• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Perbatasan Darat Kalimantan

Kawasan perbatasan darat di Pulau Kalimantan terdiri dari 8 (delapan) kabupaten, yang berada pada Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara (Gambar 4.1). Kabupaten-kabupaten tersebut berbatasan dengan Negara Malaysia, yaitu negara bagian Sabah dan Serawak. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia di Propinsi Kalimantan Barat adalah Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Pada Propinsi Kalimantan Timur terdapat Kabupaten Kutai Barat serta di Propinsi Kalimantan Utara adalah Kabupaten Malinau dan Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia.

Gambar 4.1 Kawasan perbatasan darat di Kalimantan

Sebagian besar dari kabupaten perbatasan di Pulau Kalimantan berada pada hulu sungai-sungai besar yang ada di propinsi masing-masing. Keberadaan penduduk yang mendiami kabupaten-kabupaten perbatasan tersebut masih terbatas, hal tersebut terlihat dari kepadatan penduduk yang masih rendah pada tiap-tiap kabupaten.

Kabupaten Malinau merupakan kabupaten yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah diantara kabupaten perbatasan lainnya di Pulau Kalimantan. Pada tahun 2007 kepadatannya hanya sebesar 1.40 jiwa/km2 dan tahun 2011 menjadi 1.63 jiwa/km2 (Gambar 4.2). Kabupaten yang terpadat berada di Kabupaten Sambas, yaitu sebesar 78.37 jiwa/km2 pada tahun 2011.

28

Gambar 4.2 Kepadatan penduduk di kawasan perbatasan darat Kalimantan Kabupaten-kabupaten perbatasan yang berada di Propinsi Kalimantan Barat secara umum mempunyai kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang berada di Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Hal tersebut dikarenakan perkembangan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat sudah terjadi sejak lama dibandingkan dengan kabupaten perbatasan yang berada di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara, bahkan seluruh kabupaten perbatasan di Kalimantan Timur dan Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran daerah tahun 1999, sehingga pembangunan baru berjalan dengan pesat setelah adanya otonomi daerah.

Perkembangan jumlah penduduk yang pesat terjadi pada empat kabupaten yang ada di Pulau Kalimantan, yaitu Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, dan Nunukan. Perkembangan tersebut terlihat dari besaran kepadatan penduduk yang naik secara drastis dari tahun 2007 ke tahun 2011. Secara geografis, terdapat 3 kabupaten perbatasan di Pulau Kalimantan yang luas wilayahnya lebih dari 29000 km2, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu, Kutai Barat, dan Malinau.

Tingginya kepadatan penduduk di Kabupaten Sambas dikarenakan jumlah penduduknya yang besar, yaitu 501149 jiwa, dan luas wilayahnya sebesar 6394.7 km2. Kabupaten Malinau menjadi kabupaten yang paling sepi, selain karena jumlah penduduknya yang memang sedikit, yaitu 64999 jiwa, juga dikarenakan luas wilayahnya yang paling besar dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 39799.88 km2.

Jumlah penduduk yang sedikit membuat nilai PDRB perkapita riil kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara lebih tinggi daripada kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten perbatasan di Pulau Kalimantan yang memiliki PDRB per kapita riil yang terbesar pada tahun 2011, yaitu sebesar 20.457 juta rupiah, diikuti oleh Kabupaten Malinau sebesar 11.731 juta rupiah. PDRB per kapita riil terendah berada di Kabupaten Kapuas Hulu sebesar 5.433 juta rupiah (Gambar 4.3). PDRB per kapita riil ini digunakan sebagai pendekatan terhadap

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Sambas Bengkay ang

Sanggau Sintang Kapuas Hulu Kutai Barat Nunuka n Malinau 2007 75.91 37.35 29.76 16.52 7.16 5.30 8.80 1.40 2011 78.37 40.77 32.35 17.16 7.61 5.42 10.26 1.63 Ji w a/ k m 2 Kabupaten

29 pendapatan per kapita riil, sehingga dapat dijadikan acuan untuk melihat kesejahteraan masyarakat.

Gambar 4.3 PDRB per kapita riil di kawasan perbatasan darat Kalimantan tahun 2011

Perubahan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB riil) mencerminkan proses pembangunan di suatu wilayah, karena perubahan tersebut merupakan representasi dari pertumbuhan ekonomi. Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten yang mempunyai nilai PDRB riil yang tertinggi dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di Pulau Kalimantan. Pada tahun 2007 nilai PDRB riil Kabupaten Kutai Barat sebesar 2684.53 milyar rupiah dan meningkat secara drastis pada tahun 2011 menjadi 3508.01 milyar rupiah, atau terjadi pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun sebesar 30.67%.

Gambar 4.4 PDRB riil di kawasan perbatasan darat Kalimantan

30

Nilai PDRB riil terkecil terdapat pada Kabupaten Malinau yaitu sebesar 515.76 milyar rupiah pada tahun 2007 dan 762.5 milyar rupiah pada tahun 2011, namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malinau selama 5 tahun menjadi yang terbesar diantara kabupaten perbatasan di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 47.84%. Kabupaten Sambas merupakan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat yang memiliki nilai PDRB riil terbesar pada tahun 2011, yaitu 3103.16 milyar rupiah (Gambar 4.4), dan pertumbuhan ekonominya selama 5 tahun sebesar 24.56%.

Keadaan infrastruktur ekonomi, yaitu transportasi, air bersih, listrik, dan komunikasi kabupaten perbatasan di Pulau Kalimantan dapat terlihat dari rasio panjang jalan kondisi baik dan sedang terhadap luas wilayah, persentase rumah tangga yang mengakses air bersih untuk minum, persentase rumah tangga yang mempunyai listrik, dan persentase rumah tangga yang memiliki telepon seluler. Pada tahun 2011 Kabupaten Bengkayang merupakan kabupaten yang mempunyai rasio panjang jalan terbesar dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 0.2127 km/km2 atau terdapat 212.7 meter jalan dalam kondisi baik dan sedang setiap 1 km2 luas wilayah. Besarnya rasio ini dipengaruhi juga oleh kecilnya luas wilayah Kabupaten Bengkayang. Rasio panjang jalan kondisi baik dan sedang terkecil terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu, sebesar 0.0108 km/km2.

Rasio panjang jalan kondisi baik dan sedang kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara tertinggi ada di Kabupaten Nunukan yaitu sebesar 0.0671 km/km2 sedangkan terendah di Kabupaten Malinau sebesar 0.0220 km/km2 (Gambar 4.5). Rendahnya rasio ini dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Propinsi Kalimantan Barat salah satunya disebabkan pembangunan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara baru pesat setelah adanya otonomi daerah.

Gambar 4.5 Rasio panjang jalan baik dan sedang di kawasan perbatasan darat Kalimantan tahun 2011

31 Air bersih merupakan salah satu syarat dasar untuk menuju kehidupan yang lebih sehat. Pada tahun 2011 Kabupaten Kutai Barat merupakan kabupaten dengan persentase akses air bersih untuk air minum tertinggi di kawasan perbatasan Kalimantan, yaitu sebanyak 63.20% rumah tangga sudah dapat mengakses air bersih untuk air minum (Gambar 4.6). Kabupaten Sintang merupakan kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Barat yang mempunyai persentase terbesar untuk akses ke air bersih, yaitu sebesar 44.95%.

Air bersih yang diakses oleh masyarakat perbatasan bukan hanya berasal dari air PDAM, namun juga berasal dari mata air terlindung, sumur terlindung, dan air dalam kemasan. Sumber air dari PDAM cakupannya hanya terbatas oleh masyarakat yang berada di sekitar ibukota kabupaten. Masyarakat yang tinggal jauh dari ibukota kabupaten biasanya mengandalkan air bersih dari mata air terlindung maupun sumur terlindung baik yang dikelola oleh desa maupun yang diadakan secara perseorangan.

Gambar 4.6 Rumah tangga yang mengakses air bersih untuk air minum di kawasan perbatasan darat Kalimantan tahun 2011

Keterjangkauan listrik di kawasan perbatasan darat Kalimantan sudah termasuk bagus, selain mengandalkan jaringan listrik dari PLN, rumah tangga juga mengakses listrik melalui panel surya, listrik desa, dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Pada tahun 2011 sebanyak 96.10% rumah tangga di Kabupaten Sambas sudah menikmati listrik (Gambar 4.7), besarnya persentase tersebut menjadikan kabupaten tersebut mempunyai persentase tertinggi di kawasan perbatasan darat Kalimantan. Secara rata-rata kabupaten perbatasan di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara lebih bagus dalam mengakses listrik dibandingkan di Propinsi Kalimantan Barat karena sebanyak 80.26% rumah tangga di Propinsi Kalimantan Timur dan Utara sudah mengakses listrik, dibandingkan dengan 74.45% rumah tangga di Propinsi Kalimantan Barat.

32

Gambar 4.7 Rumah tangga yang mengakses listrik di kawasan perbatasan darat Kalimantan Tahun 2011

Perkembangan sarana komunikasi di kawasan perbatasan darat Kalimantan termasuk pesat, hal tersebut diindikasikan dengan semakin terbukanya sarana komunikasi sampai kecamatan yang ada di pedalaman. Peningkatan penggunaan telpon seluler merupakan salah satu indikasi bahwa sarana komunikasi sudah semakin canggih. Kabupaten Bengkayang merupakan kabupaten yang mengalami peningkatan tertinggi dalam persentase rumah tangga yang memiliki telpon seluler, yaitu meningkat sebanyak 161.22% dari tahun 2007 ke 2011. Kabupaten- kabupaten perbatasan di Kalimantan secara umum mengalami peningkatan pemakaian seluler yang tinggi, hampir semuanya meningkat 100% kecuali Kabupaten Malinau dan Nunukan (Gambar 4.8). Peningkatan pemakaian telepon seluler mencerminkan bahwa ada penambahan jangkauan sinyal telepon.

Gambar 4.8 Persentase pemakaian telpon seluler di kawasan perbatasan darat Kalimantan Malaysia 0.00 50.00 100.00 35.19 31.10 35.65 29.46 28.32 38.21 42.09 37.02 84.68 81.24 74.10 74.24 70.04 86.57 83.33 72.75 Ju m lah t e lp o n s e lu le r (% ) Kabupaten 2007 2011

33 Keadaan infrastruktur sosial, berupa pendidikan dan kesehatan, terlihat dari rasio jumlah SMU sederajat terhadap jumlah penduduk dan rasio jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling terhadap jumlah penduduk. Rasio pendidikan yang tertinggi di kawasan perbatasan darat Kalimantan adalah Kabupaten Malinau yaitu sebesar 0.000323 SMU/penduduk, atau terdapat 3 buah SMU setiap 10000 penduduk, sedangkan rasio terendah ada di Kabupaten Sambas sebesar 0.000094 SMU/penduduk atau terdapat sekitar 1 SMU setiap 10000 penduduk. Secara umum rasio pendidikan ini lebih bagus di Kalimantan Utara dibandingkan di Kalimantan Barat dan Timur.

Gambar 4.9 Jumlah SMU sederajat di kawasan perbatasan darat Kalimantan Peningkatan jumlah SMU sederajat terbesar di kawasan perbatasan darat Kalimantan dalam kurun waktu 2007-2011 terjadi di Kabupaten Bengkayang yaitu sebesar 62.50%. Kabupaten Sambas merupakan kabupaten yang mempunyai jumlah SMU sederajat paling banyak pada tahun 2011 yaitu sebanyak 47 unit, sedangkan paling sedikit adalah Kabupaten Nunukan, yaitu hanya memiliki 20 unit SMU sederajat (Gambar 4.9).

Gambar 4.10 Sarana kesehatan di kawasan perbatasan darat Kalimantan

0 10 20 30 40 50 Sambas Bengkayang Sanggau Sintang Kapuas Hulu Kutai Barat Nunukan Malinau SMU (unit) K ab u p at e n 2007 2011 0 50 100 150 200 250 S ar an a K e se h at an ( u n it ) Kabupaten 2007 2011

34

Keadaan sarana kesehatan, yang didekati dengan jumlah puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling, di kawasan perbatasan darat Kalimantan jumlahnya berfluktuasi dalam kurun waktu 2007-2011. Beberapa kabupaten mengalami penurunan jumlah, yaitu Kabupaten Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Nunukan. Penurunan jumlah sarana kesehatan tersebut banyak berasal dari adanya penurunan jumlah puskesmas keliling. Penurunan paling drastis terjadi di Kabupaten Sintang, yaitu dari 208 unit pada 2007 menjadi 103 unit pada 2011 (Gambar 4.10), atau mengalami penurunan sebesar 50.48%. Kenaikan jumlah sarana kesehatan tertinggi terjadi di Kabupaten Malinau, yaitu dari 100 unit pada 2007 menjadi 193 unit pada 2011 atau terjadi kenaikan sebesar 93%.

Rasio sarana kesehatan pada tahun 2011 tertinggi berada di Kabupaten Malinau yaitu sebesar 0.0029693 puskesmas/penduduk atau terdapat sebanyak 29 puskesmas setiap 10000 penduduk. Rasio terendah ada di Kabupaten Sintang dengan rasio sebesar 0.0002774 puskesmas/penduduk atau terdapat sekitar 2 puskesmas setiap 10000 penduduk.

Kawasan Perbatasan Darat Nusa Tenggara Timur

Propinsi Nusa Tenggara Timur berbatasan darat langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Perbatasan darat tersebut terdapat di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), dan Belu (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Kawasan perbatasan darat NTT

Seluruh kabupaten perbatasan yang ada di Propinsi NTT mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi yaitu lebih dari 50 jiwa/km2. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang mempunyai kepadatan penduduk paling rendah diantara kabupaten perbatasan lainnya di NTT, pada tahun 2011 kepadatannya

35

sebesar 57.64 jiwa/km2 (Gambar 4.12). Kabupaten yang terpadat berada di Kabupaten Belu, yaitu sebesar 146.89 jiwa/km2. Kabupaten-kabupaten perbatasan yang berada di Propinsi NTT secara umum mempunyai kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten perbatasan darat di propinsi lainnya.

Gambar 4.12 Kepadatan penduduk di kawasan perbatasan darat NTT tahun 2011 Nilai PDRB per kapita riil kabupaten perbatasan darat di Propinsi NTT yang terbesar pada tahun 2011 adalah Kabupaten Kupang, yaitu sebesar 3.395 juta rupiah, diikuti oleh Kabupaten Belu sebesar 2.950 juta rupiah, dan Kabupaten TTU sebesar 2.183 juta rupiah (Gambar 4.13).

36

Kabupaten Belu merupakan kabupaten yang mempunyai nilai PDRB riil yang tertinggi dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di NTT. Pada tahun 2007 nilai PDRB riil Kabupaten Belu sebesar 813.19 milyar rupiah dan meningkat secara drastis pada tahun 2011 menjadi 1059.91 milyar rupiah, atau terjadi pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun sebesar 30.34%. Nilai PDRB riil terkecil terdapat pada Kabupaten TTU yaitu sebesar 423.66 milyar rupiah pada tahun 2007 dan 511.72 milyar rupiah pada tahun 2011 (Gambar 4.14).

Gambar 4.14 PDRB riil di kawasan perbatasan darat NTT

Keadaan infrastruktur ekonomi di kabupaten perbatasan NTT dilihat dari rasio panjang jalan baik dan sedang relatif lebih bagus daripada kabupaten perbatasan di propinsi lainnya. Pada tahun 2011 Kabupaten TTU merupakan kabupaten yang mempunyai rasio panjang jalan kondisi baik dan sedang terbesar dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di NTT, yaitu sebesar 0.4046 km/km2 atau terdapat 404.6 meter jalan dalam kondisi baik dan sedang setiap 1 km2 luas wilayah. Dilihat perkembangan dari tahun 2007, Kabupaten TTU mempunyai rasio yang terus meningkat, hal tersebut mengindikasikan adanya penambahan atau perbaikan jalan sehingga menjadi kondisi baik dan sedang, sedangkan Kabupaten Kupang justru mengalami penurunan rasio panjang jalan baik dan sedang, yaitu 0.1160 pada tahun 2007 menjadi 0.0891 pada 2011 (Gambar 4.15).

Perkembangan panjang jalan kondisi baik dan sedang dari kurun waktu 2007-2011 secara umum mengalami kenaikan untuk Kabupaten TTU dan Belu, namun kenaikan tersebut hanya sedikit, bahkan Kabupaten Belu pada tahun 2008 sempat mengalami kenaikan yang tinggi namun mengalami penurunan di tahun 2009 dan naik lagi pada 2010. Penambahan dan perbaikan kondisi jalan sangat tergantung dari besarnya belanja pembangunan di tiap kabupaten, juga sangat tergantung kepada komitmen pemerintah daerah.

37

Gambar 4.15 Perkembangan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di kawasan perbatasan darat NTT

Kabupaten Kupang merupakan kabupaten dengan persentase akses air bersih untuk air minum tertinggi di kawasan perbatasan NTT pada tahun 2011, yaitu sebanyak 84.83% rumah tangga sudah dapat mengakses air bersih untuk air minum, sedangkan Kabupaten Belu merupakan kabupaten dengan akses air bersih terendah, yaitu sebesar 72.09% (Gambar 4.16). Perkembangan akses air bersih sejak tahun 2007 sampai 2011 secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan akses air bersih antara 2007-2011 untuk Kabupaten Kupang sebesar 86.93%, TTU sebesar 11.53% dan Belu sebesar 18.26%.

Gambar 4.16 Rumah tangga yang mengakses air bersih untuk air minum di kawasan perbatasan darat NTT tahun 2011

38

Keterjangkauan listrik di kawasan perbatasan darat NTT secara umum belum termasuk bagus, karena hanya 40-60% rumah tangga yang sudah menikmati listrik. Pada tahun 2011 Kabupaten Kupang merupakan kabupaten dengan akses listrik yang terbesar dibandingkan kabupaten lainnya, yaitu sebanyak 63.14% rumah tangga. Perkembangan akses listrik selama kurun 2007- 2011 mengalami peningkatan, terutama untuk Kabupaten Kupang mengalami peningkatan yang drastis, sedangkan Kabupaten TTU dan Belu kenaikannya tidak terlalu besar (Gambar 4.17).

Gambar 4.17 Perkembangan akses listrik di kawasan perbatasan darat NTT Perkembangan sarana komunikasi di kawasan perbatasan darat NTT termasuk pesat, hal tersebut diindikasikan dengan adanya peningkatan penggunaan telpon seluler. Kabupaten TTU merupakan kabupaten yang mengalami peningkatan tertinggi dalam persentase rumah tangga yang memiliki telpon seluler, yaitu meningkat sebanyak 273.317% dari tahun 2007 ke 2011. Kabupaten Kupang pada tahun 2011 merupakan kabupaten dengan persentase tertinggi, yaitu sebanyak 59.48% rumah tangga sudah memiliki telpon seluler (Gambar 4.18).

Gambar 4.18 Persentase pemakaian telepon seluler di kawasan perbatasan darat NTT

39

Gambar 4.19 Jumlah SMU sederajat di kawasan perbatasan darat NTT Keadaan infrastruktur sosial, berupa pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan darat NTT dapat terlihat pada gambar 4.19 dan 4.20. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten dengan jumlah SMU sederajat terbanyak di NTT pada tahun 2011, yaitu sebanyak 42 unit. Kenaikan jumlah SMU sederajat selama kurun waktu 2007-2011 yang terbesar juga terjadi di Kabupaten Kupang, yaitu sebesar 133.33%. Apabila dilihat dari rasio jumlah SMU sederajat terhadap penduduk, seluruh kabupaten perbatasan di NTT hampir memiliki rasio yang sama, yaitu sekitar 0.0001 unit/jiwa, atau terdapat sebanyak 1 unit SMU sederajat untuk setiap 10000 penduduk. Rasio tertinggi berada di Kabupaten Kupang yaitu sebesar 0.0001345 unit/jiwa.

Gambar 4.20 Sarana kesehatan di kawasan perbatasan darat NTT

0 50 100 150 200 250 300 350

Kab. Kupang TTU Belu

S ar an a K e se h at an ( u n it ) Kabupaten 2007 2008 2009 2010 2011 0 10 20 30 40 50 Kab. Kupang TTU Belu SMU (unit) K ab u p at e n 2007 2008 2009 2010 2011

40

Keadaan sarana kesehatan, di kawasan perbatasan darat NTT jumlahnya tidak terlalu banyak berubah dalam kurun waktu 2007-2009, namun mulai tahun 2010 terjadi peningkatan yang drastis, khususnya di Kabupaten Kupang dan Belu. Pada tahun 2010 jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Kupang sebanyak 263 unit sedangkan di Kabupaten Belu sebanyak 311 unit. Pada tahun 2009 jumlah sarana kesehatan di Kabupaten Kupang sebanyak 163 unit dan Belu sebanyak 88 unit, atau masing-masing mengalami peningkatan sebesar 61.35% dan 253.41%.

Rasio sarana kesehatan terhadap jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2011 berada di Kabupaten Kupang yaitu sebesar 0.0010439 puskesmas/penduduk atau terdapat sebanyak 10 puskesmas setiap 10000 penduduk. Rasio terendah ada di Kabupaten TTU dengan rasio sebesar 0.0003749 puskesmas/penduduk atau terdapat sekitar 3 puskesmas setiap 10000 penduduk.

Kawasan Perbatasan Darat Papua

Propinsi Papua berbatasan darat langsung dengan Negara Papua New Guinea (PNG). Perbatasan darat tersebut terdapat di Kabupaten Merauke, Boven Digoel, Pegunungan Bintang, Keerom, dan Kota Jayapura (Gambar 4.21).

Gambar 4.21 Kawasan perbatasan darat di Papua

Seluruh kabupaten perbatasan yang ada di Propinsi Papua mempunyai kepadatan penduduk yang rendah yaitu antara 0-10 jiwa/km2, kecuali Kota Jayapura yang mempunyai kepadatan lebih dari 50 jiwa/km2. Kepadatan penduduk Kota Jayapura tahun 2011 sebesar 277.58 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk paling rendah pada tahun 2011 terdapat di Kabupaten Boven Digoel yaitu sebesar 2.37 jiwa/km2 (Gambar 4.22).

Nilai PDRB per kapita riil kabupaten perbatasan di Propinsi Papua yang terbesar pada tahun 2011 adalah Kota Jayapura, yaitu sebesar 13.809 juta rupiah, dan terendah di Kabupaten Pegunungan Bintang yaitu sebesar 4.217 juta rupiah (Gambar 4.23). Peningkatan PDRB per kapita riil dari tahun 2007 sampai 2011

41 cukup tinggi untuk kabupaten perbatasan di Papua, bahkan Kota Jayapura mengalami kenaikan sekitar 3 juta rupiah (35.77%).

Gambar 4.22 Kepadatan penduduk di kawasan perbatasan darat Papua tahun 2011

Kota Jayapura merupakan wilayah yang mempunyai nilai PDRB riil tertinggi dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di Papua. Pada tahun 2007 nilai PDRB riil Kota Jayapura sebesar 2187362.5 juta rupiah dan meningkat secara drastis pada tahun 2011 menjadi 3742476.87 juta rupiah, atau terjadi pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun sebesar 71.10%. Nilai PDRB riil terkecil terdapat pada Kabupaten Pegunungan Bintang yaitu sebesar 153686.92 juta rupiah pada tahun 2007 dan 291.31 milyar rupiah pada tahun 2011 (Gambar 4.24).

Gambar 4.23 PDRB per kapita riil di kawasan perbatasan darat Papua tahun 2011 PNG

42

Gambar 4.24 PDRB riil di kawasan perbatasan darat Papua

Keadaan infrastruktur ekonomi di kabupaten perbatasan Papua dilihat dari rasio panjang jalan kondisi baik dan sedang masih tertinggal daripada kabupaten perbatasan di propinsi lainnya. Pada tahun 2011 Kota Jayapura merupakan wilayah yang mempunyai rasio panjang jalan terbesar dibandingkan kabupaten perbatasan lainnya di Papua, yaitu sebesar 0.3972 km/km2 wilayah Kota Jayapura (Gambar 4.25) atau terdapat 397.2 meter jalan setiap 1 km2 luas wilayah. Dilihat perkembangan dari tahun 2007, Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura mempunyai rasio yang terus meningkat. Panjang jalan tersebut terkait dengan status Kota Jayapura sebagai ibukota Propinsi Papua dan Kabupaten Keerom sebagai wilayah penyangga Kota Jayapura.

Gambar 4.25 Perkembangan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di kawasan perbatasan Papua

0 1000000 2000000 3000000 4000000 Merauke Boven Digoel Peg. Bintang Keerom Kota Jayapura 2007 1229805 390844.22 153686.92 257775.68 2187362.5 2011 1627459.84 532539.73 291315.55 387674.39 3742476.87 Ju ta ru p iah Kabupaten

43

Gambar 4.26 Rumah tangga yang mengakses air bersih untuk air minum di kawasan perbatasan darat Papua tahun 2011

Kota Jayapura merupakan wilayah dengan persentase akses terhadap air bersih tertinggi di kawasan perbatasan Papua pada tahun 2011, yaitu sebanyak 94.89% rumah tangga, sedangkan Kabupaten Keerom merupakan kabupaten dengan akses air bersih terendah, yaitu sebesar 28.40% (Gambar 4.26). Perkembangan akses air bersih sejak tahun 2007 sampai 2011 secara umum mengalami kenaikan. Kenaikan akses air bersih antara 2007-2011 yang terbesar ada di Kabupaten Pegunungan Bintang dan Kabupaten Boven Digoel, yaitu masing-masing sebesar 262.96% dan 102.47%.

Gambar 4.27 Perkembangan akses listrik di kawasan perbatasan darat Papua Keterjangkauan listrik di kawasan perbatasan darat Papua sangat bervariasi, di satu sisi Kota Jayapura mempunyai akses listrik hampir 100% rumah tangga, sedangkan disisi lain Kabupaten Pegunungan Bintang hanya 10% rumah tangga

44

pada tahun 2011. Perkembangan akses listrik selama kurun 2007-2011 mengalami peningkatan pada hampir semua wilayah perbatasan, kecuali Kabupaten Keerom yang mengalami penurunan (Gambar 4.27).

Perkembangan sarana komunikasi di kawasan perbatasan darat Papua termasuk pesat, hal tersebut diindikasikan dengan adanya peningkatan penggunaan telpon seluler. Kabupaten Pegunungan Bintang merupakan kabupaten yang mengalami peningkatan tertinggi dalam persentase rumah tangga yang memiliki telpon seluler dari tahun 2007 (0.19% rumah tangga) ke 2011 (3.54% rumah tangga) (Gambar 4.28). Kota Jayapura pada tahun 2011 merupakan wilayah dengan persentase tertinggi dalam penggunaan telpon seluler, yaitu sebanyak 95.50% rumah tangga sudah memiliki telpon seluler.

Gambar 4.28 Persentase pemakaian telpon seluler di kawasan perbatasan darat Papua

Keadaan infrastruktur sosial, berupa pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan darat Papua dapat terlihat pada gambar 4.29 dan 4.30. Kota Jayapura merupakan wilayah dengan jumlah SMU sederajat terbanyak di Papua pada tahun 2011, yaitu sebanyak 35 unit. Kenaikan jumlah SMU sederajat selama kurun waktu 2007-2011 yang terbesar terjadi di Kabupaten Boven Digoel dan Pegunungan Bintang, yaitu sebesar 50%. Apabila dilihat dari rasio jumlah SMU sederajat terhadap penduduk, seluruh kabupaten perbatasan di Papua hampir memiliki rasio yang sama, yaitu sekitar 0.0001 unit/jiwa, atau terdapat sebanyak 1 unit SMU sederajat untuk setiap 10000 penduduk, kecuali untuk Kabupaten Pegunungan Bintang yang hanya memiliki rasio 0.0000448 unit/jiwa atau terdapat 4 SMU sederajat untuk setiap 100000 penduduk. Rasio tertinggi berada di

Dokumen terkait