• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUTAN LINDUNG

3 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di empat LMDH KPH Bandung Utara, yaitu LMDH Kertawangi, LMDH Cikole dan LMDH Cihideung yang berada pada KBPH/RPH Lembang/Cisarua dan LMDH Cipada yang berada pada KBPH/RPH Padalarang/ Burangrang Selatan. LMDH Cipada dan Kertawangi berada paling dekat dengan hutan, sementara LMDH Cihideung dan Cikole berada paling jauh dari hutan. Pengambilan data dilaksanakan pada Bulan Agustus - Oktober 2013. Penelitian secara keseluruhan dilaksanakan pada Bulan Mei 2013 - Maret 2014. Peta lokasi penelitian tersaji pada Gambar 2.

Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder (Sugiyono 2008).

1. Data primer, yakni data yang diperoleh secara langsung di lapangan untuk mengetahui proses pembentukan kelembagaan PHBM, efektivitas kelembagaan PHBM dan dampaknya terhadap ekonomi dan ekologi. Data tersebut diperoleh melalui kuesioner, wawancara mendalam (depth interview) dengan informan kunci, Focus Group Discussion (FGD) melalui metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dan pengamatan lapangan (observasi). Adapun data primer dalam penelitian ini adalah data responden (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan lama menjadi anggota PHBM), data tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder, data pendapatan rumah tangga petani masyarakat desa hutan, dan data persepsi kondisi ekologi.

26

2. Data sekunder diperoleh dari Perum Perhutani, LMDH dan dokumen lain terkait masalah penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah data laporan kegiatan PHBM, dokumen perjanjian kerjasama Perhutani dengan LMDH, peta wilayah KPH Bandung Utara, peraturan perundangan terkait sistem PHBM, dan laporan tahunan LMDH.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas informan dan responden. Pada

penelitian ini yang dijadikan informan kunci adalah: (1) pihak Perhutani, (2) pengurus LMDH, (3) aparat desa, (4) aparat dinas kehutanan, (5) Balai

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K), (6) kelompok tani hutan (KTH), (7) tokoh masyarakat, (8) rumah tangga petani (RTP), (9) LSM/ pendamping, (10) perguruan tinggi, dan (11) investor.

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini subyeknya adalah anggota LMDH Cipada sebanyak 261 oang, anggota LMDH Kertawangi 391 orang, anggota LMDH Cihideung 361 orang dan anggota LMDH Cikole 300 orang. Jumlah populasi keseluruhan pada peneltian ini sebanyak 1313 orang. Responden dalam penelitian ini dibedakan dalam dua katagori, yaitu: responden untuk obyek penelitian terhadap stakeholder dan responden untuk analisis dampak ekonomi dan ekologi. Obyek penelitian terhadap stakeholder adalah responden yang diduga berpengaruh dan berkepentingan terhadap kelembagaan PHBM seperti Perhutani, pengurus LMDH, Gapoktan atau kelompok tani, aparat desa, aparat dinas kehutanan, penyuluh dan LSM/ pendamping. Responden untuk stakeholder berjumlah 15 responden sebagai key person. Sedangkan responden untuk analisis pendapatan rumah tangga adalah masyarakat desa hutan yang tinggal terdekat dengan kawasan hutan KPH Bandung Utara berjumlah 420 orang petani. Masing-masing LMDH diambil 100 orang sebagai responden penelitian, kecuali LMDH Kertawangi berjumlah 120 orang. Perbedaan tersebut dikarenakan jumlah anggota di LMDH Kertawangi lebih banyak jika dibandingkan dengan ketiga LMDH lainnya.

Teknik penentuan sampel responden rumah tangga petani yang digunakan adalah random sampling dimana penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target. Random sampling artinya bahwa penetuan sampel tidak mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini penelitian dilakukan pada adalah adalah anggota LMDH Cipada sebanyak 261 oang, anggota LMDH Kertawangi 391 orang, anggota LMDH Cihideung 361 orang dan anggota LMDH Cikole 300 orang. Jumlah sample masing-masing LMDH dihitung berdasarkan rumus ukuran sampel, sebagai berikut:

...(1) Keterangan : n = responden N = populasi e = koefisien kesalahan (Husen, 1999)

Berdasarkan rumus ukuran sampel menurut Husen (1999) didapat ukuran sampel bagi LMDH Cipada sebanyak 72 responden, Kertawangi 80 responden, Cihideung 78 responden dan Cikole 75 responden. Jumlah sampel dari populasi

27 keseluruhan 1313 orang sebanyak 93 responden. Namun demikian untuk keperluan validasi data (kuisioner) masing-masing LMDH diambil 100 orang sebagai responden penelitian, kecuali LMDH Kertawangi berjumlah 120 orang. Perbedaan tersebut dikarenakan jumlah anggota di LMDH Kertawangi lebih banyak jika dibandingkan dengan ketiga LMDH lainnya.

Metode Pengambilan Sampel

Metode penentuan LMDH dilakukan secara purposive sampling berdasarkan pertimbangan kedekatan lokasi LMDH terhadap hutan dimana merupakan tempat berdomisilinya masyarakat desa hutan yang aktif dalam sistem PHBM. Secara geografis LMDH yang dipilih adalah LMDH yang terdekat dan terjauh dengan hutan. Teknik pengambilan sampel terhadap responden stake- holder (key person) menggunakan metode snowball sampling, sedangkan untuk responden rumah tangga petani dilakukan dengan menggunakan metode random sampling.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang digunakan secara dominan dan ditunjang dengan metode kuantitatif (Creswell 2003). Metode kualitatif melalui analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi dari informan kunci (key person) tentang proses terbentuknya kelembagaan PHBM dan efektivitas kelembagaan PHBM. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui pendapatan dan penilaian masyarakat yang ikut dalam program PHBM ditinjau dari aspek ekonomi dan ekologi. Matriks metode penelitian tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Matriks metode penelitian

No. Tujuan Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data 1 Menganalisis proses terbentuknya kelembagaan PHBM dan stakeholder yang terlibat.

- Data primer: data responden, data tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder

- Data sekunder: data laporan kegiatan PHBM, dan dokumen lainnya Wawancara dan kuisioner dengan responden (anggota PHBM, masyarakat, LSM, perangkat desa, Perhutani) Analisis deskritif kualitatif dan Analisis stakeholder

dengan actorgrid

2 Menganalisis efektivitas

kelembagaan PHBM.

- Data sekunder: data laporan kegiatan PHBM, dan dokumen lainnya Wawancara dan kuisioner dengan responden dan informen Analisis deskritif kualitatif dengan uji prasyarat

kelembagaan 3 Menganalisis

kontribusi PHBM terhadap pendapatan rumah tangga petani anggota PHBM.

- Data primer: data responden dan data pendapatan rumah tangga masyarakat desa hutan Wawancara dan kuisioner dengan responden dan informen Analisis Struktur Pendapatan Rumah tangga. 4 Menganalisis dampak PHBM terhadap ekologi hutan.

- Data primer: data persepsi kondisi ekologi.

Wawancara dan kuisioner dengan responden

Analisis persepsi dan Analisis IPA

28

Mengukur pendapat atau perilaku sekelompok orang dapat digunakan skala likert. Jenis insturmen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi pedoman wawancara terstruktur tentang efektivitas kelembagaan PHBM, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kelembagaan dan perilaku masyarakat terhadap keberadaan PHBM. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, analisis jawaban tersebut diberi skor seperti Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Skala indikator untuk analisis presepsi

No Indikator Jawaban Skor

1 Tidak tersedia, tidak cukup, tidak pernah, tidak ada, sangat sering, tidak berharap, sangat berpengaruh, dan tidak penting

1

2 Kurang tersedia, kurang cukup, kurang berupaya, sedikit, sering, jarang, kurang berharap, sedikit terancam, berpengaruh dan kurang penting

2

3 Tersedia, cukup, cukup berupaya, banyak, jarang, sering, berharap, terancam, kurang berpengaruh, besar dan penting

3

Sumber: Sugiyono (2008)

Pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang diberikan oleh responden sesuai dengan bobot yang telah ditetapkan dengan pemberian skor dimulai dari 1, 2, dan 3. Selanjutnya, penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase dari yang diharapkan (Sugiyono 2008 dan Riduan 2009). Selanjutnya nilai persentase jawaban dinterpretasikan dalam kalimat kualitatif dengan acuan seperti pada Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8 Skor persentase indicator pada analisis presepsi

Skor Prosentase Kriteria Interpretasi

0% - 33,33% Tidak tersedia, tidak cukup, tidak pernah, tidak ada, sangat sering, tidak berharap, sangat berpengaruh, dan tidak penting

33,34% - 66,66% tersedia, cukup, cukup berupaya, banyak, jarang, sering, berharap, terancam, kurang berpengaruh, besar dan penting

66,67% - 100% Sangat tersedia, sangat cukup, sangat berupaya, sangat banyak, tidak pernah, sangat sering, sangat berharap, sangat terancam, tidak berpengaruh, sangat besar dan sangat penting

Sumber: Sugiyono (2008)

Analisis Stakeholder dalam PHBM

Analisis stakeholder dilakukan pada kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara. Stakeholder atau aktor adalah orang/lembaga/organisasi yang berperan dalam kelembagaan PHBM. Anlisis ini dilakukan untuk mengetahui siapa saja, apa peran, dan bagaimana pelaksanaan tugas dari setiap stakeholder terkait dengan kelembagaan PHBM.

Seluruh stakeholder dianggap berperan penting dalam merumuskan suatu kebijakan, namun masing-masing stakeholder memiliki tingkat kepentingan da pengaruh yang berbeda. Maka dari itu, analisis stakeholder dalam penelitian ini perlu dilakukan. Ramirez, et.al (1999) menjelaskan bahwa analisis stakeholder mengacu pada seperangkat alat untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan stakeholder atas dasar atributnya, hubungan timbal baliknya dan kepentingannya

29 dalam kaitannya dengan isu atau sumberdaya yang ada. Tahapan dalam anlisis stakeholder dalam penelitian ini, adalah:

1. Membuat tabel stakeholder, yang berisi informasi mengenai: a. Daftar stakeholder

b. Kepentingan stakeholder, yaitu motif dan perhatiannya pada kebijakan. Untuk melihat tingkat kepentingan aktor digunakan skala likert, yaitu antara 1 sampai 5, dimana 5 = sangat tinggi, 4 = tinggi, 3 = cukup tinggi, 2 kurang tinggi, 1 = rendah. Indikator tinggi dilihat dari seberapa penting peranan masing-masing stakeholder pada kelembagaan PHBM.

c. Sikap stakeholder terhadap kebijakan atau program. Sikap mengacu pada reaksi utama dari berbagai stakeholder dalam memutuskan pandangan terhadap suatu kebijakan.

2. Menilai sikap dari stakeholder terhadap kebijakan berikut:

Penilaian sikap menggunakan skala likert dari 3 hingga -3, dimana 3 = sangat mendukung, 2 = cukup mendukung, 1 = netral, -2 = cukup menentang dan -3 = sangat menentang.

3. Membuat penilaian awal tentang tingkat kekuatan dan pengaruh dari masing- masing stakeholder. Kekuatan stakeholder mengacu pada kuantitas sumberdaya yang memiliki stakeholder, yaitu sumberdaya manusia (SDM), finansial, dan politik. Pengaruh masing-masing stakeholder mengacu pada tingkat pengaruhnya dalam proses penyusunan kebijakan. Untuk penilaian tingkat pengaruh juga akan menggunakan skala likert, yaitu: antara 1 sampai 5, dimana 5 = sangat kuat, 4 = kuat, 3 = cukup kuat, 2 = lemah, 1 = sangat lemah. 4. Menentukan tingkat pengaruh total, yaitu jumlah dari tingkat kekuatan (SDM,

finansial, dan politik) dari masing-masing stakeholder.

5. Menentukan nilai total, yaitu perkalian antara sikap dengan pengaruh untuk setiap stakeholder.

6. Memutuskan kebutuhan keterlibatan stakeholder dalam kebijakan atau program, di mana jika nilai total kurang dari 10 maka stakeholder dapat diabaikan dan jika lebih dari 10 maka stakeholder harus dilibatkan.

7. Menentukan tingkat keterlibatan stakeholder dalam pengambilan keputusan, dimana stakeholder dibagi dalam 3 grup, yaitu:

a. Grup 1 dengan nilai total 10-20 adalah pihak penerima informasi. b. Grup 2 dengan nilai total 20-30 adalah pihak pemberi pertimbangan.

c. Grup 3 dengan nilai total lebih dari 30 adalah pihak pengambilan keputusan. Tabel 9 Analisis stakeholder pada kelembagaan PHBM

Stakeholder Kriteria Evaluasi Keputusan Kepentingan Sikap Kekuatan Pengaruh Total M F P Keterlibatan Tingkat Keterlibatan

30

Selanjutnya disusun diagram untuk menggambarkan tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder dan posisi stakeholder apakah masuk katagori Subject, Player (pemain), By stander (penonton), atau Actor (Gambar 3).

Posisi pada setiap kuadran dapat menggambarkan ilustrasi mengenai posisi dan peranan yang dimainkan oleh masing-masing stakeholder, yaitu:

1. Kuadran A adalah Subject yang merupakan kelompok stakeholder yang penting namun perlu pemberdayaan.

2. Kuadran B, Player yang merupakan kelompok stakeholder yang dapat berperan untuk perumusan kebijakan.

3. Kuadran C, By stander adalah yang merupakan kelompok stakeholder yang paling rendah kepentingan dan pengaruhnya.

4. Kuadran D adalah Actor yang merupakan kelompok stakeholder yang paling kritis karena kepentingan dan pengaruh yang tinggi.

Gambar 3 Tingkat dan pengaruh stakeholder

Analisis ini dilakukan untuk mengidenktifikasi stakeholder beserta peng- aruh dan kepentingannya pada kelembagaan PHBM. Stakeholder dalam penelitian dianalisis berdasarkan pengaruh dan kepentingan serta perannya secara langsung atau tidak dalam kelembagaan PHBM. Pengolahan data dalam penelitian digunakan

metode analisis stakeholder menggunakan actor grid. Teknik pengum-pulan data

untuk menganalisis proses dan peran aktor dalam pembentukan PHBM dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10 Metode dan analisis proses dan peran aktor dalam pembentukan PHBM

Parameter Analisis Output

1. Proses pembentukan kelembagaan a. Sejarah pembentukan kelembagaan b. Inisiasi awal pembentukan kelembagaan c. Pembentukan kelembagaan

d. Sosialisasi pada masyarakat desa hutan e. Aturan kelembagaan, meliputi:

boundary rule, sanksi, monitoring dan penyelesaian konflik.

Analisis dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif.

Diketahui sejarah, proses pembentukan kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara. Aturan kelembagaan PHBM di KPH Bandung Utara 2. Keterlibatan aktor dalam proses

pembentukan kelembagaan melalui identifikasi aktor dalam kelembagaan

Analisis dilakukan dengan metode analisis stakeholder

Rekomendasi terhadap peran aktor-aktor dalam pembentukan kelembagaan PHBM Ke pe nti nga n Kuadran A (Subject) Kuadran B (Player) Kuadran C (By stander) Kuadran IV (Actor) Pengaruh

31

Analisis Efektivitas Kelembagaan PHBM

Analisis efektivitas kelembagaan meliputi dua bagian, yaitu: analisis prsayaratan kelembagaan dan analisis kinerja efektivitas kelembagaan. Analisis efektivitas kelembagaan ditujukan untuk melihat apakah kelembagaan tersebut berjalan efektif atau tidak? Adapun indikator efektivitas kelembagaan, terdapat 2 komponen:

- Struktur organisasi, yang akan menjelaskan mengenai hubungan LMDH secara internal dan eksternal (masyarakat, Perhutani dan pemerintahan dan LMDH). - Infrastruktur organisasi, yang akan menjelaskan mengenai aturan main, program

kerja, reward dan punishment, akuntabilitas organisasi, dll.

Metode analisis yang digunakan dalam melihat efektivitas lembaga adalah analisis deskritif kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis efektivitas kelembagaan PHBM, adalah, sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi kelembagaan yang mengacu pada lampiran 3, dimana hasil identifikasi ini dibagi dalam 3 katagori kelembagaan, yaitu:

a. Lembaga yang aktif (active), melakukan kegiatan lebih dari 50% kegiatan. b. Lembaga yang tidak aktif (dorman), melakukan kegiatan kurang dari 50%

kegiatan.

c. Lembaga yang telah bubar (collapse), tidak melakukan kegiatan.

2. Mengambil sampel lembaga untuk diuji dengan prasyarat kelembagaan. Uji prasyarat kelembagaan dilakukan terhadap 4 lembaga aktif, yang terdiri dari 2 lembaga yang terdekat dengan hutan dan 2 lembaga yang berada jauh dari hutan.

Metode dan analisis yang digunakan dalam melakukan analisis terhadap efektivitas kelembagaan PHBM dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Metode dan analisis efektivitas kelembagaan PHBM

Parameter Analisis Output

1. Keberjalanan Kelembagaan (active institutional) a. Lembaga katagori aktif

b. Lembaga katagori Dorman (tidak aktif) c. Lembaga katagori telah bubar (collapse)

Analisis deskritif kualitatif Tingkat Keberhasilan PHBM di KPH Bandung Utara 2. Pra Syarat Kelembagaan

a. Strukur organisasi

b. Pembagian kerja (job desk) dan hubungan kerja c. AD/ART (rule of the game)

d. Tujuan organisasi e. Program kerja

f. Transparansi dan akuntabilitas g. Partisipasi dan pengambilan h. Pengawasan i. Sanksi/reward j. Skema evaluasi k. Mekanisme pertanggungjawaban 3. Kinerja Kelembagaan a. Keterlibatan masyarakat b. Realisasi program

32

Analisis Dampak Ekonomi dan Ekologi

Dampak ekonomi yang dimaksud pada penelitian ini adalah manfaat ekonomi langsung yang bersifat tangible (dapat dihitung) berupa kontribusi kegiatan PHBM terhadap pendapatan rumah tangga masyarakat desa hutan. Untuk mengetahui pendapatan rumahtangga masyarakat desa hutan dilakukan pencarian data melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan informan dan responden. Setelah itu data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

...(2) Analisis terhadap dampak ekologis dilakukan melalui perubahan tingkat lahan kritis dan hidrologi yang meliputi debit air dan peningkatan/pengurangan jumlah mata air di wilayah masyarakat desa hutan sebelum dan sesudah keberadaan PHBM melalui uji persepsi dengan menggunakan statistik proposional berupa persentase (%). Hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan sebaran jumlah dan persentase. Metode Importance Performance Analysis (IPA) diperkenalkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 untuk mengukur hubungan antara prioritas peningkatan kualitas produk/jasa yang dikenal pula sebagai quadrant analysis.

IPA bertujuan untuk menampilkan informasi berkaitan dengan faktor-faktor pelayanan yang menurut pengguna layanan sangat memengaruhi loyalitas dan kepuasan, serta faktor-faktor pelayanan yang menurut pelanggan perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini belum memuaskan pelanggan. IPA menyatukan pengukuran faktor tingkat kinerja (performance) dan tingkat kepentingan (importance) yang kemudian digambarkan dalam diagram dua dimensi yaitu diagram importance-performance untuk mendapatkan usulan praktis dan memudahkan penjelasan data. Pada tingkat kinerja, pengukuran dilakukan dengan mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang telah dirasakan. Importance-Performance Analysis terdiri atas dua kemponen yaitu, analisis kuadran dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kuadran dapat diketahui respon konsumen terhadap produk layanan yang diplotkan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja dari produk layanan tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk melihat kesenjangan antara kinerja suatu produk layanan dengan harapan konsumen terhadap produk layanan tersebut. Langkah pertama untuk analisis kuadran adalah menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan kinerja setiap produk layanan dengan rumus:

...(3)

...(4)

Keterangan:

= Bobot rata-rata tingkat penilaian kinerja produk layanan ke-i = Bobot rata-rata tingkat penilaian kepentingan produk layanan ke-i n = Jumlah responden

33 Selanjutnya nilai rata-rata kepentingan ( ) dan nilai rata-rata kinerja ( )

di petakan kedalam grafik kartesius yang dibagi kedalam empat kuadaran seperti pada Gambar 4.

Tingkat Kinerja (X) Gambar 4. Kuadran Importance-Performance Analysis

Kuadran I (Prioritas Utama). Kuadran ini memuat produk layanan yang dianggap penting tetapi pada kenyataannya produk-produk layanan tersebut belum sesuai dengan harapan. Tingkat kinerja dari produk layanan tersebut lebih rendah daripada tingkat harapan terhadap produk layanan tersebut. Produk-produk layanan yang terdapat dalam kuadran ini harus lebih ditingkatkan lagi kinerjanya agar dapat memuaskan masyarakat. Kuadran II (Pertahankan Prestasi). Produk- produk layanan yang terdapat dalam kuadran ini menunjukkan bahwa produk layanan tersebut penting dan memiliki kinerja yang tinggi. Produk layanan ini perlu dipertahankan untuk waktu selanjutnya. Kuadran III (Prioritas Rendah). Produk layanan yang terdapat dalam kuadran ini dianggap kurang penting dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan terhadap produk layanan yang masuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan sangat kecil. Kuadran IV (Berlebihan). Kuadran ini memuat produk-produk layanan yang dianggap kurang penting dan dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja pada produk-produk layanan yang terdapat pada kuadran ini hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber daya. Teknik Pengumpulan Data untuk menganalisis dampak ekonomi dan ekologi PHBM dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Metode dan analisis dampak ekonomi dan ekologi PHBM

Parameter Analisis Output

1. Dampak ekonomi PHBM - Kontribusi PHBM terhadap

pendapatan masyarakat desa hutan

Analisis Pendapatan Rumahtangga masyarakat desa hutan Struktur Pendapatan Rumahtangga di KPH Bandung Utara 2. Dampak ekologis PHBM a. Kondisi Hidrologi b. Kondisi Lahan Kritis c. Jumlah pohon yang ditanam d. Gangguan terhadap hutan

Metode Presepsi masyarakat dan

Importance Performance Analysis (IPA)

Kondisi hidrologi dan lahan kritis di KPH Bandung Utara Ke pe nti nga n (Y ) Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran IV (Berlebihan)

34

Dokumen terkait