• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUTAN LINDUNG

4 GAMBARAN UMUM

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Letak geografis KPH Bandung Utara berada pada 107˚00'28" BT -

107˚48'28" BT dan 107˚38'34" LS - 07˚02'57" LS. Terdapat beberapa sungai yang mengalir, yaitu sungai Citarum dan Cipunagara. Kedalaman wilayah DAS diantaranya DAS Citarum seluas 13.026,31 Ha dan DAS Cipunagara seluas 7.534,05 Ha. Curah hujan rata-rata tiap tahun 4.300 – 5.200 mm dan memiliki jenis angin musim barat dengan kecepatan 40-49 km/jam dan temperature udara rata-rata 26˚C. KPH Bandung Utara memiliki jenis tahan laterit kuning dan sawo dari bahan muda gunung api dengan kandungan mineral yang sedikit. Adapun batas-batas wilayah KPH Bandung Utara yaitu sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah KPH Purwakarta dengan posisi

06˚41'56" LS.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah KPH Sumedang dengan posisi

107˚49'53" BT.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah KPH Garut dan KPH Bandung

Selatan dengan posisi 06˚53'22" LS.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah KPH Bandung Selatan dan KPH

Cianjur dengan posisi 107˚18'06" BT.

Perum Perhutani KPH Bandung Utara merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang di tugasi negara untuk mengelola hutan lindung dan hutan produksi. Luas wilayah kerja mencapai 20.560,36 Ha, terbagi atas Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 195 tahun 2003 tentang Re-scoring Kawasan Hutan, luas hutan yang berfungsi sebagai hutan produksi di KPH Bandung Utara adalah 3.071,80 Ha dan hutan produksi terbatas 1.328,38 Ha. Adapun luas hutan lindung mencapai 16.160,18 Ha.

Secara geografis KPH Bandung Utara terletak di empat kabupaten yaitu, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta. Luas hutan yang menjadi wilayah pengelolaan KPH Bandung Utara yang berada di Kabupaten Bandung 2.122,50 Ha, Kabupaten Bandung Barat 10.545,33 Ha, Kabupaten Subang 7.542,17 Ha dan Kabupaten Purwakarta 350,36 Ha. Dari areal seluas tersebut, wilayah pengelolaan Perum Perhutani KPH Bandung Utara di bagi menjadi empat Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), masing-masing BKPH Padalarang terdiri dari RPH Raja Mandala, RPH Cipeundeuy, RPH Burangrang Selatan, BKPH Lembang terdiri dari RPH Cisarua, RPH Lembang, RPH Cikole, BKPH Cisalak terdiri dari RPH Gn Karamat, RPH Gn Kadaka, RPH Wanayasa, RPH Bukanagara dan BKPH Manglayang Barat terdiri dari RPH Ujung Berung, RPH Arcamanik dan RPH Cibodas.

Cipada adalah desa di kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Letak desa Cipada ini tepatnya berada tidak jauh dari kaki Gunung Burangrang. Berdasarkan zona agroklimat tergolong zona A. Berdasarkan hasil penjajagan di lapangan menunjukkan bahwa daerah Desa Cipada didominasi oleh tanah jenis Andisols. Andisols merupakan tanah yang

35 subur dengan sifat fisik dan kimianya yang sesuai dengan kondisi tanah yang diperlukan oleh tanaman pertanian, yaitu gembur, ringan dan berpori, berwarna gelap, bertekstur sedang (lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berdebu) terdapatdi pegunungan dengan bercurah hujan sedang sampai tinggi. Namun dengan penggunaan lahan yang terus menerus tanpa diimbangai dengan input produksi yang memadai dan pengelolaan yang tidak tepat akan menyebabkan produktivitas lahan menurun.

Penduduk desa ini menggantungkan hidupnya pada pertanian. Komoditas pertanian yang ada di desa ini antara lain: Tomat, Buncis, Cabe, Kol, Walu (Lejet), Paprika (yang mulai dikembangkan) dan masih banyak lagi . Walaupun Desa Cipada letaknya agak terpencil tetapi perekonomiannya sudah cukup maju, pendidikan dan kesehatanpun sudah mudah dijangkau. Batas wilayah Desa Cipada adalah sebelah utara - Desa Cipada II, Cisarua; Sebelah Selatan - Kecamatan Ngamprah; Sebelah Timur - Desa Pasirlangu, Cisarua; Sebelah Barat - Desa Sadangmekar, Cisarua.

Berdasarkan data Kabupaten Bandung Barat dalam Angka Tahun 2012, jumlah penduduk Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat tercatat sebanyak 6.361 jiwa dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor pertanian dan buruh tani 47,23 %. Luas hutan yang menjadi obyek PHBM di LMDH Cipada 365.54 Ha, dengan anggota LMDH yang terlibat dalam program PHBM sebanyak 260 orang. Kegiatan usaha produktif yang dikembangkan pada PHBM di LMDH Cipada, diantaranya adalah Multi Purpose Trees System (MPTS), tanaman kopi, pemanfaatan air dan saprotan. Pada LMDH Cipada terdapat 5 KTH (Kelompok tani hutan) dan 3 KPA (Kelompok pemanfaat air). Luas areal kawasan hutan yang ditanami kopi pada LMDH Cipada adalah 180 Ha dengan jumlah pohon berjumlah sekitar 249.360 pohon. Usaha penanaman kopi di LMDH Cipada dimulai sejak tahun 2009 dan mulai panen pada tahun 2011.

Desa Kertawangi terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 1.800 Ha. Desa Kertawangi berada di dataran tinggi pada ketinggian 1.300 meter diatas permukaan laut (mdpl). Suhu di daerah ini berkisar antara 20-27oC pada siang hari dan antara 15-18oC pada malam hari dengan kelembaban rata-rata mencapai 80%. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 1.800 mm/tahun. Keadaan tanah berjenis tanah andosol coklat kehitaman, bertekstur lempung dengan pH sekitar 5,5 dan tingkat kemiringan tanahnya 25o. Kondisi topografi Desa Kertawangi yang berada di dataran tinggi dan beriklim sejuk, masyarakat Desa Kertawangi banyak mengusahakan tanaman pangan dan tanaman hortikultura berupa tanaman sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias berupa bunga potong. Tanaman buah-buahan yang paling banyak ditanam di Desa Kertawangi menurut luasan lahan yang digunakan berturut-turut adalah pisang, pepaya, dan jeruk. Tanaman sayuran yang paling banyak ditanam di Desa Kertawangi menurut luasan lahan yang digunakan berturut-turut adalah tomat, jamur tiram, bunga kol, dan brokoli.

Jumlah penduduk Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat tercatat sebanyak 12.033 jiwa dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor pertanian dan buruh tani 47,23%. Luas hutan milik KPH Bandung Utara yang menjadi obyek program PHBM di LMDH Kertawangi 624,90 Ha, dengan anggota LMDH yang terlibat dalam program PHBM sebanyak 391 orang.

36

Kegiatan usaha produktif yang dikembangkan pada PHBM di LMDH Kertawangi, diantaranya adalah Hijauan Makanan Ternak (HMT).

Desa Cihideung mempunyai luas lahan 2050 ha (Data dasar Profil Desa, 2005) yang terbagi atas 5 dusun/kampung. Secara gografis seluas ± 1200 ha merupakan kondisi perbukitan dan pegunungan.Kegiatan pertanian di Desa Cihideung terdiri atas usaha tani bunga potong (18 ha) sawah pengairan teknis seluas 8 ha, sawah pengairan setengah teknis 5 ha, sawah tadah hujan seluas 2 ha. Bidang peternakan seluas 20 ha. Bidang perkebunan rakyat seluas 40 ha, padang rumput 10 ha.Sarana perhubungan pada umumnya cukup memadai, baik jalan bupaten ataupun kecamatan maupun jalan antar desa. Desa ini berjarak ± 15 km dari pusat kota kabupaten dan 2 kmdari pusat kecamatan, dapat diempuh dengan menggunakan angkutan pedesaan Desa Cihideung tergolong ke dalam zona iklim basah, dengan curah hujan tahunan berkisar 2.300–3.000 mm, bulan kering terjadi selama 2-3 bulan.

Berdasarkan zona agroklimat tergolong zona A. Berdasarkan hasil penjajagan di lapangan menunjukkan bahwa daerah Desa Cihideung didominasi oleh tanah jenis Andisols, Andisols merupakan tanah yang subur dengan sifat fisik dan kimianya yang sesuai dengan kondisi tanah yang diperlukan oleh tanaman pertanian, yaitu gembur, ringan dan berpori, berwarna gelap, bertekstur sedang (lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berdebu) terdapatdi pegunungan denganbercurah hujan sedang sampai tinggi. Namun dengan penggunaan lahan yang terus menerus tanpa diimbangai dengan input produksi yang memadai dan pengelolaan yang tidak tepat akan menyebabkan produktivitas lahan menurun.

Penggunaan lahan di Desa Cihideung terdiri atas dua kelompok utama, yaitu penggunaan lahan budidaya (sawah, tegalan, kebun) dan non budidaya (hutan). Tanaman holtikultura (sayuran dan buah-buahan) khususnya tanaman kentang mendominasi sistem budidaya pertanian di desa ini. Namun tanaman palawija pun banyak ditemui , dan yang umum diusahakan adalah jagung dan ubi kayu.

Jumlah penduduk Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat tercatat sebanyak 15.364 jiwa dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor pertanian dan buruh tani 20,29 %. Luas hutan yang menjadi obyek PHBM di LMDH Cihideung 24,70 Ha, dengan anggota LMDH yang terlibat dalam program PHBM sebanyak 361 orang. Kegiatan usaha produktif yang dikembangkan pada PHBM di LMDH Cihideung, diantaranya adalah HMT, wisata dan pemanafatan air.

Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung yang merupakan desa hutan dengan luas wilayah 3.429,96 km2. Desa Cikole merupakan desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, tepatnya berada sekitar 22 km sebelah utara Kota Bandung atau sekitar 4 km dari pusat Kabupaten Lembang. Desa Cikole memiliki luas wilayah sekitar 342,996 hektar dengan kondisi geografis yang berbukit dengan ketinggian sekitar 1.200 meter diatas permukaan laut. Luas keseluruhan desa ini terdiri dari ladang perkebunan, wilayah pemukiman, jalan pedesaan, kolam pemancingan (empang), lahan milik pemerintah, dan lahan milik perusahaan swasta. Rata-rata curah hujan di Desa Cikole sebesar 2.200 mm/tahun dengan suhu berkisar antara 18-27oC, sehingga karakteristik dari wilayah Desa Cikole ini lebih cocok dijadikan daerah perkebunan dan peternakan. Berdasarkan zona agroklimat tergolong zona A.

37 Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai petani ternak dan tanaman sayuran atau hortikultura. Peternakan sapi perah merupakan komoditi unggulan di wilayah Desa Cikole yang telah ada sejak zaman pendudukan Belanda. Sebagian besar usaha ini merupakan usaha yang dilakukan secara turun- temurun. Selama berkeliling di Desa Cikole, kami banyak menemui ladang perkebunan yang diantaranya merupakan ladang kol, tomat, sawi, cabe rawit, labu, dsb. Hal tersebut menjadikan Desa Cikole menjadi salah satu desa pemasok sayuran untuk kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Selain ladang perkebunan, kami juga banyak menemui lahan peternakan, pabrik tahu, pabrik kopi luwak, dan beberapa industri rumahan yang memproduksi barang-barang kerajinan tangan seperti pensil atau pulpen bambu, topi anyaman, ayunan, dan rajutan. Barang-barang kerajinan tangan tersebut didistribusikan ke sekitar objek wisata Tangkuban Perahu. Sehingga selain masyarakat Desa Cikole bermata pencaharian sebagai petani(berladang) dan peternak, masyarakat juga berjualan kerajinan-kerajinan tangan di objek wisata Tangkuban Perahu.

Jumlah penduduk Desa Cikole, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat tercatat sebanyak 13.587 jiwa dengan mata pencaharian terbanyak pada sektor pertanian dan buruh tani 26,00 %. Luas hutan yang menjadi obyek PHBM di LMDH Cikole 145,65 Ha, dengan anggota LMDH yang terlibat dalam program PHBM sebanyak 300 orang. Kegiatan usaha produktif yang dikembangkan pada PHBM di LMDH Cikole, diantaranya adalah MPTS dan wisata. Jenis kegiatan LMDH di masing-masing LMDH penelitian dan tahun berdiri LMDH dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jenis kegiatan dan tahun berdiri LMDH di lokasi penelitian

No LMDH Jumlah Rumah Tangga Jenis Kegiatan Tahun Berdiri BKPH HMT MPTS Wisata Air 1 Cipada 261 - √ - √ 2005 Padalarang 2 Kertawangi 391 √ - - - 2005 Lembang 3 Cihideung 361 √ - √ √ 2012 Lembang 4 Cikole 300 √ √ √ - 2005 Lembang

Sumber: Perum Perhutani (2013) diolah

Pengelolaan Hutan di KPH Bandung Utara

Wilayah pengelolaan hutan Perum Perhutani KPH Bandung Utara di bagi menjadi 4 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), masing-masing BKPH Padalarang terdiri dari RPH Raja Mandala, RPH Cipeundeuy, RPH Burangrang Selatan, BKPH Lembang terdiri dari RPH Cisarua, RPH Lembang, RPH Cikole, BKPH Cisalak terdiri dari RPH Gn Karamat, RPH Gn Kadaka, RPH Wanayasa, RPH Bukanagara dan BKPH Manglayang Barat terdiri dari RPH Ujung Berung, RPH Arcamanik dan RPH Cibodas.

Perum Perhutani KPH Bandung Utara melibatkan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan, khususnya masyarakat desa hutan. Masyarakat dilibatkan sesuai dengan jiwa pengeloaan hutan Perum Perhutani yaitu sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Menurut Perum Perhutani

38

(2012), tercatat 59 LMDH hutan di wilayah kerja KPH Bandung Utara yang masyarakatnya berinteraksi langsung dengan hutan.

PHBM dirancang dengan tujuan menjaga fungsi hutan agar tetap lestari namun tetap dapat bermanfaat bagi masyarakat. hal itu sejalan dengan tujuan Pembentukan Brigade Hijau Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang ditetapkan melalui SK Kepala Perum Perhutani Unit III No. 392 tahun 2007, mewujudkan KPH Bandung Utara telah bebas tanah kosong di tahun 2006 silam. Penghijauan tanah kosong tersebut dilakukan bertahap selama tiga tahun.

Seiring perubahan paradigma dari timber management menjadi forest resources management pengelolaan hutan di KPH Bandung Utara lebih dititik beratkan pada menggali potensi non kayu, seperti air, wisata, getah dan kopi. Data pada Perum Perhutani (2012) tercatat sedikitnya terdapat 76 mata air dengan debit berkisar antara 0,5 - 300 liter/detik. Adapun wisata alam berjumlah lima objek wisata, yaitu Curug Cijalu di Subang, Curug Cimahi di Cimahi, Bumi Perkemahan Cikole Endah, Situ Lembang dan Curug Putri Layung di Lembang. Sementara itu, hasil hutan bukan kayu (HHBK) berupa sadapan getah pinus dan penanaman kopi hampir terdapat di seluruh BKPH (Tabel 14).

Tabel 14 Data hasil hutan bukan kayu tanaman Kopi (HHBK) dan Pinus di KPH Bandung Utara Tahun 2011 dan 2012.

BKPH RPH

Rekapitulasi Jumlah Tanaman Pinus dan Kopi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di KPH Bandung Utara

Luas Baku Jenis Pinus (Ha)

Luas Garapan Tanaman

Kopi Jenis (Ha) Jumlah Pohon

2011 2012 2011 2012 2011 2012 I Padalarang Burangrang 275,64 275,64 107,30 200,66 245.651 248.115 Jumlah 275,64 275,64 107,30 200,66 245.651 248.115 II Lembang Lembang 256,10 256,10 98,94 165,13 160.160 128.326 Cisarua 199,40 199,40 35,40 56,30 74.500 21.800 Cikole 141,93 141,93 68,14 106,30 111.000 70.600 Jumlah 597,43 597,43 202,48 327,73 345.660 220.726 II Manglayang Barat Cibodas 340,70 340,70 29,30 23,03 3.695 21.975 Arcamanik 581,50 581,50 226,67 201,52 410.246 368.930 Ujung Berung 173,20 173,20 39,20 47,53 50.190 58.284 Jumlah 1.095,40 1.095,40 618,78 272,08 464.131 449.189 V Cisalak Wanayasa 13,00 10,50 3,00 4,00 4.000 8.000 Gn.Keramat 1.043,80 383,50 73,06 43,00 151.620 66.500 Bukanagara 1.561,71 494,87 52,81 39,25 57.965 30.567 Gn.Kadaka 351,05 351,05 62,18 31,20 69.345 31.740 Jumlah 1.407,85 1.239,92 191,05 117,45 283.930 136.807 Jumlah Total 3.376,32 3.208,39 1.119.61 917,92 1.339.372 1.054.837 Sumber: Perum Perhutani (2013) diolah

Berdasarkan Tabel 14 dapat diperoleh data luas hutan pinus di KPH Bandung Utara pada tahun 2012 meliputi 6.584,71 Ha dan lahan kopi seluas 2037,53 Ha. Pada area tersebut ditahun yang sama terdapat tanaman kopi Arabica/Robusta 2.394.209 pohon.

Kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara

Sistem Kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara terdiri dari beberapa instasi pemerintah, swasta maupun masyarakat. Lembaga yang menjembatani

39 ketiga stakeholder dalam sistem PHBM adalah Lembaga Masyarakat LMDH Hutan (LMDH). Berdasarkan data yang diperoleh dari Perum Perhutani, kelembagaan LMDH KPH Bandung Utara Tahun 2013 berjumlah 59 LMDH dengan total jumlah anggota mencapai 8.943 KK. Berdasarkan kategori tingkat keaktifan, 47 LMDH termasuk pada kategori aktif, 12 LMDH dorman dan tidak terdapat LMDH yang tergolong collapse (Lampiran 3).

Berdasarkan beberapa pertimbangan seperti tingkat keaktifan, LMDH yang dijadikan sampling dalam penelitian ini adalah LMDH Cipada, LMDH Kertawangi, LMDH Cihindeung dan LMDH Cipada. Keempat LMDH ini dikategorikan aktif perannya dalam sistem PHBM di KPH Bandung Utara. Selain itu, keempat LMDH ini telah memiliki jumlah anggota yang cukup banyak dibandingkan dengan LMDH lainnya. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh anggota LMDH dalam pengelolaan hutan diantaranya adalah MPTS, penanaman HMT, wisata dan pemanfaatan air.

Pelibatan Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program PHBM

Masyarakat sekitar hutan sebagai bagian penting dari unsur kelestarian sumberdaya hutan mendapatkan tempat yang semestinya dalam kedudukan yang sejajar dengan stakeholders lainnya. Masyarakat desa hutan yang dimaksudkan memiliki kedudukan penting dalam pengelolaan sumberdaya hutan diwujudkan dalam bentuk kelembagaan masyarakat desa hutan. Pengembangan kelembagaan masyarakat desa hutan yang menjadi bagian penting tata kelola sumberdaya hutan dimulai dari pembentukan wadah organisasi. Sesuai Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 628/KPTS/DIR/2009 wadah atau organisasi yang merepresentasi- kan masyarakat desa hutan adalah Lembaga Masyarakat Desa Hutan atau lebih dikenal dengan singkatan LMDH.

Faktor-faktor lain yang mendukung kemajuan dan kemapanan kelembagaan masyarakat desa hutan dalam kerangka pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari dan berkelanjutan meliputi :

1. Kearifan lokal yang berkembang dalam kehidupan sosisal budaya masyarakat desa hutan dalam mengelola hutan menjadi norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat. Pemahaman masyarakat desa hutan yang muncul adalah bahwa kerusakan sumberdaya hutan yang ada di sekitarnya akan menyebabkan kerusakan kehidupan tatanan hidup masyarakat sekitar hutan itu sendiri.

2. Pembuatan perjanjian/kontrak kerja sama pengelolaan sumberdaya hutan antara Perum Perhutani dengan LMDH dalam jangka waktu satu daur dan selanjutnya bisa diperpanjang lagi memberikan pengaruh yang sangat baik, yaitu kepastian bagi masyarakat desa hutan untuk terlibat secara profesional dalam pengelolaan sumberdaya hutan.

3. Aturan main organisasi LMDH dalam menjalankan aktifitas kelembagaan dan anggotanya dituangkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Lembaga Masyarakat Desa Hutan. AD/ART tersebut menjadi pedoman bagi organisasi maupun anggotanya untuk menjalankan tugas dan fungsi dalam rangka mencapai tujuan.

40

4. Pengelolaan sumberdaya hutan dengan sistem PHBM merupakan upaya untuk mengoptimalkan manfaat sumberdaya hutan dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya bagi masyarakat desa hutan maupun masyarakat pada umumnya. Berdasarkan Keputusan Direksi Perum Perhutani No: 628/KPTS/DIR/2009 pengelolaan sumberdaya hutan dilakukan melalui kerjasama kolaboratif antara Perum Perhutani dan LMDH yang memungkinkan masyarakat desa hutan mendapatkan bagi hasil dari produksi/panen hasil hutan pokok yang diusahakan.

Melalui LMDH ini kemudian kewenangan kelembagaan yang akan melakukan perjanjian kerjasama pengelolaan hutan dengan Perum Perhutani serta disusun rencana kerja tahunan maupun lima tahunan. Tahap pelibatan anggota LMDH dalam penyelenggaraan program PHBM di KPH Bandung Utara, diantaranya adalah :

Dokumen terkait