• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Volume Ekspor Kayu Log Indonesia ke Enam Negara Tujuan Ekspor

Penelitian ini menganalisis determinan volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor (XKG). Variabel indenpenden yang digunakan dalam penelitian ini antara lain harga ekspor kayu log Indonesia (PRICE), nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dolar Amerika Serikat (EXR), GDP per kapita negara tujuan ekspor (GDP), dan populasi negara tujuan ekspor (PO). Penelitian ini menggunakan enam negara tujuan ekspor sebagai objek peneltian (n=6) dalam rentang tahun 2001 hingga tahun 2013 (t=13), sehingga total data dalam penelitian mencapai 78 data (nxt=78). Derajat bebas (db) dalam penelitian ini mencapai db=72 dan memenuhi syarat db>25, sehingga data panel yang digunakan dalam penelitian ini sangat relevan dan baik untuk dimodelkan lebih lanjut.

Pemilihan model dilakukan dengan metode uji Hausman. Hasil uji Hausman (lampiran 3) menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0000 (lebih kecil dari taraf nyata sepuluh persen).Artinya, model fixed effect adalah model yang digunakan. Berikut ini pada tabel 4 menunjukkan tabel hasil determinan ekspor kayu log indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor

Tabel 4 Hasil Estimasi Determinan Ekspor Kayu Log Indonesia ke Enam Negara Tujuan Utama Ekspor

Keterangan (*) : signifikan pada taraf nyata 10%

Langkah berikutnya yang dilakukan yaitu pengujian asumsi untuk mendapatkan model yang terbebas dari pelanggaran uji asumsi klasik antara lain permasalahan multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedasitas. Hasil estimasi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPRICE -0.793403 0.048181 -16.46718 0.0000* LNER 5.886664 3.702155 -3.849744 0.0000* LNGDP 3.627391 0.778379 4.660187 0.0000* LNPO -14.25235 3.702155 -3.849744 0.0003* C 215.6720 61.27023 3.520013 0.0008* R-squared 0.959881 Adjusted R-squared 0.954571 Prob(F-statistic) 0.000000 Durbin-Watson stat 2.274863

27 menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.959881, yang berati bahwa sekitar 95.9% keragaman faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama ekspor dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya, sedangkan 4.1% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor di luar model. Uji multikolinearitas dapat dilihat dari matriks korelasi antar variabel. Hasil estimasi pada lampiran 5 menujukkan tidak ada korelasi antar variabel yang melebihi R-squared sehingga model terbebas dari masalah multikolinearitas.

Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai statistik Durbin-Watson (DW) pada hasil estimasi model pada tabel 4. Hasil estimasi menujukkan bahwa nilai DW mendekati 2 yaitu sebesar 2.316682, sehingga diasumsikan terjadi pelanggaran autokorelasi, tetapi karena dalam penelitian ini telah dilakukan pembobotan dengan cross section weighted cross SUR, maka segala pelanggaran multikolineritas, heteroskedasitas, dan autokorelasi dapat diatasi. Uji normalitas juga dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya error terms yang dapat dilihat pada lampiran 6. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai probablitas sebesar 0.047616 yang lebih besar dari taraf nyata 10%, maka diasumsikan model volume ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama menyebar dengan normal. Uji heteroskedasitas dapat dilihat gambar pada lampiran 7, yang menyatakan bahwa karena residualnya tidak membentuk pola tertentu maka model ini terbebas dari pelanggaran adanya heteroskedasitas.

Model yang digunakan dalam determinan ekspor kayu log Indonesia adalah sebagai berikut :

LNXKGit = 215.6720 + 3.627391 LNGDPit +5.886664 LNERit – 1425235Poit-

0.793401LNPRICEit Harga Ekspor

Hasil estimasi menunjukkan bahwa harga ekspor kayu log Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 10% terhadap permintaan ekspor kayu log Indonesia oleh enam negara tujuan utama ekspor dengan koefisien sebesar 0.793401. Hal ini menujukkan bahwasetiap kenaikkan harga ekspor kayu log sebesar 1% maka akan mengakibatkan penurunan volume ekspor kayu log Indonesia sebesar 0.793401% (cateris paribus). Hal tersebut menunjukkan,semakin tinggi harga ekspor kayu log Indonesia akan berdampak pada terjadinya penurunan permintaan volume ekspor kayu log Indonesia oleh enam negara tujuan utama ekspor.

Hal ini telah sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa harga ekspor kayu log berhubungan negatif dengan permintaan volume ekspor kayu log Indonesia. Hasil estimasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jika tanpa pengaruh variabel-variabel independen (harga ekspor kayu log, nilai tukar negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, dan populasi negara tujuan ekspor) maka hanya akan dipengaruhi oleh nilai keragaman individu. Berikut ini pada Tabel 5 merupakan hasil estimasi cross-section effect (estimasi keragaman individu).

28

Tabel 5 Cross-Section Effect (Estimasi Keragaman Individu)

Tabel 5 menunjukkan nilai ekspor kayu log Indonesia yang terbesar yaitu nilai ekspor ke Cina sebesar (215.6720+58.44594) atau sebesar 274.11794, kemudian diikuti Jepang sebesar (215.6720-0.130025) atau sebesar 215.541975, Australia sebesar (215.6720-3.450414) atau sebesar 212.221586, Arab Saudi sebesar (215.6720-4.576446) atau sebesar 211.095554, Korea Selatan sebesar (215.6720- 21.81088) atau sebesar 193.86112, dan Singapura sebesar (215.6720-25.47818) atau sebesar 190.19382.

Nilai Tukar

Variabel nilai tukar nominal berpengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 10% terhadap permintaan volume ekspor kayu log Indonesia oleh enam negara tujuan utama ekspor kayu log Indonesia, dengan koefisien sebesar 5.88664. Artinya, ketika nilai tukar terapresiasi sebesar 1%, maka akan mengakibatkan kenaikan permintaan ekspor kayu log Indonesia oleh enam negara tujuan utama ekspor kayu log Indonesia yaitu sebesar 5.88664 % (cateris paribus). Tanda positif pada variabel nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap dolar Amerika Serikat tidak sesuai dengan hipotesis

GDP per Kapita

GDP per kapita mempresentasikan ukuran daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa suatu negara. Variabel GDP per kapita negara tujuan berdasarkan hasil estimasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan volume ekspor kayu log Indonesia oleh enam besar negara tujuan utama ekspor, dengan koefisien sebesar 3.627391. Artinya, ketika terjadi kenaikan GDP per kapita negara tujuan ekspor sebesar 1%, maka permintaan ekspor kayu kayu log Indonesia oleh enam besar negara tujuan utama ekspor akan meningkat sebesar 3.627391% (cateris paribus). Hal ini telah sesuai dengan hipotesis yang artinya, kenaikan GDP per kapita negara tujuan eksporakan menyebabkan kenaikan ekspor kayu log Indonesia. Argumentasi dari kondisi ini dapat dijelaskan bahwa risiko yang ditanggung apabila melakukan ekspor dalam kondisi nilai tukar yang rentan bergerak maka pihak eksportir tidak dapat digeser ke konsumsi dalam negeri, sehingga eksportir tetap melakukan keputusan mengekspor (Rahutami, 2006).

Populasi Penduduk Negara Tujuan Ekspor

Variabel populasi penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor kayu log. Pada hasil estimasi model menujukkan nilai

Negara Efek Cina 58.44594 Jepang -0.130025 Korea Selatan -24.81088 Australia -3.450414 Singapura -25.47818 Arab Saudi -4.576446

29 koefisien sebesar 13.7859. Artinya, ketika terjadi kenaikan populasi penduduk negara tujuan ekspor sebesar 1%, maka permintaan ekspor kayu log Indonesia oleh negara tujuan ekspor menurun sebesar 13.7859% (cateris paribus). Hal ini dapat terjadi karena dua alasan, bahwa ekspor kayu log Indonesia pada periode 2001 hingga pada tahun 2013 bukan lagi menjadi negara eksportir utama pada enam negara tujuan utama ekspor, sehingga kenaikan jumlah penduduk negara tujuan ekspor tidak diikuti oleh kenaikan volume ekspor (Anggraeni 2006).

Argumen ini dapat dibuktikan berdasarkan data dari FAO (2014) yang menyatakan bahwa lima produsen terbesar kayu bulat di dunia adalah Amerika Serikat, Federasi Rusia; Cina, Brasil, dan Kanada. Negara-negara ini menghasilkan 939 juta m³ atau 54% dari total produksi global pada tahun 2013. Amerika Serikat menempati posisi sebgai produsen terbesar kayu bulat di dunia yaitu sebesar 294 juta m³ pada tahun 2013. Produksisedikit menurun pada tahun 2010, tetapi selama tiga tahun terakhir hingga tahun 2013, perkembangan produksi kayu bulat Amerika Serikat kembali normal. Produksi kayu bulat oleh negara Rusia dan Kanada kembali normal pada tahun 2009.Produksi Brasil dan China terus berproduksi pada proporsi yang signifikan yang berasal dari hutan tanaman.

Dampak Kebijakan Bea Keluar terhadap Ekspor Kayu Log Indonesia Kebijakan tarif ekspor atau bea keluar juga diterapkan pemerintah untuk melindungi pasar di dalam negeri sehingga eksportir tidak tertarik untuk mengekspor kayu log tanpa diolah terlebih dahulu termasuk melindungi industri pengolahan kayu di dalam negeri. Industri pulp merupakan salah satu Industri pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku kayu log dalam berproduksi. Kapasitas produksi, kapasitas terpasang serta kapasitas menganggur industri pulp dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Kapasitas industri pulp Indonesia tahun 2013 (ton)

Sumber : Kemenperin, 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa kapasitas menganggur industri pulp Indonesia pada tahun 2013 sebesar 44%, maka untuk dapat berkerja secara optmial, industri pulp harus menurunkan kapasitas menganggurnya menjadi 10%. Berdasarkan hasil perhitungan bea keluar pada lampiran 8, maka penentuan bea keluar optimal ekspor kayu log Indonesia sebesar 6.13%. Perhitungan bea keluar sebesar 6.13% diperoleh melalui analisis elastisitas bedasarkan data rata-rata harga ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan utama sebesar US$ 42.2031, kapasitas

Kapasitas Nilai (ton)

Terpasang 13.900.000

Produksi 7.900.000

Menganggur 6.000.000

30

menganggur industri pulp tahun 2013 sebesar 6,900,000 ton, total ekspor kayu log Indonesia ke enam negara tujuan ekspor sebesar 59,838,946.95 ton, dan elastisitas harga ekspor sebesar 0.793403. Penerapan bea keluar sebesar 6.13% yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi menjadi 12,510,000 ton atau sebesar 90% dari kapasitas produksi sebelumnya sebesar 7,900,000 ton atau sebesar 56%, dan menurunkan kapasitas menganggur Industri pulp menjadi 1,391,000 atau menjadi 10% dari kapasitas menganggur sebelumya sebesar 6,900,000 ton atau sebesar 44%.Tambahan baku kayu log dibutuhkan sebesar 4,610,000 ton kayu log untuk mencapai peningkatan kapasitas produksi pulp Indonesia sebesar 90%. Tujuan penetapan bea keluar diharapkan dapat menurunkan volume ekspor kayu log Indonesia sehingga dapat meningkatkan kebutuhan kayu log di dalam negeri khusunya bagi industri pengolahan kayu di dalam negeri dalam meningkatkan kapasitas produksinya.

Penetapan Bea Keluar kayu log Indonesia menunjukkan bahwa bea keluar merupakan salah satu alat kebijakan yang efektif untuk menahan laju ekspor kayu log Indonesia, karena membuat harga semakin meningkat sehingga permintaan ekspor kayu log dapat berkurang.Kebijakan bea keluar juga mempunyai salah satu tujuan untuk melindungi industri pengolahan kayu di dalam negeri.

Dokumen terkait