SKRIPSI
Oleh
SRI YUNITA SARI
NIM 105711110116
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
PENGARUH INFLASI DAN DANA PERIMBANGAN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
DI PROVINSI SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Oleh
SRI YUNITA SARI
NIM 105711110116
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
rahmat-Nyalah yang telah memberikan kemudahan dalam peunulisan skripsi ini.
Serta shalawat dan salam yang selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dari ketulusan hati yang terdalam karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” penulis persembahkan kepada :
1.
Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Muh. Rustam dan Ibu Rohani yangsaya hormati dan yang sangat saya cintai. Yang telah merawat saya
dengan sepenuh hati, yang selalu sabar menghadapi saya, yang selalu
mendukung dan mendoakan disetiap langkah saya. Semoga selalu dalam
lindungan Allah SWT dan keberkahan-Nya.
2.
Kedua kakak saya Fitriani dan Fatmawati yang selalu mendukung danmendoakan saya.
3.
Kelima keponakan saya A. Rezki Aulia Pratiwi, A. Muh Faldi, A. AhmadDani, A. Muh Faisal dan Aisyah Varisha yang selalu memberikan saya
hiburan diselah-selah penyusunan skripsi ini.
4.
Kepada kedua pembimbing saya Bapak Muhammad Rusydi, M.Si danBapak Nasrullah, SE., M.M selalu memberikan masukan-masukan yang
sangat membantu saya dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini.
5.
Kepada sahabat-sahabt saya Sri Ulfayanti, Fitriani Asman, Mommy damiii
menghibur saya. Serta yang paling spesial kepada sahabat saya Nunu
yang selalu ada untuk saya, yang selalu mendukung dan yang selalu
mengantar saya ketika penelitian.
6.
Dan yang terakhir kepada almamater saya tempat saya menimbah ilmuyaitu Universitas Muhammadiyah Makassar. Terkhusus Jurusan Ekonomi
iv
MOTTO
“Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman, bahkan terhadap tangan yang menghancurkannya”
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat dan para pegikutnya. Merupakan nikmat yang tiada
ternilai manakala penulisan skripsi yag berjudul “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” mampu penulis selesaikan dengan tepat waktu.
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis Bapak Muh. Rustam dan Ibu Rohani yang
senantiasa memberi dukungan dan kasih sayang serta doa yang tulus. Dan
saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa penusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dandorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
ix
1. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse., M. Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Hj. Naidah., SE., M.SI., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Muhammad Rusydi, M.Si., selaku Pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Nasrullah., SE., M.M., selaku Pembimbing II yang telah berkenan
membantu selama penyusunan skripsi ini hinga ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah memberikan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah.
7. Seganap staff dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis program Studi
Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama
yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tuliskan satu
persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan
dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna oleh
x
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan
skripsi ini.
Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Billahi fii Sabilil Haq, Fatsabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 23 Oktober 2020
xi
ABSTRAK
SRI YUNITA SARI, Tahun 2020, “Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan” (Dibimbing oleh Pembimbing I Muhammad Rusydi dan Pembimbing II Nasrullah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu pengaruh Inflasi dan Dana
Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinisi Sulawesi Selatan.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian kuantitaif dengan
pendekatan deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan yaitu data time seris
dengan rentan waktu tahun 2010-2019 yang didapatkan dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, data publikasi Bank Indonesia (BI) dan
data publikasi Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK). Data yang telah terkumpul
kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil dari penelitian ini,
secara parsial variabel inflasi (X1) berpengaruh positif namun tidak signifikan
secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan
tahunn 2010-2019. Sedangkan untuk variabel dana perimbangan (X2)
berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan secara statistik terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2010-2019. Dan
variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu
variabel inflasi (X1). Sedangkan secara simultan variabel inflasi dan dana
perimbangan tidak berpengaruh signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinis Sulawesi selatan tahun 2010-2019.
xii
ABSTRACT
Sri Yunita Sari, 2020. “The effect of Inflation and Intergovermental Revenue on Economic Growth in South Sulawesi Province", Thesis Faculty Of Economics and
Business Departement of Economic of Development Muhammadiyah University
Of Makassar. (Supervised by Advisor I Muhammad Rusydi and Advisor II
Nasrullah).
This study aims to determine the effect of inflation and intergovermental
revenue on economic growth in the province of South Sulawesi. The type of
research used is a quantitative research type with a quantitative descriptive
approach. The data used are time series data with time vulnerabilities for
2010-2019 which were obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of South
Sulawesi Province, published data from Bank Indonesia (BI) and published data
from the Directorate General of Fiscal Balance (DJPK). The data that has been
collected is then processed using the SPSS application. The results of this study,
partially variable inflation (X1) has a positive but not significant statistically effect
on economic growth in South Sulawesi Province in 2010-2019. Meanwhile, the
balance fund variable (X2) has a positive and not significant effect on economic
growth in South Sulawesi Province in 2010-2019. And the most dominant variable
influencing economic growth is the inflation variable (X1). Meanwhile, the variable
supply and balance funds simultaneously affect economic growth in the province
of South Sulawesi in 2010-2019.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PERSEMBAHAN ... ii MOTTO ... iv LEMBAR PERSETUJUAN ... v LEMBAR PENGESAHAN ... viSURAT PERNYATAAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK BAHASA IDONESIA ... ix
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
xiv
A. Tinjauan Teori ... 10
1. Tinjauan Teori Inflasi ... 10
2. Tinjauan Teori Dana Perimbangan ...15
3. Tinjauan Teori Pertumbuhan Ekonomi………. 20
B. Tinjauan Empiris ...27
C. Kerangka Konsep ...32
D. Hipotesis ...33
BAB III METODE PENILITIAN ...34
A. Jenis Penelitian ...34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...34
1. Lokasi Penelitian ...34
2. Waktu Penelitian ...35
3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...35
C. Populasi dan Sampel ...38
1. Populasi ...38
2. Sampel ...38
D. Teknik Pengumpulan Data ...39
E. Teknik Analisis Data ...40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN ...34
A. Gambaran Umum Objek Penelitian...45
xv
2. Topografi ………...56
3. Sejarah Singkat Provinsi Sulawesi Selatan ………...…56
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ...49
1. Gambaran Data Penelitian ...50
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...50
3. Hasil Uji Hipotesis ...53
4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda...56
C. Analisis dan Interpretasi (Pembahasan) ...58
1. Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbagan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provins Sulawesi Selatan Secara Parsial ...58
2. Pengaruh Inflasi dan Dana Perimbagan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provins Sulawesi Selatan Secara Simultan ...62
BAB V Penutup...65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ...72
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Table 2.1 Penelitian Terdahulu ... 27
Table 3.1 Definisi Oeprasional Variabel ... 39
Table 4.1 Daftar Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan ... 49
Table 4.2 Data Inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2010-2019 ... 50
Table 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan ... 51
Table 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2010-2019 ... 54
Table 4.5 Hasil Uji Multikoleniaritas ... 57
Table 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 58
Table 4.8 Hasil Uji t ... 59
Table 4.9 Hasil Uji F ... 61
Table 4.10 Hasil Uji Determinasi ... 62
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 32
Gambar 4.1 Gambaran Persebaran Hasil Uji Normalitas ... 50
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data inflasi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 ... 75
2. Anggaran dan Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 ... 76
3. Data Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2010-2019 . 75 4. Hasil Uji Normalitas ... 75
5. Hasil Uji Normalitas ... 75
6. Hasil Uji Normalitas ... 75
7. Hasil Uji Normalitas ... 75
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuham ekonomi merupakan proses perubahan kondisi
perekonomian suatu Negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang
lebih baik selama kurun waktu tertentu. Keberhasilan suatu Negara dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dapat diukur melalui tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai suatu wilayah.
Sangat penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi Negara kerena
akan berdampak pada kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah dalam
mensejahterakan masyarakatnya. Ada berbagai indikator yang dapat menjadi
tolak ukur dalam pertumbuhan ekonomi suatu Negara misalnya pendapatan
negara, pendapatan perkapita, jumlah tenaga kerja, tingkat inflasi dan
berkurangnya tingkat kemiskinan dalam Negara tersebut.
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat atau mengukur stabilitas
perekonomian suatu Negara adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan dimana
tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Inflasi tidak
hanya memiliki dampak negatif tetapi juga bisa dampak positif tergantung parah
atau tidaknya inflasi tersebut. Apabila inflasi yang terjadi masih di taraf ringan,
maka inflsi tersebut akan memberikan pengaruh yang positif dalam mendorong
perekonomian lebih baik, yaitu dengan meningkatkan pendapatan nasional,
membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.
2
terkendali (hiperinflasi), maka keadaan perekonomian menjadi tidak stabil dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat dalam bekerja,
menabung, serta mengadakan investasi dan produksi karena disebabkan oleh
meningkatnya harga dengan cepat. Dan apabila inflasi tidak dikelola dengan baik,
akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi melambat dan hal ini dapat
mengganggu kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia tingkat laju inflasi berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS),
pada periode 2009-2018 yang terbesar berada pada tahun 2009 sebesar 11.06%,
sedangkan angka inflasi yang terendah terjadi pada 2016 dengan laju inflasi
sebesar 2.72%, dan pada 2018 laju inflasi sebesar 3.13%. Hal ini mejelaskan
bahwa, perkembangan laju inflasi di Indonesia mengalami fluktuatif yang berarti
bahwa keadaan inflasi dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu, sehingga
diperlukan penanganan yang tepat agar inflasi tetap berada pada taraf merayap
agar perekonomian dapat berjalan dengan stabil.
Untuk mempermudah Pemerintah dalam menjaga kestabilan inflasi maka
pengendalian inflasi diserah tugaskan kepada Bank Indonesia. Sesuai dengan
UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kemudian diubah dengan UU
NO. 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia yang kemudian
menjadi Undang-Undang Bank Indonesia, dimana dalam UU tersebut mengatur
tentang tugas pokok Bank Indoensia (BI) yaitu menjaga kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah dalam hal ini adalah kestabilan terhadap barang dan jasa
yakni inflasi dan kestabilan terhadap nilai tukar negara lain. Kemudia pada tahun
2017 Bank Indonesia mulai menggunakan Inflation Targeting Framework (ITF)
kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa
periode kedepan.
Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri tingkat inflasi juga mengalami fluktuatif,
dimana laju inflasi di Provinsi Sulawesi Selatan pada triwulan I 2016 sebesar
5.70 % (yoy) kemudian menurun pada triwulan ke IV sebesar 2.94 % (yoy). Pada
tahun 2017 triwulan I inflasi meningkat sebesar 3.42 % (yoy), kemudain
meningkat lagi pada twiwulan IV sebesar 4.44 % (yoy). Kemudian pada tahun
2018 realisasi inflasi kseseluruhan tercatat sebesar 3.50 % (yoy), meningkatnya
tekanan inflasi pada akhir 2018 dibandingan triwulan IV 2018 sebesar 3.50 %
(yoy) tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah yang
ada di Sulawesi Salatan.
Selain pengendalaian inflasi, tugas besar pemerintah yang sampai saat ini
belum terselesaikan adalah belum meratanya pertumbuhan ekonomi di seluruh
wilayah di Indoensia.
Dari data yang dipublikasikan BPS laju pertumbuhan ekonomi di seluruh
wilayah Indonesia pada triwulan I tahun 2018, seluruh pulau mengalami
pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi paling tinggi di
Maluku dan Papua. Rata-rata pertumbuhan Maluku dan Papua, Sulawesi, dan
Jawa diatas rata pertumbuhan 34 provinsi di Indonesia. Sementara itu,
rata-rata pertumbuhan wilayah yang lain lebih rendah. Pekonomian Maluku dan
Papua rata-rata tumbuh sebesar 18,4 % (YoY), tumbuh lebih cepat dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,4 % (YoY) dan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,4 % (YoY). Sementara untuk pulau
4
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5.6 % (YoY), dimana ada tiga provinsi
penyumbang perekonomian terbesar di Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Jawa Barat. Pada triwulan I tahun 2018, ekonomi DKI Jakarta tumbuh sebesar
6,0 % (YoY). Pertumbuhan ekonomi tersebut melambat dari triwulan I tahun
2017 yang besarnya 6,5 % (YoY), namun lebih cepat dari triwulan sebelumnya
sebesar 5,9 % (YoY). Adapun kontribusi Jakarta terhadap perekonomian daerah
pada triwulan I tahun 2018 adalah sebesar 29,9 %, sedikit lebih besar dari
triwulan I tahun 2017 yang sebesar 29,8 % meskipun lebih kecil dari triwulan
sebelumnya sebesar 30,0 %.
Selanjutnya disusul oleh Sumatera tumbuh sebesar 21.66 %, dimana
kontribusi perekonomian terbesar di Sumatera berturut-turut adalah Riau,
Sumatera Utara serta Sumatera Selatan dengan kontribusi masing-masing Riau
sebesar 23,2 %, Sumatera Utara sebesar 22,9 % dan Sumatera Selatan sebesar
12,9 % terhadap perekonomian daerah. Pada triwulan I tahun 2018, Sumatera
Selatan merupakan provinsi dengan pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu
sebesar 5,9 % (YoY). Pertumbuhan ini relatif sama dengan triwulan sebelumnya,
namun lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I tahun 2018
besarnya 5,2 % (YoY).
Kemudian pertumbuhan ekonomi di Kalimatan adalah sebesar 8.20 %,
dimana provinsi yang memilki peranan terbesar bagi perekonomian nasional
adalah Kalimantan Timur dengan kontribusi sebesar 52,4 % terhadap
perekonomian. Pada triwulan I tahun 2018, Kalimantan Timur meningkat sebesar
1,8 % (YoY) relatif lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar
1,6 % (YoY), namun kemudian melambat dari triwulan yang sama tahun
merupakan provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi yaitu sebesar
5,6 % (YoY). Pertumbuhan tersebut kemudian melambat dari triwulan I tahun
2017 maupun triwulan sebelumnya yang masing-masing mencapai 6,2 % (YoY)
dan 7,0 % (YoY). Adapun kontribusi perekonomian dari Kalimantan Utara
terhadap perekonomian provinsi adalah yang paling rendah diantara provinsi lain
yaitu sebesar 7,0 % dan sisanya sekitar 5.54 % yang bersumber dari pulu-pulau
lainnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan berdasarkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), pada trwiulan IV 2016 pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan sebesar 7.67%(yoy) hal ini meningkat dibandingkan pada
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6.80% (yoy). Kemudian pada triwulan I 2017
menurun sebesar 7.75% (yoy) lalu meningkat lagi pada triwulan IV 2017 sebesar
7.78% (yoy). Kemudian pada triwulan IV 2018 tumbuh mencapai 6.47% (yoy)
melambat pada triwulan sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2019 pertumbuhan
ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan tumbuh sebesar 6.6% (yoy), meningkat dari
tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh kuatnya
konsumsi dan masih positifnya kontribusi investasi dan ekspor Luar Negeri,
meskipun relative melambat. Dilihat dari sisi lapangan usaha, perdangan serta
industri manufaktur merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan pada triwulan I 2019.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah di Indonesia, yaitu dengan
mengeluarkan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah dibentuk dengan
tujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah,
6
publik agar lebih efisien. Otonomi daerah di sahkan secara resmi pada tanggal 1
Januari 2001. Untuk lebih mendukung dalam pelaksanaan kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah, maka pemerintah mengeluarkan
undang-undang yang menyangkut pembangunan daerah yaitu UU No. 32 tahun 2004
yang mengatur tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Dengan adanya kedua undang-undang ini akan dapat memberikan kewenangan
terhadap daerahnya dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah secara
proporsional.
Kemajuan suatu daerah tentu sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi dan jumlah pendapatan daerah yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat. Dimana besarnya kontribusi pengeluaran pemerintah daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu peluang yang dapat
mendorong perekonomian daerah itu sendiri. Adapun sumber-sumber
penerimaan daerah berupa pendapatan asli daerah (PAD) dan dana
perimbanangan berupa dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK),
serta dana bagi hasi (DBH).
Salah satu pendapatan daerah yang memiliki kontribusi penting dalam
proses perumbuhan ekonomi daerah adalah Dana Perimbangan. Dana
Perimbangan adalah sejumlah pendapatan yang diterima pemerintah daerah
yang berasal dari sumber eksternal dan tidak memerlukan adanya pembayaran
kemabali (Patrick,2017). Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
bertujuan untuk mengurangi kesenjagan fiskal antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Dana perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) pendapatan yang berasal dari dana perimbangan memiliki
kecenderungan meningkat dengan kontribusi sebesar 41,27 % pada 20016 dan
46,15 % pada 2017 terhadap total pendapatan tetapi kemudian menurun di tahun
2018 yakni sebesar 45,38 %.
Melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah ini diharapkan dapat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di
seluruh wilayah di Indonesia khususnya daerah-daerah yang pertumbuhan
ekonominya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah lainnya.
Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah bukan hanya
sekedar terletak pada pengendalaian laju inflasi tetapi juga harus di dorong
dengan penggembangan potensi yang ada disetiap daerahnya, hal dapat
terwujud salah satunya yaitu dengan pemanfaatan dana perimbangan yang
diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah. Berdasarkan pemaran
teori dan data dari berbagai sumber tersebut, inflas dan Dana Perimbangan
memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan ekonomi di seluruh derah di
Indoensia termasuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini membuat peneliti
tertarik untuk meneliti "Peran Inflasi dan Dana Perimbangan Terhadap
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sulawesi Selatan ?
2. Apakah Dana Perimbangan berpegaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan ?
3. Variabel manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Perimbangan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap
D. Manfaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sarana yang
bermanfaat dalam mengimplementasikan pengetahuan penulis yang
diperoleh di bangku kuliah terkait dengan penelitian ini serta dapat
menambah wawasan dalam melihat perbedaan ilmu teori dengan
praktik di lapangan.
2. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memperhatikan
aspek-aspek yang penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.
3. Bagi Akademik
Penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi atau sebagai
bahan referensi dalam pengembangan teori mengenai inflasi, Dana
Perimbangan dan pertumbuhan ekonomi, bagi yang ingin malakukan
penelitian di kemudian hari serta dapat memberikan kontribusi dalam
menambah wawasan keilmuan kepada civitas akademik terkait dengan
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Teori Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Menurut teori Keynes
inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuan ekonominya. Menurut Kalalo, ddk (2016) kenaikan
harga-harga disebabkan oleh faktor-faktor musiman, misalnya menjelang
peringatan hari-hari besar atau yang terjadi hanya sekali saja dan tidak
mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi.
Menurut Bank Indonesia (BI), inflasi sebagai Inflation Targeting
Framework. Inflasi merupakan kecenderungan harga-harga untuk
meningkat secara umum dan secara terus menerus. sedangkan
menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi adalah sebuah nilai ketika
tingkat dari harga yang berlaku di dalam suatu bidang ekonomi.
Sebagai salah satu dari indikator di dalam melihat kestabilitasian
perekonomian satu wilayah tertentu, perkembangan harga jasa dan
konsumen. Dengan demikian, angka inflasi amatlah mempengaruhi
besar kecilnya produksi suatu barang.
Dari beberapa pemaran dari berbagai ahli, maka dapat
disimpulkan bahwa inflasi adalah kenaikan harga secara keseluruhan
yang terjadi secara terus-menerus dalam kurun waktu yang lama.
1) Jenis-jenis Inflasi
a. Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahannya
1. Inflasi rendah, yaitu inflasi yang tingkat laju inflasinya kurang
dari 10% per tahun. Dimana tahun ini Bank Indonesia
menargetkan pencapaian inflasi Indonesia berada pada kisaran
4% (+/-1%) sehingga dapat dikategorikan sebagai inflasi rendah.
2. Inflasi menengah, yaitu jenis inflasi yang besarnya berkisar
antara 10-30% per tahunnya.
3. Inflasi berat, yaitu jenis inflasi yang besarnya berkisar 30-100%
per tahunnya.
4. Hyperinflation, yaitu jenis inflasi dimana laju inflasinya per tahun
berada di atas angka 100%. Indonesia sendiri pernah
mengalami hal ini pada masa Orde Lama, dimana besarnya
12
b. Jenis inflasi berdasarkan sumbernya:
1. Inflasi dalam negeri, yaitu inflasi yang terjadi karena
peningkatan permintaan masyarakat yang lebih cepat
dibandingkan kemampuan pasar untuk memenuhinya.
2. Inflasi luar negeri, yaitu jenis inflasi yang timbul karena inflasi
yang terjadi pada negara lain yang menyebabkan harga
barang-barang impor meningkat dan ketika barang impor
tersebut digunakan sebagai bahan baku industri, maka inflasi
akan mempengaruhi harga akhir barang-barang tersebut
nantinya.
c. Jenis inflasi berdasarkan faktor penyebabnya
1. Demand pull inflation
Demand pull inflation yaitu inflasi yang terjadi ketika
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa relatif lebih
tinggi dibandingkan kemampuan pasar untuk menyediakan
kebutuhan tersebut pada waktu itu. Sebagai contoh menjelang
hari raya, biasanya harga barang-barang pokok, makanan ringan
dan pakaian mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan
kebutuhan masyarakat yang relatif meningkat dibandingkan
dengan hari-hari biasanya.
2. Cost push inflation
Cost push inflation yaitu inflasi yang terjadi ketika adanya
untuk memproduksi barang dan jasa, sehingga harga barang dan
jasa mengalami penyesuaian dengan adanya kenaikan harga.
Cost push inflation biasanya disebabkan oleh adanya depresiasi
nilai tukar, inflasi di negara pengekspor barang mentah, dan dapat
pula terjadi karena adanya bencana alam dan terganggunya
sistem distribusi.
Menurut Sisi Nur Indriyani (2016) ada tiga komponen yang
menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi
1. Kenaikan Harga
Maksud dari kenaikan harga adalah harga suatu barang saat ini
lebih mahal dari harga sebelumnya.
2. Bersifat umum
Dikatakan bersifat umum karena kenaikan harga suatu barang
tertentu diikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya.
3. Berlangsung secara terus-menerus
Naiknya harga suatu barang tidak bisa dikatakan inflasi jika harga
barang tersebut hanya terjadi sesaat. Penghitungan inflasi dilakukan
dalam rentang waktu minimal bulanan. Jika terjadi dalam waktu
bulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan
14
2. Beberapa efek yang ditimbulkan dari inflasi, yaitu :
1. Efek terhadap pendapatan (Equity Effects)
Efek terhadap pendapatan pada umumnya tidak merata, ada yang
dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dari inflasi. Seseorang
yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya
inflasi. Misalnya seseorang yang memperoleh pendapatan tetap
sebesar Rp. 1.000.000/tahun sedang laju inflasi sebesar 10%
akan memderita kerugian pendapatan sebesar laju inflasi tersebut,
yaitu sebesar Rp. 100.000.
2. Efek terhadap efisiensi (Efficiency effects)
Perubahan ini biasanya terjadi melalui kenaikan permintaan akan
berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong
terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak
efisien.
3. Efek terhadap Output (Output effects)
Dalam menganalisis kedua efek dialas Equity dan Efficiency
effects digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini
dilakukan supaya dapat diketahui efek inflasi terhadap distribusi
2. Tinjauan Teori Dana Perimbangan
Pengertian Dana perimbangan dalam Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 18 tentang Perimbangan antar
Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana
Perimbangan diartikan sebagai dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN), yang dialokasikan kepada
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi (Departemen Keuangan, 2004).
Integovernmental Revenue atau yang biasa dikenal dengan
nama dana perimbangan merupakan hasil kebijakan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah di bidang desentralisasi fiskal
dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan fiskal antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Desentralisasi adalah kewenangan
yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi kewenangan daerah dan
pembiayaannya diambil dari sumber-sumber penerimaan daerah
yang ada. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi telah diatur secara tegas dalam
undang-undang No. 25 tahun 1999 yang kemudian mengalami revisi menjadi
undang-undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yaitu :
1. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DPH) merupakan dana yang bersumber dari
16
berdasarkan angka prsentase untuk memenuhi kebutuhan daerah
tersebut.
Dana bagi hasil teridiri dari :
a. Dan Bagi Hasil Pajak, terdiri dari
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Penerimaan Negera dari hasil PBB dibagi imbang yaitu
sebesar 10% untuk Pemerintah Pusat dan sebesar 90%
untuk Pemerinta Daerah, dengan rincian sebagai berikut :
1) Untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 16,2%;
2) Untuk kabupaten/kota yang bersangkutan sebesar 64.8%;
dan
3) Untuk biaya pemungutan sebesar 9%.
Sedangkan untuk bagian Pemeritah sebesar 10% yang
dialokasikan kepada seluruh kabupaten dan kota. Dimana
pengealokasian di kabupaten dan kota dibagi dengan rincian
sebagai berikut :
1) Sebesar 6,5% dibagikan kepada seluruh kabutan dan
kota; dan
2) Untuk insentif kepada kabupaten/kota sebesar 3,5%,
yang realisasi pnerimaan PBB Perdesaan dan Perkotaan
pada than sebelumnya yang telah mencapai atau
2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Dimana pembagiannya itu sendiri terdari dari 20% untuk
pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah yang
akan dibagikan keseluruh kabupaten dan kota. Dengan rincian
pemabgiannya sebagai berikut :
1) Untuk provinsi yang bersangkutan sebesar 16%; dan
2) Dan untuk kabupaten dan kota sebesar 64%.
3. Pajak Penghasilan
Pajak Pengahsilan (PPh) diatur dalam Pasal 25 dan Pasal 29
tentang Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh
WPOPDN) dan Pasal 21 tentang Pajak Pengahasilan (PPh),
dimana rincian pembagiannya sebagai berikut:
1) Untuk kabupaten dan kota sebesar 60%
2) Dan untuk provinsi sebesar 40%
b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
1. DBH Sumber Daya Alam Kehutanan
1) Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH)
DBH Kehutanan dari IIUPH sebebesar 80%, dimana
pembagiannya untuk untuk provinsi sebesar 16% dan
18
2) Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
Untuk DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk
daerah sebesar 80% dengan pembagiannya yaitu : untuk
provinsi yang bersangkutan sebesar 16%, untuk kabupaten
dan kota penghasil sebesar 32% dan untuk kabupaten dan
kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar
32%.
3) Dana Reboisasi (DR).
DBH Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi (DR),
untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan
diberikan sebesar 40% kepada kabupaten dan kota
penghasil.
2. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Umum
Penerimaan Pertambangan Umum yang dihasilkan oleh
wilayah yang bersangkutan dibagi masing-masing untuk
pemerintah pusat sebesar 20% dan untuk pemerintah daerah
80 %.
3. DBH Sumber Daya Alam Perikanan
DBH Perikanan yang berasal dari Pungutan Pengusaha
Perikanan dan Pungutan Hasul Perikanan diberikan kepada
daerah sebesar 80% untuk seluruh kabupaten/kota dengan
4. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak dan Bumi
DBH pertambangan minyak dan bumi yang dihasilkan oleh
penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak
bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah
dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya sebesar
15,5%.
5. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi
DBH sumber daya alam pertambangan dan gas bumi yang
dihasilkan dari wilayah yang bersangkutan kemudian dikurangi
komponen pajak dan pengutan lainnya yaitu sebesar 69,5%
untuk pemerintah pusan dan 30,5% untuk pemerintah daerah.
6. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi
DBH Pertambangan Panas Bumi yang diihasilkan dari wilayah
yang bersangkutan sebesar 20% untuk pemerintah pusat dan
80% untuk pemerintah daerah.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana dana yang
bersumber dari APBN dimana pengalokasian dana tersebut
bertujuan untuk pemerataan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah guna memenuhi kebutuhan dalam
terselenggaranya pelaksanaan desentralisasi. Disamping itu DAU
juga memilki tujuan lain yaitu untuk memenuhi pendanaan dari
20
tentu kegiatan tersebut tidak terlepas dari tujuan untuk mendorong
percepatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Jumlah Dana Alokasi Umum (DAU) yang diberikan kepada
daerah ditetapkan sebesar 25% dari penerimaan dalamnegara yang
bersumber dari APBN. Untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota
diberikan masing-masing sebesar 10% dan 90%.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas daerah. DAK ditujukan
untuk daerah khusus yang terpilih untuk tujuan khusus, karena itu
alokasi yang didistribusikan oleh pemerintah pusat sepenuhnya
merupakan wewenang pusat untuk tujun nasional khusus.
3. Tinjauan Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono, (2016:2) teori pertumbuhan ekonomi
didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang
menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan
penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu
sama lain, sehingga menjadi proses pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan
diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Pertumbuhan ekonomi adalah masalah ekonomi jangka
panjang , hal ini menyangkut tentang kualitas usmber daya manusia,
ketersediaan sumber daya alam dan proses terjadinya output sahingga
mengasilkan pendapatan bagi masyarakat. Adanya pertumbuhan
ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi dalam
kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian
dalam selang waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan
ekonomi maka semakin cepat proses pertambahan output wilayah
sehingga prospek perkembangan wilayah semakin baik.
Menurut Susanti dkk, (2000:23) bahwa pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan
tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Menurut Todaro dan Smith (2004) terdapat tiga faktor atau
komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu
akumulasi modal (capital accumulation), pertumbuhan penduduk (growth
in population), dan kemajuan teknologi (technological progress).
Didalam ilmu ekonomi tentunya tidak hanya terdapat satu teori
pertumbuhan, tetapi terdapat banyak teori pertumbuha. Berbagai ahli
ekonom, tentu memilki pandangan yang berbeda-beda terhadap proses
22
sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan
membuat suatu kebijakan.
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Boediono (2016:4) dalam bukunya yang berjudul “Teori Pertmbuhan Ekonomi”, teori pertumbuhan ekonomi di kelompokkan dalam 2 bagian yaitu, teori pertumbuhan klasik dan teori pertumbuhan modern.
a. Teori Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi :
1. Jumlah penduduk
2. Jumlah stok barang-barang modal
3. Luas tanah
4. Kekayaan alam
5. Tingkat teknologi yang digunakan
Namun meskipun pertumbuhan ekonomi tergantung dari banyak
faktor, ahli-ahli ekonomi klasik menitik beratkan perhatiannya kepada
pertambahan penduduk. Hal ini dikarenakan hukum yang dianut
ekonomi klasik yaitu hasil tambahan yang semakin berkurang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Para ahli yang mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi
Arthur Lewis. Adam Smith mengemukakan bahwa dengan adanya
pertmbuhan penduduk maka akan tejadi pertambahan output (GDP)
total yang akan menyebabkan terjadinya pertmbuhan ekonomi.
Sedangkan pada teori David Ricardo mengatakan bahwa pertumbuhan
penduduk yang semakin besar akan menyebabkan jumlah tenaga kerja
meningkat. Upah tersebut hanya dapat digunakan untuk membiayai
taraf hidup minimum sehingga perekonomian akan mengalami
kemandengan (stationary state). Teori Arthur Lewis sebenarnya
ekonomi yang hidup di zaman modern, tetapi teori pertumbuhannya
langsung bersumber dari teori klasik. Perbedaan teori Lewis dengan
teori klasik Adam Smith dan David Ricardo terletak pada penekanan
aspek dualisme perekonomian yaitu adanya sektor modern dan sektor
tradisional yang masing-masing memilki ciri-ciri ekonomi khusus.
b. Teori Modern (Neoklasik)
Para ahli yang mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi
modern Keynes, Robert Solow dan Trevor Swan. Menurut Keynes
dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja ditentukan
oleh permintaan agregat. Keynes yakin bahwa kebijakan moneter
maupun kebijakan fiscal harus digunakan untuk mengatasi
pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Sedangkan pada teori
Robert Solow dan Trevor Swan memusatkan perhatiannya pada
bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi modal, kemajuan
teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertmbuhan
24
Ada empat yang melandasi model neoklasik, yaitu :
1. Tenaga kerja atau penduduk, tenaga kerja (L) tmbuh dengan laju
tertentu.
2. Adabya fungsi produksi Q = F (K,L) yang berlaku bagi setiap
periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (propersity to save) oleh
masyrakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output
(Q). tabungan msyarakat S = sQ, bila Q naik maka S juga akan naik
begitupun sebaliknya.
4. Semua tabungan msyarakat diinvestasikan S = I = αK. Proses pertumbuhan dalam model neoklasik selalu memenuhi syarat
warranted rate of growth, karena S selalu dianggap dengan I.
2. Faktor-Faktor Yang Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Nano Prawoto (2019:67) didalam pertmbuhan ekonomi ada
empat faktor dalam penentu pertumbuhan perkonomian, yaitu:
1. Sumber-sumber Daya Alam
Kekayaan alam diberbagai negara tentu berbeda-beda. Bagi
suatau Negara yang memilki kekayaan alam yang melimpah tentukan
akan nilai tambah yang akan digunakan sebagai alat untuk memacu
pertumbuhan ekonominya. Peran pemerintah dalam memanfaatkan
sumber daya alam yang melimpah dengan sebaik-baiknya, tentu akan
Negara tersbut akan menarik investor untuk menanamkan
odalnya disektor-sektor yang produktif dan tentu saja akan
memperluas hasil produksi untuk diperdagankan didalam lingkup yang
lebih besar sehingga hal ini dapat mendorong percepatan
pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
2. Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penentu
dalam pertumbuhan ekonomi. Kualitas sumber daya a manusia yang
baik akan dapat meningkatkan kapasitas produksi dan dapat
mengeksplorasi sektor-sektor perekonomian menjadi lebih produkstif.
Di negara-negara berkembang yang memliki banyak penduduk tentu
harus memliki kualitas sumber daya manusia baik sehingga jumlah
pengangguran dapat ditekan dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusianya.
Peran pemerintah dalam meningkankan kulitas sumber daya
manusia sangat diperlukan, baik itu dari pemberian pelatih kerja,
pendampingan dan pendidikan sehingga jumlah penduduk yang
banyak tidak menjadi beban tersendiri tetapi bias menjadi alat dalam
proses pertmbuhan ekonomi negaranya.
3. Akumulasi Kapital dan Penerapan Teknologi
Peranan barang-barang modal sangat penting baik bagi negara
maju maupun negara berkembang. Negara-negara yang masih
26
membutuhhkan peranan barang modal. Bukan hanya sekedar tingkat
akumulsi kapital saja tetapi juga harus diiringi dengan penerapan
teknologi modern agar tingkat produktivitasnya lebih optimal.
Penerapan teknologi ini dapat digunakan untuk mengeksplorasi
terhadap sumber-sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi,
tentu hal ini akan sangat membantuh bagi masyarakat. Jika
barang-barang modal dapat berjalan secara beriringan denga penerapan
teknologi yang modern maka akan menciptakan efisiensi dan
produktivitas yang optimal.
4. Kondisi Sosial Masyarakat
Dalam proses pertmbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh
kondisi sosial masyarakat dalam suatu negara. Dibeberapa wilayah
masih banyak masyarakat yang masih memegang teguh adat
istiadatnya, seperti masyarakat yang bermata pencarian sebagai petani
mereka masih menggunakan alat-alat tradisioanl untuk melakukan
aktivitas pertaniannya, tanah yang masih banyak dipegang oleh tuan
tanah shingga sulit untuk dimanfaatkan secara bersama-sama dan
beberap contoh lainnya. Dengan kondisi yang demikian tentu akan
menghambat proses percepatan dalam pertumbuhan pereonomian.
Hal ini dapat diatasi dengan adanya peran pemerintah untuk
memberikan meberikan sosialisai atau pendidikan bagi masyarakat
agar keterbukaan wawasan dan kemajuan teknologi dapat
B. Tinjauan Empiris
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang menajdi bahan pertimbangan
dalam penelitian ini, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
(Tahun)
Judul Metode Hasil
1. Nurfadilah Aris, Sri Astuty, dan Andi Samsir (2019) Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan
Jenis data dalam penelitian ini
adalah berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time-series (runtutan
waktu).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi sulawesi selatan.
2. Rizal Ronaldo (2019) Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Makro di Indonesia Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. Artinya ketika inflasi meningkat maka
pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.
Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di indonesia. 3. Fani Wiraswast a, M. Pudjihardjo , Putu Mahardika Adis Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal di Kota Dalam Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan masuk dalam kategori explanatory research
Penelitian ini menemukan bahwa semua hipotesis dalam penelitian ini terbukti secara positif dan
signifikan.
Dana perimbangan dan pendapatan asli daerah mempunyai pengaruh yang
28 (2018) Wilayah Jawa Timur (Tahun 2009-2014) (penelitian penjelasan).
positif dan signifikan secara langsung terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, ataupun tidak langsung melalui mediasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Rif’ah Shafwah, Junaiddin Zakaria, A.M. Hasbi. (2018) Pengaruh Inflasi, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Makassar Tahun 2008-2017 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non perilaku 1. Inflasi memberikan pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017.
2. PMDN memberikan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kota Makassar periode tahun 2008-2017. Artinya apabila terjadi peningkatan PMDN maka akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar dan sebaliknya apabila terjadi penurunan PMDN maka akan menaikkan pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar.
3. PMA memberikan pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017. 5. Yusra Mahzalena Pengaruh Inflasi, Pengeluaran
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini
1. Inflasi memiliki korelasi positif dan tidak
, Hijri Juliansyah (2019) Pemerintah dan Ekspor TerhadapPertu mbuhan Ekonomi di Indonesia adalah data kuantitatif Pertumbuhan Ekonomi. 2. Pengeluarn Pemerintah memiliki korelasi positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama priode penelitian.
3. Ekspor memiliki korelasi negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 4. Berdasarkan analisis Inpulse Response variabel pertumbuhan ekonomi membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun agar response
pertumbuhan ekonomi kembali stabil akibat shock yang diberikan oleh inflasi,
pengeluaran
pemerintah dan ekspor.
5. Kemudian dengan analisis impluse respon variable inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dari tahun pertama sampai tahun ketiga menurun signifikan dan negatif serta tahun kelima mencapai titik kesimbangan atau equilibriumnya. Artinya butuh waktu empat tahun agar
pertumbuhan ekonomi mengalami kestabilan setelah terjadi shock
30 pada inflasi. 6. Respon pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi pada awal periode mengalami fluktuasi positif sampai tahun keempat dan mencapai titik keseimbangan pada tahun kelima. Kemudian respon pengeluaran
pemerintah mengalami fluktuasi dari tahun keempat mengalami peningkatan sampai pada tahun kedelapan serta positif dari tahun kelima sampai tahun ke kesepuluh terhadap variabel itu sendiri. Artinya butuh waktu enam tahun agar pengeluaran
pemerintah kembali stabil.
7. Respon ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi pada awal periode mengalami fluktuasi sampai tahun kedelapan dan mencapai titik keseimbangan pada tahun kesembilan. Kemudian respon ekspor mengalami fluktuasi dari tahun pertama mengalami peningkatan hingga pada tahun ketiga serta
positif dari tahun keempat sampai tahun ke sepuluh terhadap variabel itu sendiri. Artinya butuh waktu delapan tahun agar ekspor agar kembali stabil. 6. Muhamma d Syukri, Hinayah (2019) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten & Provinsi Sulawesi Selatan Metode penelitian ini adalah kuantitatif sekunder.
Pengujian model regresi berganda menunjukkan bahwa secara simultan pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus
berpengaruh terhadap belanja modal.
Sedangkan pengujian secara peesial, hanya variabel PAD yang berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemajuan daerah.
7. Dewi Chrisanty Paat, Rosalina A.M.Kolea ngan, Vekie A. Rumate (2018) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Dampaknya Terhadap Kemiskinan di Kota Bitung Teknik analisis yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa PendapatanAsli Daerah (PAD)
berpenagaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi akan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan.
Dana perimbangan
berenagruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
32
akan tetapi tidak berpengaruh signifikan secara statistik.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan dan signifikan secara secara statistik. Dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan di Kota Bitung akan tetapi tidak
berpengaruh signifikan secara statistic.
C. Kerangka Pemikiran
Inflasi dan pertumbuhan ekonomi memilki hubungan yang erat, baik itu
jika laju inflasi yang tinggi maupun tingkat laju inflasi yang rendah. Inflasi
ringan ini akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi, hal ini terjadi karena
inflasi ringan ini memberi semangat kepada para pengusaha untuk lebih
menaikkan kualitas produksinya. Sedangkan jika inflasi yangterjadi nilai lebih
dari 10%, maka inflasi ini akan berdampak negative bagi perekonomian suatu
Negara, karena harga barang yang terlampau jauh tidak dapat dinjagkau oleh
konsumen yang akan berdampak pada penurunan produksi oleh para
pengusaha. Dengan demakian dapat dikatakan bahwa inflasi yang tingi dapat
memanganggu kelancaran sisitem perokonomian yang akan berdampak
pada penurunan pertumbuhan ekonomi.
Dimana besarnya kontribusi pengeluaran pemerintah daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu peluang yang dapat
yang memiliki kontribusi penting dalam proses perumbuhan ekonomi daerah
adalah Dana Perimbangan.
Melalui perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah ini diharapkan dapat mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi di seluruh wilayah di Indonesia khususnya daerah-daerah yang
pertumbuhan ekonominya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah
lainnya.
Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah bukan hanya
sekedar terletak pada pengendalaian laju inflasi tetapi juga harus di dorong
dengan penggembangan potensi yang ada disetiap daerahnya, hal dapat
terwujud salah satunya yaitu dengan pemanfaatan dana perimbangan yang
diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah daerah.
Berdasarkan landasan teori dan kajian terhadap penelitian terdahulu,
maka disusun suatu kerangka pemikiran teori mengenai penelitian yang akan
34
Gambar 2.1 Keteranga = Uji Parsial
= Uji Simultan
Variabel yang akan diteliti adalah pertumbuhan ekonomi sebagai objek
utama penelitian ini dan juga sebagai variabel dependen. Dan variabel lainnya
sebagai variabel independen yaitu inflasi dan Dana Perimbangan.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap
rumusan masalah dalam suatu penelitian yang menggunakan kalimat
pertanyaan. Berdasarkan urian permasalahan, teori, konsep, serta kerangka
pemikiran tersebut, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini
adalah :
Intergovernmental
Revenue
(X2)1. Dana Bagi Hasil (DBH)
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Dana Alokasi Khusu (DAK)
Inflasi
(X1)
Indeks Harga Konsumen (IHK) Pertumbuhan Ekonomi (Y) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)1. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil dari penelitian Rizal Ronaldo (20019) yang
berjdudul “Pengaruh Inflasi dan Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Makro di Indonesia” menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, artinya
ketika inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan rendah.
Sedangkan berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rif’ah Shafwah, dkk (2018) menentukan bahwa Inflasi memberikan pengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan
ekonomi di Kota Makassar periode tahun 2008-2017.
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hipotesisi dalam penelitian ini :
H1 : Inflasi diduga berpengaruh posoitif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan hasil dari penelitian Nurfadilah, dkk (2019) yang
berjudul “Pengaruh Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi 3 Kota di Provinsi Sulawesi Selatan” menyatakan bahwa secara simultan variabel dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di 3 Kota Provinsi Sulawesi
Selatan.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fani Wiraswasta,
M. ddk (2018), dengan judul “Pengaruh Dana Perimbangan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui
36
menyatakan bahwa semua hipotesis dalam penelitian ini terbukti secara
positif dan signifikan. Dana perimbangan dan pendapatan asli daerah
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan secara langsung
terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, ataupun tidak
langsung melalui mediasi belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
hipotesisi dalam penelitian ini :
H2 : Dana perimbangan diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan. Dana perimbangan
mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Pengaruh Dana Inflasi dan Perimbangan Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Berdasarkan dari beberapa pemaparan dari landasan teori dan
kajian terhadap penelitian terdahulu. Dimana sebagian besar
menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh secara tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi sdengkan untuk dana perimbangan menyatakan
bahwa varaiabel dana perimbangan berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dari pemaparan teori tersebut, dapat disimpulakan bahwa hipotesis dari :
H3 : Sehingga dapat disimpulkan bahwa diduga variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap pertumbuhanekonomidi Provinsi Sulawesi Selatan adalah varaibel dana perimbangan.
37 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah jenis
penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013: 13), metode penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
Sedangkan pendekatan yang digunakan pada penilitian ini yaitu
pendektan deskriptif kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang
bertujuan menggambarkan atau melakukan deskripsi angka-angka yang
telah diolah sesuai standardisasi tertentu. Adapun pengertian deskriptif
menurut Sugiyono (2012: 29) adalah metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagimana adanya,
38
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di Provinsi Sulawesi Selatan melalui Badan
Pusat Statistik (BPS), Jl. H. Bau No. 6, Kunjung Mae, Kec. Mariso, Kota
Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester VIII tahun 2019/2020. Secara
keseluruhan semau kegiatan dari penelitian dilakukan selama 2 bulan
yaitu sejak bulan Juni - Agustus 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Penelitian
Variabel merupakan suatu objek utama atau apa yang menjadi fokus
utama dalam suatu penelitian. Didalam penelitian ini terdapat satu variabel
dependen (terikat) dan terdapat dua variabel independen (bebas). Diaman
variabel-variabel yang digunakan, yaitu :
a. Variabel Dependen (Variabel Terikat) dalam penelitian ini adalah
Pertumbuhan Ekonomi (Y). Didalam penelitian ini pertumbuhan ekonomi
dilihat dari peningkatan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan atas dasar
harga konstan (dalam satuan rupiah).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah dari
keseluruhan nilaih tambah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan
b. Variabel Independen (Variabel Bebas), dalam penelitian ini terdapat dua
variabel independen yaitu inflasi (X1) dan Dana PerimbanganI (X2).
1) Infalsi
Didalam penelitian ini inflasi dilihat dari tingkat laju inflasi yang
dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK) di
Provinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
(2009-2018).
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang digunakan
untuk mengukur rata-rata perubahan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi rumah tanggga dan merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur laju inflasi.
2) Dana Perimbangan
Dana Perimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jumlah keseluruhan dana perimbangan Provinsi Sulawesi Selatan
yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
a) Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari APBN
yang didistribusikan kepada daerah yang bersangkutan
berdasarkan angka presentase tertentu untuk membiayai
kebutuhan daerah guna pelaksanaan desentralisasi.
b) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari
APBN yang didistribusikan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah dan
pemenuhan kebutuhan daerah dalam rangka pelaksaan
40
c) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang didistribusikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas daerah tersebut.
Tebal 3.1
Definisi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala Ukuran
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
PDRB atas dasar harga konstan
Rasio (%)
Inflasi (X1) Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Rasio (%)
Dana Perimbangan (X2) DBH, DAU dan
DAK
Rupiah (Rp)
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah tigkat inflasi,
Dana Perimbangan dan pertumbuhan ekonomi baik itu berupa laporan
cetak maupun publikasi di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun