• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Ekspor Kayu Log (Kayu Bulat) Indonesia

Kayu log merupakan salah satu bahan baku utama pada berbagai industri pengolahan terutama bagi industri pengolahan kayu di dalam negeri serta di dunia. Permintaan ekspor kayu log Indonesia ke dunia dapat dilihat pada Gambar 6 yang menujukkan bahwa enam negara tujuan utama ekspor kayu log Indonesia yaitu Jepang,Cina, Australia, Arab Saudi, Korea Selatan dan Singapura, dengan volume ekspor tertinggi yaitu negara Cina.

Sumber: UN Comtrade, 2014

Gambar 6 Perkembangan nilai ekspor kayu log indonesia ke enam negara tujuan ekspor tahun 2001-2013 (Ribu US$)

Gambar 6 menunjukkan tahun 2001 hingga 2013, nilai ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan ekspor mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Nilai ekspor kayu log Indonesia ke negara Cina mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 99.05% pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 hingga 2013 rata-rata pertumbuhan nilai ekspor kayu log Indonesia ke Cina sebesar 32%-43%. Nilai ekspor kayu log Indonesia ke lima negara tujuan ekspor lainnya yaitu Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi serta Singapura tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi seperti Cina, walaupun pada tahun 2001-2008 nilai ekspor kayu log Indonesia ke negara Jepang dan Korea Selatan merupakan nilai ekspor yang tertinggi dari seluruh negara tujuan ekspor kayu log Indonesia. Pada tahun 2013, nilai ekspor kayu log Indonesia ke negara Cina sebesar 86%, Jepang sebesar 6%, dan Korea Selatan sebesar 2% dari total ekspor kayu log Indonesia.

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

23

Sumber: UN Comtrade, 2014

Gambar 7 Perkembangan nilai dan volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor tahun 2001-2013

Gambar 7 menunjukkan volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2013, sedangkan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2009. Perbedaan nilai dan volume ekspor kayu log Indonesia disebabkan oleh harga ekspor log Indonesia yang menjadi lebih murah di pasar internasional. Persentase perkembangan nilai dan volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan nilai dan volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor

Sumber: UN Comtrade (diolah) 2014

Berdasarkan pada tabel 3, menunjukkan setiap tahunnya nilai dan volume ekpor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan ekspor mengalami fluktuasi.Pertumbuhan volume ekspor yang tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 8.03%, dan pertumbuhan nilai ekspor yang tertinggi yaitu sebesar 0.7%. Pada tabel 3 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2009 hingga pada tahun 2013, rata-rata pertumbuhan volume ekspor yaitu sebesar 8.4%, tetapi berbanding Tahun Nilai (US$) Pertumbuhan(%) Volume (kg) Pertumbuhan

(%) 2009 324,111,634 0.7 396,301,650 0.7 2010 62,973,341 -4.1 136,518,452 -0.6 2011 107,250,466 0.4 1,233,349,361 8.03 2012 115,340,006 0.07 1,329,651,629 0.07 2013 307,850,401 0.6 1,604,297,928 0.2 Rata-Rata -2.33 Rata-Rata 8.4 324111,6 62973,3 107250,4 115340,006 307850,4 396301,6 136518,4 1233349,3 1329651,6 1604297,9 0 500000 1000000 1500000 2000000 2009 2010 2011 2012 2013

24

terbalik dengan rata-rata nilai ekspor kayu log Indonesia mengalami penurunan sebesar rata-rata 2.33% setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa volume ekspor kayu log yang diekspor Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor kayu log Indonesia yang dapat diterima oleh Indonesia sebagai negara eksportir.

Pada perkembangannya, industri pengolahan kayu di dalam negeri mengalami kesulitan bahan baku utama yaitu kayu log. Hal ini diakibatkan karena adanya kebijakan pelarangan ekspor kayu log membuat para perusahaan yang diberikan hak lisensi untuk mengelola hutan produksi menaikkan harga hasil produksinya. Pada tahun 2001, pemerintah membuka kembali ekspor kayu log Indonesia ke pasar dunia untuk mengembalikan pasar kayu log yang beberapa tahun sebelumnya mengalami penurunan kekuatan ekspor ke dunia. Tahun berikutnya volume ekspor kayu log mengalami peningkatan.

Perkembangan Industri Pulp Indonesia

Industri pulp merupakan salah satu industri yang berpotensi tinggi memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. Industri pulp di Indonesia terus berkembang dengan seiringnya peningkatan jumlah pabrik pulp dan kertas dalam merespon peningkatan kebutuhan kertas di dunia. Berdasarkan data APKI, pada awal berdirinya industri pulp pada tahun 1923 hingga pada tahun 1970, jumlah pabrik pulp dan kertas hanya sejumlah tiga pabrik (Aprilianti 2008), hingga pada tahun 2013 menurut APKI (2013), tercatat sekitar 80 perusahaan pulp dan kertas di Indonesia. Pada sisi produksi, setiap tahunnya produksi pulp dan kertas Indonesia mengalami peningkatan dan berhasil menempati posisi sepuluh besar produsen pulp dunia (Apriianti 2008).Pada gambar 6 menggambarkan perkembangan produksi pulp dan kertas Indonesia pada tahun 2005 hingga 2013.

Peningkatan kapasitas produksi pada industri pulp terus terjadi setiap tahunnya. Berikut ini perkembangan kapasitas produksi industri pulp di Indonesia pada gambar 8.

Sumber: Kemenperin dan APKI (2014)

Gambar 8 Perkembangan kapasitas produksi industri pulp Indonesia tahun 2005- 2013 (ton)

Tahun 2005 kapasitas produksi industri pulp mencapai 6,447,100 ton, kemudian meningkat menjadi 6,697,100 ton pada tahun 2006 hingga pada tahun 2007. Tahun 2008 terjadi peningkatan yang cukup besar, yaitu mencapai

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 T o n Tahun

25 pertumbuhan sebesar 17.99%, sehingga tahun 2008 kapasitas produksi industri pulp sebesar 7,902,100 ton. Tahun 2009 hingga tahun 2013 perkembangan kapasitas produksi industri pulp tetap mengalami peningkatan walaupun peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar yaitu rata-rata 1.2% setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1.2%.Kegiatan ekspor pulp dapat dilihat pada nilai ekspor produk pulp dan kertas pada Gambar 9.

Sumber : Kemenperin (2014)

Gambar 9 Nilai ekspor komodoti pulp dan kertas Indonesia tahun 2010-2013 (Milyar US$)

Perkembangan nilai ekspor pulp Indonesia cenderung mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 pertumbuhan nilai ekspor pulp Indonesia sebesar 2.23 dari tahun 2010, tetapi tahun 2012 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 76% atau sebesar 4.246 milyar US$, tahun 2013 nilai ekspor pulp dan kertas mengalami peningkatan sebesar 1.93%. Nilai ekspor pulp Indonesia yang mengalami penurunan pada tahun 2012 disebabkan karena kondisi permasalahan industri pulp di Indonesia. Permasalahan yang dihadapi industri pulp Indonesia antara lain tingkat suku bunga Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan negara pesaing, kondisi perekonomian Indonesia yang kurang stabil sehingga menghambat peningkatan industri pulp dalam merespon peningkatan permintaan produk pulp dan kertas di dunia.

Permasalahan lainnya juga disebabkan karena industri pulp di Indonesia sebagian besar masih memproduksi produk pulp serat pendek, sehingga industri pulp Indonesia belum mampu merespon permintaan produk pulp serat panjang di dunia (Kemenperin 2011), serta peranan negara-negara di Amerika Utara serta negara-negara di Scandanavia (NORSCAN) yang mendominasi ekspor produk pulp di dunia terutama pada tahun 2012 hingga pada tahun 2013. Kebijakan ekspor yang diterapkan oleh negara-negara NORSCAN diikuti dengan peningkatan permintaan ekspor dari negara-negara NORSCAN (Kemenperin 2014).

Bedasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukannya peningkatan produksi pulp. Peningkatan produksi pulp tersebut memerlukan dukungan berupa ketersediaan sumber daya manusia dan sumber daya alam khususnya bahan baku yaitu kayu log (kayu bulat). Berdasarkan data pada Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) pada tahun 2014,menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku

5.518 5.564 1.318 1.344 0 1 2 3 4 5 6 2010 2011 2012 2013 Jut a ton Tahun

26

industri pulp Indonesia sebesar 27 juta m3 per tahun, sehingga diperlukan kebijakan pemerintah yang dapat melindungi dan meningkatkan industri pengolahan kayu dalam negeri khususnya industri pulp terutama dalam menjamin ketersediaan bahan baku kayu log (kayu bulat), dan meningkatkan kapasitas produksi, sehingga industri pulp Indonesia dapat berproduksi secara optimal.

Dokumen terkait