• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Sejarah Singkat kabupaten Simalungun

4.6 Gambaran ketersediaan Fasilitas, dan Objek Wisata

Ketersediaan fasilitas yang memadai dan objek wisata yang beragam sangat mendukung dalam Pariwisata. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata. Berikut

Gambaran jumlah sarana dan prasarana di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dapat dilihat pada table 4.6.1 berikut :

Tabel 4.6.1 Jumlah Fasilitas Tahun 2007 No Nama Jumlah (1) (2) 001 Hotel 35 002 Restoran 8 003 Wartel/kios phone 11 004 Rumah makan 23 005 Salon kecantikan 12 006 Fasilitas kesehatan 5 007 Money Changer 6 Jumlah 100

Sumber : Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Parapat telah memilki sarana dan Prasaran yang cukup dengan tersedianya perhotelan, restoran, fasilitas kesehatan, Money change, wartel serta salon kecantikan.

Gambaran jumlah objek wisata di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dapat dilihat pada table 4.62 berikut :

Tabel 4.6.2 Jumlah Fasilitas Tahun 2007 No Nama Jumlah (1) (2) 001 Danau Toba 1 002 Air Terjun 1 003 Cagar Alam 2 Jumlah

Sumber : Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

Dari gambaran data diatas pada table 4.6.2 menunjuukkan bahwa Kecamatan Girsang Sipangan Bolon sangat memiliki potensi wisata yaitu terdapatnya beberapa objek wisata seperti Danau Toba, Air Terjun dan Cagar Alam.

4.6. Profil Informan

Profil informan dalam penelitian ini terdiri dari penduduk asli Kota Parapat (yang bermata pencaharia dari sektor di sektor wisata), luar area parapat (pengunjung),camat, pegawai kantor camat bagian pemerintahan, Tokoh Masyarakat (marga/adat).

Profil Informan 1: Penduduk Asli kota Parapat

1. T.S (pr, 33 thn)

TS. Adalah seorang ibu berusia 37 tahun lahir di Parapat beragama Kristen Protestan, latar belakang pendidikan SMU dan memiliki 4 orang anak. Pekerjaan utamanya penyewa tikar dan ban mandi. TS yang sejak lahir sudah tinggal di Parapat dan pekerjaan ibu 4 orang anak ini adalah usaha melanjutkan usaha ibunya.

Ibu ini lahir pada keluarga batak yang mensosialisasikan Dalihan Natolu pada interaksi sehari-hari. Ibu ini mengatakan berprilaku dalam masyarakat bisa sebagai boru, Hula-hula, maupun Dongan Tubu, setiap saat bisa dalam ketiga posisi tersebut yang mana harus saling mangelek, sangap dan manat.

Sebagai penduduk asli kota Parapat ibu ini sangat mengagumi keindahan Alam Danau Toba Parapat, dan hal inilah yang membuat ibu ini betah tinggal menetap dan berkeluarga di Parapat dan tidak berkeingianan merantau.

Dari hasil pengamatan ibu ini kondisi Pariwisata Parapat sekarang dibandingkan dengan dulu sangat jauh berbeda. Menurut pengamatan Ibu ini sebelum krisis moneter pengunjung daerah wisata Parapat seimbang antara wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. T.S mengatakan Wisatawan asing sangat jarang ditemui saat ini di daerah wisata parapat.

Ibu ini mengeluh bahwa pendapatan dari sektor wisata tidak memadai lagi dalam membantu ekonomi rumah tangga. T.S mengatakan hal ini terjadi saat krisis moeter

yang mulai melanda Indonesia dan isu-isu tsunami yang membuat para pengunjung was-was ke Parapat. Kondisi ini juga semakin buruk karena kurangnya penataan kota Parapat sebagai daerah wisata dan para pedagang serta masyarakat yang berpendapatan dari sector wisata sangat egois hanya memikiran usahanya sendiri tanpa memikirkan apa yang terjadi kedepan.

Ibu ini sangat setuju dengan adanya pengembangan Pariwisata menggunakan kinsep budaya. Dari hasil sosialisasi tentang budaya pbatak yang dialami ibu ini mulai sejak lahir dan di dalam kehidupan berkeluarga juga serta masyarakat. Ibu ini mengatakan setiap orang batak harus memegang prinsip Dalihan Natolu. Setiap oranmg batak adlah anak ni Raja dan Boru ni raja yang memilki sikap yang menjadi panutan, untuk itu budaya batak yang unik perlu menjadi ciri khas Pariwisata Parapat. Parapet perlu memilki sajian budaya untuk para wisatawan.

Pendapat ibu ini mengenai orang yang paling berperan dlam pengembangan pariwisata Parapat adalah antara pemerintah, masyarakat dan pengusaha harus bekerjasama agar pariwisata parapat tetap ada, terutama dalm bekerja sama dalam meningkatkan nilai-nilai luhur budaya batak dalam Pariwisata.

2. S.N (pr 37 thn)

S.N adalah seorang ibu berusia 37 tahun, beragama Kristen protestan lahir dan besar di Parapat. Tingkat pendidikan tamatan SMU dan pekerjaan utama berdagang buah dipinggiran pantai Dananu Toba Parapat. S.N memiliki empat orang anak diantaranya tiga anak perempuan dan satu orang anak laki-laki.

Ibu empat orang anak ini pernah merantau keluar Parapat selama beberapa tahun namun setelah menikah kembali ke Parapat karena suami juga merupakan orang Parapat. Alasan ibu ini untuk menetap di Parapat selain factor mengikut suami karena juga karena lebih muda mencari nafkah di Parapat dari pada diperantauan.

Ditanya tentang bagaimana sosialisasi budaya batak Dalihan Natolu pada keluarga mereka, ibu menyatakan dia sebagai boru batak yang dalam istilah orang batak adalalah boru ni raja didik harus mengikuti adat batak baik dalam kehidupan sehari-hari atau kepada orang lain harus menunjukkan sebagai boru niraja bahkan di depan mertua pun kita harus menunjukkan sikap boru niraja yaitu sopan dalm berbicara, berpakaian dan berprilaku ujar ibu ini. Ibu ini juga menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari unuk berinteraksi dia selalu menunjukkan sikap boru ni raja baik itu di tengah-tengah masyarakat maupun menghadapi para wisatawan.

Yang menjadi daya tarik kota Parapat menurut pandangan ibu ini adalah panorama alam Danau Toba yang sangat memukau dan pantas dijadikan sebagai tempat rekreasi.

Sejauh pengamatan S.N bahwa Parapat telah mengalami sangat banyak perubahan selama 10 tahun terakhir. Hal yang paling terasa bagi ibu ini adalah semakin sepinya pengunjung Parapat baik wisatawan domestik maupun mancanegara. S.N mengatakan daya tarik Danau Toba yang sangat memukai tidak sebanding dengan jumlah pengunjug yang sangat kecil tahun-tahun belakangan ini. Ibu ini mengeluh akan pendapatannya dari hasil berjualan buah yag sangat minim sekali.

Ibu ini berpendapat bahwa hal yang menyebabkan kondisi Pariwisata Parapat sangat buruk adalah kurangnya promosi Pariwisata Parapat ke luar dan kurangnya polesan ataupun pengembangan Pariwisata Parapat sehingga pengunnjung bosan dan jenuh untuk dating. Ibu ini juga mengatakan bahwa pasti ada hal lain yang mengakibatkan Parapat Menjadi menurun tapi ibu ini tidak tau secara pasti.

S.N berharap bahwa pemerintahlah yang lebih berperan dan bertanggung jawab dalam pebgelolaan Pariwisata parapat, sedangkan masyarakat setempat dan pangusaha hanya mengikuti kebijakan pemerintah.

S.N sangat setuju bila Pariwisata Parapat dikembangkan dengan budaya batak yang unik, S.N menyatakan sudah semestinya Parapat seperti Bali yang terkenal karena ke unikan budaya. Ibu ini menyatakan Budaya batak memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan berpotensi dalam pengembangan pariwisata.

3. L.N (lk 49 thn)

L.N adalah seorang pria berusia 49 tahun beragama Katolik lahir dan bertempat tinggal di Parapat serta memiliki empat orang anak laki-laki. L.N latar belakang pendidikannya SMU ini bekerja sebagai pegawai salah satu hotel di Parapat..

Menurut pandangan bapak ini bahwa kondisi Pariwisata Parapat sekarang sangat buruk dibandingkan dulu. Hal ini terbukti dari menurunnya jumlah pegunjung di hotel-hotel sejak tahun 1998 tepatnya zaman krisis moneter yang melanda Negara ini.

Bapak ini mengatakan bahwa telah sangat benyak terjadi perubahan pada Pariwisata Parapat. Sekarang tidak ada lagi hiburan-hiburan tor-tor batak dan sajian budaya batak bagi tamu-tamu hotel.

L.N berpendapat sajian budaya seperti gondang tortor dan banyak lagi menjadi daya tarik bagi wisatawan, kata-kata Horas adalah penyambutan yang sangat luar biasa bagi para tamu yang dianggab sebagai raja.

Bapak ini juga mengatakan bahwa budaya batak telah mendarah daging baginya sebagai anak ni raja yang telah mendarah daging dalam keluarga mereka. Menurut pendapat bapak ini bahwa tingkah laku yang dia tunjukkan adalah hasil sosialisasi dari keluarga untuk menghargai tamu adalah raja.

Bapak ini menyararankan agar pemerintah memberikan perhatian yang sepenuhnya dalam perbaikan Pariwisata Parapat agar seperti dulu lagi dan masyrakat harus diikut sertakan dalam poses pengembangan pariwisata serta pengusaha juga harus juga berperan aktif karena untuk kepentingan bersama.

4. H.S (LK 43 thn)

H.S merupakan penduduk asli kota Parapat, pria berusis 43 tahun ini berlatar pendidikan tamatan SMU. Bapak ini memilki 5 orang anak diantaranya dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan. H.S bersama istrinya bermata pencaharian sebagai penyewa sepeda air dan speed boat di pantai Danau Toba Parapat. Pekerjaan ini sudah mereka lakukan sejak mulai berumah tangga.

Bapak ini menyatakan bahwa dia lahir dan terdidik di keluarga batak yang memegang teguh adat istidat batak, hal ini terbukti dari sejak lahir, dan sampai sekarang prosesi adat tetap mereka jalankan, bak saat tardidi (pemandian), malua( naik sidi) serta saat menikah budaya butak mereka gunakan yang menggunakan konsep Dalihan Natolu yang menunjukkan mereak adalah anak ni raja dan boru ni raja yang memiliki adat.

Menurut H.S yang menjadi unggulan Parapat atau daya tarik kota Pariwisata Parapat adalah keindahan alam Danau Toba yang sangat dikagumi oleh bapak ini. Pendapat bapak mini mengenai kondisi Pariwisata Parapat sekarang adalah keadaan yang sangat menyedihkan. Alasan bapak ini adalah keadaan kota mereka yang tidak tertata lagi serta jumlah pengunjung yang sangat minim. Minimnya pengunjung membuat Bapak ini mencari kerja sampingan karena hasil dari pantai tidak memadai lagi.

Pendapat H.S mengenai perkembangan budaya batak dan peranannya dalam kepariwisataan adalah budaya batak makin lama makin memudar ditengah-tengah masyarakat terutama dikalangan pemuda sudah tidak mengerti lagi bagaimana budaya batak. Bapak ini sangat menyedihkan hal ini sebagai seorang putra batak yang sering disebut anak ni Raja. Bapak ini berpendapat bahwa budaya batak seperti Dalihan Natolu sangat perlu sebagai tolak ukur dalam setiap sikap masyarakat dalam menghadapai para

pengunjung dan budaya batak sangat perlu sebagai dasar pengembangan pariwisata parapat.

Bapak ini sangat setuju bila sekarang ini Pemerintah berperan mengembalikan kejayaan Danau Toba Parapat di dunia.

5.N.S (pr 57 thn)

Ibu ini berusia 57 tahun seorang janda yang telah memilki 1 orang anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan, pekerjaan utamanya sebagai penjual souvenir . Ibu ini sudah 37 tahun sebagai penjual souvenir di Parapat.

Ibu ini mengaku lahir dan terdidik dalam adat batak namun mulai mengerti bagaimana adat batak dan sadar sebagai boru ni raja adalah semenjak menikah, yang maa dalam berintereksi harus memegang prinsip Dalihan Natolu serta berprilaku sebagai boru ni raja.

Kekaguman ibu ini pada Pariwisata Parapat adalah keindahan alam serta udara yang sejuk yang membuat ibu ini betah tinggal di kota Pariwisata Parapat. Hal yang sangat disayangkan ibu ini adalah kondisi pariwisata Parapat yang sangat mundur dibandingakan 30 tahun lalu. Ibu ini bercerita bahwa dia masih sempat merasakna kesibukan yang luar biasa dalam mengahadapi para wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berkunjung ke toko souvenirnya. Namun menurut yang dirasakan ibu ini peristiwa seperti itu sudah tidak pernah lagi dialaminya. Ibu ini mengatakan sekarang Ia sangat santai berjualan karena pengunjung yang sangat sepi dan hal ini sangat berpengaruh pada menurunan pendapatannya.

Pendapat ibu ini mengenai buruknya Pariwisata Parapat adalah disebabkan oleh kisis yang terjadi pada beberapa tahun yang lalu. Menurut pengamatan ibu ini bahwa kota Pariwisata Parapat kurang polesan sehungga Pariwisata Parapat terlihat biasa-biasa saja. Ibu ini menyarankan seharusnya Pariwisata Parapat harus dibangun baik dari segi

fisik dan pengembangan budaya khususnya budaya batak yang menjadi ciri khas penduduk asli Parapat.

Profil Informan II: Pengunjung Daerah wisata Parapat

1. KP (lk,47 tahun)

K.P adalah seorang laki-laki berusia 47 tahun bersuku bangsa Ambon, yang Bertempat tinggal di Kota Medan, bapak ini berlatar belakang pendidikan dari teknik dan sekarang bermata pencaharian dari wiraswasta.

Bapak ini telah berkali-kali bertamasya ke Kota Pariwisata Parapat, tujuan kunjungan bapak ini adalah untuk melepas suntuk dan manikmati panorama alam Danau Toba bersama keluarga besarnya, bapak ini menginap disalah satu penginapan di Parapat selama beberapa hari. Yang menjadi alasan bapak ini memilih Parapat sebagai tujuan tamasya adalah Panorama alam yang sangat indah serta biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak.Bapak ini berpendapat bahwa ia sangat mengagumi Danau Toba dan senang tinggal berlama-lama di Parapat. Ditanya menganai sikap para pelaku wisat parapat dalam menghadapi pengunjungn bapak ini menyaakan cukup nyaman dan tidak ada dengan pelayanan dan penawaran tempat mandi, penjualan souvenir, dan makanan yang mereka sajikan tidak aa masalah, masyarakay Parapat cukup ramah ujar baak ini.

Pendapat bapak KP tentang keadaan Pariwisata Parapat adalah bapak ini menilai keadaan Parapat cukup baik akan tetapi bapak ini menyarankan perlu diadakan pertunjukan-pertunjukan yag menarik seperti olah raga, sajian budaya, tempat hiburan sperti permainan agar para pengunjung tidak kebosanan.

2. B.R (pr 30 thn)

Ibu ini perempuan berusia 30 tahun yang bertempat tinggal di Tapanuli Selatan dan bersuku bangsa Mandailing, ia bersama rombongan satu kampung datang ke daerah

wisata Parapat untuk bertamasya dan rombongan mereka pulang hari atau tidak menginap di Parapat.

Yang menjadi alasan ibu ini untuk berkunjung ke Kota Parapat adalah sudah rindu mengunjungi Parapat setelah 15 tahun lalu. Ibu ini sangat tertarik dan sangat mengagumi Danau Toba.

Namun ibu ini berpendapat bahwa ada yang berubah pada Pariwisata Parapat dibandingkan Dia pertama sekali berkunjung 15 tahun lalu. Menurut pengamatan saya pengunjung yang sepi, danau yang semakin kotor dan ibu ini merasa semua sangat serba mahal di kota Parapat. Saran ibu ini terhadap Pariwisata Parapat adalah perlu ditingkatkan kebersihan Danau dan keseragaman harga dagangan baik buah, souvenir dan harga makanan agar para pengunjung merasa nyaman bertamasya dan berbelanja oleh-oleh tidak bingung dan para pedagang membiarkan pengunjung menikmati dan memilih serta membeli sesuatu dari parapat sesuai dengan keinginannya bukan di paksa terkadang mereka terlihat keras sehingga pengunjung bingung bahkan takut sehingga sering kali para tamu membawa bekal sendiri dari daerah asal, sikap orang Parapat tersebut membuat kami tidak nyaman.

Saya yakin Danau Toba Parapat akan berkembang bila masyarakat Parapat ramah dan sopan bukan kasar dan memaksa, serta membenahi kebersihan danau ujar Ibu ini.

S.S adalah seorang laki-laki berusia 45 tahun ini merupakan suku bangsa Batak Toba yang datang berkunjung ke kota Pariwisata Parapat unuk mengunjugi sanak famili yang bertempat tinggal di Parapat. Bapak ini bertempat tinggal di Jambi dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). S.S hampir sudah sering datang ke Parapat kira-kira 7-8 kali.

Hal yang menarik dari daerah wisata Parapat menurut bapak ini adalah ke indahan alam Danau Toba. Bapak ini mengamati kondisi Pariwisata Parapat dari tiap kunjungannya adalah sangat jauh berbeda dari dulu. Bapak ini menyatakan Parapat semakin menurun bukan semakin meningkat. Menurut pendapat bapak ini hal ini terbukti dari sangat sepinya pengunjung dan banyak hotel-hotel yang tutup. Bapak ini menilai Pariwisata Parapat tidak memiliki kelebihan selain dari Danau Toba nya saja.

Saran bapak ini perlunya ditiadakan pagelaran budaya yang unik sperti di Bali diadakan di kota Parapat. Bapak ini sangat setuju bila Budaya Batak Pariwisata Parapat sebagai salh satu daya tarik bagi pengunjung.

4. D.S (pr, 23 tahun)

D.S adalah perempuan berusia 23 tahun bersuku bangsa Batak Toba dan belum menikah. D.S adalah Sarjana Ekonomi bekerja dan bertenpat tinggal di Jakarta dan datang ke Kota Pariwisata Parapat selama dua minggu untuk berlibur. Selama berlibur di Parapat D.S tinggal di tempak sanak keluarga.

D.S menyatakan hampir setiap liburan dia datang ke Parapat. Yang menjadi daya tarik Parapat bagi D.S adalah keindahan alam Danau Toba, sikap ramah tamah penduduk yang ramah dan sejuknya kota Parapat. D.S berpendapat keadaan seperti ini sangat jarang didapatkan di Jakarya yang sumpek, masyarakat yang individualis dan udaranya yang tercemar.

D.S berpendapat telah banyak perubahan yang terjadi pada kota Pariwisata Parapat yaitu yaitu tercemarnya Danau Toba, pohon-pohon yang banyak di tebang sehingga Parapat tidak sehijau dulu.

Saran D.S dalam pengembangan Pariwisata Parapat adalah meningkatkan atraksi budaya sperti Bali dan jogja yang pernah dikunjunginya. Gaya hidup suku Batak sangat unik di Mata D.S sehingga sikap ramah, sopan dan budaya perlu ditingkatkan. Dan hal yang sangat perlu menurut D.S adalah pelestarian alam Danau Toba.

Profil Informan III : TOKOH ADAT

1. T.S (lk, 60 thn)

T.S laki-laki yang berusia 60 tahun suku bangsa batak toba. Latar belakang pendidikan adalah Sarjana, telah menikah dan memilki 4 orang anak diantranya dua orang anak laki-laki yang telah bergelar Sarjana dan dua orang anak perempuan salah satunya sedang duduk pada semester 7 di Universitas Sumatera Utara.

Bapak ini adalah salah satu tokoh adat yang sangat disegani di Parapat. Mengenai nilai-nilai anak ni raja dan boru ni raja pada suku batak bapak ini menjelaskan bahwa anak niraja dan boru niraja yaitu kharisma seorang raja yang dimilki oleh putra-putri batak. Baik dari segi prilaku, berpakaian dan dalam segala bidang harus memilki kelebihan dan bertindak mau menolong siapapun layaknya seorang raja yang menolng anak nya.

Pendapat bapak ini tentang kondisi Pariwisata Parpat adalh Parapat yang telah terpuruk baik dari segi wisata maupun adat. Banyak orang batak yang mengaku raja tapi tidak memiliki sikap raja. Hal ini terbukti dari para muda-mudi tidak lagi mencrminkan sifat seorang putra-putri raja seperti para pemuda yang suka tawuran dan berprilaku seperti preman, cuek dan kurng sopan terhadap orang tua.

Satu hal lagi yang membuat bapak ini heran adalalah Parapat memilki budaya batak yang unik seperti tortor dan gondang dan kerajinan seni yang lain akan ttapi pada kenyataannya Parapat identik dengan pertunjukan Barongsai dan band-band yang tidak mencirikan budaya batak.

Ditanya mengenai bagaimana sikap anak niraja dan boru ni raja sebagai pelaku wisata bapak ini menjawab sebenarnya masyarakat parapat harus mampu mengorganisir tujuan pariwisata itu sendiri dengan berlandas pada Dalihan Natolu yaitu sikap boru, dongan tubu dan hula-hula harus dipakai menghadapi wisatawan. Seperti contoh bila wisatawan salah maka harus di elek seperti boru (di bujuk), Manat mardongan tubu yaitu yang mana kepada para wisatwan harus sopan walau kadang kala para wisatawan yang kasar tapi harus manat atau sabar dan jelas menerangkan maksud kita kepada wisatawan atau bila Hula-Hula yang mana selayaknya wisatawan kita anggab Tulang yang mana segala sesuatu kita harus sajikan yang terbaik.

Bapak ini jaga memberi komentar bahwa ada sifat mendasar pada orang Batak yang berbeda dengan sikap masyarakat pada umumnya yaitu pada dasarnya orang batak itu keras baik dari suara maupun gigih dalam bekerja dan memiliki mental pemimpin dan tidak mau menjadi orang suruhan atau pelayan, karena yang menjadi pelayan adalah para “Hatoban”, mungkin hal ini bisa mengganggu jalannya wisata bila mereka mnghadapi para pengunjung dengan cara keras.

Pendapat bapak ini tentang orang paling berperan dalam pengembangan parwisata parapat adalah pemerintah harus mengajak para masyarakat setrempat dalam sosialisasi pariwisata dan para raja-raja batak si parapat sebagai tokoh adat harus mampu mengorganisir tujuan pariwisata melalui melestarikan kebudayaan budaya batak tersebut. Jika semua elemen telah bekerja sama maka Pariwisata Parapat akan menjadi tujuan wisata dunia.

2. H.S (lk, 50 thn)

H.S laki-laki berusia 50 tahun suku Bangsa Batak Toba dan putra daerah Parapat. H.S memilki 4 orang anak diantaranya satu orang laki laki dan tiga orang perempuan. Latar belakang pendidikan H.S adalah tamat SMU dan bekerja sebagai petani. H.S dikenal dan dipercaya sebagai tokoh adat karena orang tuanya adalah penduduk asli Parapat yang bermarga Sinaga pembuka pertama salah satu kampung di Parapat (si pukka huta) dan H.S juga aktif dalam kegiatan adat di Parapat dan bapak ini juga sangat antusias dalam perkembangan adat Batak di Parapat..

H.S menjelaskan tentang budaya batak, menurut H.S yang paling berperan dalam keseluruhan adat Batak adalah Dalihan Natolu yaitu Boru, Hula-Hula dan Dongan Tubu. Selaku pemuka adat H.S menjelaskan tentang Nilai-Nilai anak ni raja dan boru ni raja dalam masyarakat batak yaitu raja pada suku batak bukan merupakan suaru pucuk kepemimpinan terhadap suatu wilayah dan rakyat akan tetapi raja yang dimaksud adalah perangai keturunan orang batak harus seperti raja yaitu berperangai arif dan baik sperti santun dalam berbicara, sopan dalam berpakaian, menghormati orang lain yang mana orang lain harus dianggab boru, hula-hula ataupun dongan tubu sesuai dengan hubungan marga yang dimiliki. H.S menyatakan bila bila prinsip Dalihan Natolu di jalankan maka tidak akan ada percecokan dan akan tercipta hidup yang aman dan tenteram.

Selaku Tokoh adat H.S sangat antusias dalam menjelaskan Dalihan Natolu dan nilai-nilai anak ni raja dan boru niraja dalam pariwisata. H.S berpendapat masyarakat