BAB V HASIL PENELITIAN
B. Analisa Univariat
1. Gambaran Karakteristik Responden
Karakterisik responden di Kelurahan Grogol Selatan dalam penelitian ini terdiri dari peran sebagai orang tua, usia, pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan dan pendapatan. Responden dalam penelitian ini merupakan orang tua yang memiliki anak usia prasekolah 3 – 5 tahun yang berdomisili di Rw 5 Kelurahan Grogol Selatan. Keseluruhan jumlah responden adalah 120 orang. Data karakteristik responden disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase. Data secara jelas disajikan sebagai berikut:
a. Peran Sebagai Orang Tua
Dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa mayoritas responden merupakan ibu sebanyak 69 orang (57,5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa partisipasi ibu dalam penelitian lebih tinggi.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Peran Sebagai Orang Tua di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015 No. Status Responden Jumlah Persentase (%)
1. Ayah 51 42,5
2. Ibu 69 57,5
b. Usia
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 18 – 40 tahun (masa dewasa dini) sebanyak 88 orang (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas orang tua anak prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan berasal dari kelompok usia dewasa dini.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015
No. Usia Jumlah Persentase (%)
1. 2. Dewasa dini Dewasa madya 88 32 73,3 26,7 Total 120 100,0 c. Pendidikan
Pendidikan terkahir responden bervariasi dilihat dari sebarannya. Pendidikan terakhir responden mayoritas berasal dari kelompok Pendidikan Dasar (Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) yaitu sebesar 54,2% dimana masih terdapat jumlah yang cukup besar responden dengan pendidikan terakhir sekolah dasar yaitu sebesar 20%.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Grogol Selatan
Tahun 2015
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%) 1.
2. 3. 4.
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi 24 41 32 23 20,0 34,2 26,7 19,2 Total 120 100,0
d. Status Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan orang tua yang bekerja yaitu sebanyak 89 orang (74,2%). Selain itu juga ditemui jumlah ibu bekerja cukup tinggi yaitu sebanyak 39 orang dari 69 ibu.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015
No. Status Pekerjaan Ayah Ibu Jumlah Persentase (%) 1. 2. Bekerja Tidak Bekerja 50 1 39 30 89 31 74,2 35,8 Total 51 69 120 100,0 e. Status Pernikahan
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berstatus menikah sebanyak 108 orang (90%), namun terdapat sebanyak 12 orang (10%) responden dengan status pernikahan bercerai.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Pernikahan di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015
No. Status Pernikahan Jumlah Persentase (%) 1. 2. Menikah Bercerai 108 12 90 10 Total 120 100,0
f. Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pendapatan yang rendah yaitu sebesar 65,8% atau 80 orang dari 120 reponden.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
Perbulan di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015
No. Pendapatan Jumlah Persentase (%) 1. 2. Tinggi Rendah 40 80 34,2 65,8 Total 120 100,0
2. Pengetahuan Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak Prasekolah a. Tingkat Pengetahuan Responden
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mayoritas reponden memiliki pengetahuan yang kurang tentang kekerasan seksual pada anak prasekolah yaitu sebesar 66 orang atau 55%.
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan
Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak Prasekolah di Kelurahan Grogol Selatan Tahun 2015
No. Status Pernikahan Jumlah Persentase (%) 1. 2. Pengetahuan Kurang Pengetahuan Baik 66 54 55,0 45,0 Total 120 100,0
b. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
Jawaban responden terhadap setiap item pertanyaan pada lembar kuesioner disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel. 5.8
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Pada Kuesioner Pengetahuan
No. Pertanyaan Salah
n(%)
Benar n(%) 1. Pengertian
P1. Kekerasan seksual pada anak adalah interaksi antara anak dan orang dewasa, kemudian anak digunakan untuk merangsang keinginan seksual. P10. Kekerasan seksual pada anak adalah
sengaja mempertontonkan hubungan suami istri di depan anak
P16. Kekerasan seksual pada anak adalah mengajak anak melihat materi pornografi dalam bentuk (tulisan, gambar, video atau secara langsung)
37(30,8%) 31(25,8%) 53(44,2%) 83(69,2%) 89(74,2%) 67(55,8%)
2. Jenis Kekerasan Seksual pada Anak
P5. Seseorang memotret anak saat telanjang sebagai pemenuhan hasrat seksualnya merupakan kekerasan seksual non-fisik P11. Orang dewasa sengaja memperlihatkan
alat kelaminnya didepan anak merupakan kekerasan seksual secara fisik
P17. Memasukkan jari pada alat kelamin anak merupakan kekerasan seksual secara fisik
P23. Memasukkan benda pada anus anak merupakan kekerasan seksual secara fisik
P24. Menyebutkan kata – kata kotor atau vulgar kepada anak adalah jenis kekerasan seksual non-fisik
P31. Memberikan ciuman vulgar pada alat kelamin anak merupakan kekerasan seksual secara fisik
63(52,5%) 46(38,3%) 35(29,2%) 3(2,5%) 30(25%) 11(9,2%) 57(47,5%) 74(6,7%) 85(70,8%) 117(87,5%) 90(75%) 109(90,8)
3 Pelaku Kekerasan Seksual pada Anak P2. Seseorang yang melakukan kekerasan
seksual pada anak disebut pedofilia
P6. Pedofilia atau pelaku kekerasan seksual pada anak tidak memiliki ciri atau tanda yang pasti
P12. Semua pelaku kekerasan seksual pada anak adalah orang yang tidak dikenal anak
P18. Anggota keluarga sendiri (Ayah/ Paman/ Kakak/ Kakek) tidak mungkin menjadi pelaku kekerasan seksual
P25. Guru, pelatih, atau tetangga dapat menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak 77(64,2%) 25(20,8%) 25(20,8%) 47(39,2%) 43(35,8%) 95(79,25%) 95(79,25%) 73(60,8%) 4. Korban Kekerasan Seksual
P7. Anak laki – laki tidak mungkin menjadi korban kekerasan seksual pada anak P13. Anak usia prasekolah tidak mungkin
menjadi korban kekerasan seksual P19. Anak dengan cacat fisik tidak beresiko
menjadi korban kekerasan seksual
16(13,3%) 6(5,0%) 76(63,3%) 104(86,7%) 114(95,0) 44(36,7%) 5 Tanda dan Gejala Korban Kekerasan
Seksual
P3. Sakit saat buang air kecil merupakan salah satu tanda dan gejala fisik korban kekerasan seksual pada anak
P8. Terdapat memar pada alat kelamin anak, dapat dicurigai sebagai tanda dan gejala fisik korban kekerasan seksual
P14. Anak sering berperilaku ganjil seperti mempraktekkan orang sedang
berciuman merupakan tanda psikologis korban kekerasan seksual
P20. Alat kelamin anak mengeluarkan nanah merupakan salah satu tanda dan gejala fisik korban kekerasan seksual
P21. Anak sering memegangi alat kelaminnya tidak perlu dicuriga sebagai tanda psikologis korban kekerasan seksual P26. Anak tiba-tiba takut masuk ke kamar
mandi merupakan salah satu tanda psikologis korban kekerasan seksual
49(40,8%) 9(7,5%) 68(56,7%) 18(15%) 45(37,5%) 63(52,5%) 71(59,2%) 111(92,5%) 52(43,3%) 102(85%) 75(62,5%) 57(47,5%)
6. Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak P4. Orang tua perlu mengetahui tanda dan
gejala kekerasan seksual pada anak
P9. Orang tua perlu melaporkan kecurigaan tindak kekerasan seksual yang ditemui pada anak
P15 Bahasan mengenai seksualitas dan organ reproduksi perlu dipaparkan orang tua kepada anak
P22. Penting untuk mengajarkan cara berpakaian yang sopan pada anak sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual
P27. Perlu untuk mengajarkan anak keterampilan perlindungan diri dari tindak kekerasan seksual
P28. Tidak menyebut alat kelamin anak dengan sebutan lain seperti “burung” atau “apem
P29. Penting untuk mengajarkan pada anak bahwa tidak boleh merahasiakan hal – hal buruk pada orang tua
P.30. Penting untuk mengjarkan anak berkata TIDAK untuk hal – hal yang tidak pantas dilakukan padanya
49(40,8%) 69(57,5%) 8(6,7%) 63(52,5%) 69(57,5%) 10(8,3%) 36(30,0%) 71(59,2%) 51(42,5%) 112(93,3%) 57(47,5%) 51(42,5%) 110(91,7%) 84(70,0%)
Tabel diatas menunjukkan bahwa pada pengertian kekerasan seksual pada anak, mayoritas respoden telah menjawab dengan benar. Pada pertanyaan no.11 mengenai jenis kekerasan seksual pada anak terdapat 52,5% responden menjawab benar, bahwa seseorang memotret anak saat telanjang untuk pemenuhan hasrat seksualnya, merupakan kekerasan seksual non-fisik. Sedangkan untuk pernyataaan lainnya mengenai jenis kekerasan seksual pada anak mayoritas reponden telah menjawab dengan tepat.
Pada pernyataan mengenai pelaku kekerasan seksual pada anak sebanyak 52,2% responden menjawab salah pernyataan no.2, bahwa pedofilia merupakan pelaku kekerasan seksual pada anak. Selain itu sebanyak 64,2%
responden juga menjawab salah pernyataan no.6 bahwa pedofilia atau pelaku kekerasan seksual pada anak tidak memiliki ciri atau tanda yang pasti. Sedangkan untuk pernyataan lainnya mengenai pelaku kekerasan seksual pada anak rata – rata responden telah menjawab dengan tepat. Selanjutnya pada domain korban kekerasan seksual pada anak di pernyataan no.19, bahwa anak dengan cacat fisik tidak mungkin menjadi korban kekerasan seksual, sebanyak 63,3% responden menjawab benar. Namun untuk pernyataan lainnya di domain ini responden telah menjawab dengan tepat.
Pada tanda dan gejala korban kekerasan seksual pada anak sebanyak 56,7% menjawab salah pada pernyataan no.14 bahwa anak sering berperilaku ganjil seperti mempraktekkan orang sedang berciuman merupakan tanda psikologis korban kekerasan seksual, selain itu pada pernyataan no.26 bahwa anak tiba-tiba takut masuk ke kamar mandi merupakan salah satu tanda psikologis korban kekerasan seksual sebanyak 52,5% responden masih menjawab dengan tidak tepat. Namun pada pernyataan no.8 bahwa memar pada alat kelamin anak dapat dicurigai sebagai tanda dan gejala fisik korban kekerasan seksual pada anak sebanyak 92,5% responden telah menjawab dengan tepat.
Pada domain pencegahan kekerasan seksual pada anak, hanya sebanyak 42,5% responden yang menjawab dengan tepat pernyataan no.15, bahwa bahasan mengenai seksualitas dan organ reproduksi perlu dipaparkan orang tua kepada anak. Selain itu pada pernyataan no.27 bahwa perlu untuk mengajarkan anak keterampilan perlindungan diri dari tindak kekerasan seksual sebanyak 52,5% menjawab dengan salah. Senada dengan itu pernyataan no.28 bahwa tidak
menyebut alat kelamin anak dengan sebutan lain seperti “burung” atau “apem sebanyak 52,5% responden menjawab tidak tepat.