• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Impor Indonesia Dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Impor Indonesia Dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR

INDONESIA DARI UNI EROPA MELALUI MODA

TRANSPORTASI UDARA

ANANDA GELIMANG KENCANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ANANDA GELIMANG KENCANA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara. Dibimbing oleh WIDYASTUTIK.

Selama periode tahun 2005-2011, volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara memiliki trend yang positif. Namun, di Indonesia masih sedikit yang melalui moda pengangkutan barang melalui transportasi udara dibandingkan dengan jasa pengangkutan penumpang. Hal tersebut terjadi karena kualitas infrasktruktur yang belum memadai sehingga memengaruhi biaya dan waktu dalam melakukan impor. Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel ekonomi seperti GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, nilai tukar riil, jarak ekonomi, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas bandara Indonesia, stabilitas politik Indonesia dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Hasil estimasi dengan menggunakan pendekatan gravity model menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh positif adalah GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan kualitas bandara Indonesia, sedangkan variabel efiktivitas pemerintahan Indonesia berpengaruh negatif secara signifikan.

Kata kunci: impor, moda transportasi udara, gravity model

ABSTRACT

ANANDA GELIMANG KENCANA. The factors Indonesian Import by Air Transport from European Union. Supervised by WIDYASTUTIK.

During the period of 2005-2011, the amount of Indonesian imports from EU countries through air transport shows a positive trend. However, Indonesia is still use less the services of transport of goods by air transportation comparing to the passenger transport services. This happens because of inadequate quality of the infrastructure that affect the cost and time of doing import. This study will analyze the factors that affect Indonesian imports from EU countries through air transportation. The variables in this study include economic variables such as GDP of EU countries and Indonesian, the real exchange rate, the economic distance, as well as non-economic variables such as the quality of the Indonesia's airport, Indonesia's political stability and effectiveness of the Indonesian government. The estimation results by using a gravity models indicate that the variables are significantly positive effect is GDP EU countries, Indonesia's GDP, the real exchange rate, the economic distance and quality of Indonesian ports, while the Indonesian government effectiveness variables significantly shows a negative effect.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR

INDONESIA DARI UNI EROPA MELALUI MODA

TRANSPORTASI UDARA

ANANDA GELIMANG KENCANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah impor, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Widyastutik, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan saran serta kritik selama proses penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepada staf Badan Pusat Statistik yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Hariz dan teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang selalu memberikan semangat selama proses penulisan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Kerangka Pemikiran 8

Hipotesis 10

METODE PENELITIAN 10

Jenis dan Sumber Data 10

Metode Analisis dan Pengolahan Data 10

GAMBARAN UMUM 14

Perkembangan Impor Indonesia dari Uni Eropa 14

Gross Domestic Product (GDP) 16

GDP per Kapita 16

Jarak Geografis 17

Perkembangan Populasi 18

Perkembangan Kualitas Bandara 19

Perkembangan Efektivitas Pemerintahan 19

Perkembangan Stabilitas Politik 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

SIMPULAN DAN SARAN 266

Simpulan 266

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 277

LAMPIRAN 30

(10)

DAFTAR TABEL

1 Volume impor dan volume ekspor Indonesia untuk beberapa negara tujuan

utama Tahun 2012-2013 2

2 Perkembangan impor migas dan non migas Indonesia tahun 2006-2011 15 3 Gross domestic product negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011 16 4 Jarak geografis antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa 17 5 Hasil estimasi data panel dengan pendekatan FEM 22

6 Cross-section effect 25

DAFTAR GAMBAR

1 Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda

transportasi udara Tahun 2005-2011 3

2 Jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di Bandara

Utama Indonesia Tahun 2006-2011 5

3 Kerangka Pemikiran 9

4 Impor Indonesia menurut golongan penggunaan barang tahun 2006-2011 15 5 GDP per kapita Indonesia dannegara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011 17 6 Jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011 18 7 Kualitas bandara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun

2006-2011 19

8 Efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun

2006-2011 20

9 Stabilitas politik Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun

2006-2011 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Statistik deskriptif variabel yang digunakan 30

2 Kolerasi antar variabel 30

3 Hasil uji normalitas 31

4 Hasil uji Chow 31

5 Cross-section effect 31

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perdagangan merupakan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang atau jasa baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan tujuan pemindahan hak atas barang/jasa tersebut untuk memperoleh imbalan atau kompensasi. Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah negara lain, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Secara teoritis, dua alasan utama terjadinya perdagangan internasional yang pertama karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain, artinya setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara yang melakukan perdagangan memiliki tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam produksi, artinya jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar karena akan lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut memproduksi segala jenis barang.

Perdagangan internasional memberikan manfaat yang cukup banyak, antara lain dapat memenuhi kebutuhan barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, dapat memperluas pasar sehingga dapat meningkatkan persaingan pasar di luar negeri, serta dapat mempelajari teknologi modern yang dilakukan oleh negara lain. Perdagangan internasional dibedakan menjadi dua kegiatan, yaitu ekspor dan impor. Ekspor merupakan kegiatan jual barang atau jasa ke negara lain yang dihasilkan oleh suatu negara. Impor ialah sebaliknya, yaitu kegiatan pembelian barang atau jasa suatu negara yang diperoleh dari luar negara lain.

Ekspor terjadi karena adanya kelebihan penawaran (supply) domestik, dimana harga relatif domestik lebih rendah dibandingkan dengan harga di negara lain. Adanya harga yang lebih tinggi di negara lain, maka penawaran barang tersebut akan beralih ke pasar internasional yang berupa ekspor. Suatu negara memproduksi barang dengan jumlah yang lebih banyak dari kebutuhan dalam negeri, maka negara tersebut dapat mengekspor kelebihan tersebut ke negara lain. Sedangkan, negara yang tidak mampu memproduksi barang tersebut, dapat mengimpor dari negara lain.

Kondisi terjadinya ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional, antara lain: adanya kelebihan dalam negeri sehingga dapat dijual ke luar negeri dengan kebijakan ekspor; adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk tertentu; adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri dibanding dalam negeri; adanya kebijakan ekspor bersifat politik; serta adanya pertukaran produk tertentu dengan produk lain yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.

(12)

2

Tabel 1 Volume impor dan volume ekspor Indonesia untuk beberapa negara tujuan utama tahun 2012-2013

Negara Asal Volume Impor Volume Ekspor

2012 2013 2012 2013

Tabel 1 disajikan data volume impor dan volume ekspor Indonesia terhadap beberapa negara tujuan utama. Selama kurun waktu 2012-2013, ekspor Cina dari Indonesia meningkat sebesar 32.44 persen. Sedangkan ekspor negara-negara Uni Eropa menurun sebesar 11.94 persen. Ekspor Amerika Serikat, Jepang dan Singapura meningkat berturut-turut sebesar 1.36 persen, 7.16 persen dan 1.96 persen. Penurunan kinerja perdagangan Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa ini menarik untuk dikaji.

Pada tahun 2013 kontribusi negara-negara Uni Eropa terhadap impor ke Indonesia sebesar 2.91 persen dari total volume impor berdasarkan negara tujuan utama. Sedangkan ekspor Indonesia yang berasal dari negara-negara Uni Eropa memberikan kontribusi sebesar 12.86 persen (BPS, 2015). Hal tersebut terjadi karena Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa mempunyai hubungan baik dalam kerjasama perdagangan. Bagi Indonesia, Uni Eropa merupakan tujuan ekspor terbesar ke-2 setelah Jepang dan sumber impor terbesar ke-4. Sedangkan bagi Uni Eropa, Indonesia merupakan sumber impor terbesar ke-19 dan tujuan ekspor terbesar ke-35. Uni Eropa memberikan pengaruh yang besar terhadap kondisi perkembangan pererkonomian Indonesia. Pada bidang ekonomi, dikatakan bahwa Uni Eropa tercatat sebagai mitra dagang terbesar ketiga Indonesia pada tahun 2011. Pada bidang investasi, Uni Eropa merupakan sumber investasi terbesar kedua bagi Indonesia. Karena itu, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa menjadi penting.

Perdagangan internasional tidak terlepas dari peran sektor transportasi dalam kegiatan perdagangan internasional baik impor maupun ekspor. Transportasi merupakan salah satu penunjang dalam kegiatan perdagangan internasional. Menurut Morlok (1984), fungsi transportasi yaitu untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi dapat menjamin kelancaran lalu lintas barang serta dapat menjamin kepemilikan atas barang.

(13)

3 Selama periode tahun 2005-2011 volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara memiliki trend yang positif. Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa menggunakan moda transportasi udara meningkat sebesar 3.89 persen pada tahun 2010-2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya moda transportasi udara terhadap perdagangan impor Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa. Selain itu, kondisi tersebut menunjukkan tingginya potensi perdagangan Indonesia yang menggunakan moda transportasi udara. Gambar 1 memperlihatkan volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara.

Gambar 1 Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara tahun 2005-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik 2012, diolah

Dengan demikian, perlu dilakukan analisis mengenai variabel-variabel yang menjadi faktor utama dan berpengaruh signifikan terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa transportasi udara. Hal ini perlu dilakukan untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dan tepat melalui peningkatan atas faktor-faktor yang signifikan terhadap perdagangan melalui jasa transportasi udara. Analisis yang dilakukan meliputi variabel ekonomi yaitu GDP pengeskpor, GDP pengimpor, jarak ekonomi, nilai tukar serta variabel non-ekonomi seperti kualitas bandara pengimpor, stabilitas politik pengimpor dan efektivitas pemerintahan pengimpor.

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

(14)

4

Perumusan Masalah

Impor merupakan cermin kedaulatan ekonomi bagi suatu negara. Alasan suatu negara melakukan impor yaitu mengalami defisiensi, artinya negara tersebut mengalami kekurangan/kegagalan dalam memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Impor yang selalu meningkat tiap tahunnya akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ini memerlukan kebijakan yang tepat untuk mengatasinya.

Uni Eropa merupakan sumber impor terbesar bagi Indonesia dari total impor setelah negara-negara ASEAN, Jepang, dan China. Bagi Uni Eropa, salah satu negara tujuan ekspor terbesar yakni Indonesia. Walaupun pada tahun 2000 sempat mengalami penurunan, jumlah impor yang berasal dari Uni Eropa mengalami peningkatan dalam kurun waktu tahun 2005 sampai 2011. Komoditas yang diekspor Uni Eropa ke Indonesia, meliputi mesin, elektronik, produk kimia, serta produk-produk yang relatif menggunakan teknologi canggih. Komoditas tersebut merupakan bahan baku/penolong dan bahan modal. Impor barang baku/penolong serta bahan modal memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi permintaan dalam negeri atas barang-barang yang pasokannya tidak diproduksi di dalam negeri atau tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di samping itu, impor penting untuk dilakukan apabila harga bahan baku di dalam negeri mahal karena hal ini akan berdampak pada tidak kompetitifnya produk suatu di pasar internasional sehingga daya saing produk ekspor negara tersebut rendah. Oleh sebab itu, impor tidak kalah penting dibandingkan dengan ekspor karena impor pun dapat merangsang perekonomian apabila didukung dengan kebijakan yang tepat dan sesuai.

Pada tahun 2009, impor Indonesia dari Uni Eropa sekitar 8.96 persen dari total impor seluruh dunia. Uni Eropa sangat potensial dalam meningkatkan teknologi, inovasi dan tenaga ahli di Indonesia. Dalam memberikan fasilitas hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa, maka pemerintah melakukan forum bilateral seperti Working Group on Trade and Investment (WGTI), Long Term Vision Indonesia-Uni Eropa (LTV), dan European Union-Indonesia Business Dialogue (EIBD) untuk meningkatkan kerjasama bilateral pada bidang perdagangan.

Sebagian besar barang impor dari negara-negara Uni Eropa diangkut melalui moda transportasi laut. Masih sedikit yang menggunakan jasa transportasi udara. Perkembangan penggunaan jasa pengangkutan barang melalui transportasi udara untuk pasar internasional pada tahun 2010, masih belum signifikan jika dibandingkan dengan pengangkutan penumpang. Hal tersebut terjadi akibat tingginya biaya angkut yang disebabkan karena angkutan yang selalu satu arah yaitu berangkat saja, sehingga menurunkan daya saing produk.

(15)

5 Data jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di Bandara Utama Indonesia Tahun 2006-2011 selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di Bandara Utama Indonesia Tahun 2006-2011

Sumber : PT (Persero) Angkasa Pura I dan II, 2012

Bandara Ngurah Rai mengalami penurunan jumlah barang sebesar 0.88 persen selama tahun 2006-2011. Pengiriman barang melalui jasa transportasi udara mengalami perkembangan yang cukup besar karena banyak perusahaan yang lebih memilih pengiriman barang-barangnya diangkut melalui jasa transportasi udara. Penggunaan jasa pengangkutan transportasi udara merupakan pilihan utama karena diperlukan waktu yang singkat untuk menempuh jarak yang jauh.

Sebuah sistem pengangkutan barang dalam perdagangan internasional dapat dikatakan efektif dan efisien jika dipengaruhi oleh teknologi yang memadai, kondisi infrastruktur yang baik dari bandara negara pengekspor maupun negara pengimpor, serta kebijakan ekonomi dan transportasi apa yang dianut oleh negara tersebut. Pada transportasi udara, barang yang dapat diangkut menggunakan jasa ini dimana media yang digunakan adalah pesawat terbang, maka karakteristiknya berupa barang dalam kemasan kecil dan dikirim melalui proses konsolidasi dengan kontainer udara dan memerlukan pengamanan yang lebih tinggi. Meskipun barang yang diangkut melalui moda transportasi udara relatif kecil, namun baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, barang yang diangkut memiliki nilai yang meningkat setiap tahunnya. Namun, fasilitas penanganan kargo di Indonesia masih terbatas. Contohnya, kondisi penanganan kargo di bandara Soekarno Hatta sudah tidak memadai jika dibandingkan dengan volume barang yang masuk. Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kargo diletakkan di luar gudang dengan risiko kehilangan ataupun kerusakan.

Perdagangan melalui transportasi udara tidak hanya dipengaruhi oleh variabel ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh variabel non-ekonomi yang terkait. Variabel non-ekonomi dalam gravity model biasanya bersifat saling mengisi dan melengkapi, dan pada umumnya mencerminkan indikator sosial-politik. Hal inilah

(16)

-6

yang membedakan gravity model dengan model-model ekonomi lainnya (Areethamsirikul, 2006).

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa yang memengaruhi impor Indonesia dari Uni Eropa melalui moda transportasi udara?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor Indonesia yang diangkut melalui jasa transportasi udara dari beberapa negara Uni Eropa.

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai permasalahan impor Indonesia melalui jasa pengangkutan udara.

2. Bagi pemerintah dan lembaga atau pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan untuk perumusan kebijakan dalam perdagangan, khususnya pada impor sehingga didapatkan manfaat dari perdagangan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi dampak dari variabel-variabel, baik dalam bidang ekonomi maupun non-ekonomi terhadap impor di Indonesia. Impor yang dimaksud pada penelitian ini yang berasal dari beberapa negara Uni Eropa, yaitu Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sedangkan, 17 negara Uni Eropa lainnya tidak dimasukkan karena memiliki persentase impor yang kecil. Penelitian ini hanya membahas tentang impor ke Indonesia dengan melalui moda transportasi udara.

TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan antar suatu negara dengan negara lainnya atas dasar saling percaya dan menguntungkan bagi satu sama lain. Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan pendapatan domestik suatu negara. Perdagangan internasional akan mendorong industrialisasi, proses peningkatan kualitas teknologi, serta peningkatan dalam sektor ekonomi, sosial, dan politik.

(17)

7 produksi produk dalam negeri sehingga perlu menjual ke negara lain; serta terdapat perbedaan iklim, sumber daya alam, budaya, penduduk, dan teknologi sehingga terdapat perbedaan hasil produksi.

Perdagangan internasional dapat dilakukan melalui kegiatan ekspor maupun impor. Kegiatan suatu negara menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor. Sedangkan kegiatan membeli barang maupun jasa dari negara lain disebut impor. Suatu negara akan melakukan ekspor jika mengalami kelebihan produksi dalam negeri, sehingga harus menjual ke negara lain. Suatu negara akan melakukan impor, jika negara tersebut kekurangan dalam menyediakan kebutuhan domestik, sehingga harus membeli dari negara lain.

Pemerintah melakukan impor bertujuan untuk memenuhi kebutuhan domestik yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri, baik berupa barang maupun jasa. Impor dilakukan dengan memasukkan produk luar negeri dengan risiko mengeluarkan valuta asing dari dalam negeri. Sehingga jika impor dilakukan secara terus menerus maka cadangan devisa negara tersebut habis yang mengakibatkan perekonomian negara tersebut akan mengalami penurunan.

Sebagian besar penelitian yang bertujuan untuk menganalisis perdagangan antar negara pada umumnya permintaan impor dibentuk oleh variabel GDP baik negara pengimpor maupun pengekspor, jumlah populasi negara pengimpor dan negara pengekspor, jarak ekonomi antar kedua negara, serta kualitas dari bandara. Beberapa penelitian juga menggunakan variabel efektivitas pemerintahan dan stabilitas politik negara pengimpor dalam model estimasinya.

Variabel GDP pada sebagian besar penelitian mempunyai pengaruh positif terhadap permintaan impor di suatu negara. GDP negara pengekspor dapat meningkatkan perdagangan karena adanya peningkatan output sehingga ekspor yang dilakukan besar. Namun, apabila output meningkat tetapi tidak ada kegiatan ekspor, maka barang yang dihasilkan masih memenuhi pasar dalam negeri. GDP negara pengimpor memiliki hubungan positif dengan daya beli masyarakat. Jika pendapatan negara importer tinggi, maka akan meningkatkan permintaan barang-barang impor di negara tersebut.

Variabel yang sering digunakan selain GDP, yaitu jarak ekonomi. Jarak ekonomi berdasarkan jarak antar ibukota negara pengekspor dengan ibukota negara pengimpor yang dibagi dengan GDP negara pengekspor kemudian dikalikan total GPD negara pengekspor. Menurut Jayangsari (2006), jarak dapat meningkatkan biaya transaksi perdagangan internasional baik barang maupun jasa. Semakin jauh jarak antar suatu negara dengan negara lainnya, maka semakin besar biaya transportasi perdagangan yang dilakukan, sehingga perdagangan menjadi menurun.

Dalam perdagangan internasional dengan menggunakan jasa transportasi, baik melalui laut maupun udara, dibutuhkan kualitas bandara yang baik. Kualitas dari bandara dapat dikatakan sebagai indikator penting dalam perdagangan internasional. Berdasarkan penelitian Wilson et al (2003) dalam Zahidi (2012) menunjukkan bahwa variabel kualitas infrastruktur pelabuhan memiliki pengaruh positif terhadap aliran perdagangan.

(18)

8

Efektifitas pemerintahan merupakan salah satu prinsip dari good governance. Efektifitas pemerintah dapat menunjukkan kualitas pemerintah dalam menyediakan pelayanan publik, efisiensi birokrasi, kualitas dalam perumusan kebijakan dan pelaksanaannya, serta kredibilitas pemerintah terhadap kebijakan tersebut.

Dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi impor di seluruh kawasan (ASEAN+6 dan non ASEAN+6) yang dilakukan oleh Wulandari (2012), diketahui bahwa hanya variabel GDP riil yang mempunyai pengaruh positif terhadap impor. Variabel lainnya seperti nilai tukar riil dan volatilitas nilai tukar riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impor.

Hasil yang didapat pada penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan impor bawang merah dan kentang di Indonesia yang dilakukan oleh Manik (2012) yaitu variabel yang memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan impor diantaranya variabel GDP negara pengekspor, GDP negara pengimpor, dan jarak ekonomi. Pada penelitian yang menggunakan Gravity Model ini didapatkan variabel nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap impor.

Hasil penelitian Jayangsari (2006) tentang menganalisis dampak trade facilitation terhadap perdagangan bilateral Intra-ASEAN menunjukkan variabel GPD negara pengekspor, GPD negara pengimpor, populasi pengekspor transparansi indeks, tarif, MRAs dan jarak berpengaruh positif terhadap impor antar negara.

Walsh (2007) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi impor dan mengestimasi hambatn non-tarif pada sektor-sektor jasa, seperti total service imports, travel service, transport services,government service, dan commercial services di negara-negara OECD dengan menggunakan Gravity Model. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel GDP per kapita baik negara pengekspor maupun negara pengimpor serta bahasa berpengaruh positif terhadap impor antar negara.

Penelitian dengan tema yang sama dilakukan oleh Napitupulu (2007) yang menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan beras Intra-ASEAN dengan menggunakan metode Gravity Model. Variabel-variabel yang mempunyai pengaruh positif terhadap aliran perdagangan yaitu GPD negara pengekspor, populasi negara pengimpor, konsumsi beras negara pengeskpor, konsumsi beras negara pengimpor dan nilai tukar terhadap USD negara pengimpor.

Kerangka Pemikiran

Hubungan perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa menunjukkan hasil yang baik dari tahun ke tahun. Namun, hubungan tersebut memiliki hambatan, salah satunya yaitu buruknya infrastruktur Indonesia. Volume jasa angkutan transportasi udara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi, kondisi tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas dan fasilitas yang diberikan untuk pengguna jasa transportasi udara.

(19)

9 perlu diidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi volume impor barang Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Untuk menganalisisnya, berikut disajikan ilustrasi kerangka pemikiran penelitian.

Perdagangan barang Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor perdagangan melalui jasa pengangkutan transprtasi udara

Variabel ekonomi: 1. GDP

2. Jarak ekonomi 3. Nilai tukar riil

Variabel non-ekonomi: 1. Kualitas bandara

2. Efektivitas pemerintahan 3. Stabilitas politik

Melalui moda jasa transportasi udara

Jasa pengangkutan barang melalui transportasi udara belum signifikan

Metode Gravity Model

Implikasi kebijakan

(20)

10

Hipotesis

Dari tinjauan pustaka, dapat ditarik hipotesis faktor-faktor yang memengaruhi impor suatu negara dan pengaruhnya adalah sebagai berikut:

1. GDP negara pengekspor (Uni Eropa) diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

2. GDP negara pengimpor (Indonesia) diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

3. Jarak ekonomi antar Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

4. Nilai tukar negara-negara Uni Eropa terhadap Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

5. Kualitas bandara negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

6. Stabilitas politik negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

7. Efektivitas pemerintahan negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS), Worldbank, timeanddate.com, Worldwide Governance Indicators dan World Economic Forum. Selain itu, data juga diperoleh dari penelusuran internet dan literatur terkait.

Jenis data yang digunakan untuk diolah merupakan data panel (pooled data) dengan data penampang lintangnya adalah 10 negara Uni Eropa sebagai pengekspor barang yang diangkut melalui transportasi udara ke Indonesia dan data deret waktu tahunan dari tahun 2006 sampai tahun 2011. Negara-negara Uni Eropa yang dimaksud ialah Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swedia dan Inggris. Jenis data meliputi data GPD per kapita riil Indonesia dan negara-negara Uni Eropa, populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa, jarak ekonomi, kualitas Bandara negara-negara Uni Eropa, dan efektivitas pemerintahan Indonesia.

Metode Analisis dan Pengolahan Data

(21)

11

Gravity Model

Gravity Model dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara periode tahun 2006-2011. Gravity Model merupakan bagian dari data panel atau pooled data. Data panel merupakan kombinasi dari data deret waktu dan kerat lintang; hasil observasi terhadap sekumpulan objek pada sepanjang kurun waktu tertentu (Firdaus, 2011).

Variabel yang diduga memengaruhi volume impor barang Indonesia yang diangkut melalui moda transportasi udara dari negara-negara Uni Eropa, yaitu pendapatan riil per kapita negara-negara Uni Eropa, pendapatan riil per kapita Indonesia, jumlah populasi negara-negara Uni Eropa, jumlah populasi Indonesia, kualitas bandara negara-negara Uni Eropa, dan efektifitas pemerintahan Indonesia.

Dengan demikian, model ekonometrika untuk faktor-faktor yang memengaruhi volume impor barang yang diangkut melalui moda transportasi udara di Indonesia adalah sebagai berikut:

lnIMPijt = ß0 + ß1lnGDPit + ß2lnGDPINDjt + ß3lnJREKij + β4lnXRATEijt + ß5lnQOTINDjt + β6lnSTABPOLINDjt+ β7lnEFEKPEMINDjt + ԑijt

Dimana :

ß0 = Intersep

ß1– ß7 = Koefisien variabel-variabel independen yang akan diuji

secara statistik dan ekonometrik

IMPijt = Volume impor barang melalui moda transportasi udara

Indonesia dari negara-negara Uni Eropa (kg)

GDPit = GDP (Gross Domestic Product) negara-negara Uni Eropa

(US$)

GDPINDjt = GDP (Gross Domestic Product) Indonesia (US$)

JREKij = Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa (km)

XRATEijt = Nilai tukar riil Indonesia terhadap negara-negara Uni Eropa (US$/Rp)

QOTINDjt = Kualitas bandara Indonesia STABPOLINDjt = Stabilitas politik Indonesia

EFEKPEMINDjt = Efektivitas pemerintahan Indonesia

ԑ = error

Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan hasil kalkulasi dari beberapa data. Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jarak Ekonomi (JREK)

(22)

12

Jarak ekonomi = Jarak geografi × ∑ GDPGDP

2. Nilai Tukar Riil (XRATE)

Nilai tukar riil diperoleh dengan mengalikan nilai tukar nominal (NER) dan rasio tingkat harga, dimana tingkat harga disini merupakan tingkat harga di dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Nilai tukar riil menunjukkan tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai berikut:

����� = ��� × IHKIHK

Analisis Data Panel

Penggunan metode data panel memiliki keuntungan tersendiri dibandingkan dengan menggunakan data time series atau data cross section saja. Data panel merupakan data yang menggabungkan data time series dan cross section, sehingga jumlah observasi menjadi lebih besar. Dengan menggunakan data panel dapat mengurangi masalah indentifikasi dan mampu mengatasi heterogenitas individu. Metode estimasi dengan menggunakan data panel dilakukan melalui tiga pendekatan, diantaranya:

1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)

PLS merupakan pendekatan yang paling sederhana yang menggabungkan seluruh data, dimana N x T observasi, N menunjukkan jumlah cross section, sedangkan T menunjukkan jumlah time series. Sehingga persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

Yit = ɑit + ßXit+ εit dimana :

Yit = variabel endogen (dependent variable) Xit = variabel eksogen (independent variable)

ɑ = intersep yang konstan antar periode waktu dan individu ß = slope

i = individu ke-i t = periode waktu ke-t ε = error

2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)

(23)

13 Dengan menggunakan metode estimasi ini dapat mengurangi derajat kebebasan yang juga akan mengurangi efisiensi dari parameter yang akan disetimasi.

3. Pendekatan Random Effect Model (REM)

Metode ini mengasumsikan koefisien slope yang konstan dengan intersep yang berbeda antara individu dengan periode waktu. Random Effect Model disebut juga error component model, karena pada model ini parameter yang berbeda antar individu maupun periode waktu dimasukkan ke dalam error. Selain itu, pendekatan ini dapat mengurangi derajat kebebasan, bukan menghilangkan seperti pada fixed effect.

Pemilihan Model

Pemilihan model ini dilakukan untuk memilih model yang paling tepat untuk digunakan dalam pengolahan data. Terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Uji Chow

Uji ini juga disebut dengan Uji-F yang digunakan untuk memilih antara model PLS atau LSDV. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesisi sebagai berikut:

H0 : PLS

H1 : LSDV

Jika nilai-p pada PLS lebih kecil dari alpha 5% atau 10%, maka dapat dilakukan penolakan terhadap H0 sehingga yang dipilih adalah model

LSDV, dan sebaliknya. 2. Uji Haussman

Uji ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih apakah model LSDV atau REM dengan hipotesis:

H0 : REM

H1 : LSDV

Jika nilai-p pada REM lebih kecil dari alpha 5% atau 10%, maka dapat dilakukan penolakan terhadap H0 sehingga yang dipilih adalah model

LSDV, dan sebaliknya. 3. Uji LM (Breusch-Pagan)

Jika pada Uji Chow dan Uji Haussman menunjukkan hasil yang sama, maka uji ini tidak perlu dilakukan. Namun jika perlu dilakukan, maka uji ini digunakan untuk memilih model REM atau PLS. Hipotesisnya:

H0 : PLS

H1 : REM

Jika nilai LM lebih besar dari χ2- tabel (chi-square) maka sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model REM yang

(24)

14

Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Kenormalan

Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah error term mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan Jarque Bera Test, dengan hipotesis:

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual tidak berdistribusi normal

Dasar penolakan H0 yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari

Jarque Bera dengan alpha 5%, jika lebih besar maka cukup bukti H0

ditolak yang artinya residual berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk memastikan tidak ada hubungan linear antara variabel independen/bebas. Uji ini dapat dilihat dari hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika diketahui terdapat koefisien parameter dari t statistik yang tidak siginfikan sedangkan F hitungnya signifikan maka dapat diduga terdapat multikolinearitas pada model tersebut. Menghilangkan masalah multikolinearitas dapat menghilangkan variabel yang tidak signifikan, menambahkan variabel lain atau dengan mentrnsformasi data. 3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan asumsi penting dalam regresi linear berganda yang harus dipenuhi, yaitu Var (ui) = �2 (konstan) atau

dikatakan semua residual mempunyai varian yang sama disebut homoskedastisitas. Sedangkan heteroskedastisitas sebaliknya, jika semua residual mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai sum squared resid weigthed lebih kecil dari nilai sum squared resid unweighted maka dikatakan model tersebut sudah homoskedastisitas.

4. Uji Autokolerasi

Autokolerasi pada suatu model dapat menyebabkan model tersebut tidak efisien meskipun masih tidak bias dan konstan. Masalah autokolerasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) lebih dari 1,5 atau mendekati 2, maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi.

GAMBARANUMUM

Perkembangan Impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa

(25)

15 Tabel 2 Perkembangan impor migas dan non migas Indonesia tahun 2006-2011

Tahun Nilai (Juta US$) Persentase (Persen)

Migas Non Migas Migas Non Migas

2006 18 962.9 42 102.6 31.05 68.95

2007 21 879.6 52 523.1 29.41 70.59

2008 26 202.8 75 485.1 25.77 74.23

2009 13 138.2 55 192.7 19.23 80.77

2010 27 412.7 108 250.6 20.21 79.79

2011 40 685.8 136 613.5 22.95 77.05

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah

Selama kurun waktu tahun 2006-2011 impor migas memberikan kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan impor non migas. Rata-rata impor migas Indonesia sebesar 23.98 persen, sedangkan impor non migas sebesar 76.02 persen pada periode 2006-2011. Dilihat dari nilainya, impor Indonesia didominasi oleh impor non migas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia selama ini masih bertumpu pada impor sektor non migas.

Gambar 4 Impor Indonesia menurut golongan penggunaan barang tahun 2006-2011

Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah

Gambar 4 memperlihatkan bahwa persentase impor Indonesia selama periode tahun 2006-2011 sebesar 6 persen untuk barang konsumsi, 2 persen untuk barang modal dan 92 persen untuk bahan baku dan penolong. Hal ini menunjukkan bahwa impor Indonesia didominasi oleh impor untuk bahan baku dan penolong.

6%

92% 2%

Barang Konsumsi

Bahan Baku dan Barang Penolong

(26)

16

Gross Domestic Product (GDP)

GDP Indonesia dan negara-negara Uni Eropa menunjukkan trend yang meningkat selama kurun waktu tahun 2006-2011. Negara yang mempunyai GDP tertinggi jika dibandingkan dengan negara lain yaitu Jerman. Sedangkan, Finlandia merupakan negara yang memiliki GDP terendah dibandingkan dengan negara-negara Uni Eropa lainnya. GDP Indonesia dan negara-negara Uni Eropa selengkapnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Gross domestic product negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Negara 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Indonesia 364 571 432 217 510 244 539 580 709 191 845 932 Belgia 410 678 472 284 520 109 485 804 484 404 528 238 Denmark 282 962 319 500 352 589 319 764 319 812 341 498 Perancis 2 324 893 2 662 976 2 923 574 2 693 665 2 646 837 2 862 680 Jerman 2 998 466 3 435 507 3 747 055 3 412 770 3 412 009 3 752 110 Finlandia 216 541 255 371 283 753 251 484 247 800 273 674 Spanyol 1 264 487 1 479 266 1 635 049 1 498 984 1 431 588 1 494 598 Belanda 719 376 833 148 931 328 858 033 836 390 893 757 Italia 1 943 431 2 203 972 2 391 963 2 186 107 2 126 620 2 278 230 Inggris 2 582 816 2 963 265 2 791 855 2 308 926 2 407 933 2 591 846 Swedia 420 029 487 818 513 966 429 656 488 378 563 110

Sumber: World Bank 2012, diolah

Beberapa negara Uni Eropa mengalami penurunan GDP pada tahun 2010 yaitu Belgia, Perancis, Jerman, Finlandia, Spanyol, Belanda dan Italia. Penurunan GDP terbesar pada tahun 2010 dialami oleh Spanyol sebesar 67 396 juta US$. Sedangkan, Jerman merupakan negara yang mengalami penurunan GDP terkecil tahun 2010 yaitu sebesar 761 juta US$. Kondisi tersebut terjadi karena kondisi perekonomian negara-negara Uni Eropa mengalami tekanan terutama pada sektor keuangan pemerintah yang berupa defisit anggaran yang semakin membesar dan hutang yang semakin meningkat. Namun, pada tahun 2011, GDP negara-negara Uni Eropa mengalami peningkatan serta tumbuh positif.

GDP per Kapita

(27)

17

Gambar 5 GDP per kapita Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Sumber: World Bank 2012, diolah

Semua negara Uni Eropa pada Gambar 5 mengalami penurunan pada kurun waktu tahun 2008. Sedangkan, pada tahun 2009 negara yang mengalami peningkatan GDP per kapita hanya Jerman sebesar US$ 55, negara Inggris sebesar US$ 1 288, Swedia sebesar US$ 5 869, serta Indonesia sebesar US$ 94.

Jarak Geografis

Negara yang memiliki jarak terjauh dengan Indonesia adalah Spanyol sejauh 12 187 km. Inggris merupakan negara terjauh kedua dengan jarak sebesar 11 710 km. Sedangkan, negara paling dekat dengan Indonesia yaitu Finlandia dengan 10 146 km. Pada Tabel 4 disajikan data jarak geografis anatara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa periode tahun 2006-2011.

Tabel 4 Jarak geografis antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa

(28)

18

Dilihat pada Tabel 4, nilai rata-rata dari jarak antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa sebesar 11 134 km. Terdapat hubungan antara jarak geografis dengan perdagangan internasional. Semakin jauh jarak antara kedua negara patner dagang, maka akan mengakibatkan besarnya biaya transport dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pengiriman barang.

Perkembangan Populasi

Pada tahun 2011, negara dengan jumlah penduduk tertinggi yakni Indonesia sebesar 244 juta orang. Disusul oleh Jerman dengan 81 juta orang sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar kedua, serta Perancis dengan 65 juta orang di urutan ketiga. Sedangkan, Finlandia merupakan negara dengan jumlah penduduk terkecil pada tahun yang sama sebesar 5 juta orang. Pada Gambar 6 disajikan data jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa.

Gambar 6 Jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Sumber: World Bank 2012, diolah

(29)

19 Perkembangan Kualitas Bandara

Salah satu faktor penting dalam pengangkutan barang dan jasa pada perdagangan luar negeri yaitu kualitas infrastruktur bandara. Kualitas bandara yang baik secara struktural maupun fungsional dapat meningkatkan pelayanan transportasi udara. Dengan kualitas bandara yang baik secara tidak langsung dapat juga meningkatkan perekonomian di suatu negara.

Gambar 7 Kualitas bandara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Sumber: World Economic Forum 2012, diolah

Pada Gambar 7 disajikan data kualitas bandara dari Indonesia dan negara-negara Uni Eropa periode tahun 2006-2011. Indeks kualitas bandara ditunjukkan dengan skor satu hingga tujuh, dimana skor satu menunjukkan infrastruktur bandara yang buruk, sedangkan skor tujuh menunjukkan infrastruktur yang paling baik. Selama tahun 2006-2011, negara dengan trend positif adalah Swedia dimana setiap tahunnya memiliki nilai kualitas infrastruktur yang selalu meningkat. Pada tahun 2011, Swedia mencapai nilai 6.3. Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai infastruktur yang paling rendah pada tahun 2011, yaitu sebesar 4.4.

Perkembangan Efektivitas Pemerintahan

Efektivitas pemerintahan merupakan salah satu komponen dalam World Governance Indicators. Indeks ini menunjukkan tingkat kemampuan pemerintah dalam mengambil kebijakan dan menyediakan pelayanan publik secara efektif. Hal tersebut diukur melalui peraturan pelayanan publik, kualitas birokrasi,

(30)

20

kompetensi sumber daya manusia (SDM) pelayanan publik dan tingkat indenpendensi SDM apatur dari tekanan politik. Gambar 8 disajikan data efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006 sampai 2011.

Gambar 8 Efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Sumber: World Governance Indicator 2012, diolah

Finlandia merupakan negara yang memiliki nilai yang paling tinggi pada tahun 2011, yaitu sebesar 100. Selama tahun 2006-2011, efektivitas pemerintahan Finlandia menunjukkan trend yang positif. Negara yang memiliki pertumbuhan yang baik setelah Finlandia, yaitu Swedia dan Belanda. Efektivitas pemerintahan Indonesia mempunyai nilai yang paling rendah diantara negara-negara Uni Eropa. Tahun 2007 hingga 2010, nilainya selalu meningkat hingga mencapai 48. Namun pada tahun 2011, menurun kembali menjadi 46.

Perkembangan Stabilitas Politik

Stabilitas politik merupakan salah satu unsur strategis bagi percepatan pembangunan yang dapat menyejahterakan masyarakat suatu negara. Pada hal ini, stabilitas politik berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan politik, pengaturan partai politik, bahkan mencakup masalah terorisme. Gambar 9 menyajikan data stabilitas politik Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011.

(31)

21

Gambar 9 Stabilitas politik Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011

Sumber: World Governance Indicator 2012, diolah

Ukuran stabilitas politik diberikan berupa skor nol hinggan seratus, dimana nol berarti negara tersebut memiliki stabilitas politik yang rendah dan seratus berarti stabilitas politik yang kuat. Dilihat pada Gambar 9, Denmark merupakan negara yang memiliki pertumbuhan stabilitas politik yang setiap tahunnya selalu meningkat. Pada tahun 2011, memiliki stabilitas politik yang mencapai 89. Indonesia merupakan negara yang mempunyai stabilitas politik paling rendah setelah Jerman. Selama kurun waktu 2006-2011, nilai yang paling rendah yang dimiliki Indonesia yaitu pada tahun 2006 sebesar 10.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan estimasi yang dilakukan dengan menggunakan metode analisis Gravity Model, diketahui bahwa Uji Chow memperoleh hasil nilai-p (0.000) < alpha 5 persen, maka tolak H0, artinya model yang dipilih ialah LSDV. Lalu

dilakukan pengujian berikutnya, Uji Haussman menunjukkan nilai-p lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, maka cukup bukti untuk tolak H0, yang berarti memilih

model LSDV. Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan, model terbaik pada penelitian ini adalah model LSDV. Metode estimasi yang digunakan ialah model LSDV dengan kriteria pembobotan terhadap cross-section (cross-section weighted). Pembobotan dilakukan untuk menghindari terjadinya masalah heteroskedastisitas antar unit cross-section.

Hasil uji analisis dengan LSDV dapat diketahui bahwa volume impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara memiliki R-squared sebesar 0.986344, hal ini berarti 98.6 persen variabel dalam persamaan dapat menjelaskan volume impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara, dan sebesar 1.4 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan.

(32)

22

Nilai probabilitas (F-statistic) sebesar 0,000000 lebih kecil alpha 5 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, jarak ekonomi, kualitas bandara Indonesia, dan efektivitas pemerintahan Indonesia berpengaruh signifikan terhadap impor barang Indonesia yang menggunakan jasa pengangkutan transportasi udara dari negara-negara Uni Eropa. Hasil dari t-statistik menunjukkan variabel GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, jarak ekonomi, nilai tukar riil, kualitas bandara Indonesia dan efektivitas pemerintahan Indonesia dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen memberikan pengaruh yang signifikan bagi volume impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara dari negara-negara Uni Eropa. Sedangkan, variabel dan stabilitas politik Indonesia tidak berpengaruh signifikan.

Pada metode Gravity Model dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji kenormalan, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokolerasi. Berdasarkan data yang diperoleh pada uji kenormalan, diketahui nilai-prob. (0.712482) > alpha 5 persen, artinya model ini sudah memenuhi asumsi kenormalan. Pada uji heteroskedastisitas diketahui bahwa nilai sum square resid weighted (2.111019) < dari nilai sum square resid unweighted (2.480733) maka model ini sudah homoskedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji autokorelasi, nilai Durbin Watson sebesar 2.076193, maka model ini tidak mengandung autokorelasi. Berdasarkan hasil estimasi, didapatkan nilai R-squared yang tinggi dengan variabel-variabel yang hampir semua berpengaruh siginifikan, maka dapat dikatakan model ini tidak ada masalah multikolinearitas. Maka, berdasarkan hasil uji diatas dapat dikatakan bahwa hasil estimasi model bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) yang artinya model persamaan tidak mengalami masalah homoskedastisitas dan autokolerasi. Hasil estimasi selengkapnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil estimasi data panel dengan pendekatan FEM

Variabel Koefisien Std. Error t-statistik Prob.

GDP 1.217790 0.10016 12.15902 0.0000*

GDPIND 0.955309 0.10204 9.361942 0.0000*

XRATE 1.961004 0.32996 5.943139 0.0000*

JREK 1.331253 0.07860 16.93741 0.0000*

QOTIND 0.164237 0.05152 3.187872 0.0027*

EFEKPEMIND -0.023729 0.00847 -2.802807 0.0076*

STABPOLIND 0.007015 0.00541 1.297014 0.2015

C -53.77449 3.90813 -13.75966 0.0000

(33)

23 Berdasarkan hasil estimasi, variabel stabilitas politik Indonesia tidak signifikan memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda pengangkutan transportasi udara. Sedangkan, variabel GDP negara-negara Uni eropa, GDP Indonesia, kualitas bandara Indonesia, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan efektivitas pemerintahan Indonesia secara signifikan memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda pengangkutan transportasi udara.

GDP negara-negara Uni Eropa memiliki pengaruh positif terhadap volume impor Indonesia melalui jasa pengangkutan transportasi udara dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Variabel GDP negara-negara Uni Eropa memiliki pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Hal ini menunjukkan bahwa variabel GDP negara-negara Uni Eropa berpengaruh nyata terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara. GDP suatu negara mengambarkan kapasitas produksi dan tingkat konsumsi masyarakat negar tersebut. Jika GDP negara-negara Uni Eropa mengalami peningkatan, hal tersebut akan meningkatkan ekspor negara-negara Uni Eropa ke Indonesia. Sehingga impor Indonesia juga akan meningkat. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa dengan meningkatnya GDP negara-negara Uni Eropa sebesar satu persen akan meningkatkan impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara sebesar 1.217790 persen, cateris paribus.

Variabel GDP Indonesia berpengaruh signifikan terhadap volume impor barang melalui moda transportasi udara di Indonesia dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000. GDP Indonesia memiliki pengaruh yang positif terhadap impor Indonesia melalui jasa pengangkutan transportasi udara yang berasal dari negara-negara Uni Eropa. Artinya, jika pendapatan Indonesia meningkat sebesar satu persen, maka volume impor barang Indonesia yang diangkut oleh jasa transportasi udara dari negara-negara Uni Eropa akan menurun sebesar 0.955309 persen, cateris paribus.

Variabel nilai tukar riil negara pengimpor terhadap negara pengekspor memiliki pengaruh positif terhadap impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara dengan nilai probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini berarti bahwa variabel nilai tukar riil berpengaruh nyata terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara. Hasil estimasi menunjukkan hasil yang sesuai dengan hipotesis. Jika nilai tukar riil meningkat sebesar satu persen, maka volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara akan meningkat sebesar 1.961004 persen, cateris paribus. Menurut Mankiw (2000), nilai tukar riil diperoleh dengan mengalikan nilai tukar nominal dan rasio tingkat harga. Oleh karena itu, nilai tukar riil dapat menunjukkan harga relatif barang di kedua negara. Jika nilai tukar negara pengekspor mengalami peningkatan (depresiasi), maka hal ini akan meningkatkan ekspor negara tersebut ke negara lain.

(34)

24

barang yang diangkut dengan waktu tempuh yang singkat. Sehingga, jika jarak antar kedua negara jauh dengan menggunakan jasa transportasi udara, maka akan meningkatkan volume impor. Jarak ekonomi meningkat sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume impor barang Indonesia yang diangkut melalui jasa transportasi udara yang berasal dari negara-negara Uni Eropa sebesar 1.331253 persen, cateris paribus.

Variabel kualitas bandara dari Indonesia mempunyai pengaruh positif dan siginifikan terhadap volume impor barang Indonesia dari negara-negara Uni Eropa yang diangkut melalui jasa pengangkutan transportasi udara dengan nilai probabilitas sebesar 0.0027. Hal ini berarti bahwa variabel kualitas bandara Indonesia berpengaruh nyata terhadap impor Indonesia yang diangkut melalui jasa pengangkutan transportasi udara. Kualitas bandara Indonesia meningkat sebesar satu persen maka akan meningkatkan volume impor barang Indonesia yang diangkut melalui jasa transportasi udara yang berasal dari negara-negara Uni Eropa sebesar 0.164237 persen, cateris paribus. Jika kualitas bandara di Indonesia meningkat setiap tahunnya, maka bukan hanya impor saja yang meningkat tetapi kegiatan perdagangan internasional lainnya juga meningkat yaitu ekspor. Tingginya nilai ekspor Indonesia akan meningkatnya nilai devisa negara Indonesia sendiri.

Variabel efektivitas pemerintahan Indonesia memiliki pengaruh negatif terhadap impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0076. Hasil tersebut menunjukkan tidak sesuai dengan hipotesis. Jika terjadi peningkatan pada efektivitas pemerintahan Indonesia sebesar satu persen akan menurunkan impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan transportasi udara sebesar 0.023729 persen, cateris paribus. Menurut Brunetti et al (1997), efektivitas dan kredibilitas pemerintah berdampak positif melalui peningkatan produksi terhadap investasi-investasi produktif dan pertumbuhan ekonomi. Jika pengelolaan pemerintahan efektif dan berkompetensi akan meningkatkan perekonomian melalui investasi-investasi yang produktif sehingga produksi suatu negara dapat meningkat yang akan mengurangi impor. Sehingga ketika efektivitas pemerintahan meningkat, impor akan menurun.

(35)

25 mengimpor barang tersebut meskipun kestabilan politik di Indonesia dikatakan baik.

Tabel 6 Cross-Section Effect

Cross-Section Effect

Belgia -0.999133

Belanda -0.178003

Denmark -1.479136

Finlandia 0.299274

Inggris 2.335112

Italia -0.013859

Jerman 1.744833

Perancis 0.546169

Spanyol -1.360037

Swedia -0.895221

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 6, dapat diketahui efek setiap individu yang dilihat pada data cross section. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa pengaruh dari variabel-variabel independen, besarnya volume impor Indonesia melalui jasa pengangkutan transportasi udara dari Inggris yaitu sebesar [(2.33511) + (-53.77449)], dari Jerman sebesar [(1.744833) + (-53.77449)], dari Perancis sebesar [(0.546169) + 53.77449)], dari Finlandia sebesar [(0.299274) + (-53.77449)], dari Italia sebesar [(-0.013859) + (-(-53.77449)], dari Belanda sebesar [(-0.178003) + (-53.77449)], dari Swedia sebesar [(-0.895221) + (-53.77449)], dari Belgia sebesar 0.999133) + (-53.77449)], dari Spanyol sebesar [(-1.360037) + (-53.77449)], dan dari Denmark sebesar [(-1.479136)+ (-53.77449)]. Efek individu pada data cross section dengan nilai paling tinggi adalah Inggris. jika diasumsikan variabel GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, jarak ekonomi, nilai tukar riil, kualitas bandara Indonesia, stabilitas politik Indonesia dan efektivitas pemerintahan Indonesia tidak memiliki pengaruh, maka volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa pengangkutan udara dari Inggris merupakan yang paling tinggi. Disusul oleh Jerman dan Perancis. Sedangkan, efek individu pada data cross section dengan nilai paling kecil adalah Denmark.

(36)

26

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, selama periode tahun 2005 sampai 2011 volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara memiliki trend yang positif. Pada tahun 2010 hingga 2011, volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa menggunakan moda transportasi udara meningkat sebesar 3.89 persen. Berdasarkan hasil estimasi, faktor-faktor yang memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa yang melalui moda transportasi udara adalah GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, nilai tukar riil (US$/Rp), jarak ekonomi, kualitas bandara Indonesia dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Variabel GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan dan kualitas bandara Indonesia secara signifikan berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Variabel efektivitas pemerintahan Indonesia secara signifikan berpengaruh negatif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Pada hasil estimasi, variabel stabilitas politik Indonesia secara tidak signifikan memengaruhi volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

Saran

Dari uraian pembahasan yang telah dikemukakan, terdapat beberapa hal yang dapat disarankan:

(37)

27 mengalami persaingan yang lebih ketat dari barang-barang konsumsi impor. Kondisi tersebut diharapkan bagi pemerintah dan instansi terkait perlu menjaga dan mengawasi stabilitas nilai tukar rupiah sehingga menjaga neraca perdagangan Indonesia.

2. Untuk variabel non-ekonomi, koefisien kualitas bandara Indonesia memiliki nilai tinggi dibandingkan variabel non-ekonomi lainnya dan signifikan. Barang yang diimpor oleh Indonesia dari negara Uni Eropa sebagian besar merupakan barang modal, seperti mesin, elektronik dan elektrikal. Barang modal tersebut digunakan untuk membantu proses produksi di Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri. Secara tidak langsung, jika kualitas bandara Indonesia baik maka akan meningkatkan ekspor Indonesia yang dapat memberikan cadangan devisa di dalam negeri. Indonesia perlu menjaga dan meningkatkan kualitas bandaranya, dengan meningkatkan fasilitas infrastruktur serta badan administrasi yang terkait. Namun demikian hasil ini bukan berarti menunjukkan bahwa peningkatan kualitas bandara Indonesia mendorong untuk semakin meningkatkan impor. Dari sudut pandang yang positif, peningkatan kualitas bandara akan memengaruhi pengurangan biaya untuk melakukan kegiatan perdagangan internasional, salah satunya impor. Maka itu, pemerintah perlu mengupayakan alokasi anggaran untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas bandara untuk mendorong kelancaran pengangkutan barang dan jasa.

DAFTAR PUSTAKA

Areethamsirikul S. 2006. The Impact of ASEAN Enlargement Intra-ASEAN Trade: Gravity Mode Approach. The Indonesian Quarterly. 34(2): 176-192. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia. Jakarta (ID).

Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press.

Hafni N. 2011. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia [skripsi]. Bogor (ID) : IPB.

Gujarati D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Julius AM, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Basic Econometrics.

Halwani RH. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Edisi ke-2. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Hubner W. and P. Sauve. 2001. Liberalizing Scenariors for International Air Transport. Journal of World Trade. 35(5): 973-987.

Hummels D. 2007. Transportation Cost and International Trade in The Second Era of Globalization. Journal of Economics Perspective. 21: 131-154. [IPB] Institut Pertanian Bogor. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Edisi ke-3.

Bogor (ID): IPB Press.

Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB Press. Kadir, A. 2006. Trasnportasi: Peran dan Dampaknya dalam Pertumbuhan

(38)

28

Krugman P, Maurice O. 2002. International Economics: Theory and Policy. Sixth Edition. Boston: Perason Education, Inc.

Latifah, E. 2011. Liberalisasi Perdagangan Jasa Penerbangan Melalui Kebijakan Open Sky dan Implikasinya Bagi Indonesia. Jurnal Hukum No. Edisi Khusus Vol 18 Oktober 2011.

Manik L. 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor Bawang Merah dan Kentang Indonesia Periode Tahun 2001-2010 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mankiw NG. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi ke-5. Imam N, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Macroeconomics. Novianti, T. 2013. Kualitas Infrastruktur Transportasi dan Kelembagaan Serta

Pengaruhnya terhadap Perdagangan Internasional Indonesia [disertasi]. Bogor (ID) : IPB.

Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Bagian I. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi IPB.

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: International Economics.

Siregar AR. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Indonesia [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Tambunan TH. 2001. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tarmidi D. 2009. Aspek Politik dan Pemerintahan dalam Pemulihan Ekonomi Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi ke-9 Jilid I. Haris M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Economic Development.

Wilson JS, Mann C, Otsuki T. 2003. Trade Facilitation and Economic Development: A New Approach to Quantifying the Impact. The World Bank Review. 17: 367-389.

Wilson JS, Mann C, Otsuki T. 2005. Assesing the Benefits of Trade Facilitation: A Global Perspective. The World Economy. 28: 841-871.

[World Bank]. 2012. World Development Indicators [Internet]. Dapat diakses di [http://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators] [WGI] Worldwide Governance Indicators. 2012. Data [Internet]. Dapat diakses di

[http://www.wgi.org]

(39)
(40)

30

LAMPIRAN

Lampiran 1 Statistik deskriptif variabel yang digunakan

IMP GDP GDPIND QOTIND JREK XRATE EFEKPEMIND STABPOLIND

Mean 18.54983 13.79767 13.20833 4.373333 26.002 4.692167 90.19817 72.5665

Median 18.71 13.72 13.17 4.355 26.15 4.695 92.82 73.745

Maximum 20.54 15.14 13.65 4.69 27.3 4.94 100 100

Minimum 16.41 12.29 12.81 4.06 24.69 4.56 62.14 30.14

Std. Dev. 1.025779 0.921731 0.284957 0.234605 0.896558 0.089879 10.1135 17.54316 Skewness -0.1743 -0.0865 0.211592 0.095788 0.014934 0.566634 -1.47019 -0.57532 Kurtosis 2.229254 1.454007 1.847051 1.576977 1.441386 2.99401 4.250453 2.946592

Jarque-Bera 1.788936 6.050062 3.770939 5.154241 6.075421 3.210826 25.52359 3.317106 Probability 0.408825 0.048556 0.151758 0.075993 0.047945 0.200807 0.000003 0.190414

Sum 1112.99 827.86 792.5 262.4 1560.12 281.53 5411.89 4353.99

Sum Sq. Dev. 62.0811 50.12567 4.790833 3.247333 47.42516 0.476618 6034.69 18157.99

Observations 60 60 60 60 60 60 60 60

Lampiran 2 Kolerasi antar variabel

GDP GDPIND QOTIND JREK XRATE EFEKPEMIND STABPOLIND

GDP 1 0.0537 0.012405 -0.66717 -0.0402 -0.44915 -0.31848

GDPIND 0.0537 1 0.56343 -0.0172 -0.87499 0.017206 0.001957

QOTIND 0.012405 0.56343 1 -0.00682 -0.66268 0.003877 -0.07635

JREK -0.66717 -0.0172 -0.00682 1 -0.07432 0.54746 0.618221

XRATE -0.0402 -0.87499 -0.66268 -0.07432 1 0.021608 0.049241

EFEKPEMIND -0.44915 0.017206 0.003877 0.54746 0.021608 1 0.677018

(41)

31 Lampiran 3 Hasil uji normalitas

Lampiran 4 Hasil uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 131.724118 (9,43) 0.0000

Lampiran 5 Cross-section effect

CROSSID Effect

1 Belgia -0.999133

2 Belanda -0.178003

3 Denmark -1.479136

4 Finlandia 0.299274

5 Inggris 2.335112

6 Italia -0.013859

7 Jerman 1.744833

8 Perancis 0.546169

9 Spanyol -1.360037

10 Swedia -0.895221

0 2 4 6 8 10 12

-0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4

Series: Standardized Residuals Sample 2006 2011

Observations 60

Mean 7.40e-18

Median -0.011803

Maximum 0.381443

Minimum -0.401120

Std. Dev. 0.189156

Skewness 0.053285

Kurtosis 2.490251

Jarque-Bera 0.678001

(42)

32

Lampiran 6 Hasil Estimasi

Dependent Variable: IMP

Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 05/30/15 Time: 10:25

Sample: 2006 2011 Periods included: 6

Cross-sections included: 10

Total panel (balanced) observations: 60

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

GDP 1.217790 0.100155 12.15902 0.0000

GDPIND 0.955309 0.102042 9.361942 0.0000

JREK 1.331253 0.078598 16.93741 0.0000

XRATE 1.961004 0.329961 5.943139 0.0000

QOTIND 0.164237 0.051519 3.187872 0.0027 STABPOLIND 0.007015 0.005409 1.297014 0.2015 EFEKPEMIND -0.023729 0.008466 -2.802807 0.0076

C -53.77449 3.908127 -13.75966 0.0000

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.986344 Mean dependent var 30.10854 Adjusted R-squared 0.981263 S.D. dependent var 15.18333 S.E. of regression 0.221570 Sum squared resid 2.111019 F-statistic 194.1149 Durbin-Watson stat 2.076193 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

Gambar

Gambar 2  Jumlah  barang  yang  dimuat  pada  penerbangan  internasional  di  Bandara Utama Indonesia Tahun 2006-2011
Gambar 3  Kerangka Pemikiran
Gambar 4  Impor  Indonesia  menurut  golongan  penggunaan  barang  tahun  2006- 2006-2011
Tabel 3  Gross domestic product negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011
+6

Referensi

Dokumen terkait

10 Lanugranto Adi Nugroho, 2008, Skripsi Hukum, Konsum en dan Jasa Transportasi (Studi Terhadap Perlindungan Hukum pada Konsumen Fasilitas Publik Transportasi Darat dan

Adapun gratification obtained adalah sejumlah kepuasan nyata yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu setelah individu tersebut

Dengan demikian regresi berganda ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu Indeks Pembangunan Manusia sebagai

Peningkatan kasus yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Tayan yaitu sebesar 33 kasus (Mf Rate 6,32% ) dari basil survey darah jari yang

Alhamdulillah segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT akhirnya skripsi Saya yang berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan mengenai Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam film &#34;Alangkah Lucunya (Negeri Ini)&#34; , maka dapat penulis simpulkan

– Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang tidak sesuai dengan kawasan hutan yang ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan saat ini;.. – Kawasan hutan yang ditetapkan oleh

Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam