah Kalimantan Timur dengan kontribusi sebesar 52,4 % terhadap

perekonomian. Pada triwulan I tahun 2018, Kalimantan Timur meningkat sebesar

1,8 % (YoY) relatif lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

1,6 % (YoY), namun kemudian melambat dari triwulan yang sama tahun

(25)

merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi yaitu sebesar

5,6 % (YoY). Pertumbuhan tersebut kemudian melambat dari triwulan I tahun

2017 maupun triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 6,2 % (YoY)

dan 7,0 % (YoY). Adapun kontribusi perekonomian dari Kalimantan Utara

terhadap perekonomian provinsi adalah yang paling rendah diantara provinsi lain

yaitu sebesar 7,0 % dan sisanya sekitar 5.54 % yang bersumber dari pulu-pulau

lainnya.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan berdasarkan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), pada trwiulan IV 2016 pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Selatan sebesar 7.67%(yoy) hal ini meningkat dibandingkan pada

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6.80% (yoy). Kemudian pada triwulan I 2017

menurun sebesar 7.75% (yoy) lalu meningkat lagi pada triwulan IV 2017 sebesar

7.78% (yoy). Kemudian pada triwulan IV 2018 tumbuh mencapai 6.47% (yoy)

melambat pada triwulan sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2019 pertumbuhan

ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh sebesar 6.6% (yoy), meningkat dari

tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh kuatnya

konsumsi dan masih positifnya kontribusi investasi dan ekspor Luar Negeri,

meskipun relative melambat. Dilihat dari sisi lapangan usaha, perdangan serta

industri manufaktur merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Selatan pada triwulan I 2019.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah di Indonesia, yaitu dengan

mengeluarkan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah dibentuk dengan

tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah,

(26)

6

publik agar lebih efisien. Otonomi daerah di sahkan secara resmi pada tanggal 1

Januari 2001. Untuk lebih mendukung dalam pelaksanaan kebijakan

desentralisasi dan otonomi daerah, maka pemerintah mengeluarkan

undang-undang yang menyangkut pembangunan daerah yaitu UU No. 32 tahun 2004

yang mengatur tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Dengan adanya kedua undang-undang ini akan dapat memberikan kewenangan

terhadap daerahnya dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara

proporsional.

Kemajuan suatu daerah tentu sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan

ekonomi dan jumlah pendapatan daerah yang berdampak pada kesejahteraan

masyarakat. Dimana besarnya kontribusi pengeluaran pemerintah daerah

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu peluang yang dapat

mendorong perekonomian daerah itu sendiri. Adapun sumber-sumber

penerimaan daerah berupa pendapatan asli daerah (PAD) dan dana

perimbanangan berupa dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK),

serta dana bagi hasi (DBH).

Salah satu pendapatan daerah yang memiliki kontribusi penting dalam

proses perumbuhan ekonomi daerah adalah Dana Perimbangan. Dana

Perimbangan adalah sejumlah pendapatan yang diterima pemerintah daerah

yang berasal dari sumber eksternal dan tidak memerlukan adanya pembayaran

kemabali (Patrick,2017). Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan

(27)

bertujuan untuk mengurangi kesenjagan fiskal antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

Dana perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Badan Pusat

Statistik (BPS) pendapatan yang berasal dari dana perimbangan memiliki

kecenderungan meningkat dengan kontribusi sebesar 41,27 % pada 20016 dan

46,15 % pada 2017 terhadap total pendapatan tetapi kemudian menurun di tahun

2018 yakni sebesar 45,38 %.

Melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah ini diharapkan dapat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di

seluruh wilayah di Indonesia khususnya daerah-daerah yang pertumbuhan

ekonominya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya.

Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah bukan hanya

sekedar terletak pada pengendalaian laju inflasi tetapi juga harus di dorong

dengan penggembangan potensi yang ada disetiap daerahnya, hal dapat

terwujud salah satunya yaitu dengan pemanfaatan dana perimbangan yang

diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah. Berdasarkan pemaran

teori dan data dari berbagai sumber tersebut, inflas dan Dana Perimbangan

memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan ekonomi di seluruh derah di

Indoensia termasuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini membuat peneliti

tertarik untuk meneliti "Peran Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap

(28)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya

sebagai berikut:

1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Sulawesi Selatan ?

2. Apakah Dana Perimbangan berpegaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan ?

3. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

untuk :

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Perimbangan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap

(29)

D. Manfaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana yang

bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis yang

diperoleh di bangku kuliah terkait dengan penelitian ini serta dapat

menambah wawasan dalam melihat perbedaan ilmu teori dengan

praktik di lapangan.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memperhatikan

aspek-aspek yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.

3. Bagi Akademik

Penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi atau sebagai

bahan referensi dalam pengembangan teori mengenai inflasi, Dana

Perimbangan dan pertumbuhan ekonomi, bagi yang ingin malakukan

penelitian di kemudian hari serta dapat memberikan kontribusi dalam

menambah wawasan keilmuan kepada civitas akademik terkait dengan

(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Teori Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme

pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,

konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar

yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga

akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Menurut teori Keynes

inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas

kemampuan ekonominya. Menurut Kalalo, ddk (2016) kenaikan

harga-harga disebabkan oleh faktor-faktor musiman, misalnya menjelang

peringatan hari-hari besar atau yang terjadi hanya sekali saja dan tidak

mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi.

Menurut Bank Indonesia (BI), inflasi sebagai Inflation Targeting

Framework. Inflasi merupakan kecenderungan harga-harga untuk

meningkat secara umum dan secara terus menerus. sedangkan

menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi adalah sebuah nilai ketika

tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu bidang ekonomi.

Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat kestabilitasian

perekonomian satu wilayah tertentu, perkembangan harga jasa dan

(31)

konsumen. Dengan demikian, angka inflasi amatlah mempengaruhi

besar kecilnya produksi suatu barang.

Dari beberapa pemaran dari berbagai ahli, maka dapat

disimpulkan bahwa inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan

yang terjadi secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama.

1) Jenis-jenis Inflasi

a. Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya

1. Inflasi rendah, yaitu inflasi yang tingkat laju inflasinya kurang

dari 10% per tahun. Dimana tahun ini Bank Indonesia

menargetkan pencapaian inflasi Indonesia berada pada kisaran

4% (+/-1%) sehingga dapat dikategorikan sebagai inflasi rendah.

2. Inflasi menengah, yaitu jenis inflasi yang besarnya berkisar

antara 10-30% per tahunnya.

3. Inflasi berat, yaitu jenis inflasi yang besarnya berkisar 30-100%

per tahunnya.

4. Hyperinflation, yaitu jenis inflasi dimana laju inflasinya per tahun

berada di atas angka 100%. Indonesia sendiri pernah

mengalami hal ini pada masa Orde Lama, dimana besarnya

(32)

12

b. Jenis inflasi berdasarkan sumbernya:

1. Inflasi dalam negeri, yaitu inflasi yang terjadi karena

peningkatan permintaan masyarakat yang lebih cepat

dibandingkan kemampuan pasar untuk memenuhinya.

2. Inflasi luar negeri, yaitu jenis inflasi yang timbul karena inflasi

yang terjadi pada negara lain yang menyebabkan harga

barang-barang impor meningkat dan ketika barang impor

tersebut digunakan sebagai bahan baku industri, maka inflasi

akan mempengaruhi harga akhir barang-barang tersebut

nantinya.

c. Jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya

1. Demand pull inflation

Demand pull inflation yaitu inflasi yang terjadi ketika

permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa relatif lebih

tinggi dibandingkan kemampuan pasar untuk menyediakan

kebutuhan tersebut pada waktu itu. Sebagai contoh menjelang

hari raya, biasanya harga barang-barang pokok, makanan ringan

dan pakaian mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan

kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat dibandingkan

dengan hari-hari biasanya.

2. Cost push inflation

Cost push inflation yaitu inflasi yang terjadi ketika adanya

(33)

untuk memproduksi barang dan jasa, sehingga harga barang dan

jasa mengalami penyesuaian dengan adanya kenaikan harga.

Cost push inflation biasanya disebabkan oleh adanya depresiasi

nilai tukar, inflasi di negara pengekspor barang mentah, dan dapat

pula terjadi karena adanya bencana alam dan terganggunya

sistem distribusi.

Menurut Sisi Nur Indriyani (2016) ada tiga komponen yang

menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi

1. Kenaikan Harga

Maksud dari kenaikan harga adalah harga suatu barang saat ini

lebih mahal dari harga sebelumnya.

2. Bersifat umum

Dikatakan bersifat umum karena kenaikan harga suatu barang

tertentu diikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya.

3. Berlangsung secara terus-menerus

Naiknya harga suatu barang tidak bisa dikatakan inflasi jika harga

barang tersebut hanya terjadi sesaat. Penghitungan inflasi dilakukan

dalam rentang waktu minimal bulanan. Jika terjadi dalam waktu

bulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan

(34)

14

2. Beberapa efek yang ditimbulkan dari inflasi, yaitu :

1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effects)

Efek terhadap pendapatan pada umumnya tidak merata, ada yang

dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dari inflasi. Seseorang

yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya

inflasi. Misalnya seseorang yang memperoleh pendapatan tetap

sebesar Rp. 1.000.000/tahun sedang laju inflasi sebesar 10%

akan memderita kerugian pendapatan sebesar laju inflasi tersebut,

yaitu sebesar Rp. 100.000.

2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency effects)

Perubahan ini biasanya terjadi melalui kenaikan permintaan akan

berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong

terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu

sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak

efisien.

3. Efek terhadap Output (Output effects)

Dalam menganalisis kedua efek dialas Equity dan Efficiency

effects digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini

dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi

(35)

2. Tinjauan Teori Dana Perimbangan

Pengertian Dana perimbangan dalam Undang-Undang Nomor

33 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 18 tentang Perimbangan antar

Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana

Perimbangan diartikan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), yang dialokasikan kepada

daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi (Departemen Keuangan, 2004).

Integovernmental Revenue atau yang biasa dikenal dengan

nama dana perimbangan merupakan hasil kebijakan pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah di bidang desentralisasi fiskal

dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan fiskal antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah. Desentralisasi adalah kewenangan

yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi kewenangan daerah dan

pembiayaannya diambil dari sumber-sumber penerimaan daerah

yang ada. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi telah diatur secara tegas dalam

undang-undang No. 25 tahun 1999 yang kemudian mengalami revisi menjadi

undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu :

1. Dana Bagi Hasil (DBH)

Dana Bagi Hasil (DPH) merupakan dana yang bersumber dari

(36)

16

berdasarkan angka prsentase untuk memenuhi kebutuhan daerah

tersebut.

Dana bagi hasil teridiri dari :

a. Dan Bagi Hasil Pajak, terdiri dari

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penerimaan Negera dari hasil PBB dibagi imbang yaitu

sebesar 10% untuk Pemerintah Pusat dan sebesar 90%

untuk Pemerinta Daerah, dengan rincian sebagai berikut :

1) Untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 16,2%;

2) Untuk kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 64.8%;

dan

3) Untuk biaya pemungutan sebesar 9%.

Sedangkan untuk bagian Pemeritah sebesar 10% yang

dialokasikan kepada seluruh kabupaten dan kota. Dimana

pengealokasian di kabupaten dan kota dibagi dengan rincian

sebagai berikut :

1) Sebesar 6,5% dibagikan kepada seluruh kabutan dan

kota; dan

2) Untuk insentif kepada kabupaten/kota sebesar 3,5%,

yang realisasi pnerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan

pada than sebelumnya yang telah mencapai atau

(37)

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Dimana pembagiannya itu sendiri terdari dari 20% untuk

pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah yang

akan dibagikan keseluruh kabupaten dan kota. Dengan rincian

pemabgiannya sebagai berikut :

1) Untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 16%; dan

2) Dan untuk kabupaten dan kota sebesar 64%.

3. Pajak Penghasilan

Pajak Pengahsilan (PPh) diatur dalam Pasal 25 dan Pasal 29

tentang Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh

WPOPDN) dan Pasal 21 tentang Pajak Pengahasilan (PPh),

dimana rincian pembagiannya sebagai berikut:

1) Untuk kabupaten dan kota sebesar 60%

2) Dan untuk provinsi sebesar 40%

b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

1. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan

1) Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH)

DBH Kehutanan dari IIUPH sebebesar 80%, dimana

pembagiannya untuk untuk provinsi sebesar 16% dan

(38)

18

2) Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)

Untuk DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk

daerah sebesar 80% dengan pembagiannya yaitu : untuk

provinsi yang bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten

dan kota penghasil sebesar 32% dan untuk kabupaten dan

kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar

32%.

3) Dana Reboisasi (DR).

DBH Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi (DR),

untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan

diberikan sebesar 40% kepada kabupaten dan kota

penghasil.

2. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Umum

Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan oleh

wilayah yang bersangkutan dibagi masing-masing untuk

pemerintah pusat sebesar 20% dan untuk pemerintah daerah

80 %.

3. DBH Sumber Daya Alam Perikanan

DBH Perikanan yang berasal dari Pungutan Pengusaha

Perikanan dan Pungutan Hasul Perikanan diberikan kepada

daerah sebesar 80% untuk seluruh kabupaten/kota dengan

(39)

4. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak dan Bumi

DBH pertambangan minyak dan bumi yang dihasilkan oleh

penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak

bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah

dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sebesar

15,5%.

5. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi

DBH sumber daya alam pertambangan dan gas bumi yang

dihasilkan dari wilayah yang bersangkutan kemudian dikurangi

komponen pajak dan pengutan lainnya yaitu sebesar 69,5%

untuk pemerintah pusan dan 30,5% untuk pemerintah daerah.

6. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi

DBH Pertambangan Panas Bumi yang diihasilkan dari wilayah

yang bersangkutan sebesar 20% untuk pemerintah pusat dan

80% untuk pemerintah daerah.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana dana yang

bersumber dari APBN dimana pengalokasian dana tersebut

bertujuan untuk pemerataan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah guna memenuhi kebutuhan dalam

terselenggaranya pelaksanaan desentralisasi. Disamping itu DAU

juga memilki tujuan lain yaitu untuk memenuhi pendanaan dari

(40)

20

tentu kegiatan tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk mendorong

percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.

Jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan kepada

daerah ditetapkan sebesar 25% dari penerimaan dalamnegara yang

bersumber dari APBN. Untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota

diberikan masing-masing sebesar 10% dan 90%.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu

dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas daerah. DAK ditujukan

untuk daerah khusus yang terpilih untuk tujuan khusus, karena itu

alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat sepenuhnya

merupakan wewenang pusat untuk tujun nasional khusus.

3. Tinjauan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono, (2016:2) teori pertumbuhan ekonomi

didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang

menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan

penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu

sama lain, sehingga menjadi proses pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi

perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

(41)

diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

nasional. Pertumbuhan ekonomi adalah masalah ekonomi jangka

panjang , hal ini menyangkut tentang kualitas usmber daya manusia,

ketersediaan sumber daya alam dan proses terjadinya output sahingga

mengasilkan pendapatan bagi masyarakat. Adanya pertumbuhan

ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam

kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan

pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian

dalam selang waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan

ekonomi maka semakin cepat proses pertambahan output wilayah

sehingga prospek perkembangan wilayah semakin baik.

Menurut Susanti dkk, (2000:23) bahwa pertumbuhan ekonomi

menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Menurut Todaro dan Smith (2004) terdapat tiga faktor atau

komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu

akumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhan penduduk (growth

in population), dan kemajuan teknologi (technological progress).

Didalam ilmu ekonomi tentunya tidak hanya terdapat satu teori

pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuha. Berbagai ahli

ekonom, tentu memilki pandangan yang berbeda-beda terhadap proses

(42)

22

sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan

membuat suatu kebijakan.

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Boediono (2016:4) dalam bukunya yang berjudul “Teori Pertmbuhan Ekonomi”, teori pertumbuhan ekonomi di kelompokkan dalam 2 bagian yaitu, teori pertumbuhan klasik dan teori pertumbuhan modern.

a. Teori Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi :

1. Jumlah penduduk

2. Jumlah stok barang-barang modal

3. Luas tanah

4. Kekayaan alam

5. Tingkat teknologi yang digunakan

Namun meskipun pertumbuhan ekonomi tergantung dari banyak

faktor, ahli-ahli ekonomi klasik menitik beratkan perhatiannya kepada

pertambahan penduduk. Hal ini dikarenakan hukum yang dianut

ekonomi klasik yaitu hasil tambahan yang semakin berkurang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Para ahli yang mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi

(43)

Arthur Lewis. Adam Smith mengemukakan bahwa dengan adanya

pertmbuhan penduduk maka akan tejadi pertambahan output (GDP)

total yang akan menyebabkan terjadinya pertmbuhan ekonomi.

Sedangkan pada teori David Ricardo mengatakan bahwa pertumbuhan

penduduk yang semakin besar akan menyebabkan jumlah tenaga kerja

meningkat. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai

taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami

kemandengan (stationary state). Teori Arthur Lewis sebenarnya

ekonomi yang hidup di zaman modern, tetapi teori pertumbuhannya

langsung bersumber dari teori klasik. Perbedaan teori Lewis dengan

teori klasik Adam Smith dan David Ricardo terletak pada penekanan

aspek dualisme perekonomian yaitu adanya sektor modern dan sektor

tradisional yang masing-masing memilki ciri-ciri ekonomi khusus.

b. Teori Modern (Neoklasik)

Para ahli yang mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi

modern Keynes, Robert Solow dan Trevor Swan. Menurut Keynes

dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja ditentukan

oleh permintaan agregat. Keynes yakin bahwa kebijakan moneter

maupun kebijakan fiscal harus digunakan untuk mengatasi

pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Sedangkan pada teori

Robert Solow dan Trevor Swan memusatkan perhatiannya pada

bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi modal, kemajuan

teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertmbuhan

(44)

24

Ada empat yang melandasi model neoklasik, yaitu :

1. Tenaga kerja atau penduduk, tenaga kerja (L) tmbuh dengan laju

tertentu.

2. Adabya fungsi produksi Q = F (K,L) yang berlaku bagi setiap

periode.

3. Adanya kecenderungan menabung (propersity to save) oleh

masyrakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output

(Q). tabungan msyarakat S = sQ, bila Q naik maka S juga akan naik

begitupun sebaliknya.

4. Semua tabungan msyarakat diinvestasikan S = I = αK. Proses pertumbuhan dalam model neoklasik selalu memenuhi syarat

warranted rate of growth, karena S selalu dianggap dengan I.

2. Faktor-Faktor Yang Penentu Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Nano Prawoto (2019:67) didalam pertmbuhan ekonomi ada

empat faktor dalam penentu pertumbuhan perkonomian, yaitu:

1. Sumber-sumber Daya Alam

Kekayaan alam diberbagai negara tentu berbeda-beda. Bagi

suatau Negara yang memilki kekayaan alam yang melimpah tentukan

akan nilai tambah yang akan digunakan sebagai alat untuk memacu

pertumbuhan ekonominya. Peran pemerintah dalam memanfaatkan

sumber daya alam yang melimpah dengan sebaik-baiknya, tentu akan

(45)

Negara tersbut akan menarik investor untuk menanamkan

odalnya disektor-sektor yang produktif dan tentu saja akan

memperluas hasil produksi untuk diperdagankan didalam lingkup yang

lebih besar sehingga hal ini dapat mendorong percepatan

pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

2. Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu

dalam pertumbuhan ekonomi. Kualitas sumber daya a manusia yang

baik akan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan dapat

mengeksplorasi sektor-sektor perekonomian menjadi lebih produkstif.

Di negara-negara berkembang yang memliki banyak penduduk tentu

harus memliki kualitas sumber daya manusia baik sehingga jumlah

pengangguran dapat ditekan dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusianya.

Peran pemerintah dalam meningkankan kulitas sumber daya

manusia sangat diperlukan, baik itu dari pemberian pelatih kerja,

pendampingan dan pendidikan sehingga jumlah penduduk yang

banyak tidak menjadi beban tersendiri tetapi bias menjadi alat dalam

proses pertmbuhan ekonomi negaranya.

3. Akumulasi Kapital dan Penerapan Teknologi

Peranan barang-barang modal sangat penting baik bagi negara

maju maupun negara berkembang. Negara-negara yang masih

(46)

26

membutuhhkan peranan barang modal. Bukan hanya sekedar tingkat

akumulsi kapital saja tetapi juga harus diiringi dengan penerapan

teknologi modern agar tingkat produktivitasnya lebih optimal.

Penerapan teknologi ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi

terhadap sumber-sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi,

tentu hal ini akan sangat membantuh bagi masyarakat. Jika

barang-barang modal dapat berjalan secara beriringan denga penerapan

teknologi yang modern maka akan menciptakan efisiensi dan

produktivitas yang optimal.

4. Kondisi Sosial Masyarakat

Dalam proses pertmbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh

kondisi sosial masyarakat dalam suatu negara. Dibeberapa wilayah

masih banyak masyarakat yang masih memegang teguh adat

istiadatnya, seperti masyarakat yang bermata pencarian sebagai petani

mereka masih menggunakan alat-alat tradisioanl untuk melakukan

aktivitas pertaniannya, tanah yang masih banyak dipegang oleh tuan

tanah shingga sulit untuk dimanfaatkan secara bersama-sama dan

beberap contoh lainnya. Dengan kondisi yang demikian tentu akan

menghambat proses percepatan dalam pertumbuhan pereonomian.

Hal ini dapat diatasi dengan adanya peran pemerintah untuk

memberikan meberikan sosialisai atau pendidikan bagi masyarakat

agar keterbukaan wawasan dan kemajuan teknologi dapat

(47)

B. Tinjauan Empiris

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang menajdi bahan pertimbangan

dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama

(Tahun)

Judul Metode Hasil

1. Nurfadilah Aris, Sri Astuty, dan Andi Samsir (2019) Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

Jenis data dalam penelitian ini

adalah berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time-series (runtutan

waktu).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi sulawesi selatan.

2. Rizal Ronaldo (2019) Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Makro di Indonesia Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. Artinya ketika inflasi meningkat maka

pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. 3. Fani Wiraswast a, M. Pudjihardjo , Putu Mahardika Adis Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal di Kota Dalam Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan masuk dalam kategori explanatory research

Penelitian ini menemukan bahwa semua hipotesis dalam penelitian ini terbukti secara positif dan

signifikan.

Dana perimbangan dan pendapatan asli daerah mempunyai pengaruh yang

(48)

28 (2018) Wilayah Jawa Timur (Tahun 2009-2014) (penelitian penjelasan).

positif dan signifikan secara langsung terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, ataupun tidak langsung melalui mediasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Rif’ah Shafwah, Junaiddin Zakaria, A.M. Hasbi. (2018) Pengaruh Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar Tahun 2008-2017 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non perilaku 1. Inflasi memberikan pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017.

2. PMDN memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi Kota Makassar periode tahun 2008-2017. Artinya apabila terjadi peningkatan PMDN maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar dan sebaliknya apabila terjadi penurunan PMDN maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.

3. PMA memberikan pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017. 5. Yusra Mahzalena Pengaruh Inflasi, Pengeluaran

Jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini

1. Inflasi memiliki korelasi positif dan tidak

(49)

, Hijri Juliansyah (2019) Pemerintah dan Ekspor TerhadapPertu mbuhan Ekonomi di Indonesia adalah data kuantitatif Pertumbuhan Ekonomi. 2. Pengeluarn Pemerintah memiliki korelasi positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama priode penelitian.

3. Ekspor memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Berdasarkan analisis Inpulse Response variabel pertumbuhan ekonomi membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun agar response

pertumbuhan ekonomi kembali stabil akibat shock yang diberikan oleh inflasi,

pengeluaran

pemerintah dan ekspor.

5. Kemudian dengan analisis impluse respon variable inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dari tahun pertama sampai tahun ketiga menurun signifikan dan negatif serta tahun kelima mencapai titik kesimbangan atau equilibriumnya. Artinya butuh waktu empat tahun agar

pertumbuhan ekonomi mengalami kestabilan setelah terjadi shock

(50)

30 pada inflasi. 6. Respon pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada awal periode mengalami fluktuasi positif sampai tahun keempat dan mencapai titik keseimbangan pada tahun kelima. Kemudian respon pengeluaran

pemerintah mengalami fluktuasi dari tahun keempat mengalami peningkatan sampai pada tahun kedelapan serta positif dari tahun kelima sampai tahun ke kesepuluh terhadap variabel itu sendiri. Artinya butuh waktu enam tahun agar pengeluaran

pemerintah kembali stabil.

7. Respon ekspor

terhadap pertumbuhan ekonomi pada awal periode mengalami fluktuasi sampai tahun kedelapan dan mencapai titik keseimbangan pada tahun kesembilan. Kemudian respon ekspor mengalami fluktuasi dari tahun pertama mengalami peningkatan hingga pada tahun ketiga serta

(51)

positif dari tahun keempat sampai tahun ke sepuluh terhadap variabel itu sendiri. Artinya butuh waktu delapan tahun agar ekspor agar kembali stabil. 6. Muhamma d Syukri, Hinayah (2019) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten & Provinsi Sulawesi Selatan Metode penelitian ini adalah kuantitatif sekunder.

Pengujian model regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus

berpengaruh terhadap belanja modal.

Sedangkan pengujian secara peesial, hanya variabel PAD yang berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemajuan daerah.

7. Dewi Chrisanty Paat, Rosalina A.M.Kolea ngan, Vekie A. Rumate (2018) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Kota Bitung Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) Berdasarkan hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa PendapatanAsli Daerah (PAD)

berpenagaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan.

Dana perimbangan

berenagruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi

(52)

32

akan tetapi tidak berpengaruh signifikan secara statistik.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan dan signifikan secara secara statistik. Dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap tingkat

kemiskinan di Kota Bitung akan tetapi tidak

berpengaruh signifikan secara statistic.

C. Kerangka Pemikiran

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi memilki hubungan yang erat, baik itu

jika laju inflasi yang tinggi maupun tingkat laju inflasi yang rendah. Inflasi

ringan ini akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi, hal ini terjadi karena

inflasi ringan ini memberi semangat kepada para pengusaha untuk lebih

menaikkan kualitas produksinya. Sedangkan jika inflasi yangterjadi nilai lebih

dari 10%, maka inflasi ini akan berdampak negative bagi perekonomian suatu

Negara, karena harga barang yang terlampau jauh tidak dapat dinjagkau oleh

konsumen yang akan berdampak pada penurunan produksi oleh para

pengusaha. Dengan demakian dapat dikatakan bahwa inflasi yang tingi dapat

memanganggu kelancaran sisitem perokonomian yang akan berdampak

pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Dimana besarnya kontribusi pengeluaran pemerintah daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu peluang yang dapat

(53)

yang memiliki kontribusi penting dalam proses perumbuhan ekonomi daerah

adalah Dana Perimbangan.

Melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

pemerintah daerah ini diharapkan dapat mampu mendorong pertumbuhan

ekonomi di seluruh wilayah di Indonesia khususnya daerah-daerah yang

pertumbuhan ekonominya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah

lainnya.

Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah bukan hanya

sekedar terletak pada pengendalaian laju inflasi tetapi juga harus di dorong

dengan penggembangan potensi yang ada disetiap daerahnya, hal dapat

terwujud salah satunya yaitu dengan pemanfaatan dana perimbangan yang

diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah.

Berdasarkan landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu,

maka disusun suatu kerangka pemikiran teori mengenai penelitian yang akan

(54)

34

Gambar 2.1 Keteranga = Uji Parsial

= Uji Simultan

Variabel yang akan diteliti adalah pertumbuhan ekonomi sebagai objek

utama penelitian ini dan juga sebagai variabel dependen. Dan variabel lainnya

sebagai variabel independen yaitu inflasi dan Dana Perimbangan.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap

rumusan masalah dalam suatu penelitian yang menggunakan kalimat

pertanyaan. Berdasarkan urian permasalahan, teori, konsep, serta kerangka

pemikiran tersebut, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini

adalah :

Intergovernmental

Revenue

(X2)

1. Dana Bagi Hasil (DBH)

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

3. Dana Alokasi Khusu (DAK)

Inflasi

(X1

)

Indeks Harga Konsumen (IHK) Pertumbuhan Ekonomi (Y) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

(55)

1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil dari penelitian Rizal Ronaldo (20019) yang

berjdudul “Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Makro di Indonesia” menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, artinya

ketika inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.

Sedangkan berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rif’ah Shafwah, dkk (2018) menentukan bahwa Inflasi memberikan pengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan

ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017.

Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

hipotesisi dalam penelitian ini :

H1 : Inflasi diduga berpengaruh posoitif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan hasil dari penelitian Nurfadilah, dkk (2019) yang

berjudul “Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan” menyatakan bahwa secara simultan variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di 3 Kota Provinsi Sulawesi

Selatan.

Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fani Wiraswasta,

M. ddk (2018), dengan judul “Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui

(56)

36

menyatakan bahwa semua hipotesis dalam penelitian ini terbukti secara

positif dan signifikan. Dana perimbangan dan pendapatan asli daerah

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan secara langsung

terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, ataupun tidak

langsung melalui mediasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

hipotesisi dalam penelitian ini :

H2 : Dana perimbangan diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dana perimbangan

mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Pengaruh Dana Inflasi dan Perimbangan Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi

Berdasarkan dari beberapa pemaparan dari landasan teori dan

kajian terhadap penelitian terdahulu. Dimana sebagian besar

menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh secara tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi sdengkan untuk dana perimbangan menyatakan

bahwa varaiabel dana perimbangan berpengaruh secara signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dari pemaparan teori tersebut, dapat disimpulakan bahwa hipotesis dari :

H3 : Sehingga dapat disimpulkan bahwa diduga variabel yang paling

dominan berpengaruh terhadap pertumbuhanekonomidi Provinsi Sulawesi Selatan adalah varaibel dana perimbangan.

(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah jenis

penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 13), metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Sedangkan pendekatan yang digunakan pada penilitian ini yaitu

pendektan deskriptif kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang

bertujuan menggambarkan atau melakukan deskripsi angka-angka yang

telah diolah sesuai standardisasi tertentu. Adapun pengertian deskriptif

menurut Sugiyono (2012: 29) adalah metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti

melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagimana adanya,

(58)

38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di Provinsi Sulawesi Selatan melalui Badan

Pusat Statistik (BPS), Jl. H. Bau No. 6, Kunjung Mae, Kec. Mariso, Kota

Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester VIII tahun 2019/2020. Secara

keseluruhan semau kegiatan dari penelitian dilakukan selama 2 bulan

yaitu sejak bulan Juni - Agustus 2020.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian

Variabel merupakan suatu objek utama atau apa yang menjadi fokus

utama dalam suatu penelitian. Didalam penelitian ini terdapat satu variabel

dependen (terikat) dan terdapat dua variabel independen (bebas). Diaman

variabel-variabel yang digunakan, yaitu :

a. Variabel Dependen (Variabel Terikat) dalam penelitian ini adalah

Pertumbuhan Ekonomi (Y). Didalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi

dilihat dari peningkatan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan atas dasar

harga konstan (dalam satuan rupiah).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah dari

keseluruhan nilaih tambah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan

(59)

b. Variabel Independen (Variabel Bebas), dalam penelitian ini terdapat dua

variabel independen yaitu inflasi (X1) dan Dana PerimbanganI (X2).

1) Infalsi

Didalam penelitian ini inflasi dilihat dari tingkat laju inflasi yang

dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK) di

Provinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir

(2009-2018).

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang digunakan

untuk mengukur rata-rata perubahan harga barang dan jasa yang

dikonsumsi rumah tanggga dan merupakan indikator yang digunakan

untuk mengukur laju inflasi.

2) Dana Perimbangan

Dana Perimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jumlah keseluruhan dana perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan

yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),

dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

a) Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN

yang didistribusikan kepada daerah yang bersangkutan

berdasarkan angka presentase tertentu untuk membiayai

kebutuhan daerah guna pelaksanaan desentralisasi.

b) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari

APBN yang didistribusikan pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah dan

pemenuhan kebutuhan daerah dalam rangka pelaksaan

(60)

40

c) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari

pendapatan APBN yang didistribusikan kepada daerah tertentu

dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan

urusan daerah dan sesuai dengan prioritas daerah tersebut.

Tebal 3.1

Definisi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala Ukuran

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

PDRB atas dasar harga konstan

Rasio (%)

Inflasi (X1) Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Rasio (%)

Dana Perimbangan (X2) DBH, DAU dan

DAK

Rupiah (Rp)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah tigkat inflasi,

Dana Perimbangan dan pertumbuhan ekonomi baik itu berupa laporan

cetak maupun publikasi di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun

Gambar

Gambar 2.1   Kerangka Pemikiran ................................................................
Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu   No.  Nama
Gambar 2.1  Keteranga    = Uji Parsial
Tabel 4.6  Hasil Uji Autokorelasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana BOP Tahun 2017 ini merupakan sekumpulan informasi tentang proses penerimaan dan penggunaan dana hibah yang diterima yang

Peningkatan penggunaan konsentrasi plasticizer pada edible film berpengaru h nyata (α=0,05) terhadap kadar air, ketebalan, kecerahan (L*), kelarutan, transmisi uap

Pada aplikasi ini telah di implementasikan dengan mengambil 10 data dari kuisoner dimana terdapat 6 pria dan 4 wanita, dengan status pelajar, mahasiswa dan usia 16-20 tahun

Untuk kondisi ini, Admin Kemenag Kab/Kota akan mencetak SURAT TANDA BUKTI MUTASI SEKOLAH INDUK PTK (SM03) langsung. tanpa melalui prosedur Pelaporan Mutasi Masuk (SM02)

This clause defines a service integration ebRIM package that encapsulates all the identifiers, associations and classification schemes necessary to allow an OGC CSW- ebRIM catalogue

In this study, we have experimented with multi-temporal Landsat 7 and Landsat 8 high resolution satellite data, coupled with the corresponding hyperspectral data from a

pelatihan yang dilakukan, serta hasil dari proses latihan ansambel perkusi pada. komunitas USBP di

Dari pertidaksamaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa apabila flow x bukan merupakan solusi optimal dari minimum cost flow , maka nilai ( ) ε x tidak akan pernah bertambah,